Anda di halaman 1dari 79

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

AKUNTANSI PEMERINTAHAN
SKS: 3 SKS

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017

0
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini tanggal ...... bulan Februari tahun 2017 . Bahan ajar Mata Kuliah Akuntansi
Pemerintahan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi telah diverifikasi oleh Ketua
Jurusan Akuntansi.

Semarang, Februari 2017


Mengetahui Ketua Jurusan/Program Studi Akuntansi Koord. Tim Penulis

Drs. Fachrurrozie, M.Si Kiswanto, S.E.,M.Si


NIP. 196206231989011001 NIP. 198309012008121002

1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

PRAKATA

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya, diktat mata kuliah Statistika Ekonomi ini dapat terselesaikan. Adapun
tujuan dari diktat ini adalah sebagai bahan belajar mahasiswa tanpa mengurangi esensi
penggunaan diktat-diktat atau buku ajar lainnya. Diktat ini sepenuhnya diadopsi dari
penulis Drs. Djati Kusdiarto, M.M. Diktat berisi tentang definisi statistika ekonomi,
macam-macam grafik, penggunaan ilmu stattistika dan lain-lain. Selanjutnya diktat ini
juga dilengkapi dengan latihan contoh soal dan jawabannya.

Semoga diktat ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan akan dilakukan
penyesuaian di kemudian hari.

Tim Penulis,

2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini membahas tentang konsep dan ruang lingkup Dalam mata kuliah ini akan dibahas
tentang kebutuhan akuntansi pemerintahan pada saat ini, pemahaman tentang berbagai peraturan
dan ketentuan tentang pengelolaan keuangan Negara/Daerah, pemahaman tentang berbagai
konsep-konsep dasar dan teknik-teknik akuntansi pemerintahan, pemahaman tentang berbagai
informasi dan laporan keuangan Negara/daerah dalam organisasi birokrasi sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan yang ditetapkan.

3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

BAB 2 KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN .................................. 18

BAB 3 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN ..................................................... 25

BAB 4 SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA,

ANGGARAN DAN AKUNTANSI .................................................................................. 36

BAB 5 PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ............................................. 43

BAB 6 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKTI

TRANSAKSI DAN JURNAL ........................................................................................... 52

BAB 7 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKU BESAR

DAN NERACA SALDO ................................................................................................... 64

BAB 8 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYESUAIAN

DAN NERACA LAJUR .................................................................................................... 68

BAB 9 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:

PENYELESAIAN DAN KOREKSI ................................................................................. 77

BAB I

4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat beberapa pokok bahasan mengenai gambaran umum akuntansi
pemerintahan dan materi yang akan disajikan dalam buku ini, antara lain:
1. Mengapa akuntansi pemerintahan dan bukan akuntansi sektor publik?
2. Identifikasi karakteristik yang membedakan antara pemerintah dan swasta.
3. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar pelaporan keuangan
pemerintah.
4. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah Indonesia dan Amerika.
5. Komponen-komponen laporan keuangan untuk pemerintahan.
6. Permasalahan akuntan pemerintah daerah dan solusinya.
7. Masa depan akuntansi pemerintahan.
8. Materi buku, dan sasaran pengguna buku.

MENGAPA AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN BUKAN AKUNTANSI


SEKTOR PUBLIK?

Istilah dalam buku ini sengaja dipilih Akuntansi Pemerintahan, dan bukan Akuntansi Sektor
Publik, dengan alasan:
1. Mayoritas pembahasan di sektor publik adalah pemerintahan, sisanya sedikit membahas
sektor non-profit.
2. Nama standar yang menjadi acuan buku ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Oleh karena itu sangat janggal apabila buku ini mengacu kepada SAP tetapi menggunakan
istilah Akuntansi Sektor Publik.
3. Mata kuliah akuntansi pemerintahan telah dipinggirkan dengan beberapa alasan, sehingga
digantikan dengan akuntansi sektor publik. Padahal mata kuliah akuntansi sektor publik
banyak membahas akuntansi pemerintahan.
4. Akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik memiliki bidang garap masing-masing.
Masing-masing memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap tujuan pengajarannya.

KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAN ORGANISASI NON-PROFIT


Bagi sebagian besar pembaca mungkin bertanya-tanya, Mengapa pemerintahan
dan organisasi non-profit menggunakan praktek akuntansi yang sangat berbeda dari organisasi
swasta atau entitas bisnis yang profit-oriented?

Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi bisnis/swasta merupakan entitas yang profit oriented,
yaitu organisasi yang mempunyai tujuan menyediakan atau
menjual barang/jasa dengan maksud untuk memperoleh laba yang akan dinikmati oleh para
pemilik atau anggota. Sumber pendanaannya berasal dari investor, kreditur, dan para anggota.
Sedangkan pemerintah dan organisasi non-profit memiliki tujuan dan layanan yang berbeda dari
entitas bisnis. Tujuan dari pemerintah dan organisasi non-profit adalah menyediakan layanan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar sumber dana yang diperoleh
pemerintah dan organisasi non-profit berasal dari pajak, donasi/sumbangan, hutang, laba
perusahaan negara atau daerah dan sumber lainnya. Seringkali sulit untuk memperkirakan

5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

besarnya keuntungan, manfaat atau imbal balik langsung bagi masyarakat secara proporsional.
Pemerintah sebagai manajemen yang mengelola keuangan negara memiliki tugas khusus dan
dituntut untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber-sumber dana tersebut kepada
masyarakat selaku pembayar pajak, donatur, kreditur, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pada masing-masing negara, ruang lingkup pemerintahan dan organisasi non-profit berbeda-beda
dan tidak ada definisi yang pasti dan komprehensif bagi
semua sistem pemerintahan di setiap negara. Namun yang pasti, pemerintah dan organisasi non-
profit di setiap negara memiliki ruang lingkup dan peranan yang
besar dalam pelayanan masyarakat umum. Contohnya, di Amerika Serikat pemerintahan dibagi
menjadi general purpose governments dan special purpose governments.

Pemerintah pusat (states), provinsi (counties), kotamadya (municipalilies)


termasuk juga desa disebut sebagai pemerintahan dengan tujuan umum (general purpose
government), yaitu pemerintahan yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan bagi
penduduknya (misalnya layanan perlindungan dari kepolisian, pemadam kebakaran, sanitasi,
pembangunan dan pemeliharaan jalan raya dan jembatan, serta kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.

Sekolah, perguruan tinggi dan universitas umum termasuk contoh kategori bidang
pemerintahan dengan tujuan khusus (special purpose government), yaitu pemerintah hanya
menyediakan atau menangani fungsi yang terbatas (seperti
pendidikan, drainase dan pengendalian banjir, irigasi, konservasi tanah dan air, serta
pengadaan air). Special purpose government ini memiliki kekuasaan untuk mengenakan dan
memungut pajak serta memperoleh pendapatan dari berbagai sumber lainnya yang diijinkan
oleh hukum pemerintah untuk mendanai layanan-layanan yang mereka sediakan.

Di Amerika Serikat, organisasi non-profit terdiri dari beberapa bentuk dan melayani berbagai
fungsi yang berbeda-beda meliputi perguruan tinggi dan universitas-universitas swasta, berbagai
jenis organisasi layanan kesehatan, perpustakaan dan museum, asosiasi profesi dan perdagangan,
organisasi sosial, serta organisasi keagamaan.

Sementara itu, pemerintahan di Inggris diklasifikasikan menjadi departemen-departemen


pemerintah pusat (seperti pendidikan dan ilmu pengetahuan,
transportasi, kesehatan, lingkungan hidup, energi, keamanan sosial, dan lain-lain); pemerintah
daerah (seperti counties/kabupaten, regions/provinsi, dan districts/daerah otonom); serta
organisasi di bidang industri nasional (seperti
kereta api, kantor pos, penerbangan, dan lain-lain).

Di Indonesia sendiri, pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah (termasuk
perusahaan negara/daerah). Sedangkan organisasi non-profit terdiri dari bermacam-macam bentuk
diantaranya organisasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan organisasi-organisasi massa, berbagai
LSM dan lain-lain sebagainya.

6
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pemerintahan dan organisasi non-profit memiliki perbedaan yang penting dari organisasi bisnis
(swasta), termasuk perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan keuangannya. Dalam
Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 4, Financial Accounting Standards Board
(FASB) menyatakan beberapa
karakteristik yang membedakan antara pemerintahan dan entitas non-profit dengan organisasi
bisnis, antara lain:
Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do not expect to
receive either repayment or economic benefits proportionate to the resources provided.
Operating purposes that are other than to provide goods or services at a profit or profit
equivalent.
Absence of defined ownership interest that can be sold, transferred, or redeemed, or that
convey entitlement to a share of a residual distribution of resources in the event of liquidation
of the organization.

Governmental Accounting Standards Board (GASB) membedakan entitas pemerintah di Amerika


Serikat dari entitas non-profit dan dari entitas bisnis dengan memberikan penekanan bahwa
keberadaan pemerintah dalam lingkungan dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Selanjutnya, kekuasaan tersebut akan didelegasikan kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan
yudikatif. Negara bagian yang merupakan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi akan
mengawasi aktivitas-aktivitas tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Pendapatan pada masing-
masing tingkatan pemerintah diperoleh terutama dari para pembayar pajak. Masyarakat para
pembayar pajak sangat berperan sebagai penyedia sumber dana bagi pemerintah, meskipun
kadang mereka tidak memperoleh imbal balik layanan pemerintah yang proporsional dengan
pajak yang mereka bayarkan.

Semenjak pemerintah diperbolehkan memonopoli pelayanan yang mereka sediakan untuk


masyarakat, sulit untuk mengukur efisiensi atas pelayanan tersebut secara tepat. Selain itu juga
sangat sulit untuk mengukur kuantitas atau kualitas yang optimal bagi beberapa pelayanan
pemerintah, sebagai contoh, sejauh manakah pelayanan polisi dirasakan cukup oleh masyarakat?
GASB juga menyatakan bahwa sulitnya menentukan kuantitas dan kualitas pelayanan pemerintah
yang optimal dikarenakan perolehan sumber dana tersebut berasal dari pajak yang dikenakan
secara wajib dan dipaksakan (bukan sukarela).

Untuk membedakan, misalnya seorang pelanggan yang membeli sebuah produk komersial dapat
memilih antara kualitas yang bagus, lebih bagus, atau paling bagus. Pembeli tersebut secara
sukarela dapat membayar dengan jumlah yang sesuai dengan kualitas produk yang diinginkan.
Sedangkan dalam pelayanan pemerintah memiliki situasi yang lebih kompleks. Contohnya, dua
orang wajib pajak mungkin membayar pajak dengan jumlah yang sama besar, namun dalam
menikmati pelayanan pemerintah bisa saja berbeda baik kuantitas maupun kualitasnya. Misalnya
jika salah satu dari mereka menyekolahkan anaknya di sekolah umum (negeri) sedangkan yang
lain tidak, berarti yang mendapatkan pelayanan pemerintah adalah yang menyekolahkan anaknya
pada sekolah yang mendapat fasilitas dan subsidi dari pemerintah sedangkan yang tidak
menyekolahkan anaknya tidak menikmati fasilitas dan layanan tersebut.

7
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

LEMBAGA PENYUSUN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Gambar berikut menunjukkan sumber-sumber utama dari standar akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit, serta pemerintah pusat dan
pemerintah daerah di Amerika Serikat. GASB dan FASB merupakan badan yang sejajar/setingkat
dibawah pengawasan Financial Accounting Foundation (FAF). FAF khusus, FASB menetapkan
standar untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintahan. GASB
menetapakan standar untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk organisasi non-
profit pemerintahan. Sedangkan Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB)
menetapkan standar untuk pemerintah federal serta lembaga-lembaga dan departemen-
departemennya.
Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi non-profit dibagi
antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit (khususnya perguruan tinggi,
universitas dan rumah sakit) adalah milik pemerintah, tetapi sebagian besar diantaranya
merupakan bagian-bagian dari pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan
demikian, GASB memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan
keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki tanggung
jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi organisasi non-profit
bukan pemerintah.
Undang-undang Federal menyerahkan tanggung jawab untuk menyusun dan mengembangkan
struktur keuangan yang sehat/baik bagi pemerintah federal kepada tiga lembaga, yaitu
Comptroller General, Director of the Office Management and Budget, dan Secretary of the
Treasury. Pada tahun 1990, ketiga lembaga tersebut membuat Federal Accounting Standards
Advisory Board (FASAB) atau badan penasehat standar akuntansi bagi pemerintah federal untuk
memberikan rekomendasi mengenai prinsip-prinsip dan standar akuntansi bagi pemerintah federal
dan lembaga-lembaganya. Maksudnya adalah untuk memaksimalkan kemungkinan bahwa standar
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah federal konsisten atau sesuai dengan standar
akuntansi dan pelaporan keuangan yang disusun oleh GASB dan dapat diaplikasikan oleh FASB.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) secara formal menjadikan GASB,
FASAB, dan FASB sebagai badan otoritas untuk menyusun Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) bagi pemerintah pusat dan daerah, pemerintah federal, serta organisasi bisnis
dan organisasi non-profit bukan pemerintah. Singkatnya, GASB adalah pihak independen yang
berwenang untuk merumuskan standar akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat. GASB
menetapkan standar pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan daerah termasuk pemerintah
kota dan organisasi yang membrikan pelayanan khusus seperti pendidikan, kesehatan, dan
lainnya. Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia meliputi:
1. Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki akuntabilitas publik
signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi
International Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. SAK
ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized
Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya SAK, penyusunan SAK ETAP merupakan tanggung
jawab DSAK IAI.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik entitas syariah
maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah

8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

menggunakan model pengembangan SAK konvensional dengan mengacu kepada fatwa


Majelis Ulama Indonesia.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah.

SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite independen yang disebut
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan. Dasar
hukum yang memperkuat kedudukan KSAP adalah Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang mengamanatkan tugas penyusunan SAP kepada Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI
Nomor 84 Tahun 2004.
KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Konsultatif)
dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite Konsultatif bertugas
memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite Kerja bertugas mempersiapkan,
merumuskan dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Selanjutnya KSAP menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah tentang Standar
Akuntansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan
Pemerintah.
KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan
pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan, termasuk
mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, KSAP
mengacu pada praktek-praktek terbaik internasional, diantaranya dengan mengadaptasi
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan oleh International
Federation of Accountant (IFAC). Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi/referensi
yang dikeluarkan oleh:
1. International Federation of Accountants (IFAC).
2. International Accounting Standards Board (IASB)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
5. Financial Accounting Standard Board (FASB) USA
6. Governmental Accounting Standard Board (GASB) USA
7. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara dan akuntansi
pemerintah.
8. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan,
akuntansi, dan audit pemerintahan

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.

9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Dalam Concepts Statement Nomor 1 tentang tujuan dari pelaporan keuangan, GASB
menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah.
Pemerintah harus menunjukkan akuntabilitasnya dalam mempertanggungjawabkan kepada
masyarakat mengenai pengelolaan dan pengalokasian sumber-sumber dana yang diperoleh.
Akuntabilitas pemerintah didasarkan pada kepercayaan bahwa masyarakat mempunyai hak
untuk mengetahui, hak untuk mendapatkan fakta-fakta secara terbuka dari wakil-wakil rakyat
yang telah mereka pilih. Pelaporan keuangan memainkan peran yang penting bagi pemerintah
dalam menjalankan tugas-tugas dan pertanggungjawaban kepada publik dalam suatu lingkungan
pemerintahan yang demokratis.
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa cara bagaimana laporan keuangan pemerintah
pusat dan daerah digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta
penilaian akuntabilitas di Amerika Serikat.
Perbandingan Tujuan Pelaporan Keuangan
Pemerintah dan Organisasi Non-Profit di Amerika Serikat

Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Federal Organisasi Non-Profit
Daerah
Pelaporan keuangan Pelaporan keuangan Laporan keuangan
digunakan dalam hendaknya dapat membantu hendaknya menyediakan
pengambilan keputusan mencapai akuntabilitas dan informasi yang berguna
ekonomi, sosial, dan politik dimaksudkan untuk dalam:
serta penilaian akuntabilitas membantu pengguna laporan Pembuatan keputusan
terutama dengan: dalam mengevaluasi: alokasi sumber daya
Membandingkan hasil Integritas anggaran Penilaian management
keuangan aktual dengan Kinerja operasi stewardship dan kinerja
anggaran yang telah Stewardship Penilaian sumber-sumber
ditetapkan Kesesuaian antara sistem ekonomi, kewajiban,
Menilai kondisi keuangan dan pengendalian kekayaan bersih, dan
dan hasil operasi perubahan-perubahan di
Menilai kepatuhan dengan dalamnya
keuangan yang
dihubungkan dengan
hukum, aturan, dan regulasi
Penilaian dalam
mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas
Sumber: GASB Concepts Sumber: FASB Statement of Sumber: FASB Concepts
Statement No. 1, Federal Accounting Statement No. 4, pp.
par. 32 Concepts No. 1 par. 134 19-23

10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Konsep akuntabilitas sebagai tujuan dari pelaporan keuangan pemerintahan erat hubungannya
dengan konsep GASB dengan apa yang disebut sebagai ekuitas antar periode (equity interperiod).
Singkatnya, pelaporan keuangan hendaknya dapat membantu para penggunanya dalam menilai
apakah pendapatan pada tahun tersebut mencukupi untuk mendanai pelayanan-pelayanan yang
disediakan pada tahun tersebut dan apakah para wajib pajak di masa yang akan datang akan
menanggung beban untuk pelayanan-pelayanan yang telah disediakan sebelumnya.
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 (terbaru adalah PP
Nomor 71 Tahun 2010) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di Indonesia, pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan dengan mengacu kepada
SAP. Tujuan umum laporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya.
Tujuan pelaporan keuangan menurut regulasi otoritatif di Indonesia, yaitu PP 71 Tahun 2010,
menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik
keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
(a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan; (b)
Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran; (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi
yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; (d)
Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya; (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan
kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; (f)
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
(b) Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa
lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan menyediakan informasi
mengenai: (1) perubahan posisi dan penggunaan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
dana pemerintah; (2) ketaatan realisasi terhadap anggaran; (3) cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; (4) potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan (5) evaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam
mendanai aktivitasnya.
Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai (1) indikasi apakah
sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran, dan (2) indikasi apakah
sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang
telah ditetapkan.

11
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN LAPORAN KEUANGAN


ENTITAS BISNIS (SWASTA)

Tabel di bawah ini merupakan beberapa aspek perbedaan antara laporan keuangan
pemerintahan dan laporan keuangan entitas bisnis (swasta) menurut Likierman and Taylor dalam
Mahsun dkk. (2006).

Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah dan


Laporan Keuangan Entitas Bisnis (Swasta)
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Entitas
Aspek Perbedaan
Pemerintahan Bisnis (Swasta)
Fokus pada masalah Fokus pada aspek
Fokus Laporan Keuangan finansial finansial.
dan politik.
Lingkup Laporan
Keuangan Pada bagian organisasi. Organisasi secara
keseluruhan.
Pertanggungjawaban
Akuntabilitas ditujukan Pertanggungjawaban
pada pihak
legislatif/parlemen ditujukan kepada para
dan masyarakat. pemegang saham dan
kreditur.
Orientasi Laporan Orientasi pada jangka
Keuangan panjang Orientasi pada jangka
karena terkait dengan
konsep panjang tidak dapat
dilakukan secara
politik dan kenegaraan. mendetail
karena dibatasi oleh
adanya
ketidakpastian pasar.
Aturan Pelaporan Ditentukan oleh Standar Ditentukan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Keuangan
(SAP). (SAK),
pasar modal dan praktek
akuntansi.
Diperiksa oleh Badan Diperiksa oleh pihak
Pihak Pemeriksa Laporan Pengawas auditor
Keuangan Keuangan (BPK). independen.
Sebagian masih Sepenuhnya
Penggunaan Dasar menggunakan menggunakan
Akuntansi dasar akuntansi kas. dasar akuntansi akrual.

12
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Sebagai perbandingan, dapat kita lihat komponen-komponen laporan keuangan di Amerika
Serikat. Gambar di bawah ini menunjukkan laporan keuangan minimal yang harus dipenuhi
dalam pelaporan keuangan eksternal untuk tujuan umum bagi pemerintah di Amerika Serikat
sesuai GASB Statement Nomor 34.

Managements Discussion and


Analysis (MD&A)

Government-wide Fund Financial


Financial Statements Statements
Notes to the Financial Statements

Required Supplementary
Information (RSI) [other
than MD&A]

Gambar 1.2. Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan menurut GASB


Pusat dari model (gambar) diatas adalah Managements Discussion and Analysis (MD&A).
GASB menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan yang dibutuhkan (Required
Supplementary Information/RSI) sesuai tujuan umum pemerintahan. MD&A menyediakan
analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah juga memperbandingkan arus tahun
lalu sebagai dasar informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk menganalisis
posisi laporan keuangan dan hasil operasi serta untuk memperbaiki hasil aktivitas tahun
sebelumnya.
Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statement) meliputi Government-wide Financial
Statement dan (Fund Financial Statement). Government-wide Financial Statement dimaksudkan
untuk menyediakan pandangan yang lebih lengkap dan menyeluruh atas aset dan hasil dari
aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah. Laporan ini menyajikan secara utuh tentang laporan
pemerintahan dan membantu dalam penilaian akuntabilitas operasional apakah pemerintah telah
menggunakan sumber-sumber daya secara efisien dan efektif serta kesesuaiannya dengan tujuan.
GASB menyimpulkan bahwa dalam pelaporan akuntabilitas operasional, pendekatan terbaik
adalah dengan menggunakan basis akuntansi yang secara esensial sama dan fokus pengukurannya
sama dengan yang digunakan pada organisasi bisnis, yaitu accrual basis dan fokus pengukuran
arus suber daya ekonomi.
Fund Financial Statement atau laporan keuangan dana adalah jenis lain dari laporan
keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini membantu dalam penilaian akuntabilitas fiskal, yaitu
apakah pemerintah telah mendapatkan dan membelanjakan sumber daya ekonomi sesuai dengan
rencana anggaran serta dalam kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Dana
pemerintah lebih fokus pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada arus
sumber daya ekonomi.
Bagi sebagian pengguna yang sangat berkepentingan dengan informasi keuangan
pemerintahan membutuhkan lebih banyak informasi secara rinci selain yang terdapat pada
MD&A, Basic Financial Statement (Government-wide Financial Statement dan Fund Financial
Statement) serta RSI. Untuk pemerintah pusat dan daerah, rincian yang lebih lengkap dapat
ditemukan pada Comprehensive Annual Financial Reports (CAFR) atau laporan keuangan

13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

komprehensif tahunan. Standar untuk isi dari CAFR ditetapkan dalam GASBs Codification of
Governmental Accounting and Financial Reporting Standard. CAFR hendaknya memuat bagian-
bagian Introductory Section (bagian pendahuluan), Financial Section (bagian keuangan), dan
Statistical Section (bagian statistik).
Introductory Section terdiri dari beberapa poin seperti halaman judul, dan halaman isi, letter
of transmittal (seperti nama, alamat, tanda tangan pimpinan eksekutif dan nama unit
pemerintahannya), dan poin lainnya yang dimiliki/disediakan manajemen. Financial Section
sebaiknya meliputi (1) laporan auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial Statement (Government-
wide Financial Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan (5)informasi pelengkap
lainnya seperti laporan dana kombinasi dan laporan dana individual serta skedulnya. Sebagai
tambahannya CAFR juga dapat memuat bagian statistik. Bagian ini secara khusus menyajikan
tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data sosial dan ekonomi, tren/kecenderungan
keuangan, dan kapasitas/kemampuan fiskal pemerintah secara terinci yang mungkin dibutuhkan
oleh para pembaca yang berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan
tersebut.
Di Indonesia (sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara), laporan keuangan pemerintah pokok setidak-
tidaknya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Di samping menyajikan keempat laporan keuangan
pokok tersebut, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan
berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Penjelasan lebih lanjut mengenai laporan
keuangan pemerintahan di Indonesia akan dibahas pada bab tersendiri dalam buku ini.

PERMASALAHAN AKUNTAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA DAN


SOLUSINYA
Sebelum reformasi keuangan negara di Indonesia, seorang penyelenggara Negara hanya
diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu laporan realisasi anggaran ditambah
dengan nota perhitungan anggaran. Sementara itu, sejak berlakunya Undang-undang (UU)
mengenai Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, pemerintah pusat dan pemerintah daerah
diwajibkan melaporkan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 bahkan memberi peluang
bagi lembaga penyelenggara negara yang mampu untuk memberikan tambahan laporan, yaitu
laporan kinerja keuangan dan laporan perubahan ekuitas dana. Munculnya revisi terhadap Standar
Akuntansi Pemerintah menurut PP 71 Tahun 2010 mewajibkan pemerintah untuk membuat 7
jenis laporan keuangan yakni laporan realisasi anggaran, laporan saldo anggaran lebih, neraca,
laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
Timbulnya istilah teknis yang baru dalam pengelolaan keuangan, menjadi tambahan kesulitan
dalam menghadapi keruwetan dalam akuntansi pemerintahan. Hal ini dikarenakan canggihnya
pemikiran yang berada di balik paket UU Keuangan Negara. Bentuk laporan keuangan yang
sudah business like, menjadikan pengelolaan dengan menggunakan UU Keuangan Negara yang
baru menjadi lebih akuntabel dan adanya self balancing dalam setiap pencatatan transaksi
keuangannya.
Perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam peraturan pemerintah, muncul secara beruntun
sejak adanya UU Otonomi Daerah (Otda), yang mendahului UU Keuangan Negara. UU Otda (UU
Nomor 22 dan 25 Tahun 1999) mensyaratkan adanya sistem baru dalam pengelolaan keuangan
daerah, sementara infrastruktur UU Keuangan Negara waktu itu belum diundangkan (baru ada
tahun 2003). Sementara itu, tulang punggung yang sangat penting dalam pelaporan keuangan
pusat dan daerah sebagai mandat UU Keuangan Negara, yaitu terbentuknya Komite Standar
14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Akuntansi Pemerintahan (KSAP) baru menghasilkan PP mengenai Standar Akuntansi Pemerintah


(SAP) pada tahun 2005. Belum lagi perubahan dalam UU Otda di tahun 2004, juga berimbas
terhadap pedoman pengelolaan keuangan daerah.
Aturan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi fenomenal bagi
pemerintahan daerah setelah adanya UU Otda 1999 adalah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005.
Dengan demikian, maka digantilah Manual Akuntansi Keuangan Daerah (MAKUDA) tahun
1981, dengan aturan tersebut. Tetapi dengan adanya UU Otda yang baru, Pemerintah Daerah
(Pemda) belajar mengimplementasikan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005 dengan biaya yang
tentu saja tidak sedikit. Pada tahun 2006, timbul lagi aturan baru berupa Permendagri Nomor 13
Tahun 2006. Hingga sekarang Permendagri tersebut telah mengalami beberapa perubahan.
Perubahan akan terus terjadi, dan hingga tahap sekarang ini aturan teknis pengelolaan
keuangan negara belum final, akan selalu terdapat perubahan. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang
SAP menganut asas kas menunju akrual (cash towards accruals). Sementara itu dalam UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 12 dan 13 dinyatakan bahwa APBN
dan APBD menggunakan dasar akrual. Penggunaan dasar akrual ini menurut UU, sudah harus
dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 (UU Nomor 1 Tahun 2004 pasal 70).
Pemerintah belum bisa melaksanakan basis akrual tahun 2008, maka tahun 2010 dilaksanakan
revisi terhadap SAP dengan ditetapkannya PP 71 Tahun 2010. Dalam implementasinya, akuntansi
pemerintahan mengalami kendala. Hal ini dikarenakan prasyarat adanya akuntan yang terlatih
yang mengerjakan semua itu. Kendala sumber daya manusia menjadi permasalahan yang serius di
dalam implementasi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) di pemerintahan daerah. Berbeda
dengan pemerintah pusat, yang memiliki Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang fokus
pada penyediaan tenaga akuntan tingkat pelaksana di pemerintah pusat, pemerintah daerah
otomatis harus menyediakan tenaga akuntannya sendiri. Masalah yang sering dihadapi oleh
pemerintah daerah adalah:
1. Tenaga akuntan didapat dari pendidikan tinggi yang tidak spesifik mempelajari akuntansi.
2. Rekruitmen dari tenaga akuntan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) memerlukan waktu
perencanaan dan strategi yang matang.
3. Karakteristik pemerintah daerah yang belum menempatkan pegawainya dengan prinsip the
right man in the right place, terutama untuk akuntan. Sering dilaksanakan rotasi jabatan.
4. Tuntutan UU terhadap bagian keuangan yang memahami secara utuh akuntansi dan peraturan
perundang-undangannya. Memahami UU Keuangan Negara saja belum cukup untuk menjadi
akuntan di pemerintah daerah. Diperlukan pemahaman yang lengkap terhadap akuntansi dan
peraturan perundang-undangannya.

Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menutup kebutuhan
tenaga akuntan adalah:
1. Mengangkat lulusan jurusan akuntansi dan menempatkannya di Badan Pengawas Keuangan
Daerah (BPKD), dinas, atau bagian keuangan untuk mengerjakan proses akuntansi.
Sementara itu untuk mendidik akuntan, perlu sumber daya yang memadai. Mahasiswa
akuntansi harus menempuh pendidikan 144 SKS (kira-kira 4 tahun) sebagai sarjana
akuntansi. Fokus sarjana akuntansi adalah akuntan bisnis, bukan akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan hanyalah mata kuliah minor dan pilihan, bukan mata kuliah utama.
Akibatnya ketertarikan mahasiswa sedikit karena bukan kajian utama.
2. Mengangkat banyak akuntan menjadi PNS sementara kapasitas pengangkatan PNS oleh
Pemda terbatas. Strategi pertama nampaknya sulit untuk dilakukan karena keterbatasan
formasi pegawai untuk pengangkatan akuntan. Seringkali berpindahnya lulusan akuntan ke

15
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

bagian yang bukan bidang akuntansi menjadi permasalahan juga. Disamping itu, kebutuhan
Pemda bukan hanya akuntan, tetapi lulusan perguruan tinggi dari multi disiplin.
3. Strategi lainnya adalah mendidik PNS yang ada di pemerintah daerah dengan serangkaian
pendidikan akuntansi pemerintahan. Pendidikan akuntansi pemerintahan harus berlandaskan
logika akuntansi ilmiah, dan bukan berfokus pada aturan. Aturan seringkali berubah, sebagai
contoh, Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang empat tahun kemudian diganti dengan
Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, tentu
pemerintah daerah harus memiliki tenaga yang cukup andal dalam menyusun Sistem
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Apalagi urusan sistem akuntansi pemerintahan sekarang
bukan lagi monopoli pemerintah pusat, namun telah menjadi kewenangan dari pimpinan
pemerintah daerah. Rasionalnya aturan selalu berubah, namun logika akuntansi akan tetap.
Oleh karena itu dibutuhkan perumusan mengenai konsep akuntansi yang sedang terbangun
dan akan digunakan sebagai basis perubahan.
4. Pendidikan akuntansi (dan bukan sosialisasi aturan akuntansi) di pemerintah daerah terutama
untuk para pengelola keuangan daerah, akan sangat bermanfaat. Hal ini dikarenakan:
Aturan dalam akuntansi yang cepat sekali berubah.
Pemerintah daerah adalah pihak yang menetapkan sistem akuntansi.
Tingginya turnover pegawai akuntansi di pemerintah daerah, mengakibatkan perlunya
pendidikan yang lengkap bagi pegawai yang baru.

MASA DEPAN AKUNTANSI PEMERINTAH


Permasalahan yang perlu dikasji saat ini adalah:
Apakah pendidikan akuntansi bagi pemerintah daerah telah telah berbasiskan pada suatu
kerangka pendidikan akuntansi yang mampu mengantisipasi perubahan peraturan dalam
keuangan dan akuntansi pemerintahan daerah atau hanya sekedar memahami peraturan yang
ada dan mematuhinya, yang kemudian akan berubah di masa depan?

Jawaban sementara tentunya adalah tahap sekarang pendidikan akuntansi di pemerintah daerah
baru pada tahap memahami peraturan yang ada dan berusaha mematuhinya. Jika di masa depan
ada perubahan aturan maka aturan akuntansi yang lama dianggap berubah sama sekali dan sulit
untuk mengantisipasi perubahan aturan.

Pendidikan akuntansi pemerintahan dapat disusun dengan menggunakan kerangka pendidikan


akuntansi yang telah digunakan dalam pendidikan tinggi akuntansi. Di dunia pendidikan
akuntansi, seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana akuntansi
wajib menempuh mata kuliah Akuntansi Keuangan yang terdiri dari:
1. Pengantar Akuntansi I
2. Pengantar Akuntansi II
3. Akuntansi Keuangan Menengah I
4. Akuntansi Keuangan Menengah II
5. Akuntansi Keuangan Lanjutan I
6. Akuntansi Keuangan Lanjutan II

Referensi utama akuntansi keuangan di Indonesia adalah Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (PABU) di Indonesia, terutama Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Mata kuliah relevan
lainnya adalah mata kuliah Akuntansi Manajemen, Auditing, dan Sistem Informasi. Sarjana

16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

akuntansi lulusan perguruan tinggi negeri di Indonesia, sebenarnya difokuskan untuk


mempersiapkan mereka menjadi lulusan yang siap bekerja di dunia swasta.

Salah satu sebab tidak menariknya mata kuliah akuntansi pemerintahan barangkali karena mata
kuliah akuntansi pemerintahan sebelum munculnya Standar Akuntansi Pemerintahan, hanya
membahas anggaran pemerintah pusat dan akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat yang gagal
diterapkan di Pemerintahan Indonesia. Materi akuntansi pemerintahan yang demikian tentu saja
mendekati pepatah Jauh panggang dari api. Terlalu jauh antara praktek di pemerintahan dengan
apa yang diajarkan di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya dunia pendidikan
mereformasi pendidikan akuntansi pemerintahan dengan materi-materi baru yang membahas teori
serta praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia. Sebagai ilustrasi, pada Program Pendidikan
Profesi Akuntansi dan Magister akuntansi, telah terdapat pembahasn Akuntansi Pemerintahan
secara Khusus dan Program Kekhususan Keuangan dan Akuntansi Pemerintahan, dengan fokus
pada akuntansi keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Konsentrasi ini didesain untuk
memberikan bekal teknis bagi para mahasiswa untuk memahami akuntansi yang diterapkan pada
pemerintahan.

Apabila dilihat dari perkembangan akuntansi pemerintahan, maka model pengembangan mata
kuliah akuntansi pemerintahan dapat dirumuskan dalam materi-materi sebagai berikut:
1. Akuntansi Keuangan Pemerintah
2. Akuntansi Manajemen dan Anggaran Pemerintah
3. Auditing Laporan Keuangan Pemerintah

Materi buku ini akan difokuskan pada akuntansi keuangan pemerintahan dengan menjelaskan
konsep-konsep dasar akuntansi pemerintahan. Pembahasan dihindarkan sebisa mungkin
membahas konsep dasar dan bukan aturan/regulasi akuntansi pemerintahan. Konsep dasar akan
berguna bagi mahasiswa untuk menyikapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di aturan
keuangan dan akuntansi pemerintahan. Alasan fokus pada akuntansi keuangan:
1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, dimana kecanggihan
dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi pemerintahan.
2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar.
3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.

17
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 2
KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTAHAAN

Setelah membaca bab 2, diharapkan mahasiswa dapat menganalisis perubahan paradigma dalam
pengelolaan keuangan Negara terutama yang berkaitan dengan akuntansi pemerintahan,
perubahan basis akuntansi yang dianut pemerintah Indonesia dan mampu membandingkan dengan
basis akuntansi yang berlaku secara internasional. Mahasiswa diharapkan mampu memahami
esensi perubahan dalam regulasi keuangan dan akuntansi pemerintahan dan mampu
mengantisipasi perubahan di masa depan.

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:


1. Menjelaskan latar belakang reformasi keuangan negara.
2. Mengetahui bentuk reformasi keuangan negara.
3. Mengetahui landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan reformasi
keuangan negara.
4. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan negara.
5. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan daerah.
6. Menjelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara.
7. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan negara.
8. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan daerah.
9. Menjelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspek-aspeknya.
10. Menjelaskan pengertian akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas modifikasian (modified
cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual basis), dan dasar akrual (accrual
basis).
11. Menjelaskan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas modifikasian (modified
cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual basis), dan dasar akrual (accrual
basis).
12. Menjelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan
berpasangan (double entry).
13. Menjelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.

LATAR BELAKANG REFORMASI KEUANGAN NEGARA


Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu mengacu pada penerapan
prinsip good governance, pemerintah Republik Indonesia telah melakukan reformasi di bidang
pengelolaan/manajemen keuangan negara. Reformasi manajemen keuangan negara merupakan
salah satu agenda yang terus dilaksanakan Pemerintah Indonesia, baik pada pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi reformasi
pengelolaan keuangan negara ini adalah perubahan sistem pemerintahan.

Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan keuangan antara
pusat dan daerah dimana sebagian besar urusan fungsi pemerintahan yang menyangkut pelayanan
dasar diserahkan penanganannya kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan anggaran yang
digunakan untuk belanja atas pelayanan-pelayanan dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak
memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya adalah keterlibatan
masyarakat (stakeholder).

18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini antara lain dilakukan dengan cara:
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum.
Penataan kelembagaan.
Penataan sistem pengelolaan keuangan negara.
Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.

Untuk melaksanakan reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah diperlukan landasan hukum yang memadai dan andal. Pada tahun 2004 telah
ditetapkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti UU Nomor
22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Setelah perubahan dimaksud, produk hukum yang
mendasari pengelolaan keuangan negara/daerah selengkapnya sebagai berikut:
a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
d. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
e. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
f. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
g. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan PP 71 Tahun 2010.
h. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
i. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tiga undang-undang pertama dikenal sebagai paket undang-undang di bidang keuangan negara.

LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA


Manajemen/pengelolaan keuangan negara meliputi penerimaan dan pengeluaran uang melalui
Kas Umum Negara baik secara objek, subjek, proses dan tujuan. Fokus pengelolaan keuangan
negara/daerah tidak hanya pada arus kas, tetapi juga utang, piutang, dan aset jangka panjang.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan tidak hanya memperhatikan kepentingan satu tahun
anggaran tetapi menggunakan perspektif waktu jangka panjang.

Pasal 1 butir (5) PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD)
mengartikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Selanjutnya Pasal (2) menyebutkan bahwa
pengelolaan keuangan daerah mencakup:
a. Hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.

19
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

AZAS-AZAS DALAM KEUANGAN NEGARA


Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa azas yang sudah lazim
digunakan selama ini yaitu:
1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
2. Azas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan utuh dalam
dokumen anggaran.
3. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
4. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara/daerah disajikan
dalam satu dokumen anggaran.

Selanjutnya pengelolaan keuangan negara/daerah juga mengadopsi azas-azas baru yang berasal
dari best practises yang telah diterapkan di berbagai Negara untuk menjamin terselenggaranya
pengelolaan keuangan negara/daerah secara akuntabel dan transparan. Azas-azas dimaksud terdiri
dari:
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara, baik
pertanggungjawaban keuangan (financial accountability) maupun pertanggungjawaban kinerja
(performance accountability).
2. Profesionalitas
Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu sumber daya manusia di
bidang keuangan harus profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah
maupun di lingkungan Pengguna Anggaran/Barang.

3. Proporsionalitas
Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap hasil yang akan dicapai.
Hal ini diakomodasi dengan diterapkannya prinsip penganggaran berbasis kinerja.
4. Keterbukaan
Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik dalam perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, maupun hasil pemeriksaan.
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri Pemeriksaan atas
tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan pemeriksa
yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan oleh
BPK dilaksanakan sesuai dengan amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan
langsung kepada
parlemen. Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah independen, dengan kata lain BPK
merupakan external auditor pemerintah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku
kepala pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Untuk
membantu Presiden dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut maka sebagian wewenang:
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.

20
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang


kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah
Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap
menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operasional Officer (COO) untuk suatu
fungsi pemerintah tertentu.

Secara singkat, proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan negara adalah:


Keuangan negara disahkan oleh DPR atau DPRD menjadi UU atau Peraturan Daerah (Perda)
Presiden dan Kepala Daerah adalah pelaksana UU atau Perda Presiden mendelegasikan
wewenangnya kepada Menteri Keuangan sedangkan Kepala Daerah mendelegasikan
wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Pada pemerintah daerah, kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah yang diterima oleh
gubernur/bupati/walikota dilaksanakan oleh:
a. Sekretaris Daerah sebagai koordinator dalam pengelolaan keuangan daerah (PP Nomor 58
tahun 2005). Sekretaris Daerah bertugas dalam mengkoordinasikan pengelolaan keuangan
daerah. Disamping itu Sekretaris Daerah adalah sebagai pimpinan tim anggaran pemerintah
daerah dan memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan
Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD).
b. Satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD sebagai CFO, dan
c. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah sebagai
COO.
PERUBAHAN PARADIGMA AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Reformasi dalam keuangan negara di Indonesia erat kaitannya dengan akuntansi pemerintahan
karena aspek akuntansi yang paling terpengaruh oleh reformasi keuangan negara tersebut adalah
akuntansi pemerintahan. Sedangkan aturan yang paling berpengaruh adalah UU mengenai
Keuangan Negara dan Perbendaharan Negara. Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP)
mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) maka lengkap sudah infrastruktur akuntansi
dalam pemerintahan, dan tumbuhlah suatu cabang baru yang membentuk paradigma menjadi
suatu bidang kajian yang penulis sebut dengan akuntansi pemerintahan.
Paradigma merupakan cara pandang terhadap suatu realitas. Seperti halnya reformasi keuangan
negara di Indonesia, paradigma dalam akuntansi pemerintahan pun telah berubah, dari mekanistik
dan birokratik menjadi lebih fleksibel, dinamis dan lebih bersifat bisnis. Perubahan yang
signifikan ini dapat dielaborasi dalam beberapa aspek.

Aspek akuntansi pemerintah yang mengalami perubahan yang signifikan antara lain adalah
sebagai berikut:

21
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pengakuan dan Pengukuran Dasar Kas menuju Dasar Akrual


Aspek pertama perubahan akuntansi pemerintahan adalah perubahan dari dasar kas menjadi dasar
akrual. Untuk menuju dasar akrual, maka diperlukan masa transisi atau penyesuaian dengan
kondisi masing-masing entitas dimana akuntansi pemerintahan diaplikasikan. Studi International
Federation of Accountant (IFAC) dan Public Sector Committee (PSC) mengidentifikasi bahwa
antara dasar kas dan dasar akrual terdapat 2 modifikasi yang dipakai, yaitu 1) dasar modifikasi kas
(modified cash basis) dan 2) dasar modifikasi akrual (modified accrual basis). Secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut:
Transisi antara masing-masing dasar akuntansi berbeda dari satu negara ke negara lain. Hal ini
tergantung dari:
a. Kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan.
b. Dasar akuntansi yang digunakan sekarang.
c. Kualitas dan jangkauan informasi yang tersedia.
d. Sumber daya yang dialokasikan untuk transisi tersebut.
e. Periode waktu yang disediakan untuk transisi menuju dasar akrual.

Secara teoritis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas. Oleh karena itu,
mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari akuntansi pemerintahan. Namun demikian
perlu dipertimbangkan apakah tujuan akuntansi pemerintahan itu sesuai dengan tujuan nasional
dari masing-masing negara. Jika manfaat yang dihasilkan oleh penerapan dasar akrual lebih kecil
daripada biaya yang dikeluarkan untuk penerapan dasar akrual tersebut, maka dasar modifikasi
kas atau modifikasi akrual lebih tepat digunakan di negara tersebut.

Dasar Kas (Cash Basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan kejadian pada saat
kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya ada pada saldo kas dan perubahan saldo kas,
yaitu mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode dengan membedakan antara kas yang
diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini meliputi pembahasan mengenai saldo kas,
penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah:
Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih kompleks yang tidak dapat
disediakan oleh akuntansi dasar kas.
Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan, karena dasar kas hanya
berfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran sumber daya lainnya.
Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal (aktiva) secara akurat.
Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah atas
penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas berarti pemerintah mempertanggungjawabkan kas
yang digunakan, tetapi tidak disebutkan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban.

Dasar Kas Modifikasian (Modified Cash Basis) pada dasarnya mirip dengan dasar kas dalam
mengakui transaksi dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan, hanya saja diantara
keduanya terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain karena pada dasar kas
modifikasian:
Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka waktu tertentu
setelah tahun buku.
Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut, namun berasal
dari transaksi periode sebelumnya, diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun fiskal
sebelumnya.

22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Arus kas pada awal periode pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan pada periode
sebelumnya, dikurangkan dari aliran kas periode saat ini.

Terdapat persamaan antara dasar kas dan dasar kas modifikasian, yaitu dalam hal pengakuan dan
pelaporan saldo kas. Hanya saja, dalam dasar kas modifikasian masih dibuka pembukuan untuk
mengakui suatu jumlah yang diterima dan dibayar selama periode perpanjangan tertentu. Pos-pos
dasar kas modifikasian dan dasar kas adalah pos-pos dasar kas modifikasian termasuk saldo neto
jumlah diterima dan dibayar selama periode tertentu yang terjadi di periode sebelumnya.

Dasar Akrual Modifikasian (Modified Accrual Basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada
saat transaksi atau peristiwa terjadi, dan bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Perbedaan
utama dasar akrual modifikasian dari dasar akrual adalah:
Aset fisik dibiayakan (expensed) pada waktu pembelian.
Seluruh aset dan kewajiban lainnya diakui seperti dasar akrual.

Elemen-elemen yang diakui dalam dasar akrual modifikasian, adalah:


Aset-aset Keuangan
Kewajiban
Kewajiban Bersih/ Aset-aset Keuangan Bersih
Pendapatan dan Biaya Modifikasi Akrual

Dasar akrual modifikasian menyediakan informasi mengenai sumber daya, alokasi sumber daya
dan penggunaan sumber-sumber keuangan bagi para pemakai laporan keuangan.

Dasar Akrual (Accrual Basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada saat transaksi atau
peristiwa terjadi, dan bukan saat kas diterima atau dibayarkan. Elemen dasar akrual adalah aset,
kewajiban, laba bersih, pendapatan dan biaya. Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada
pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya tersebut pada suatu entitas.
Model pelaporan pada dasar akrual yaitu Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Kinerja
Keuangan dan Laporan Arus Kas.

Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa mengakui pendapatan dan
belanja pada saat dikeluarkan kas; serta mengakui aset, kewajiban dan ekuitas dana dengan dasar
akrual (pada saat terjadinya peristiwa atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi
antara cash dan accrual adalah relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya.
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, maka pembahasan cash toward accruals akan
menjadi lebih relevan. Hal ini dikarenakan di Indonesia menggunakan istilah ini sebagai transisi
menuju penerapan akrual di tahun 2009.

Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan lagi oleh para ahli akuntansi, lain
halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual. Beberapa penulis dan referensi menunjukkan
penggunaan istilah modifikasi kas dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi
antara satu dengan yang lain, tergantung penerapannya masing-masing.

23
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

2. Teknik Pembukuan Tunggal (Single Entry) menjadi Pembukuan Berpasangan (Double


Entry)

Pembukuan Tunggal (Single Entry) adalah tata cara pembukuan dengan mencatat pada suatu
pos laporan keuangan yang terpisah antara satu sama lainnya. Pos-pos laporan keuangan dalam
model pembukuan tunggal hanya dicatat pada suatu pos saja dalam laporan keuangan, dan tidak
ada kaitannya antara satu pos dengan pos yang lain. Teknik pembukuan single entry tidak
mengkaitkan satu pos dengan pos yang lain, masing-masing pos dalam laporan keuangan tidak
memiliki hubungan secara matematis dengan pos yang lainnya. Pada umumnya teknik pembukuan
tunggal diterapkan bersama dengan basis kas. Hal ini dikarenakan, basis kas merupakan basis
yang paling sederhana. Sebagai contoh, sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua
pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Buku tunggal yang dimaksud
biasanya disebut buku kas umum.

Pembukuan Berpasangan (Double Entry). Pada tahun 1419 Luca Pacioli, ahli matematika Italia,
menerbitkan buku pertama akuntansi tentang sistem pembukuan berpasangan. Sistem tata buku
berpasangan ini merupakan dasar yang kokoh bagi perkembangan akuntansi karena dalam sistem
ini setiap transaksi yang terjadi dicatat dengan memperlihatkan kedua aspeknya (akun-akun
dicatat dengan pasangannya) sehingga menghasilkan keseimbangan.

Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi pemerintahan, setiap
pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu. Analisa dilakukan dengan menghubungkan
transaksi dengan persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi
persamaan akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku berpasangan akan
mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap transaksi langsung dicatat
dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan.
Untuk meringkas kegiatan tersebut, maka transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk
jurnal, debet dan kredit.

3. Laporan Anggaran dan Laporan Akuntansi


Laporan Anggaran. Sebelum reformasi keuangan negara, penyelenggara negara hanya
diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu laporan realisasi anggaran ditambah
dengan nota perhitungan anggaran. Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang
dihasilkan dari proses atau siklus anggaran (siklus anggaran akan dijelaskan lebih lanjut pada
bab 4).
Sementara itu, sejak berlakunya Undang-undang (UU) mengenai Keuangan Negara Nomor 17
Tahun 2003, semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan melaporkan laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Adanya
perubahan ini diharapkan akan menunjukkan model peningkatan akuntabilitas dalam akuntansi
pemerintahan.

Laporan Akuntansi merupakan laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi (proses dan
siklus akuntansi akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 4). Berdasarkan praktik akuntansi
pemerintahan yang berkembang di Indonesia, laporan akuntansi dapat dihasilkan dari proses
akuntansi dan tanpa proses akuntansi.

24
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dari proses
akuntansi dimulai dari pengidentifikasian bukti transaksi, jurnal, buku besar, daftar saldo
buku besar, dan tersusunnya laporan. Laporan jenis pertama inilah yang dapat diaudit, dan
kemungkinan akan menghasilkan audit dengan opini wajar tanpa syarat.
Laporan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dengan
menggunakan informasi penerimaan dan pengeluaran kas, serta inventarisasi aset pada akhir
tahun. Informasi aset, kewajiban dan ekuitas dana dihasilkan dari informasi yang tidak
tersistem.

Laporan keuangan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi, dapat dipastikan banyak informasi
yang tidak lengkap dan tidak akurat. Oleh karena itu maka UU Perbendaharan Negara
mewajibkan agar laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari proses akuntansi.
Selanjutnya, untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
negara, maka laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah harus disusun menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Teknik pembukuan dan dasar akuntansi berhubungan dalam hal keduanya saling mendukung.
Single entry mendukung basis kas. Double entry mendukung basis akrual. Hubungan ini dapat
digambarkan:

Menurut basis cash toward accrual yang dianut oleh Standar Akuntansi Pemerintah Indonesia
aset kewajiban dan ekuitas diakui berbasis akrual, sementara pendapatan dan belanja diakui
berbasis kas. Basis akrual di pemerintah Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.

25
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 3
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Tujuan bab 3, adalah memahamkan pembaca mengenai prinsip, kerangka konseptual, standar dan
kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Pembaca diharapkan dapat menganalisis dan
sintesa terhadap posisi prinsip, kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi
pemerintahan di Indonesia dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan praktis
dalam kebijakan akuntansi pemerintahan di dalam laporan keuangan pemerintah Indonesia.

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:


1. Menjelaskan pengertian kerangka konseptual akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan aspek-aspek penting dalam lingkungan akuntansi pemerintahan yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
3. Mengetahui entitas pelaporan keuangan pemerintah.
4. Mengetahui pengguna laporan keuangan pemerintah.
5. Menjelaskan tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah.
6. Menjelaskan peranan laporan keuangan pemerintah.
7. Menjelaskan asumsi-asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah.
8. Menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah.
9. Menjelaskan kendala informasi yan relevan dan andal dalam laporan keuangan pemerintah.
10. Menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan.
11. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan.
12. Menjelaskan esensi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis cash toward
accrual dan akrual.

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN, KERANGKA KONSEPTUAL,


STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Prinsip-prinsip akuntansi pemerintah adalah keseluruhan konsep, ketentuan, cara, prosedur,


metode, teknik yang tersedia baik di Indonesia maupun di dunia Internasional baik secara teoretis
maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan
dan menganalisis transaksi keuangan pemerintah.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah merupakan konsep dasar dalam penyusunan standar
akuntansi pemerintah, yang bersumberkan dari prinsip akuntansi yang berterima umum. Kerangka
konseptual ditetapkan bersama standar Akuntansi Pemerintah dan menjadi pedoman penyusunan
standar akuntansi.

26
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan PABU

Standar akuntansi pemerintah adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang
tersedia baik di Indonesia maupun di dunia Internasional baik secara teoretis maupun praktis
untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis
transaksi keuangan pemerintah, yang telah dipilih oleh Badan yang berwenang untuk menyusun
standar dan dikodifikasi menjadi Standar.
Meskipun dinyatakan bahwa kerangka konseptual merupakan basis untuk penyusunan standar
akuntansi, namun dimungkinkan standar akuntansi menyimpang dari kerangka konseptual.
Kerangka konseptual akuntansi pemerintah Indonesia menyatakan apabila ada pertentangan antara
kerangka konseptual akuntansi maka yang dipakai adalah standar akuntansi. Sebagai ilustrasi,
dalam Kerangka konseptual dinyatakan bahwa aset diakui berdasarkan nilai historis, namun
pengakuan persediaan dalam neraca pemerintah menggunakan nilai pembelian terakhir. Ketidak
sesuaian ini menunjukkan bahwa yang didahulukan dalam praktik akuntansi pemerintah adalah
standar akuntansi diatas kerangka konseptual.
Kebijakan akuntansi adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang dipilih dari
PABU, Kerangka Konseptual, Standar, atau praktik sehat yang digunakan dan dipilih oleh suatu
27
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

entitas, kemudian ditetapkan sebagai kerangka penyusunan laporan keuangan untuk periode
tertentu.
Pemerintah sebagai lembaga yang khas memiliki sejarah tersendiri dalam pengembangan prinsip-
prinsip pemerintahannya. Di Amerika, pengembangan prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan
sejajar dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam bidang akuntansi swasta. Namun
walaupun di Amerika perkembangan akuntansi berkembang pesat, di Indonesia pengembangan
akuntansi terlihat stagnan. Hal ini disebabkan adanya UU yang menghambat perkembangan
akuntansi yaitu menurut ICW 1927 yang mewajibkan Negara menerapkan stelsel kas dalam
pengelolaan keuangan Negara. Akuntansi pemerintah di Indonesia baru berkembang setelah
ditetapkannya UU Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 tentang kewajiban menggunakan basis
akrual dalam pelaporan keuangan Negara.

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang mendasari
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kerangka konseptual
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan, baik
pemerintah pusat maupun daerah. Kerangka konseptual merupakan acuan dan rujukan penting
bagi penyusun standar yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun
laporan keuangan, pemeriksa, dan para pengguna laporan keuangan dalam mencari solusi atas
permasalahan akuntansi yang mungkin belum dinyatakan dalam SAP.

LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, lingkungan
operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangannya. Berikut ini merupakan beberapa aspek penting dari lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangannya.

1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan


a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
Pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pihak eksekutif melaksanakannya
dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan
apropriasi tersebut. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan
tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.

b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah


Tiga lingkup pemerintahan di Indonesia yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang menghasilkan pendapatan (baik pajak maupun
bukan pajak) yang lebih besar akan digunakan sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah,
atau subsidi antar entitas pemerintahan.

28
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

c. Adanya pengaruh proses politik


Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan keseimbangan
fiskal adalah berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan
yang ada di masyarakat.
d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah
Seringkali efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan pungutan
yang digunakan untuk pelayanan tersebut sulit diukur sehubungan dengan monopoli
pelayanan oleh pemerintah. Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang
diberikan pemerintah adalah relatif sulit.

2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian


a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat
pengendalian
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi
dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja,
pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai
pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan
Fungsi aset bagi pemerintah berbeda dengan fungsi bagi organisasi komersial. Pemerintah
menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara langsung
menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung perkantoran, jembatan, jalan,
taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan
secara langsung bagi pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk
memeliharanya di masa mendatang.
c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian
Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan kelompok dana menurut
tujuannya, sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang mampu
menunjukkan keseimbangan antara belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima.
Akuntansi dana dapat diterapkan
untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain kelompok dana umum (the
general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan
pemerintah.

29
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

ENTITAS PELAPORAN DAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari:
Pemerintah pusat
Pemerintah daerah
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut
peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.

Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah antara lain:


Masyarakat
Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
Pemerintah

TUJUAN DAN PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi,
sosial, maupun politik.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai


pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan yang dituangkan dalam empat
laporan keuangan pokok yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pelaporan keuangan oleh entitas pelaporan memiliki beberapa peran diantaranya untuk
kepentingan:

Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah.
Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat (stakeholders).
Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)
Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh
pengeluaran, dan apakah generasi yang akan datang akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.

30
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

ASUMSI DASAR PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran
tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
Asumsi kemandirian entitas
Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya
kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab
penuh.
Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan
likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat
dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan
pengukuran dalam akuntansi.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Berikut ini merupakan prasyarat
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:
Relevan
Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan
maksud/kepentingan para penggunanya serta berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila: (1) memiliki manfaat umpan balik (feedback
value), (2) memiliki manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat waktu, dan (4) disajikan
selengkap mungkin.
Andal
Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya tidak
menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi yang andal memenuhi karakteristik: (1)
penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3) netralitas.
Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal.
Dapat dipahami
Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh para
pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna.

KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL


Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan
yang relevan dan andal seringkali menemui beberapa kendala akibat adanya keterbatasan
(limitation) ataupun karena alasan kepraktisan. Berikut ini merupakan hal-hal yang menimbulkan
kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:

31
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Materialitas
Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan dalam penyajian informasi
tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi yang diambil para penggunanya.
Pertimbangan biaya dan manfaat
Biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan/penyajian informasi dalam laporan keuangan harus
lebih kecil dari manfaat yang bisa diperoleh atas informasi tersebut. Oleh karena itu, laporan
keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih
kecil dari biaya penyusunannya.
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan
yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dari laporan keuangan
pemerintah.

PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN


Para pembuat standar akuntansi, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, serta para
pengguna laporan keuangan hendaknya dapat memahami dan mentaati ketentuan atau prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:
Basis akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas
transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi yang
digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas (cash basis) untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis
akrual (accrual basis) untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima
dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau dibayarkan dari kas
pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis
akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui pada saat terjadinya
transaksi/peristiwa tersebut, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan diperkenankan
untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan
sepenuhnya basis akrual (fully accrual basis), baik dalam
pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban,
dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke LRA
berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan
menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008.

Prinsip nilai historis (historical cost)


Dalam laporan keuangan, pencatatan aset dan kewajiban berdasarkan nilai

32
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

historisnya. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban tersebut di masa yang akan datang.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan
dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar.

Prinsip realisasi (realization)


Dalam akuntansi komersial digunakan prinsip yang disebut penandingan antara biaya dengan
pendapatan (matching-cost against revenue principle) pada suatu periode akuntansi. Berbeda
dengan akuntansi komersial, akuntansi pemerintahan menggunakan prinsip realisasi. Artinya,
pendapatan yang tersedia dan telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah pada suatu
tahun fiskal akan digunakan (direalisasikan) untuk membayar hutang dan belanja dalam
periode tersebut.

Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form)


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya,
maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Prinsip periodisitas (periodicity)


Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-
periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.

Prinsip konsistensi (consistency)


Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode
oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode
akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan
mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas
perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure)


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan
pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

Prinsip penyajian wajar (fair presentation)


Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun
laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.

33
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam
kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan
tidak andal.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu
kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur dalam laporan keuangan (aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan). Kriteria yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu:
Kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi.
Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat
diestimasi dengan andal.
Perlu mempertimbangkan aspek materialitas.

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos
dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai
perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Suatu standar akuntansi diturunkan dari kerangka konseptual. Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite independen yang disebut
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP ini dinyatakan dalam bentuk Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang menyajikan secara terperinci elemen-elemen
standar akuntansi dalam pemerintahan.

Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa
Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.

34
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Dalam rangka memudahkan pemahaman dan penerapannya, diterbitkan pula Interpretasi


Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP adalah
klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Sedangkan Buletin Teknis adalah
informasi yang memberikan arahan dan pedoman dalam mengatasi masalah-masalah akuntansi
dan pelaporan keuangan yang timbul.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan). SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.

Sistem Akuntansi dan Pengukuran Kinerja


Sistem akuntansi berbeda dengan prinsip dan standar. Sistem akuntansi adalah metode, prosedur,
teknik, atau cara untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, melaporkan dan memberi
masukan analisis informasi keuangan yang disediakan bagi suatu entitas. Pertimbangan utama
dalam sebuah sistem akuntansi adalah adanya pengendalian intern. Sistem akuntansi harus
memperhatikan lingkungan pengendalian, analisis risiko, aktivitas pengendalian, komunikasi dan
informasi, dan pemantauan (COSO, 2009).

Namun sistem akuntansi tidak bisa dilepaskan dari Standar Akuntansi. Sistem akuntansi
pemerintahan pasti harus diatur dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah dengan
memperhatikan standar akuntansi. Sistem terdiri dari komponen input, proses dan output.
Komponen lainnya berupa outcome. Untuk menghitung kinerja pemerintah daerah, maka
diperlukan konsep efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dengan memperhatikan input, proses,
output dan outcome.

Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan
peraturan Gubernur/bupati/walikota, dengan mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah.

Didalam literatur sektor publik, maka kinerja keuangan dapat dilihat dari efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis. Efisiensi terjadi apabila rasionalitas nilai anggaran dibandingkan dengan nilai hasil
kerja. Efektivitas terjadi apabila rasionalitas kerja anggaran dengan pencapaian hasil. Ekonomi
terjadi apabila terdapat penghematan nilai anggaran dalam pencapaian hasil. Dalam penilaian
akuntabilitas penganggaran daerah, biasanya disertakan Equity yang merupakan ketepatan sasaran
pemanfaat.

35
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 4
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA , ANGGARAN DAN AKUNTANSI

Secara umum dalam bab ini pembaca diharapkan untuk memahami siklus anggaran dan siklus
akuntansi dalam pemerintahan di Indonesia. Pembaca diharapkan mampu untuk mendeskripsikan
dan menganalisa serta mensitesakan model ringkas pelaporan pemerintah baik laporan anggaran
maupun akuntansi dalam memahami kompleksitas yang ditemui dalam laporan anggaran dan
akuntansi pemerintah Indonesia.

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk:
1. Menjelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara.
2. Menjelaskan pelaksanaan anggaran/perbendaharaan pada pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam siklus pengelolaan keuangan negara.
3. Menjelaskan sistem penerimaan dan sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran di
satuan kerja pada siklus pengelolaan keuangan negara.
4. Menjelaskan sistem dan prosedur akuntansi dalam pelaksanaan anggaran pada siklus
pengelolaan negara.
5. Menjelaskan sistem akuntansi bagi pengguna anggaran dan bendahara umum pada
pengelolaan keuangan negara.
6. Mengetahui macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan yang diberikan oleh
pemeriksa.
7. Mengetahui kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini atas laporan
keuangan pemerintahan.
8. Menjelaskan tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah.
9. Menjelaskan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.
10. Menjelaskan tahapan dalam siklus akuntansi.
11. Menjelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi.

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Siklus pengelolaan keuangan negara merupakan rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan Negara. Pengelolaan keuangan
Negara adalah pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja Negara. Anggaran dalam sektor
pemerintahan adalah segalanya. Tidak ada satu transaksipun yang berbasiskan kepada anggaran.

Pada pengelolaan keuangan negara, siklus terdiri dari perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan anggaran/perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban.

1. Perencanaan dan Penganggaran


Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penyempurnaan
penganggaran dilakukan melalui pendekatan berikut ini:
Pengintegrasian antara Rencana Kerja dan Anggaran
Rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan dan disusun secara terintegrasi.
Penyatuan Anggaran (unified budget)

36
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki satu dokumen anggaran. Tidak
ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini
diharapkan tidak terjadi duplikasi anggaran.
Penganggaran Berbasis Kinerja
Alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang akan dicapai, terutama berfokus pada output
atau keluaran dari kegiatan yang dilaksanakan.
Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Dalam rangka menjaga kesinambungan program/kegiatannya, pemerintah daerah dituntut
menyusun anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah. Selain menyajikan
anggaran yang dibutuhkan selama tahun berjalan, pemerintah daerah juga dituntut
memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi beban APBD Pemerintah daerah
pada tahun anggaran berikutnya sehubungan dengan adanya program/kegiatan tersebut.
Klasifikasi Anggaran
Pemerintah menggunakan klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada
Government Finance Statistic (GFS). Klasifikasi anggaran tersebut terdiri dari klasifikasi
menurut fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja.

Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedang pada
pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran
pada pemerintah pusat dipimpin oleh Kementerian Keuangan sedangkan pada pemerintah
daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan rancangan
kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif, yang diperlukan oleh
Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran-KL/Rencana
Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja perangkat Daerah (RKA-KL/SKPD). Rancangan
RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD,
maka kebijakan umum, program prioritas, dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar
bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun RKA. RKA ini selanjutnya digunakan
untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (RAPBN/D)
yang wajib disampaikan ke legislatif untuk dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk
ditetapkan menjadi APBN/APBD. Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada
persetujuan oleh DPR, pada RAPBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD
yang telah disetujui oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan
Mendagri untuk RAPBD provinsi.

2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA
harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna
anggaran pada kementrian/lembaga.

Pada pemerintah daerah, setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib
menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pada pemerintah daerah masih diperlukan
Surat Penyediaan Dana (SPD) yaitu suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk

37
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

melaksanakan kegiatan. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib
melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait dengan
pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran.

Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan
tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang melakukan
pemungutan (azas bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke rekening Kas Umum
Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas
Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan
pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada
bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke
Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang
dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang
dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih
dikenal dengan sistem LS (pembayaran langsung). Pembayaran dengan sistem LS dilakukan
untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah
dengan menggunakan Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran
dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk
membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.

3. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran, tujuannya
adalah:
Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait sehingga jelas
pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka.
Terselenggaranya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya penyelewengan.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas
pelaporan dalam pengelolaan keuangan.

Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu sebagai pengguna
anggaran bendahara umum.
Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai dengan perannya sebagai pengguna anggaran,
bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi yang menjadi kewenangannya,
diantaranya adalah pendapatan (pendapatan bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya
terkait dengan jasa yang dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan dengan
menggunakan uang persediaan maupun dengan sistem langsung) dan aset yang dikelola dan
digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna anggaran, pada
akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

38
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang tidak diserahkan
pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran (pendapatan bunga dan hasil
investasi), belanja (belanja bunga, hibah dan dana perimbangan), pembiayaan (investasi
dalam bentuk penyertaan modal, obligasi dan pemberian pinjaman jangka kepada pihak
lain). Dari pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan yang
dihasilkan, yaitu LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK.

4. Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya
kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun lembaga perwakilan tersebut tidak
mempunyai informasi secara penuh mengenai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan
keuangan daerah dari eksekutif. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan
independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang berwenang
untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban tersebut adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapat (opini) tentang
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada empat macam opini
yang diberikan pemeriksa, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian.
b. Wajar dengan pengecualian.
c. Tidak wajar.
d. Menolak memberikan opini.

Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan opini antara lain:


a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.

Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP dimaksud disampaikan kepada DPR/DPRD/DPD
sesuai dengan kewenangannya (kecuali yang memuat rahasia negara) dan kepada pemerintah.
LHP atas laporan keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan
setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah. Dalam rangka transparansi dan
partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada legislatif dinyatakan terbuka untuk
umum. Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil
pemeriksaan.

5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini disampaikan kepada lembaga legislatif
selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selain laporan keuangan
tersebut, juga dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah dan satuan kerja

39
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

lainnya yang pengelolaanya diatur secara khusus seperti misalnya Badan Layanan Umum
(BLU).

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu entitas
dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Pada umumnya siklus anggaran
terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penyusunan/Persiapan Anggaran
2. Ratifikasi Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Pelaporan dan Evaluasi

Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada
dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya. Menurut buku panduan
tentang Analisis dan Advokasi Anggaran
Pemerintah Daerah di Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (The Asia Foundation) dari
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)
proses/siklus anggaran dapat dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui forum
pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah
(dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan APBD diserahkan oleh kepala daerah
(pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama. Dalam
proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran
Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting.
Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program
namun pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-
masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan
usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai dengan pidato
dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan
melakukan pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi
diskusi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana
pada kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan
eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.

3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui peraturan
daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan pelaksanaan
berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan

40
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Januari setiap tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak
eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang jumlahnya sesuai dengan
struktur organisasi pemerintah daerah yang bersangkutan.

4. Tahapan Auditing (Pemeriksaan)


Tahapan auditing mencakup antara lain penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu
satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan
internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dan BPKP, serta
pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang berbeda. Tahap 1
dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran) memerlukan waktu 12 bulan, Tahap 3
(Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12 bulan, dan Tahap 4 (Auditing Anggaran) memerlukan
waktu 6 bulan. Dengan demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua
setengah tahun).

Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005 dan PP Nomor 58
Tahun 2005, diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2 (Penyusunan dan
Penetapan Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan, meskipun pada kenyataannya
setiap pemerintahan kabupaten/kota mempunyai variasi tersendiri dalam pengatuaran waktunya.
Secara singkat, siklus dan mekanisme APBD dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, dan evaluasi dan audit. Semua tahap atau proses
tersebut dapat dibagi menjadi input proses dan output. Siklus ini dapat dilihat di bawah ini:

SIKLUS AKUNTANSI
Dari sudut pemakai, akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu
organisasi. Sementara dari sudut proses kegiatannya, akuntansi merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, penganalisaan, dan penafsiran data keuangan suatu unit ekonomi
tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akuntansi harus mencakup: identifikasi data yang
relevan, proses atau analisis data, dan pengubahan dari data menjadi informasi yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan yang tertuang dalam laporan keuangan.
Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses akuntansi atau
siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari analisa transaksi keuangan dan diakhiri dengan
analisa laporan keuangan.

Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus didukung dengan bukti. Setiap
transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen sumber. Atas dasar
dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisa dan dicatat secara kronologis (berdasarkan
urutan waktu) dalam jurnal. Setiap transaksi yang telah dianalisa, diklasifikasikan dan dicatat
dalam jurnal kemudian dipindahkan ke perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar
pembantu. Proses pemindahan ini disebut pembukuan (posting).
Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku besar. Penyesuaian
diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar mencerminkan kondisi yang sebenarnya

41
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

pada akhir periode akuntansi. Setelah menjurnal dan memposting penyesuaian yang diperlukan,
dibuatlah neraca saldo setelah penyesuaian. Dengan dasar penyesuaian tersebut maka dapat
disusun laporan keuangan. Dalam akuntansi pemerintahan, laporan keuangan tersebut terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Kinerja
Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain keempat laporan keuangan pokok tersebut,
dapat juga menyelenggarakan laporan keuangan tambahan seperti Laporan Operasional dan
Laporan Perubahan Ekuitas Dana.

Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat ayat-ayat
penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar. Setelah semua ayat
penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun nominal sudah ditutup, maka dihitung
saldo dari setiap akun buku besar untuk menyusun neraca saldo setelah penutupan. Setelah tahap
penutupan dan dibuat daftar saldo setelah penutupan serta pembalikan, maka Neraca Awal dapat
disusun.

PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ANGGARAN DAN SIKLUS


AKUNTANSI

Terdapat perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Penekanan siklus anggaran
adalah ketaatan terhadap aturan dan pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sementara itu penekanan siklus akuntansi adalah pencatatan realisasi transaksi tanpa terlewat satu
transaksi pun.

Anggaran ditetapkan di masa lalu, maka dapat dipastikan dalam siklus akuntansi akan terdapat
transaksi yang tidak dapat dianggarkan sebelumnya. Hal ini adalah suatu hal yang wajar,
dikarenakan anggaran merupakan prediksi di masa yang akan datang. Jarang terjadi prediksi yang
pasti tepat seratus persen, oleh karena itu pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan
anggaran dan akuntansi. Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut dengan
transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam siklus akuntansi.
Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akuntansi adalah terletak pada tahap
pelaksanaan anggaran.

42
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 5
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:


1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana.
2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan.
3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana.
4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus penghitungannya.
5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus penghitungannya.
6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus penghitungannya.
7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan.
8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.
9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis transaksi sederhana di
pemerintahan.
10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan pengaruhnya terhadap
persamaan akuntansi.
11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi pemerintahan.
12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi dan neraca.

DANA UMUM DAN EKUITAS DANA


Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka
kita perlu mengetahui mengenai mekanisme akuntansi dana umum yang dianut oleh SAP. Standar
Akuntansi Pemerintahan Indonesia menganut konsep dana umum, sebagaimana dinyatakan secara
implisit dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 15, sebagai berikut:
Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana
selain kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.

Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di Indonesia menganut


konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya tidak ditemukan penjelasan lebih
lanjut mengenai dana umum ini. Dana umum ini dalam praktiknya terdapat pada sisi ekuitas di
neraca pemerintah.

Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan
(financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu (spesifik). Dana juga
dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau proyek yang
didanai dengan aset likuid tersebut.

43
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification


(Wilson and Katellus, 2004:34):

A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing set of
accounts recording cash and other financial resources, together with all related liabilities
and residual equities or balances and changes there in, which are segregated for the
purpose of carrying on spesific activities or attaining certain objectives in accordance with
special regulations, restrictions, or limitations.

Konsep dana sangat fundamental bagi akuntansi pemerintah. Sebagaimana dinyatakan di dalam
definisi tersebut, suatu dana adalah merupakan entitas fiskal yang terpisah yang memiliki sumber
daya sendiri dan melaporkan kewajibannya sendiri dan hasil operasi untuk periode fiskal. Lebih
jauh, suatu dana secara konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri (misalnya jurnal, buku
besar) dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara terpisah. Dengan demikian suatu
dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini memandang bahwa kegiatan, program,
proyek atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi
pusat pelaporan disebut dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk
pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai dana yang berdiri
sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian diperlukan seperangkat sistem akuntansi
yang dapat menghasilkan data akuntansi dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban
kesatuan dana tersebut.

Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin Teknis Nomor
03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:
Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam
format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self balancing.

Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan selisih antara
saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekuitas dana di
dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban

Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap digunakan adalah
ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) dan dana cadangan. Untuk
menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana
SiLPA yang tersedia.

44
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam pemerintahan
menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pemerintah terhadap keuangan
rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa
aset pemerintah harus ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah
sendiri (ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus selalu
sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi disebut dengan
persamaan akuntansi.

Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar akun (tempat mencatat transaksi) dalam
suatu sistem akuntansi, akibat dimintanya pertanggungjawaban atas dasar konsep entitas
pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki agar kekayaan yang dikelola oleh
pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi
pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

A = K + ED

Di dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia berdasarkan Standar


Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Ekuitas Dana pemerintah dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Ekuitas Dana Lancar
2. Ekuitas Dana Investasi
3. Ekuitas Dana Cadangan

Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang dimaksudkan.
Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ekuitas Dana Lancar


Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek.
Dengan kata lain Ekuitas Dana Lancar sama dengan aset lancar dikurangi kewajiban jangka
pendek.

45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Lancar

Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Akun Lawan


SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara
Pengeluaran, dan Investasi Jangka
Perhitungan Anggaran) Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan Kas di Bendahara Penerimaan
Cadangan Piutang Piutang
Cadangan Persediaan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Pendek
Pembayaran Hutang Jangka Pendek

2. Ekuitas Dana Investasi


Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam aset non-
lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana
Investasi mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam kekayaan
berjangka panjang. Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca dapat diperoleh dengan
menjumlahkan:
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Aset Lainnya

Dikurangi:
Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi

Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Akun Lawan


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Panjang
Pembayaran Hutang Jangka Panjang
3. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam
dalam Dana Cadangan. Dengan demikian jumlah yang disajikan di neraca adalah sebesar
jumlah Dana Cadangan. Dana cadangan ini tersimpan di dalam rekening di bank yang diatur
dengan peraturan daerah.

46
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Cadangan


Akun Sub Ekuitas Dana
Cadangan Akun Lawan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan

Adanya 3 jenis Ekuitas Dana di dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, akan mengubah struktur
persamaan akuntansi, menjadi sebagai berikut:

A = K + EDL + EDI + EDC

Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas Dana Lancar,
EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana Cadangan.

Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap kelompok ekuitas
dana, dapat menggunakan rumus berikut ini:

EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek

EDI = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya


Kewajiban Jangka Panjang

EDC = Dana Cadangan

Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat dengan


berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3 tahap anggaran yaitu pada
saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran pemerintah akan berpengaruh terhadap
persamaan akuntansi pemerintah pada saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual)
dan pada saat peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).

Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang berdasarkan
anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC

Posisi keuangan akhir:


A = K + EDL + EDI + EDC

Tanda dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa komposisi dan jumlah rupiah aset,
kewajiban, dan ekuitas dana berubah setelah adanya transaksi tetapi jumlah rupiah aset total akan
selalu sama dengan jumlah rupiah kewajiban dan ekuitas dana. Apabila elemen penyebab

47
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

perubahan ekuitas dipisahkan maka selama periode fiskal terjadinya transaksi, ekuitas awal tidak
akan berubah dan sebagai gantinya timbul elemen-elemen Pendapatan (P), Belanja Operasi (BO),
Belanja Modal (BM), Pendapatan Pembiayaan (PF), dan Belanja Pembiayaan (BF) dalam
persamaan di atas. Pada akhir periode, persamaan akuntansi pemerintah akan menjadi sebagai
berikut:

A = K + (EDL + P BO) + (EDI + BM) + EDC + PB - BB

KOROLARI DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Bagian ini disarikan dari Sinaga (2005). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005, menggunakan basis modifikasi kas
menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan
ekuitas dengan basis akrual sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis
kas. Aset, kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur Neraca sedangkan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain,

Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus
Kas disajikan dengan basis kas.

Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling berhubungan.
Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua
penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi Anggaran
didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja seharusnya
langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan tetapi penerimaan pendapatan
dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak
secara langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-
akun pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran belanja
dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun ditutup ke akun ekuitas dana lancar
(bandingkan dengan pengertian pendapatan dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam
akuntansi komersial). Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran,
artinya harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan, belanja, dan
pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan diakui atau dicatat pada
saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan hanya mempengaruhi
kas dan tidak mempengaruhi komponen lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan

48
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

pengeluaran kas. Akibat perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan
ekuitas pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat pendapatan dan
biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.

Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas menuju akrual ini
dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan:

Kas = Ekuitas Dana Lancar Pendapatan

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang disebut juga akun
nominal (nominal account).

Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan:

(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja

Belanja merupakan nominal account.

Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung misalnya akan dijurnal:

(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal

Pertanyaannya, Mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang bersangkutan? Seharusnya,
seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran untuk perolehan aset tetap (belanja modal
untuk pembangunan gedung) dapat dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai
berikut:

(Kas) = Gedung & Bangunan Belanja Modal

Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika dilakukan
penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan mempengaruhi belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh
karena seluruh transaksi kas pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka
pengeluaran untuk belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

49
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran pokok hutang
akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:
(Kas) = Pengeluaran Pembiayaan Pokok Hutang Bayar pokok hutang

Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung pada kewajiban di
Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan
untuk Pembayaran Pokok Hutang.

Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau penerimaan
pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh
karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di Neraca hanya akun kas. Akan
tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak hanya mempengaruhi kas di Neraca.

Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja modal selain
mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang bersangkutan dan akun pasangannya
dalam kelompok ekuitas. Contohnya pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh
lainnya, penerimaan uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah
kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar pengeluaran kas
tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya yang terkait sekaligus juga masuk
dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang
masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang disebut
dengan jurnal korolari.

Melalui mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset tetap seperti
pembelian gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal.
Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat jurnal
pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset yang bersangkutan dan
mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan
belanja modal sebesar Rp 100 miliar untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:
(Kas) = EDL - SiLPA Belanja Modal
(100) = (100)

Persamaan ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pencatatan
tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu
dibuatkan persamaan korolari:

Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Korolari Belanja

50
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Tetap Modal
100 = 100

Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan Laporan Realisasi
Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam kelompok aset tetap dan akun
Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa jurnal korolari
digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca (selain kas) dan Laporan
Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang sama.

Pertanyaannya adalah Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat memungkinkan dapat
disajikannya unsur neraca selain kas? Jawabnya adalah Ada. Akun-akun yang dimaksud bisa
saja dicatat pada akhir tahun dengan menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk
akun-akun terkait dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan
begitu rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada akhir
tahun dengan mekanisme ini.

51
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 6
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk:
1. Menjelaskan bukti transaksi.
2. Menjelaskan bukti transaksi utama?
3. Menjelaskan bukti transaksi pendukung?
4. Menjelaskan pengertian jurnal.
5. Menjelaskan syarat-syarat penjurnalan.
6. Mengetahui aturan debet dan kredit serta aturan kontra akun dalam akun ekuitas dana.
7. Menjelaskan dan membuat kode akun sederhana dalam akuntansi pemerintahan daerah.
8. Menjelaskan bukti/formulir jurnal dalam akuntansi pemerintahan.
9. Mengetahui format jurnal umum.
10. Menjelaskan prosedur menjurnal.
11. Membuat jurnal umum atas transaksi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan manual dalam akuntansi pemerintahan.
12. Membuat jurnal korolari dalam akuntansi pemerintahan.

ANALISIS BUKTI TRANSAKSI


Secara singkat aktivitas akuntansi adalah suatu proses identifikasi (penentuan), pengukuran dan
komunikasi (penyampaian) informasi ekonomis. Informasi ekonomis yang dihasilkan tersebut
terdiri dari data keuangan mengenai suatu transaksi yang dinyatakan dalam bentuk uang.
Transaksi-transaksi tersebut harus mengalami proses identifikasi dan pengukuran terlebih dahulu
sebelum dicatat ke dalam jurnal.
Transaksi merupakan suatu kejadian/peristiwa/kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan
suatu entitas. Berdasarkan jenisnya, transaksi terbagi menjadi:
a. Transaksi kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan kas.
Contoh: Pencairan SPMU (), Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll.
b. Transaksi non-kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset, Hutang,
pendapatan, dan belanja tetapi tidak mempengaruhi kas. Contoh: Penerimaan Aktiva Tetap dari
Donatur, Pembebasan Hutang.
Seperti telah dibahas pada bab 4 tentang siklus akuntansi, proses awal dalam siklus akuntansi
adalah menganalisis transaksi keuangan unit usaha (entitas). Dalam proses analisis transaksi
tersebut, keberadaan bukti transaksi sangat penting. Bukti transaksi adalah semua media
pendokumentasian dari transaksi atau kejadian ekonomi.
Dalam akuntansi sektor swasta, bukti transaksi dibedakan menjadi bukti intern dan bukti ekstern.
Bukti-bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan disebut bukti intern, sedangkan bukti
yang diterima dari luar perusahaan disebut bukti ekstern. Contoh dari bukti transaksi dalam sektor
swasta umumnya berupa kuitansi, faktur, cek, tagihan pembayaran dan nota pembelian atau
penjualan. Bukti tersebut memberikan keterangan rinci mengenai sifat, pihak-pihak yang terlibat,
serta jenis barang atau jasa yang tercakup dalam transaksi tersebut.

52
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Dalam akuntansi pemerintahan, bukti transaksi pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
BKM (bukti transaksi kas masuk)
BKK (bukti transaksi kas keluar)
BM (bukti transaksi memorial/non-kas)

Contoh dari bukti transaksi dalam akuntansi pemerintahan yaitu:


Kas : Surat Tanda Setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM)
Piutang : Daftar Piutang
Persediaan : BA (Berita Acara?) Penerimaan Barang, Daftar Persediaan
Aktiva Tetap : BA (.....) Penerimaan Inventaris, Daftar Aktiva

JURNAL
Dokumen pembukuan merupakan bukti tertulis yang mendasari pencatatan suatu transaksi.
Transaksi-transaksi dicatat berdasarkan informasi yang diberikan oleh dokumen pembukuan.
Bukti dokumen tersebut dicatat pertama kali dalam sebuah
daftar yang disebut jurnal. Karena itu jurnal sering disebut dengan the book of original entries
atau buku ayat asli.

Mencatat transaksi ke dalam buku jurnal disebut dengan menjurnal. Jurnal (journal) adalah buku
catatan transaksi secara kronologis sesuai dengan urutan
tanggal terjadinya. Jurnal mencatat akun-akun yang akan terpengaruh oleh transaksi beserta
jumlah dan keterangan ringkas tentang transaksi.

Setiap transaksi yang akan dicatat, terlebih dahulu harus dianalisa. Tahap-tahap dalam
menganalisa suatu transaksi adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan perkiraan/rekening/akun yang dipengaruhi transaksi tersebut.
2. Menetapkan akun-akun yang terpengaruh tersebut bertambah atau berkurang.
3. Menetapkan penambahan atau pengurangan tersebut mengakibatkan perkiraan yang
bersangkutan harus didebet atau harus dikredit dalam jurnal.

Oleh karena itu terdapat beberapa persyaratan yang harus diketahui oleh seorang akuntan dalam
membuat jurnal dalam akuntansi pemerintahan, antara lain sebagai berikut:

1. Pemahaman bahwa jurnal merupakan implikasi dari sistem tata buku berpasangan
(double entry system)
Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua pencatatan di pemerintahan menggunakan
sistem tata buku tunggal. Sistem tata buku tunggal merupakan sistem yang mencatat transaksi
ekonomi dalam satu buku. Buku tunggal yang dimaksud biasanya buku kas umum.

53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi pemerintahan, setiap
pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu. Analisa dilakukan dengan
menghubungkan transaksi dengan persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan
mempengaruhi persamaan akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku
berpasangan akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap
transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka tentu saja tidak
praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan tersebut, maka transaksi dianalisis
dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal, debet dan kredit.

2. Mengetahui aturan debet, kredit, saldo normal, dan aturan kontra akun
Istilah debet dan kredit dalam akuntansi menunjukkan sisi sebelah kiri dan kanan. Debet dan
kredit bukan berarti debet sama dengan tambah dan kredit sama dengan kurang, tetapi
menunjukkan kolom kiri atau kanan. Saldo normal klasifikasi kode akun ditunjukkan melalui
tabel berikut ini:

Nama Akun Saldo Normal Penambahan Pengurangan


Aset Debet Debet Kredit

Kewajiban/ Hutang Kredit Kredit Debet


Ekuitas Dana Kredit Kredit Debet

Pendapatan Kredit Kredit Debet


Belanja Debet Debet Kredit

Pendapatan Pembiayaan Kredit Kredit Debet


Belanja Pembiayaan Debet Debet Kredit

Secara khusus, aturan debet dan kredit untuk akun ekuitas dana menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas Dana Lancar

Akun Sub Ekuitas Dana


Lancar Saldo Normal Penambahan Pengurangan
SiLPA/SiKPA (Selisih
Lebih/Kurang Perhitungan Kredit Kredit Debet
Anggaran)

Pendapatan yang
Ditangguhkan Kredit Kredit Debet
Cadangan Piutang Kredit Kredit Debet
54
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Cadangan Persediaan Kredit Kredit Debet


Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Debet Debet Kredit
Jangka Pendek

b. Ekuitas Dana Investasi

Akun Sub Ekuitas Dana


Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Investasi
Diinvestasikan dalam
Investasi
Kredit Kredit Debet
Jangka Panjang

Diinvestasikan dalam Aset


Tetap Kredit Kredit Debet
Diinvestasikan dalam Aset
Kredit Kredit Debet
Lainnya

Dana yang Harus Disediakan


untuk Pembayaran Hutang Debet Debet Kredit
Jangka Panjang

c. Ekuitas Dana Cadangan

Akun Sub Ekuitas Dana


Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Kredit Kredit Debet
Cadangan

3. Memiliki kode akun


Untuk memudahkan dalam mengklasifikasi tiap transaksi ke dalam akun tetentu yang
dipengaruhi oleh transaksi tersebut, biasanya dirancang suatu daftar akun. Begitu juga dalam
akuntansi pemerintahan, dalam melaksanakan analisis transaksi diperlukan daftar akun yang
harus dibuat secara kompatibel dengan akun anggaran. Daftar akun biasanya disertai dengan
penjelasan dan petunjuk tentang tata cara pencatatan di dalamnya serta tentang jenis-jenis
transaksi yang dapat dicatat dalam tiap akun. Dalam akuntansi bisnis sekalipun, seorang
pegawai pembukuan tidak boleh mengarang sendiri nama akun untuk mencatat transaksi,

55
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

apalagi di dalam akuntansi pemerintahan. Daftar akun ini sudah ditetapkan dengan keputusan
menteri keuangan untuk daftar akun instansi pemerintah pusat dan keputusan menteri dalam
negeri untuk daftar akun pemerintah daerah.

Setiap nama akun ditetapkan dan diberi kode untuk memudahkan penjurnalan dan cek silang
(cross check) apabila ada kesalahan. Kode akun dalam akuntansi, dapat disusun
menggunakan metode pengkodean angka, huruf atau gabungan angka dan huruf. Metode
manapun yang dipilih, kode akun harus dibuat secara sistematis. Pada umumnya kode awal
diberikan untuk akun neraca dan kemudian untuk akun anggaran (pendapatan dan belanja).
Suatu kode akun harus menjadi alat identifikasi yang bersifat unik dan tepat. Pada umumnya
digunakan 3 cara sistem penyusunan kode akun:
Block account codes
Group account codes
Decimal account codes

Pada pemerintahan daerah misalnya, urusan kode akun ini menjadi hal yang kompleks,
karena banyaknya informasi yang harus diolah dan struktur organisasi yang kompleks juga.
Sebagai contoh, menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, diperlukan kode akun untuk:
a. kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi
b. susunan kode akun keuangan daerah
c. kode rekening pendapatan propinsi
d. kode rekening pendapatan kabupaten/kota
e. kode dan klasifikasi fungsi
f. klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan negara
g. kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah
h. kode rekening belanja daerah
i. kode rekening pembiayaan daerah

Permendagri ini hanya memberikan gambaran umum semata dan tidak mengatur secara
spesifik kode akun yang diperlukan dalam akuntansi pemerintahan daerah. Oleh karena itu
pemerintahan daerah harus mengembangkan sendiri kode akunnya. Kode akun secara umum
yang digunakan dalam pemerintahan daerah adalah Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan,
dan Belanja termasuk juga Pembiayaan.

4. Memiliki bukti transaksi


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan bukti transaksi sangat penting sebagai
media pendokumentasian dari transaksi atau peristiwa ekonomi.

56
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

5. Memiliki bukti jurnal


Bukti jurnal adalah pendokumentasian bukti transaksi ke dalam alat/media untuk melakukan
pencatatan akuntansi. Bukti jurnal memuat kode serta sisi debet dan kredit perkiraan Buku
Besar dari masing-masing transaksi, nama dan tanda tangan/paraf dari petugas/pejabat
pembuat bukti, petugas/pejabat validasi bukti, dan petugas pembuku bukti. Bukti jurnal ini
adalah sebagai dasar melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal.

Bukti Jurnal berdasarkan jenis transaksi, digolongkan menjadi:


a. Bukti jurnal Kas Masuk (BKM), yaitu dokumen yang mendukung jurnal penerimaan kas.
Pemegang Kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat BKM
berdasarkan dokumen dasar berupa Surat Tanda Setoran (STS) atau bukti
pemotongan/pemungutan Pajak-pajak Pusat/Negara. Bendaharawan Umum
Daerah/Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM berdasarkan STS ke Kas daerah.
b. Bukti jurnal Kas Keluar (BKK), yaitu dokumen yang mendukung jurnal pengeluaran kas
oleh Bendaharawan atau Kas Daerah. Pemegang kas pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) membuat BKK berdasarkan dokumen dasar berupa bukti-bukti
pengeluaran anggaran (misalnya: kuitansi pembelian, BA (berita acara?) serah terima
barang/pekerjaan). Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM mendasarkan SPM
(Surat Perintah Membayar).
c. Bukti jurnal non-kas/Bukti jurnal Memorial (BM), yaitu dokumen yang mendukung
penambahan dan atau pengurangan terhadap pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
Hutang, dan ekuitas dari transaksi non-kas.

PENJURNALAN TRANSAKSI
Rancangan buku jurnal berkembang dari yang mula-mula naratif sifatnya, kemudian menjadi
jurnal standar. Berdasarkan jenisnya, jurnal terdiri dari jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal
penutupan, jurnal pembalikan, jurnal reklasifikasi, dan jurnal koreksi. Sedangkan berdasarkan
format sajiannya, jurnal terbagi menjadi format jurnal umum (memorial dua kolom) dan jurnal
khusus (multi kolom). Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan mengenai jurnal transaksi dengan
format jurnal umum. Berikut ini adalah contoh format jurnal umum:

Halaman: 01
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Transaksi Ref.
Debet Kredit
20X
X
Jan 01 Kas xxx
Pendapatan xxx
(Pencatatan realisasi PAD)

57
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Proses pencatatan suatu transaksi dalam sebuah buku jurnal disebut menjurnal/penjurnalan
(journalizing). Prosedur menjurnal pada jurnal umum
adalah sebagai berikut:
1. Pada kolom tanggal diisi dengan tahun dan bulan (cukup dicatat satu kali pada setiap halaman,
kecuali jika tahun dan bulan tersebut berganti) serta tanggal (dicatat setiap tanggal terjadinya
transaksi).
2. Menuliskan ayat jurnal pada kolom uraian transaksi.
Nama akun yang akan didebet ditulis di sebelah kiri sekali dalam kolom uraian dan jumlah
uangnya dimasukkan dalam kolom debet.
Nama akun yang akan dikredit ditulis di bawah akun yang didebet dan agak masuk ke
kanan, lalu jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom kredit.
3. Penjelasan singkat mengenai transaksi dapat ditulis di bawah setiap ayat jurnal.

Nama-nama akun yang digunakan dalam jurnal harus sesuai dengan nama-nama akun yang ada
dalam buku besar. Lajur referensi baru digunakan setelah ayat-ayat jurnal dipindahkan ke akun-
akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai contoh, beberapa transaksi Kabupaten
Makmur akan digunakan untuk menunjukkan penjurnalan transaksi.

Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten Makmur, dalam
tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000.
B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000.
C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000.
D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000.
E. Korolari: Pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Rp 10.000.
F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000.
G. Korolari: Pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000.
H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan Pemda untuk pembuatan
Bandara di Pemkab Makmur Rp 5.000.
I. Korolari: Pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000
Diminta untuk membuat:
1. Kode akun untuk menampung transaksi yang berlaku untuk semua transaksi tersebut,
menggunakan metode penyusunan kode akun angka dan sistem blok.
2. Jurnal untuk transaksi inventarisasi.
3. Jurnal untuk transaksi realisasi anggaran tahun 2006.

Jawaban:
1. Kode Akun
Kode Akun Nama Akun
1 Aset

58
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

100 Kas di Kas Daerah


110 Persediaan
150 Aset Tetap
190 Dana Cadangan
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek
250 Hutang Jangka Panjang
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
301 Cadangan Persediaan
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
4 Pendapatan
400 Pendapatan
5 Belanja
500 Belanja Operasi
501 Belanja Modal (Aset Tetap)
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang)
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
Ket: YHD= yang Harus Disediakan

2. Jurnal Inventarisasi
Pada contoh ini, kolom tanggal diisi dengan urutan terjadinya transaksi sesuai abjad.
(dalam jutaan rupiah)

Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
A Kas di Kas Daerah 100 5.000
Persediaan 110 2.000
Aset Tetap 150 3.000
Dana Cadangan 190 1.000
Hutang Jangka Pendek 200 1.500
Hutang Jangka Panjang 250 2.500
SiLPA/SiKPA 300 5.000
Cadangan Persediaan 301 2.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 320 3.000
Diinvestasikan dalam Dana Cadang. 350 1.000
DYHD u. Pembayaran Hutang J. 302 -1.500

59
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Pendek
DYHD u. Pembayaran Hutang J.
Panjang 321 -2.500
(Pencatatan Inventarisasi Aset
Pemerintah
Daerah)

3. Jurnal Transaksi
(dalam jutaan rupiah)

Tangga Jumlah (Rp)


l Uraian Ref.
Debet Kredit
B Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)

C Belanja Operasi 500 15.000


Kas 100 15.000
(Pencatatan belanja operasi)

D Belanja Modal 501 10.000


Kas 100 10.000
(Pencatatan belanja modal)

E Aset Tetap 150 10.000


Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 320 10.000
(Pencatatan jurnal korolari atas aset
tetap
yang dibeli dari belanja modal)

F Kas 100 7.000


Penerimaan Pembiayaan 600 7.000
(Pencatatan realisasi penerimaan
pembiayaan
hutang jangka panjang)

G DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 7.000


Hutang Jangka Panjang 250 7.000
(Jurnal korolari untuk pengakuan hutang
jangka panjang)

H Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000


Kas 100 5.000

60
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

(Pengeluaran pembiayaan untuk


pembentukan
dana cadangan)

I Dana Cadangan 190 5.000


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 350 5.000
(Jurnal korolari penambahan dana
cadangan)

JURNAL KOROLARI
Selain jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan, dan jurnal
koreksi, dalam akuntansi pemerintah juga diselenggarakan suatu pencatatan yang disebut dengan
jurnal korolari. Jurnal korolari dibuat ketika ada transaksi yang mempengaruhi neraca pemerintah.
Sebelumnya, korolari dalam persamaan akuntansi pemerintahan juga dibahas dalam bab 5
(Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan).

Jurnal korolari dibuat untuk memasukkan pos-pos neraca terhadap sistem pencatatan akuntansi
pencatatan akuntansi pemerintahan. Pos-pos yang terpengaruh dengan jurnal korolari adalah:
1. Pencatatan belanja modal. Pencatatan belanja modal memerlukan jurnal korolari,
dikarenakan belanja modal memerlukan pencatatan belanja modal di laporan realisasi
anggaran dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan
pada nilai aset tetap di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu
diperlukan jurnal korolari setelah pengakuan belanja modal tersebut.

Pencatatan belanja modal


Belanja Modal Rp xxx
Kas di Kas Negara Rp xxx

Aset tetap Rp xxx


Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp xxx

2. Pencatatan pelepasan aset tetap. Pencatatan pelepasan aset tetap memerlukan jurnal
korolari karena pelepasan aset tetap memerlukan pencatatan penerimaan pelepasan aset tetap
di laporan realisasi anggaran dan penerimaan kas di pos kas neraca dan laporan arus kas.
Sedangkan pencatatan pengurangan nilai aset tetap di neraca, belum bisa diakui dari jurnal
tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pelepasan aset tersebut.
Pelepasan aset tetap
Kas di Kas Negara/Daerah Rp xxx
Penerimaan Pelepasan Aset Tetap Rp xxx

61
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp xxx


Aset Tetap Rp xxx

3. Pencatatan dana cadangan. Dana cadangan pada umumnya dipisahkan dari kas daerah atau
kas negara. Dana cadangan baru bisa dipergunakan oleh eksekutif apabila ada persetujuan
dari DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan memerlukan jurnal korolari, dikarenakan
pencatatan dana cadangan memerlukan pencatatan pengeluaran kas atau dana pemerintah di
laporan realisasi anggaran dalam bentuk belanja pembiayaan dan pengeluaran kas di pos kas
neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan penambangan dana cadangan di neraca,
belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah
pembentukan dana cadangan tersebut.

Pencatatan dana cadangan


Belanja Pembiayaan Rp xxx
Kas Rp xxx
Dana Cadangan Rp xxx
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx
Pencairan dana cadangan
Kas Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Penggunaan Dana Cadangan Rp xxx
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx
Dana Cadangan Rp xxx

4. Pencatatan penerimaan hutang. Penerimaan hutang dalam pemerintahan digunakan untuk


membiayai pengeluaran operasi dan belanja modal. Dana cadangan baru bisa dipergunakan
oleh eksekutif apabila ada persetujuan dari DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan
memerlukan jurnal korolari, dikarenakan pencatatan dana cadangan memerlukan pencatatan
pengeluaran kas atau dana pemerintah di laporan realisasi anggaran dalam bentuk belanja
pembiayaan dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan
pencatatan penambangan dana cadangan di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut.
Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pembentukan dana cadangan tersebut.
Pencatatan penerimaan hutang
Kas Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Rp xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Rp xxx
Hutang Rp xxx
Pencatatan Pembayaran hutang
Belanja Pembiayaan Rp xxx

62
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Kas Rp xxx
Hutang Rp xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pemb. Hutang Rp xxx

63
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

BAB 7
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKU BESAR DAN NERACA SALDO

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi buku besar.
2. Mengetahui macam-macam format buku besar.
3. Menjelaskan pengertian posting.
4. Menjelaskan prosedur posting.
5. Melakukan posting dalam buku besar menggunakan T-account.
6. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu.
7. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu kas.
8. Mengetahui format buku besar pembantu kas.
9. Menjelaskan pengertian dan fungsi neraca saldo.
10. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun neraca saldo.
11. Membuat neraca saldo.
12. Menjelaskan beberapa penyebab tidak seimbangnya neraca saldo dan cara mendeteksi letak
kesalahan yang mungkin terjadi.

BUKU BESAR
Buku Besar (ledger) merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau akun dalam
kategori yang sama yang dicatat dalam jurnal dan digunakan dalam keseluruhan aktivitas akuntasi
suatu entitas. Akun dalam buku besar berfungsi sebagai media atau wadah dalam meringkas
transaksi yang klasifikasinya sejenis.
Berdasarkan hubungannya dengan neraca dan laporan laba rugi (sektor swasta) atau laporan
realisasi anggaran (sektor pemerintahan), akun dalam buku besar dapat digolongkan menjadi:
Akun riil (permanent/real account), yaitu akun-akun yang saldonya akan terlihat dalam neraca
seperti aset, kewajiban dan ekuitas.
Akun nominal (temporary/nominal account), yaitu akun-akun yang saldonya akan terlihat
dalam laporan realisasi anggaran seperti pendapatan dan belanja.
Jumlah buku besar akan berkembang, dan jumlahnya akan mengikuti atau sesuai dengan jumlah
rekening yang ada di pedoman rekening atau chart of accounts. Jika
seandainya pemerintah daerah memiliki jumlah akun sebanyak 1.000 akun, maka jumlah buku
besar yang harus disediakan adalah juga 1.000.
Bentuk buku besar yang paling sederhana disebut dengan T-account. Dinamakan akun T, karena
bentuknya seperti huruf T dan digunakan dalam diskusi mengenai akuntansi. Akun T ini
merupakan bahasa kedua bagi akun. Dan merupakan
implikasi atau keharusan karena penggunaan sistem double entry. Berbeda dengan sistem single
entry, yang tidak memiliki buku besar dalam pencatatannya.

64
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Format Buku Besar Bentuk T


Kode Rekening: ...............
Diisi dengan nama rekening/akun

Diisi dengan tanggal dan jumlah Diisi dengan tanggal dan jumlah
transaksi transaksi

Format Buku Besar Bentuk 2 Kolom (Skontro)

Nama Rekening: .................... Kode Rekening: ...............


Ref
Tgl. Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian . Kredit

Format Buku Besar Bentuk 3 Kolom


Nama Rekening: .............. Kode Rekening: ................
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit Saldo

Format Buku Besar Bentuk 4 Kolom

Nama Rekening: .............. Kode Rekening: ................


Saldo
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Debet Kredit

Proses pemindahan ayat jurnal ke buku besar disebut pembukuan atau posting. Pemindahan
dari jurnal ke buku besar format T-account relatif lebih mudah. Oleh
karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan contoh prosedur pemindahan suatu ayat jurnal
ke buku besar dengan format yang lebih kompleks yaitu bentuk dua kolom (skontro):
1. Mencatat tanggal dalam rekening/akun yang bersangkutan.
2. Memindahkan jumlah uang dari jurnal ke rekening/akun yang bersangkutan.
Apabila akun tersebut didebet dalam jurnal, maka jumlah uangnya dipindahkan ke
kolom debet dalam akun yang bersangkutan.
Apabila akun tersebut dikredit dalam jurnal, maka jumlah uangnya dipindahkan ke
kolom kredit dalam akun yang bersangkutan.
3. Mencantumkan nomor halaman buku jurnal dalam kolom referensi pemindahan dari
akun tersebut.
4. Mencantumkan nomor (kode) akun buku besar dalam kolom referensi pemindahan pada
buku jurnal.
Halaman: 1

65
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Transaksi Ref.
Debet Kredit
20X
X
Jan 01 Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi PAD)
1 2 4
Nama Rekening: Kas Kode Rekening: 100

Tg Uraia Ref
l Uraian Ref. Debet Tgl. n . Kredit
20XX
Jan 01 1 20.000

BUKU BESAR PEMBANTU KAS


Adanya perubahan dalam dalam dasar pencatatan dari basis kas (cash basis) ke basis akrual
(accrual basis), dibutuhkan adanya buku besar pembantu kas. Buku besar pembantu kas ini berisi
rincian pendapatan-pendapatan, misalnya pendapatan pajak reklame dan pendapatan retribusi
parkir yang telah diterima pembayarannya atau telah diterima kasnya. Terdapat dua macam buku
pembantu kas, yaitu buku besar pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu pengeluaran
kas.

Format Buku Besar Pembantu Penerimaan Kas


Nama Rekening: ............................... Kode Rekening:...........................
Nomor
Tgl. Ref. STS Uraian Debet Kredit Saldo

Format Buku Besar Pembantu Pengeluaran Kas


Nama Rekening: ............................... Kode Rekening:...........................
No. No.
Tgl. Ref. SKO SPM No. Cek Uraian Debet Kredit Saldo

66
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 03 5 dari 11 27 Februari 2017

NERACA SALDO
Untuk mengikhtisarkan saldo-saldo dalam buku besar, disusunlah neraca saldo. Neraca Saldo atau
Daftar Saldo merupakan daftar rekening/akun-akun beserta saldo yang menyertainya dalam suatu
periode tertentu, sebagai ringkasan dari buku besar. Neraca saldo juga berguna untuk memeriksa
kebenaran pencatatan dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet sama
besar dengan jumlah kredit.

KESALAHAN PADA NERACA SALDO


Fungsi neraca saldo salah satunya adalah untuk memeriksa kebenaran pencatatan dalam jurnal dan
buku besar dengan melihat apakah jumlah debet dan jumlah kredit sama besar. Namun, apabila
jumlah debet dan kredit ternyata tidak sama besar, mungkin saja telah terjadi beberapa kesalahan
teknis dalam membuat neraca saldo. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab tidak
seimbangnya antara sisi debet dan kredit pada neraca saldo dan formula dalam mencari
kemungkinan letak kesalahan tersebut:

1. Jumlah sisi debet dan kredit tidak sama besar.


Misalkan jumlah sisi debet adalah Rp 10.900 sedangkan jumlah sisi kredit adalah Rp 11.100,
maka kita dapat menggunakan formula sebagai berikut:
(Rp 11.100 Rp 10.900): 2 = Rp 100
Hal ini berarti kemungkinan telah terjadi kesalahan penempatan pada akun yang bersaldo Rp
100.

2. Transposisi angka.
Transposisi angka adalah kesalahan penempatan dalam penulisan angka, misalnya seharusnya
Rp 150 tetapi ditulis Rp 105. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan menghitung selisih
antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya habis dibagi dengan 9 maka kemungkinan telah
terjadi transposisi angka lalu telusurlah. Contoh: jumlah debet Rp 125.300 dan jumlah kredit
Rp 117.200, perhitungannya adalah Rp 125.300 Rp 117.200 = Rp 8.100 (hasilnya habis
dibagi dengan 9), maka ada kemungkinan telah terjadi transposisi angka sehingga jumlah sisi
debet dan kredit tidak seimbang.

3. Kesalahan dalam meletakkan tanda pisah ribuan.


Cara mendeteksi kemungkinan salah dalam meletakkan tanda pisah ribuan adalah dengan
menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya habis dibagi dengan 9 maka
carilah angka-angka yang mirip dengan hasil baginya. Dari contoh nomor dua di atas, Rp
8.100 habis dibagi dengan 9. Carilah angka-angka yang mirip dengan Rp 8.100.

67
BAB 8
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian penyesuaian didalam akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan perbedaan jurnal penyesuaian antara akuntansi pemerintahan dengan swasta.
3. Menjelaskan implikasi basis cash toward accruals dalam akuntansi pemerintahan terhadap jurnal
penyesuaian.
4. Menjelaskan jenis-jenis (objek) penyesuaian di akuntansi pemerintahan.
5. Membuat jurnal penyesuaian untuk setiap transaksi yang mungkin dalam akuntansi pemerintahan.
6. Memposting jurnal penyesuaian ke buku besar.
7. Membuat Neraca Saldo Disesuaikan.
8. Menjelaskan pengertian neraca lajur atau kertas kerja.
9. Menjelaskan fungsi neraca lajur dalam pembuatan laporan keuangan pemerintahan.
10. Menjelaskan fungsi kolom-kolom dalam neraca lajur.
11. Membuat neraca lajur.
12. Meneliti kesalahan dalam neraca lajur.

JURNAL PENYESUAIAN
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) merupakan jurnal yang dibuat pada akhir periode
akuntansi untuk menyesuaikan saldo-saldo buku besar, sehingga mencerminkan angka yang benar dan
wajar. Penyesuaian berarti pencatatan atau pengakuan (penjurnalan dan posting) data-data transaksi
tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap akun sesuai dengan
kenyataan pada akhir periode tersebut dan statement
keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada tanggal statement (neraca).

Penyesuaian diperlukan dengan pertimbangan berikut ini:


Kepraktisan
Alokasi periodik
Asas akrual

Penyesuaian dicatat dalam jurnal umum 2 kolom dan di posting ke akun buku besar yang bersangkutan.
Segera setelah setiap kali melakukan posting dari tiap
ayat jurnal penyesuaian ke dalam buku besar yang bersangkutan, seluruh akun ditentukan saldonya,
dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo disesuaikan.

PENYESUAIAN PADA SEKTOR SWASTA


Sebagaimana diketahui bahwa umur suatu organisasi atau perusahaan dibagi dalam satuan waktu yang
disebut periode akuntansi dimana lamanya satu periode akuntansi umumnya adalah satu tahun (12 bulan).
Pada akhir akuntansi akan disusun laporan keuangan berdasarkan data yang ada pada neraca saldo. Untuk
menyusun laporan keuangan, terlebih dahulu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa akun pada neraca
saldo karena akun-akun tetentu tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Berikut ini merupakan
akun-akun yang umumnya mengalami penyesuaian (objek penyesuaian) pada perusahaan sektor swasta:
1. Penyusutan aktiva/aset tetap
2. Beban/biaya yang dibayar di muka
3. Beban/biaya yang masih harus dibayar
4. Penghasilan/pendapatan yang diterima di muka
5. Penghasilan/pendapatan yang masih harus diterima
6. Pemakaian perlengkapan/persediaan
7. Kerugian piutang

PENYESUAIAN PADA SEKTOR PEMERINTAHAN


Objek penyesuaian yang terjadi pada sektor pemerintahan pada umumnya adalah:
1. Penyusutan
2. Penyesuaian nilai persediaan
3. Pendapatan yang ditangguhkan
4. Reklasifikasi hutang jangka panjang ke jangka pendek
5. Pembentukan dana cadangan
6. Taksiran piutang pajak (cadangan piutang)
7. Perhitungan fihak ketiga

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing objek penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan di atas:
1. Penyusutan
Penyusutan bisa dilaksanakan dengan 3 tujuan:
a. Penentuan nilai aset yang wajar (Standar Akuntansi Pemerintah)
Penyusutan di sektor pemerintahan bukan ditujukan untuk alokasi dana, tetapi ditujukan untuk
menyajikan secara wajar nilai aset pemerintah. Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal
sebagai berikut:

Diinvestasikan pada Aset tetap Rp xxx


Akumulasi Penyusutan Rp xxx

Diinvestasikan pada aset tetap termasuk Ekuitas Dana Investasi (EDI). Pada saat akuntan
mencatat suatu transaksi pengadaaan aset tetap, akuntan pemerintah akan mencatat dengan 2
jurnal:
Jurnal anggaran/jurnal kas
Misalnya pada APBD dianggarkan pengadaan gedung sebesar Rp 2
miliar. Pada waktu realisasi pengadaan gedung, akan dicatat sebagai berikut:
Belanja Modal Pengadaan Gedung Rp 2 M
Kas Rp 2 M

Jurnal korolari/jurnal neraca


Gedung Rp 2 M
Diinvestasi pada aset tetap Rp 2 M

b. Alokasi biaya (Sektor Komersial)


Penyusutan di sektor pemerintahan ditujukan untuk alokasi biaya. Untuk mencatat penyusutan,
maka dijurnal sebagai berikut:
Belanja Penyusutan Non Kas Rp xxx
Akumulasi Penyusutan Rp xxx
Akun belanja penyusutan ini akan muncul dalam Laporan Kinerja Keuangan (LKK).

c. Pembentukan dana cadangan penggantian aset tetap (Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002)
Untuk tujuan ini, maka diperlukan jurnal pembentukan dana cadangan aset tetap, namun jurnal
ini tidak akan mengurangi nilai aset.

Belanja Penyusutan Rp xxx


Kas Rp xxx
Cadangan Penggantian Aset Rp xxx
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan Rp xxx

2. Penyesuaian Nilai Persediaan


Kebijakan nilai persediaan di dalam akuntansi pemerintahan menganut metode fisik dan bukan
perpetual, dengan alasan kepraktisan, dan pada umumnya instansi pemerintahan menyimpan
persediaan dengan jumlah yang tidak material. Kecuali untuk instansi tertentu yang persediannya
material, maka dibuat dengan metode perpetual.
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai
persediaan awal:

Persediaan Rp xxx
Cadangan Persediaan Rp xxx

Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih kecil daripada nilai
persediaan awal:

Cadangan Persediaan Rp xxx


Persediaan Rp xxx

Contoh:
Nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal.
Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp 100.000.000. Pada akhir periode
dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten Makmur. Hasil dari stock
opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 120.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini! Jurnal
persediaan di neraca awal:

Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000

Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode, maka dibuat jurnal
penyesuaian persediaan, dengan jurnal:
Persediaan Rp 20.000.000
Cadangan Persediaan Rp 20.000.000

Nilai persediaan akhir lebih kecil daripada nilai persediaan awal.


Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp 100.000.000. Pada akhir periode
dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten Makmur. Hasil dari stock
opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 80.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini!
Jurnal persediaan di neraca awal:

Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000

Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode, maka dibuat jurnal
penyesuaian persediaan, dengan jurnal:

Cadangan Persediaan Rp 20.000.000


Persediaan Rp 20.000.000

3. Pendapatan yang Ditangguhkan


Pendapatan yang ditangguhkan timbul karena penggunaan metode cash toward accrual (CTA).
Dalam metode CTA pendapatan baru diakui pada saat kas diterima di Kas Daerah atau Kas Negara.
Dengan demikian, konsekuensinya adalah kas di bendahara penerimaan belum dapat diakui sebagai
pendapatan.

Kas di Bendahara Penerimaan Rp xxx


Pendapatan Ditangguhkan Rp xxx

Contoh:
Misalnya di bendahara penerimaan pada tanggal 31 Desember terdapat kas dari hasil pembayaran
pajak sebesar Rp 150.000.000. Kas akan disetor pada tanggal 2 Januari tahun berikutnya. Untuk
tujuan pelaporan keuangan, maka pada tanggal 31 Desember akan dibuat jurnal penyesuian dengan
jurnal sebagai berikut;

Kas di Bendahara Penerimaan Rp 150.000.000


Pendapatan Ditangguhkan Rp150.000.000

4. Reklasifikasi Hutang Jangka Panjang ke Jangka Pendek


Penyesuaian pada akhir tahun diperlukan untuk mereklasifikasi hutang jangka panjang ke dalam
jangka pendek. Jurnal penyesuaian yang diperlukan ini memerlukan 2 langkah, yaitu 1) mengurangi
hutang jangka panjang, dan 2) menambah hutang jangka pendek.
Hutang Jangka Panjang Rp xxx
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Panjang Rp xxx

Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Pendek Rp xxx


Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Rp xxx

Rasional:
Jurnal untuk mencatat timbulnya hutang
Kas Rp xxx
Pendapatan Pembiayaan Rp xxx

Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang Rp xxx


Hutang Rp xxx

Jurnal untuk mencatat pembayaran hutang


Belanja Pembiyaaan- Pembayaran Hutang Rp xxx
Kas di Kas Negara Rp xxx

Hutang Jangka Pendek/Panjang Rp xxx


Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang Rp xxx

Ilustrasi:
Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2004, pada tahun 2004 memiliki hutang jangka
panjang yang jatuh tempo sebesar Rp 82 triliun. Buatlah jurnal untuk mencatat penyesuaian
reklasifikasi hutang jangka panjang terhadap hutang jangka pendek untuk tahun 2004!

Hutang Jangka Panjang Rp 82 T


Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Panjang Rp 82 T
Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek Rp 82 T
Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Rp 82 T

5. Pembentukan Dana Cadangan


Dana cadangan dibentuk dengan persetujuan legislatif untuk tujuan tertentu, yang tidak dapat
didanai dengan dana dalam 1 tahun anggaran. Jadi merupakan tabungan bagi pemerintah
daerah. Bahkan sekarang ini, APBN dan
APBD menurut UU Keuangan Negara menganut paradigma Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF). MTEF merupakan
kerangka penyusunan anggaran dengan mendasarkan pada kebijakan, yang mana kebijakan
tersebut tidak didasarkan pada 1 tahun anggaran, namun direncanakan dalam jangka waktu
menengah (lebih dari 1 tahun, biasanya 3-5 tahun), dengan dinyatakan pada perkiraan maju
(forward estimate). Lawan dari MTEF adalah Single Year Expenditure Framework (SYEF)
yang dianut oleh negara kita sebelumnya. Pembentukan dana cadangan ini merupakan bagian
dari implementasi terhadap KPJM.

Belanja Pembiayaan Dana Cadangan Rp xxx


Kas di Kas Daerah Rp xxx

Dana Cadangan Rp xxx


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx

Contoh:
Untuk membuat lapangan terbang Wirasaba menjadi lapangan terbang komersial di daerah
Barlingmascakeb, diperlukan dana sebesar Rp 10 miliar. Untuk mengumpulkan dana tersebut
kemampuan APBD Purbalingga adalah Rp 5 miliar per tahun. Akuntan pemerintah daerah
Purbalingga akan mencatat penyesuaian pembentukan dana cadangan pada tahun pertama
dengan jurnal sebagai berikut:

Belanja Pembiayaan Dana Cadangan Rp 5 M


Kas di Kas Daerah Rp 5 M

Dana Cadangan Rp 5 M
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp 5 M

6. Taksiran Piutang Pajak (Cadangan Piutang)


Pemerintah (Dinas atau Badan pemungut pajak) mengidentifikasi sejumlah pajak yang seharusnya
sudah diterima di Kas Negara, namun belum disetor oleh para wajib pajak. Untuk itu diperlukan
adanya pengakuan terhadap piutang pajak ini.

Jurnal yang dibuat untuk penyesuaian pajak pada akhir tahun fiskal adalah:

Piutang Pajak Rp xxx


Cadangan Piutang Rp xxx

Ilustrasi:
Pemerintah Kabupaten Makmur menugaskan Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) untuk mengelola
segala jenis pajak kabupaten. Pada akhir tahun, Dipenda mengindentifikasi terdapat pajak yang
seharusnya dibayar oleh wajib pajak, namun belum diterima di Kas Daerah sebesar Rp 50.000.000.
Untuk mencatat pengakuan piutang pajak ini, maka Pemerintah Kabupaten Makmur akan mencatat
transaksi ini dengan jurnal penyeseuaian:

Piutang Pajak Rp 50.000.000


Cadangan Piutang Rp 50.000.000
7. Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Disesuaikan untuk mengakui adanya kewajiban di masa yang akan datang terhadap pihak ketiga.
Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk transaksi ini adalah:
Hutang PFK Rp xxx
Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek Rp xxx
Ilustrasi:
Pemerintah Daerah memotong gaji PNS 2,5% untuk disetorkan kepada dana pensiun. Pada akhir
periode, dana yang belum disetor kepada dana pensiun untuk Kabupaten Makmur adalah Rp
50.000.000. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk pengakuan transaksi ini adalah:

Hutang FPK Rp 50.000.000


Dana YHD untuk Pemb. Hutang
Jk. Pendek Rp 50.000.000

NERACA LAJUR
Pada akhir periode akuntansi, laporan keuangan sudah dapat disusun berdasarkan catatan pada neraca
saldo, ayat-ayat penyesuaian serta neraca saldo disesuaikan. Namun sebagai langkah alternatif sebelum
laporan keuangan disusun, dapat digunakan neraca lajur atau kertas kerja (working sheet). Tujuannya
adalah untuk membantu mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan.

Neraca lajur merupakan kolom-kolom yang digunakan dalam proses akuntansi keuangan manual. Neraca
lajur dibuat pada akhir periode dalam format lembar kerja (spreadsheet). Format ini biasanya akan
ditampilkan dengan kolom untuk menyajikan jumlah saldo tiap akun dalam bentuk 8 kolom, 10 kolom,
atau 12 kolom.

Apabila pada akhir periode akuntansi digunakan neraca lajur untuk membantu penyusunan laporan
keuangan, maka ayat penyesuaian dicatat dalam neraca lajur pada kolom Penyesuaian. Dalam neraca lajur
juga sekaligus tersedia kolom Neraca Saldo Disesuaikan untuk mengetahui jumlah atau saldo
rekening/akun setelah mengalami penyesuaian. Setelah dicatat dalam neraca lajur dan jurnal, maka ayat
penyesuaian tersebut juga dipindahkan (posting) ke buku besar. Berikut ini adalah contoh format neraca
lajur dalam akuntansi pemerintahan.

Kabupaten Makmur
Neraca Lajur per Desember 20XX

NS AJP NSD LRA NRC LAK


Kode
Nama Akun
Akun
D K D K D K D K D K D K

Selain Kode Akun dan Nama Akun, neraca lajur terdiri dari beberapa kolom (lajur) utama yaitu kolom
untuk Neraca Saldo (NS), Penyesuaian (P), Neraca Saldo Disesuaikan (NSD), Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca (NRC), dan Laporan Arus Kas (LAK). Apabila standar akuntansi pemerintahan
yang diterapkan adalah full accrual maka akan disediakan tambahan kolom untuk Laporan Operasional
(LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana (LPED).
BAB 9
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYELESAIAN DAN KOREKSI

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jurnal penutup dalam akuntansi pemerintahan.
2. Membandingkan jurnal penutup akuntansi pemerintahan dengan akuntansi sektor swasta.
3. Membuat jurnal penutup.
4. Memposting jurnal penutup ke buku besar.
5. Membuat neraca saldo setelah penutupan.
6. Menjelaskan pengertian jurnal pembalik dalam akuntansi pemerintahan.
7. Menjelaskan kegunaan jurnal pembalik dan akibat jurnal pembalik jika tidak dibuat.
8. Membandingkan jurnal pembalik akuntansi pemerintahan dengan akuntansi sektor swasta.
9. Membuat jurnal pembalik.
10. Menjelaskan koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
11. Menjelaskan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
12. Menjelakan kegunaan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan adalah hasil akhir yang terpenting dari siklus atau proses akuntansi untuk menyajikan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak pengguna. Dalam siklus
akuntansi apabila telah sampai pada tahap penyesuaian, sebenarnya laporan keuangan sudah dapat
disusun. Hanya saja, untuk lebih mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan secara manual,
diberikan alternatif untuk menyusun neraca saldo disesuaikan dan neraca lajur terlebih dahulu.

Pada akuntansi sektor swasta, laporan keuangan utama terdiri dari laporan laba rugi, neraca, dan laporan
perubahan modal ditambah dengan laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada
akuntansi pemerintahan terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya dapat juga memberikan
informasi tambahan berupa laporan kinerja keuangan (laporan operasional) dan laporan perubahan
ekuitas dana.

Pembahasan mengenai laporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan selanjutnya akan dijelaskan
secara lebih rinci pada bab 10 (Laporan Keuangan Pemerintah).

JURNAL PENUTUP
Setelah laporan keuangan dibuat, tahap penyelesaian dalam siklus akuntansi meliputi tahap menyiapkan
jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan terakhir adalah menyiapkan jurnal pembalik.

Pada saat akhir periode pembukuan dibuat ayat jurnal penutupan (closing journal entry). Jurnal penutup
ini merupakan prosedur penutupan akun-akun temporer (nominal) pada akhir periode akuntansi.
Tujuannya adalah untuk membuat akun-akun nominal tersebut menjadi bersaldo nol pada awal tahun
pembukuan periode akuntansi selanjutnya.

Ayat-ayat penutupan yang akan dibuat merujuk pada saldo rekening/akun yang terdapat pada neraca
saldo disesuaikan. Ayat-ayat penutupan dicatat dalam jurnal umum dua kolom lalu diposting ke dalam
akun buku besar yang bersangkutan. Dalam akuntansi sektor swasta, akun-akun penghasilan dan biaya
ditutup ke akun ikhtisar laba rugi, lalu akun ikhtisar laba rugi tersebut akan ditutup ke akun modal
pemilik (perseorangan) atau laba ditahan (perseroan), kemudian menutup akun prive ke akun modal
pemilik (perseorangan) atau akun laba ditahan ke akun dividen (perseroan).

Penutupan pembukuan dalam akuntansi pemerintahan pada dasarnya sama seperti dalam akuntansi sektor
swasta, hanya saja nama akun yang digunakan berbeda. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
penutupan pembukuan dan penjurnalannya dalam akuntansi pemerintahan:

1. Tutup seluruh akun pendapatan dan penerimaan ke akun ikhtisar surplus/defisit.


Pendapatan Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx

2. Tutup seluruh akun belanja dan pengeluaran ke akun ikhtisar surplus/defisit.


Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
Belanja Operasi Rp xxx
Belanja Modal Rp xxx
Pengeluaran Pembiayaan Rp xxx

3. Tentukan saldo yang merupakan selisih antara jumlah sisi debit dengan kredit akun ikhtisar
surplus/defisit, lalu tutup ke akun ke akun SiLPA/SiKPA.
Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih kecil dari sisi debit (langkah 2).
SiLPA/SiKPA Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih besar dari sisi debit (langkah 2).
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
SiLPA/SiKPA Rp xxx

4. Pindahkan (posting) akun-akun tersebut ke buku besar.

NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN


Segera setelah setiap kali melakukan posting dari ayat jurnal penutupan ke dalam akun yang
bersangkutan, seluruh akun kembali ditentukan saldonya yang dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo
setelah penutupan. Berikut ini dibuat Neraca Saldo Setelah Penutupan (NSSP) yang berasal dari Neraca
Saldo Disesuaikan (NSD) dan Jurnal Penutupan (JP).
JURNAL PEMBALIK
Jurnal pembalik (reversing entries) adalah jurnal yang digunakan untuk memindahkan akun riil
(permanen) ke rekening nominal (temporer) pada awal periode akuntansi selanjutnya. Jurnal pembalik
disebut juga jurnal penyesuaian
kembali karena merupakan kebalikan dari jurnal penyesuaian. Membuat jurnal pembalik sifatnya adalah
optional, yaitu merupakan pilihan alternatif yang tidak
harus dilakukan.

Pada akuntansi sektor swasta, jurnal penyesuaian yang boleh dan perlu dibalik adalah jurnal penyesuaian
untuk pos-pos transitoris dan pos-pos antisipasi. Pos-pos transitoris meliputi biaya dibayar di muka dan
pendapatan diterima di muka. Sedangkan pos-pos antisipasi meliputi biaya yang belum dibayar dan
pendapatan yang belum diterima.

Pada akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian yang perlu dibalik adalah untuk reklasifikasi Utang
jangka panjang yang jatuh tempo, dari klasifikasi sebagai utang jangka panjang kepada jangka pendek.
Pada awal periode berikutnya utang tersebut perlu diklasifikasi lagi sebagai utang jangka panjang

Contoh, Pemda D memiliki Utang jangka Pendek sebesar Rp2.000 dan Utang Jangka Panjang Rp30.000.
Dari hutang jangka panjang tersebut sebesar Rp3.000 merupakan utang jangka panjang yang telah jatuh
tempo.

Penyesuaian atas Reklasifikasi hutang jangka panjang menjadi hutang jangka pendek:

Hutang Jangka Panjang 3.000


Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo 3.000

Pada awal periode maka direklasifikasi:

Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo 3.000


Hutang Jangka Panjang 3.000
Menjurnal reklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang jangka panjang yang telah jatuh tempo.
Artinya konversi dari utang jangka panjang ke jangka pendek. Mengapa harus direklasifikasi? Bukankah
sama-sama hutang, sama-sama harus dibayar.

KOREKSI KESALAHAN
Jurnal koreksi diperlukan apabila suatu tansaksi dijurnal pada rekening/akun yang salah atau
memasukkan jumlah rupiah yang salah dan diketahui sudah diposting ke buku besar. Fungsi dari jurnal
koreksi ini adalah untuk menetralkan kesalahan dan mencatat transaksi sebagaimana yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai