Anda di halaman 1dari 109

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 109 17 Februari 2017

BAHAN AJAR

TEKNIK DEMOGRAFI
15P01677
3 SKS

PROGRAM STUDI D3 STATERKOM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 109 17 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Kamis tanggal 22 bulan Agustus tahun 2019 Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik
Demografi Program Studi D3 Staterkom Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam telah
diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi D3 Staterkom

Semarang, 22 Agustus 2019


Ketua Jurusan/ Ketua Prodi D3 Staterkom Tim Penulis

Dr. Dr. Wardono, M.Si Prof. Dr.Zaenuri, SE, M.Si., Akt


NIP. 196202071986011001 NIP. 196412231988031001
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 109 17 Februari 2017

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah,
rahmat, dan karunia-Nya, penyusunan bahan ajar Teknik Demografi dapat diselesaikan. Bahan
ajar ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
mata kuliah Teknik Demografi. Dalam Bahan Ajar ini disajikan secara sederhana, efektif, dan
mudah dimengerti. Bahan ajar ini dilengkapi dengan penjelasan setiap sub pokok materi yang
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar mahasiswa. Mahasiswa diajarkan
memecahkan suatu masalah dengan beberapa strategi penyelesaian. Siswa Mahasiswa juga
diberikan contoh penyelesaian masalah dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis, modul ini dilengkapi dengan tugas
kelompok. Tugas kelompok dikerjakan melalui diskusi sesuai dengan anggota kelompok yang
sudah ditentukan.
Teknik Demografi sebagai salah satu studi yang diajarkan pada program studi D3
Staterkom diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, serta kreatif khususnya pada bidang kependudukan. Mahasiswa juga diharapkan mampu
menggunakan penalaran, mengomunikasikan gagasan, serta memiliki sikap menghargai dalam
kehidupan. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan bahan ajar ini baik.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 109 17 Februari 2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 109 17 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH
Capaian - Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
Pembelajaran masyarakat dan lingkungan. (CP Sikap)
Lulusan - Memahami konsep dasar statistika dan metode-metode analisis statistika yang
dapat diaplikasikan pada berbagai bidang. (CP Pengetahuan)
- Mampu menerapkan pemikiran logis, sistematis, dan inovatif dalam
implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya. (CP
Ketrampilan Umum)
- Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
(CP Ketrampilan Umum)
- Mampu menyelesaikan pekerjaan dalam bidang statistika dan komputasi,
menganalisis data dengan metode yang sesuai serta menunjukkan kinerja yang
professional. (CP Ketrampilan khusus)
- Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja kelompok. (CP Ketrampilan khusus)
Capaian Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan konsep-konsep demografi, seperti
Pembelajaran sensus, registrasi, dan survai penduduk, teori Penduduk, komposisi dan piramida
Mata kuliah penduduk, rasio dan proporsi, serta kepadatan penduduk, mortalitas penduduk, diagram
Lexis, table kematian, dan fertilitas penduduk dengan kejujuran dan rasa tanggung
jawab.
Deskripsi Mata kuliah ini berisi tentang pengenalan demografi dan kependudukan, dimensi
Matakuliah penduduk, komposisi dan karakteristik penduduk, dinamika penduduk, teori transisi
demografi, fertilitas, mortalitas, tabel mortalitas, keluarga berencana, angkatan kerja
dan migrasi, proyeksi dan estimasi, manipulasi data yang tak lengkap, tenaga kerja dan
pendidikan, penduduk dan lingkungan yang berwawasan konservasi, penelitian
kependudukan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 109 17 Februari 2017

DAFTAR ISI

Prakata i
Daftar Isi ii
Bab I Konsep dan Definisi Demografi 1
Bab II Sumber-sumber Data Demografi 1
Bab III Teori Penduduk 1
Bab IV Komposisi Penduduk 1
Bab V Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisa Demografi 4
Bab VI Mortalitas Penduduk 4
Bab VII Diagram Lexis 8
Bab VIII Tabel Kematian 11
Bab IX Fertilitas Penduduk
Daftar Pustaka 94
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 109 17 Februari 2017

BAB I
KONSEP DAN DEFINISI DEMOGRAFI

Demografi adalah suatu kata pindahan dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, domos
yang artinya penduduk,dan graphein artinya menulis. Jadi demografi menurut kata-kata asalnya
berarti tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang penduduk suatu negara.
Definisi demografi seperti yang disebutkan di atas masih belum jelas arahnya, sulit
dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain misalnya: sosiologi, antropologi sosial, geografi
sosial yang juga berorientasi pada studi tentang penduduk (man-oriented). Agar mudah
dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, maka Philip M. Hauser dan Dudley Duncan
(1959:2) mengusulkan definisi untuk ilmu demografi sebagai berikut:
Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of population,
change there in and the components of such changes which may be identified as natality,
mortality, territorial movement (migration) and social mobility (change of Status).
Dalam bahasa Indonesia terjemahannya kurang lebih sebagai berikut:
Demografi mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta
perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena
natalitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).
Dari definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, penyebaran dan komposisi
penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan
karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Berbeda dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya yang menekankan studinya pada struktur penduduk, maka demografi
lebih menekankan studinya pada proses demografi. Ahli demografi mempelajari struktur
penduduk untuk dapat lebih memahami proses penduduk. Misalnya dalam menganalisa
fertilitas penduduk di suatu daerah, ahli demografi perlu mengetahui jumlah pasangan usia
subur yang ada di daerah tersebut.
Demografi bersifat analistis-mathematis, dan karena sifatnya yang demikian ini, demografi
sering disebut juga statistik penduduk. Demografi formal menghasilkan berbagai teknik-teknik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 109 17 Februari 2017

baru untuk menghitung angka-angka perbandingan demografi dan memperdalam pengertian


tentang data-data yang telah dikumpulkan oleh statistik penduduk. Dengan cara-cara
perhitungan baru dan pengetahuan baru tentang hubungan-hubungan antara unsur-unsur
demografi hakiki (kelahiran, kematian, migrasi, jenis kelamin, umur dan sebagainya) dapatlah
dibuat berbagai perkiraan-perkiraan jumlah penduduk untuk masa yang akan datang (forward
projection) dan juga bagi jaman yang lalu (backward projection; Iskandar, 1977:8).
Di samping “demografi”, kita sering pula mendengar “ilmu kependudukan”, atau “studi
kependudukan” (population study). Studi kependudukan lebih luas dari demografi, karena di
dalam memahami karakteristik penduduk di suatu wilayah, faktor-faktor non-demografis pun ikut
dipertimbangkan. Misalnya, di dalam memahami trend fertilitas, tidak hanya ditinjau jumlah
wanita dalam usia subur, tetapi faktor-faktor sosial budaya juga ikut dipertimbangkan. Pada
masyarakat dimana penduduknya menginginkan anak yang lengkap (laki-laki dan perempuan)
maka besarnya jumlah anak ditentukan oleh kelengkapan jenis kelamin dari jumlah anak yang
telah dipunyainya. Ada juga beberapa ahli membedakan kedua disiplin ilmu ini atas demografi
formal (formal demography) untuk ilmu demografi, dan demografi sosial (social demography)
untuk studi kependudukan.
Di Indonesia data mengenai unsur-unsur demografi hakiki tidak lengkap, dan andaikata ada
reliabilitasnya sangat rendah. Untuk mengatasi kekurangan ini, ahli demografi membuat
perkiraan-perkiraan (estimasi) mengenai unsur-unsur demografi tersebut berdasarkan data
yang tidak lengkap.
Dalam masa pembangunan ini, data demografi sangat dibutuhkan dalam berbagai jenis
perencanaan pembangunan. Misalnya dalam perencanaan pendidikan, demografi (dengan
proyeksi penduduk dalam usia sekolah) dapat memberi informasi mengenai kebutuhan jumlah
sekolah dan fasilitas-fasilitas dalam bidang pendidikan pada masa-masa mendatang. Para
pekerja dalam bidang kesehatan rakyat memerlukan juga keterangan-keterangan yang bersifat
demografi, misalnya tentang tingkat mortalitas dan mordibilitas yang diperinci menurut umur,
jenis kelamin dan demografi. Banyak lagi contoh-contoh yang lain dimana data demografi
sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 109 17 Februari 2017

Memperhatikan hal-hal di atas dapatlah dimengerti bahwa Indonesia dengan masalah


penduduk yang kompleks membutuhkan banyak ahli-ahli demografi. Untuk mencukupi
kebutuhan tersebut, maka dalam tahun 1971-1981 dibukalah latihan dan studi demografi secara
kontinyu di Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sebagai salah satu
hasil sampingan yang menggembirakan daripada latihan demografi tersebut ialah terbentuknya
lembaga-lembaga kependudukan yang baru di beberapa wilayah Indonesia yang diprakarsasi
oleh para alumni-alumninya. Di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mulai tahun akademi
1981/1982 dibuka Pendidikan Pasca Sarjana (S-2) Studi Kependudukan. Di samping itu pula
penambahan jumlah ahi kependudukan melalui pendidikan di luar negeri.
Di dalam tubuh LEKNAS-LIPI, kependudukan mempunyai unit tersendiri. Pada tanggal 1
April 1973 Lembaga Kependudukan (kini bernaam Pusat Penelitian Kependudukan) Universitas
Gadjah Mada terbentuk dengan tujuan memberikan sumbangan dalam usaha memahami
masalah kependudukan di Indonesia, menanamkan kesadaran masyarakat tentang sifat dan
luasnya masalah tersebut, serta membantu memikirkan cara-cara pemecahannya.
Pemerintah sendiri telah menyadari betapa pentingnya masalah kependudukan di Indonesia
ditangani secara serius. Presiden Suharto dalam pidato kenegaraan beliau pada tanggal 16
Agustus 1983 antara lain menyatakan:
“.... seluruh rencana pembangunan kita akan berhasil dengan lancar jika ditunjang oleh
pemecahan masalah kependudukan yang antara lain meliputi pengendalian kelahiran,
penurunan tingkat kematian, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk, pendidikan
dan masalah lapangan kerja ....”
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 109 17 Februari 2017

BAB II
SUMBER-SUMBER DATA DEMOGRAFI

PENDAHULUAN
Sumber-sumber data demografi yang pokok adalah: Registrasi Penduduk, Sensus
Penduduk, dan Penelitian (Survai). Ada juga sumber-sumber yang lain, misalnya: catatan-
catatan dan dokumen-dokumen dari instansi pemerintah. Secara teoritis data regristrasi
penduduk lebih lengkap daripada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan
tercecernya pencatatan peristiwa-peristiwa kelahiran, kematian dan mobilitas penduduk sangat
kecil. Namun demikian di negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, data-
data kependudukan dari hasil registrasi masih jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan karena
banyaknya kejadian-kejadian vital (kelahiran dan kematian) yang tidak tercatat sebagaimana
mestinya. Penduduk sering merasa tidak ada suatu keharusan untuk melaporkan dan
mencatatkan setiap peristiwa tersebut, dan tidak sedikit pula petugas yang seharusnya
mencatat merasa enggan melaksanakannya karena tidak ada sanksi-sanksi yang tegas, dan
kurangnya biaya yang tersedia untuk keperluan tersebut (Mamas, 1974:45). Dalam Bab II ini
akan diuraikan masing-masing sumber-sumber data kependudukan tersebut, dimulai dari
Sensus Penduduk, Registrasi Penduduk, dan Survai.
SENSUS PENDUDUK
Sejarah Sensus Penduduk
Pencacahan penduduk atau sering juga disebut dengan cacah jiwa mungkin mempunyai
sejarah setua sejarah peradaban manusia. Ada tanda-tanda bahwa pencacahan penduduk
telah ada di Babilonia (4000 BC), Cina (3000 BC) dan Mesir (2500 BC). Pada abad ke 16 dan
17 beberapa sensus penduduk telah dilaksanakan di Italia, Sisilia dan Spanyol. Pada masa itu
cacah jiwa dilaksanakan dengan tujuan militer, untuk maksud-maksud perpajakan dan
perluasan kerajaan.
Sensus Penduduk dalam artian modern telah dilaksanakan di Quebec pada tahun 1666, dan
di Swedia pada tahun 1749 (Polard et.al., 1974:3). Di negara Amerika Serikat, Sensus
Penduduk mulai diumumkan pelaksanaannya pada tahun 1790, dan di Inggris pada tahun
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 109 17 Februari 2017

1801. Pelaksanaan Sensus Penduduk di Inggris berpengaruh pula pada negeri-negeri


jajahannya. Misalnya di Indonesia Raffles dalam masa pemerintahannya yang singkat
melakukan perhitungan jumlah penduduk di Jawa pada tahun 1815, dan di India Sensus
Penduduk mulai diadakan tahun 1881 (Said Rusli, 1983:26). Sampai permulaan abad ke 20,
sekitar 20 persen dari penduduk dunia telah dihitung lewat Sensus Penduduk.
Menyadari betapa pentingnya hasil dari Sensus Penduduk untuk bahan penyusunan rencana
dan evaluasi bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Nasionalnya, Perserikatan
bangsa-bansa telah menseponsori program Sensus Penduduk dunia pada tahun 1960 dan
1970.

Arti dan Ruang Lingkup Sensus Penduduk


Sensus Penduduk merupakan suatu proses keseluruhan daripada pengumpulan,
pengolahan, penilaian, penganalisaan dan penyajian data kependudukan yang menyangkut
antara lain: ciri-ciri demografi, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup. Kedudukan Sensus
Penduduk menjadi amat penting terutama bagi negara-negara yang tidak atau belum tersedia
sumber data lain seperti registrasi atau survai.
Adapun ruang lingkup Sensus Penduduk mencakup seluruh wilayah geografis suatu negara
dan seluruh penduduknya. Pelaksanaan Sensus Penduduk tahun 1980 di Indonesia misalnya,
mencakup seluruh wilayah geografis Indonesia dan mencakup seluruh golongan umur
penduduk baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak mempunyai tempat tinggal
tetap seperti: awak kapal, suku terasing, tuna wisma, baik warga negara Indonesia maupun
warga negara asing, kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya.
Luasnya data yang ingin dicakup dalam suatu sensus tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai. Sensus Penduduk di Indonesia pada tahun 1980, misalnya, bertujuan untuk
mendapatkan data tentang kependudukan yang terperinci menurut umur, jenis kelamin, status
perkawinan, kewarganegaraan, pendidikan, agama, ketenaga kerjaan, kesuburan ibu, penderita
cacat, perpindahan penduduk, keadaan lingkungan hidup, serta bangunan tempat tinggal.
Cara-cara pencacahannya dapat dilakukan dengan dua cara:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 109 17 Februari 2017

1. Dengan cara mencacah responden menurut tempat tinggalnya. Cara ini disebut cara
pencacahan de jure.
2. Dengan cara mencacah responden menurut tempat responden ditemui oleh petugas pada
waktu pencacahan. Cara ini disebut cara pencacahan de facto.
Adapun perbedaan antara Sensus Penduduk dengan Registrasi Penduduk antara lain meliputi:
1. Dalam pelaksanaan Sensus Penduduk, para petugas sensus mendatangi penduduk yang
akan dicacah, sedangkan pada Registrasi, penduduk atau anggota keluarganya yang
melaporkan adanya peristiwa vital (kelahiran dan kematian) kepada para petugas (untuk
Indonesia Kepala Dukuh atau Kepala Desa.
2. Sensus Penduduk dilaksanakan pada suatu periode waktu tertentu, sedangkan registrasi
dilaksanakan secara terus menerus.
Agar hasil Sensus Penduduk dapat diperbandingkan antara beberapa negara, maka
disepakati untuk melaksanakan Sensus Penduduk tiap 10 tahun sekali (decennial census) yaitu
pada tahun-tahun yang berakhiran dengan angka nol. Pelaksanaan Sensus Penduduk tiap
sepuluh tahun sekali dimulai pada tahun 1790. Mulai tahun 1940 ada beberapa negara yang
melaksanakan Sensus Penduduk tiap 5 tahun sekali (quinquennial census) yaitu pada tahun-
tahun yang berakhiran dengan angka nol, dan angka lima.

REGISTRASI PENDUDUK
Sejarah Singkat Registrasi Penduduk
Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dilaksanakan oleh
petugas pemerintahan setempat yang meliputi pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, perubahan tempat tinggal, perubahan pekerjaan. Registrasi penduduk memenuhi
dua tujuan utama yakni: sebagai catatan resmi dari suatu peristiwa tertentu, dan sebagai
sumber yang berharga bagi penyusunan statistik yang langsung dapat digunakan dalam proses
perencanaan kemasyarakatan (N. Daldjuni, 1975:326).
Sistem penduduk penduduk telah dimulai sejak abad ke 16, terutama dilaksanakan oleh
gereja-gereja Kristen di Inggris, dan negara-negara lain di Eropa. Di samping di Inggris,
registrasi penduduk juga telah dilaksanakan di Finlandia (1628), Denmark (1646), Norwegia
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 109 17 Februari 2017

(1685) dan Swedia (1686). Penerbitan data registrasi yang teratur dimulai di Inggris padatahun
1839 di bawah pimpinan Dr. William Far (Shryock et.al.,, 1971:27). Di luar Eropa registrasi
penduduk dilaksanakan di Cina, dari sini menjalar ke Jepang pada abad ke 17. Sistem
registrasi penduduk ini akhirnya menjalar juga ke negara-negara Asia dan Afrika, diperkenalkan
oleh negara-negara yang menjajahnya.

Registrasi Penduduk di Indonesia


Sistem registrasi penduduk di Indonesia telah dimulai sejak abad ke 19. Pada tahun 1815
Raffles melaksanakan pendaftaran penduduk dalam rangka penetapan sssm pajak tanah. Dia
melihat bahwa registrasi desa adalah salah satu sasaran untuk maksud tersebut. Pada masa
pemerintahannya, kepala-kepala desa diharuskan untuk mencatat semua orang yang ada di
wilayahnya dengan menyebutkan nama, umur, pekerjaan, dan ciri-ciri demografis lainnya.
Mereka juga diharuskan membuat catatan kelahiran, kematian dan perkawinan.
Setelah Inggris meninggalkan Indonesia, Belanda meneruskan pelaksanaan registrasi
penduduk tersebut, namun perhatian ke arah ini hingga pertengahan abad ke 19 sangat kurang
sehingga hanya sedikit sekali data hasil registrasi yang diterbitkan.
Menjelang tahun 1850 Gubernur Jendral Markus menugaskan P. Bleeker (seorang dokter
militer) untuk meninjau semua karesidenan di Jawa termasuk Yogyakarta dan Surakarta untuk
mengecek pelaksanaan registrasi penduduk tersebut. Hasil kunjungan ini diterbitkan pada
tahun 1870. Dalam penerbitan tersebut antara lain Bleeker menguraikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Sebelum tahun 1846 tidak ada data penduduk dari tingkat kabupaten yang tersedia.
2. Mulai tahun 1845 diinstruksikan oleh pemerintah Belanda supaya tiap kabupaten mencatat
luas wilayah dalam mil geografis persegi (1 m.g² setara dengan 54,8636 km²), untuk
menghitung angka kepadatan penduduk. Pada tahun 1846 diketahui angka kepadatan
penduduk pulau Jawa sebesar 112 jiwa/km² (N. Daldjuni, 1975:329).
Setelah tahun 1850 Pemerintah Belanda mulai memberikan perhatian yang lebih baik
terhadap sistem registrasi penduduk. Pada tahun 1851 diterbitkan angka-angka mengenai
jumlah penduduk menurut karesidenan di Jawa dan Madura dan beberapa daerah di luar Jawa.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14dari 109 17 Februari 2017

Mulai tahun 1880 Pemerintah Kolonial Belanda melakukan pencatatan dan pelaporan penduduk
dengan sistem kartu mingguan (Gardiner, 1981:45). Pencatatan penduduk yang mereka
lakukan masih belum baik, dan kalau data ini dianalisa akan menghasilkan kesimpulan yang
tidak tepat.
Pada waktu balatentara Jepang menduduki Indonesia (1942-1945), sistem registrasi
penduduk model ini dihapus dan digangi dengan sistem registrasi vital, yaitu registrasi yang
menyangkut kelahiran, kematian, kematian janin, abortus, perkawinan dan perceraian (Said
Rusli, 1983:30). Menurut Battha (1961), sistem registrasi ini mempunyai ketepatan yang cukup.
Sangat disayangkan bahwa hasil registrasi ini telah hilang, kecuali untuk pulau Kalimantan dan
pulau Lombok.

SURVAI PENDUDUK
Hasil Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk mempunyai keterbatasan. Mereka hanya
menyediakan data statistik kependudukan, dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan
perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan ini, perlu dilaksanakan survai
penduduk yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan
mendalam. Biasanya survai kependudukan ini dilaksanakan dengan sistem sampel, atau dalam
bentuk studi kasus. Sebagai misal, Survai Fertilitas dan Mortalitas yang dilaksanakan oleh
Lembaga Demografi, Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 1973; Survai Fertilitas dan
Keluarga Berencana di Mojolama Kabupaten Bantul dilaksanakan oleh Lembaga
kependudukan Universitas Gadjah Mada yang dipimpin oleh Masri Singarimbun dan Chris
Manning; dan survai mengenai mobilitas sirkuler oleh Ida Bagus Mantra yang dilaksanakan di
dukuh Piring (Bantul) dan dukuh Kadirojo (Sleman).
Biro Pusat Statistik telah pula mengadakan survai-survai kependudukan, misalnya Survai
Ekonomi Nasional yang dimulai sejak tahun 1963, Survai Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS), dan Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Hasil-hasil survai ini melengkapi
informasi yang didapat dari Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 109 17 Februari 2017

BAB III
TEORI PENDUDUK

Pada bab II telah dibicarakan bahwa mulai tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia
meningkat dengan cepat. Pada tahun 1650 jumlah penduduk negara-negara Eropa, Amerika
Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebesar 113 juta jiwa pada tahun 1750 menjadi
152,4 juta, dan kemudian pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi dalam dua abad
jumlahnya menjadi 3 kali lipat, sedangkan untuk benua Asia-Afrika dalam jangka waktu yang
sama jumlah penduduknya hanya berubah dua kali banyaknya. (Tabel 3.1)
Tabel 3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Dunia
Berdasarkan Benua/Wilayah, 1650-1950
Distribusi Penduduk (dalam jutaan)
Benua/Wilayah
1650 1750 1800 1850 1900 1950
Eropa 100 140 187 266 401 541
Amerika Utara 1 1,3 5,7 26 81 166
Amerika Tengah dan
Amerika Selatan 12 11,1 18,9 33 63 162
Oseania 2 2 2 2 6 13
Afrika 100 95 90 95 120 198
Asia 330 479 602 749 937 1.320
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Distribusi Penduduk Berdasarkan Persentase


Benua/Wilayah
1650 1750 1800 1850 1900 1950
Eropa 18,3 19,2 20,7 22,7 24,9 22,5
Amerika Utara 0,2 0,1 0,7 2,3 5,1 6,9
Amerika Tengah dan
Amerika Selatan 2,2 1,5 2,1 2,8 3,9 6,8
Oseania 0,4 0,3 0,2 0,2 0,4 0,5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16dari 109 17 Februari 2017

Afrika 18,3 13,1 9,9 8,1 7,4 8,3


Asia 60,6 65,8 66,4 63,9 58,3 55,0
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber: Landis dan Hatt (1948:20)

Perkembangan penduduk seperti disebutkan di atas mengelisahkan beberapa ahli terutama


ahli-ahli bangsa Eropa seperti Thomas Robert Malthus, William Godwin, Arsene Dumont, Carr
Saunders, Sadlerdan Doubleday (De Jong, 1946, Landis & Hatt, 1954). Pembicaraan mengenai
teori penduduk pada Bab III ini diawali dengan teori penduduk yang dikemukakan oleh Thomas
Robert Malthus, karena dialah yang meletakkan tonggak bersejarah dalam penelitian tentang
kependudukan. Di samping itu, pembahasannya didasarkan atas data statistik kependudukan
yang ada. Dengan alasan tersebut di atas, Thomas Robert Malthus merupakan ahli pertama
dalam bidang Demografi.

THOMAS ROBERT MALTHUS


Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun
1834. Pada permulaan tahun 1798, lewat karangannya yang berjudul “An Essay on the
Principle of Population” ia menyatakan bahwa jumlah penduduk akan melampaui jumlah
persediaan bahan pangan yang dibutuhkan. Pendapat Malthus ini merupakan hasil diskusi
antara dia dengan ayahnya (Daniel Malthus) tentang isi karangan William Godwin. Godwin
berpendapat bahwa kemelaratan yang ada di masyarakat disebabkan karena kesalahan
struktur masyarakat, karena itu kemelaratan ini akan dapat dilenyapkan apabila diadakan
perbaikan organisasi sosial dengan memperhatikan prinsip asas sama rata. Malthus
berpendapat bahwa sebab utama timbulnya kemiskinan bukan semata-mata karena kesalahan
organisasi masyarakat, tetapi semata-mata karena kesalahan manusia itu sendiri, yang tidak
mau membatasi pertumbuhannya.
Malthus sangat prihatin bahwa jangka waktu yang dibutuhkan oleh penduduk untuk berlipat
dua jumlahnya sangat pendek. Dia melukiskan bahwa apabila tidak dilakukan pembatasan,
penduduk cenderung berkembang menurut Deret Ukur (2, 4, 8, 16, 32, ....), diperkirakan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 109 17 Februari 2017

penduduk akan berlipat dua jumlahnya setiap 25 tahun dan bahan makanana bertambah
menurut Deret Hitung (2, 3, 4, 5, 6, ....).
Dari deret-deret di atas terlihatlah bahwa akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah
penduduk dan persediaan bahan pangan. Dalam waktu 200 tahun, perbandingan itu akan
menjadi 356 : 9. Untuk menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan bahan
pangan, pertumbuhan penduduk yang cepat harus dicegah. Ada tiga macam hal yang dapat
mengurangi jumlah penduduk tersebut.
1. Kemelaratan (misery), ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian, seperti berbagai
jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan.
2. Kejahatan (vice), ialah segala jenis pencabutan jiwa sesama manusia seperti kebiasaan
membunuh anak-anak tertentu (infanticide), atau pembunuhan orang-orang cacat dan
orang-orang tua.
3. Pengekangan diri (moral restraints), ialah segala usaha untuk mengekang nafsu seksuil,
dan penundaan perkawinan.
Dengan adanya kemelaratan tingkat kematian akan meningkat, dan penundaan pernikahan
akan menurunkan kelahiran, akhirnya akan terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan
jumlah bahan pangan.
Karya Malthus (Essay on the Principle of Population) banyak mendapat tanggapan para ahli
dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumnya gagasan yang dicetuskan
Malthus pada abad ke 18, dianggap sangat aneh. Asumsi yang menyatakan bahwa dunia akan
kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat
diterima oleh akal sehat. Dunia baru (Amerika, Afrika, Australia dan Asia) dengan sumber daya
alam yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka memperkirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat
dihabiskan. Beberapa kritik-kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:
1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transport yang menghubungkan
daerah satu dengan daerah yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-
daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 109 17 Februari 2017

2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam
bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan
menggunakan teknologi baru.
3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan
yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place
(Flew, 1970:26) pada tahun 1822.
4. Fertilitas akan menurun apabila tingkat ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan.
Hal ini tidak diperhitungkan oleh Malthus.
Bagaimana pandangan para sarjana lain terhadap karya dari Malthus? Pada umumnya mereka
menentang pendapat Malthus tersebut. Mereka mencoba mengetengahkan beberapa teori
yang berhubungan dengan pertumbuhan penduduk. Secara garis besar teori-teori tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua:
1. Teori fisiologis atau alami.
2. Teori keadaan sosial-ekonomi.
Beberapa tokoh dari penganut kedua teori di atas, akan dibicarakan di bawah ini.
MICHAEL THOMAS SADLER dan DOUBLEDAY
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya
reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika
kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan
penduduk rendha, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Thompson (1953:35) meragukan kebenaran dari teori ini setelah melihat keadaan di Jawa,
India dan Cina, di mana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga
tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih kongkrit argumentasinya daripada Sadler. Malthus
mengatakan bahwa penduduk di suatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas tinggi, tetapi
tingkat pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian,
penduduk tidak dapat mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan
(fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat
fertilitasnya rendah.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 109 17 Februari 2017

Teori Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau
Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat
kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk
berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran
menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahayak,
mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan
mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980:6).
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya
reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang
perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali
terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan
yang baik biasanya jumlah keluarganya kecil.
Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami oleh teori aksi dan reaksi dalam meninjau
perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat pula menjelaskan bahwa
semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk, semakin tinggi pula tingkat reproduksi manusia.

ARSENE DUMONT
Arsene Dumont adalah salah seorang pengikut teori keadaan sosial-ekonomi. Dia
membahas teori perkembangan penduduk bertitik tolak dari keadaan sosial-ekonomi suatu
masyarakat. Pada tahun 1890 dia menulis sebuah karangan berjudul Depopulation et
Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial
(theory of social capilarity). Secara ringkas disebutkan bahwa seseorang cenderung untuk
mencapai kedudukan tertinggi dalam masyarakat. Misalnya, seorang ayah selalu
mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial-ekonomi yang tinggi
melebihi apa yang ia sendri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai perbaikan kedudukan
sosial-ekonomi itu, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Alasan ini
yang menyebabkan seseorang dengan sadar membuat perencanaan akan besarnya keluarga.
Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, di mana
tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 109 17 Februari 2017

Di negara Perancis misalnya, di mana sistem demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba-
lomba mencapai kedudukan yang tinggi, dan sebagai akibat, tingkat kelahiran turun dengan
cepat. Penduduk yang bertempat tinggal di pusat-pusat perkotaan mempunyai angka kelahiran
yang lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berdiam di daerah pedesaan yang jauh
dari kota. Hal ini disebabkan karena di kota penduduk harus bersaing satu dengan yang lain
dalam mencapai kedudukan tertentu, sedang di daerah pedesaan sifat persaingan itu lebih
kecil. Di India, di mana sistem kasta menghambat kemajuan golongan penduduk berkasta
rendah, sistem kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.

CARR-SAUNDERS
Sarjana lain yang menganut teori keadaan sosial-ekonomi ialah Carr Sounders. Ia
berpendapat bahwa jumlah penduduk di suatu negara mencapai keadaan optimum, apabila
terjadi keseimbangan jumlah penduduk dengan produksi bahan pangan. Tiap-tiap negara selalu
berusaha agar jumlah penduduknya optimum, kalau jumlah penduduknya terlalu banyak, maka
negara tersebut akan berusaha untuk membatasi pertumbuhan jumlah penduduknya, sehingga
keseimbangan antara jumlah penduduk dan produksi pangan dapat dipulihkan kembali. Ada
beberapa pendapat masalah yang dihadapi dalam penentuan jumlah penduduk optimum.
1. Tingkat densitas optimum pada suatu negara selalu berubah-ubah sesuai dengan
perubahan jaman. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan teknologi, sosial dan budaya.
2. Sulit mencari keseimbangan antara besarnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian, agar
densitas optimum dapat dipertahankan.

PENGANUT ALIRAN PESIMIS DARI MALTHUS


Pada abad ke 19 dan permulaan abad ke 20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Pada
masa ini dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh
dengan manusia. Dunia baru sudah mulai tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk
yang selalu bertambah. Tiap minggu lebih dari sejuta bayi lahir di dunia, ini berarti satu juta lagi
mulut yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke 19 orang masih dapat
mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi, tetapi sekarang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 109 17 Februari 2017

beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “It has come true: it is
happening”.
Di tahun 1960-an dan 1970-an, photo-photo yang diambil dari ruang angkasa menunjukkan
bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar di ruang angkasa dengan
persediaan bahan bakar, dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan
kehabisan bahan bakar, dan bahan makanan, sehingga akhirnya malapetaka akan menimpa
kapal tersebut. Hal ini dapat dibaca pada publikasi-publikasi yang terbit pada masa itu, di
antaranya: The Population Bomb oleh Ehrlich (1971), The Hungry Future oleh Dumont dan
Rosier (1969), dan Born to Hunger oleh Arthur Hopcraft (1968).
Pada tahun 1972, Meadow beserta beberapa ahli yang lain (1972) menerbitkan sebuah buku
dengan judul The Limits to Growth. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang
terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini mempengaruhi
manusia dalam melihat masa depan dari dunia ini, yaitu dunia yang penuh kesuraman, dan
pesimisme. Tulisan Meadow memuat hubungan antara lima faktor yaitu: penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam, dan populasi (lihat gambar). Dalam gambar
jelas terbaca bahwa pada waktu persediaan sumber daya alam masih banyak, bahan makanan
perkapita, hasil industri dan penduduk bertambah dengan cepat. Pertumbuhan ini akhirnya
menurun sejalan dengan menurunnya persediaan sumber daya alam, yang akhirnya menurut
model ini habis pada tahun 2100. Walaupun dibuat asumsi yang bervariasi dari laju
perkembangan kelima faktor di atas, terjadi malapetaka (kelaparan, polusi, dan habisnya
sumber daya alam) tidak dapat dihindari, hanya dalam waktunya dapat tertunda. Apa dua
kemungkinan yang dapat dilakukan; membiarkan malapetaka itu terjadi, atau manusia itu
membatasi pertumbuhannya, mengalihkan modal usaha dari sektor industri ke sektor pertanian
dan mengelola lingkungan alam dengan baik.
Ahli-ahli biologi dan ahli-ahli lingkungan menyambut baik buku The Limits to Growth ini,
karena mempunyai kesamaan dengan dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan di mana
pertumbuhannya dibatasi oleh daya tampung alam. Sebaliknya ahli-ahli ilmu sosial memberikan
kritik pedas terhadap karya Meadow ini, karena ia tidak memasukan unsur-unsur sosial budaya
dalam pembuatan modelnya. Dalam hal ini Meadow mengasumsikan bahwa faktor-faktor
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 109 17 Februari 2017

sosial-budaya dianggap sama dan konstan. Seperti diketahui, faktor-faktor sosial budaya ini
bervariasi antara tempat satu dengan tempat yang lain, jadi diperlukan model-moel yang
bervariasi.
Mesarovic dan Pestel (1974) dengan memperhatikan kritik-kritik di atas, merevisi model dari
Meadow ini. Mereka memperhatikan adanya variasi-variasi yang ada di berbagai tempat, jadi
malapetaka yang menimpa dunia ini datangnya tidak bersamaan, tetapi berbeda-beda di
berbagai-bagai tempat. Kelaparan yang terjadi di Banglades, Bihar, Kamboja dan Ethiopia pada
tahun 1970 adalah salah satu contoh dari krisis tersebut.

sumber daya
alam
pendudu
k

bahan
makanan polusi
per kapita

hasil
industri
1900

2000

2100

Gambar 4.1. Hubungan Antara Sumber Daya Alam, Penduduk, Makanan Perkapita, Hasil
Industri Perkapita, Dan Polusi Dari The Limits To Growth
Sumber Jones (1981:172)

PENGANUT KELOMPOK TEKNOLOGI YANG OPTIMIS


Pandangan yang suram dan pesimis dari Malthus beserta penganut-penganutnya ditentang
keras oleh kelompok Teknologi. Mereka beranggapan bahwa manusia dengan ilmu
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23dari 109 17 Februari 2017

pengetahuannya mampu melipat gandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah


kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ke tiga
mengakhiri masa transisi demografinya.
Ahli futurologi Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-negara kaya akan
membantu negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu juga akan jatuh kepada orang-
orang miskin. Dalam beberapa dekade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang menyolok di
antara umat manusia di dunia ini. Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka
memperkirakan bahwa dunia ini dapat menampung 15 miliun orang dengan pendapatan
melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam, karena
seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pergantian, dan recycling akan terus terjadi,
dan era ini disebut dengan Era Substitusi. Mereka mengeritik bahwa The Limits to Growth
bukan memecahkan masalah, tetapi memperbesar permasalahan tersebut.
Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok ekonomi, karena
kedua-duanya tidak memperhatikan masalah organisasi sosial di mana distribusi pendapatan
tidak merata. Orang-orang miskin yang kelaparan, karena tidak meratanya distribusi
pendapatan di negara tersebut. Kejadian seperti di Brasilia di mana pendapatan nasional (GNP)
tidak dinikmati oleh rakyat banyak adalah salah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial
tersebut.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24dari 109 17 Februari 2017

BAB IV
KOMPOSISI PENDUDUK

PENDAHULUAN
Data penduduk yang didapatkan dari hasil registrasi, sensus penduduk, maupun survai,
susunannya belum teratur sehingga sulit untuk dibaca, apalagi diinterpretasi. Untuk keperluan
di atas, maka seluruh data tersebut terlebih dahulu perlu disederhanakan. Menyederhanakan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi disebut menganalisa data
(Sofian Effendi et.al., 1983:213). Dalam proses ini sering kali digunakan statistik, karena
memang salah satu fungsi dari statistik adalah menyederhanakan data.
Membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu, atau dapat pula dikatakan atas
komposisi penduduk tertentu, merupakan salah satu bentuk dari anlaisa penduduk di atas.
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rusli, 1983:35).
Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya, komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa
dan agama. Pada Bab 4 ini hanya dibahas komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin.

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN


Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel terpenting dalam
demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan variabel
umur dan jenis kelamin penduduk. Misalnya, pemerintah ingin merencanakan pelaksanaan
wajib belajar penduduk usia sekolah, maka perlu dikethaui jumlah penduduk usia sekolah, baik
dewasa ini maupun masa yang akan datang. Juga dalam memperkirakan besarnya tingkat
kelahiran, kematian dan besarnya rasio beban tanggungan, komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin merupakan data dasar dari perkiraan tersebut di atas.
Komposisi penduduk menurut umur, dapat pula disebut struktur umur penduduk, biasanya
dibagi menjadi beberapa kelompok umur, dan antara kelompok umur yang satu dengan yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 109 17 Februari 2017

berikutnya berjenjang (berinterval) 5 tahun. Misalnya kelompok umur 0 – 4, 5 – 9, 10 – 14, 15 –


19, .... 70 – 74, 75+. Penduduk yang termasuk kelompok umur 0 – 4 tahun misalnya, adalah
seluruh penduduk yang belum merayakan ulang tahun yang kelima. Selanjutnya kelompok
penduduk umur 5 – 9 tahun adalah semua penduduk yang telah merayakan ulang tahunnya
yang ke lima, tetapi belum merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh.
Struktur umur penduduk antara negara satu dengan yang lain tidak sama. Begitu pula
keadaannya bila dibandingkan antar struktur umur penduduk negara-negara yang sedang
berkembang dengan negara-negara maju, antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran, kematian
dan migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang lain. Kalua salah
satu variabel berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah. Faktor sosial-ekonomi di
suatu negara akan mempengaruhi struktur umur penduduk lewat ketiga variabel demografi di
atas.
Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk yang berumur
di bawah 15 tahun jumlahnya besar (lebih dari 35 persen), sedang besarnya kelompok
penduduk usia 65 tahun dan lebih kurang dari 3 persen. Umumnya negara-negara yang sedang
berkembang seperti: Burma, India dan Indonesia, struktur penduduknya muda.
Sebaliknya suatu negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang
berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35 persen dari seluruh penduduk) dan
persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15 persen. Negara-negara maju seperti Jepang,
Jerman Barat, mempunyai struktur penduduk umur tua.
Dari uraian di atas, dapatlah dimengerti betapa pentingnya pengetahuan tentang komposisi
penduduk menurut kelompok umur di suatu negara atau wilayah. Perbedaan struktur umur akan
menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial-ekonomi seperti masalah angkatan kerja,
pertumbuhan penduduk, dan masalah pendidikan.

PIRAMIDA PENDUDUK
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan pada sebuah
grafik yang disebut Piramida Penduduk. Penggambaran suatu piramida penduduk dimulai
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 109 17 Februari 2017

dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis yang vertikal
menggambarkan umur penduduk mulai dari umur 0 lalu naik. Kenaikan ini dapat tahunan, dapat
pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk
tertentu baik secara absolut ataupun relatif (dalam persen). Pemilihan skala perbandingan pada
sumbu horizontal ini sangat tergantung dari jumlah penduduk suatu negara, sedangkan
penyajian piramida penduduk dalam persentase pada sumbu horizontal tiap skala merupakan
angka persentase tertentu dari jumlah penduduk yang terdapat pada tiap golongan umur di
sumbu vertikal.
Pada bagian kiri sumbu vertikal digambarkan jumlah penduduk laki-laki, dan di bagian kanan
digambarkan jumlah penduduk perempuan (Gambar 4.1.).
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk
suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.
1. Ekspansip jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini
umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran dan angka
kematian tinggi. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran dan sudah mulai
menurunnya tingkat kematian. Negara-negara yang termasuk tipe ini ialah: Indonesia,
Malaysia, Pilipina, India dan Costa Rica.
2. Konstruktif, jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini
terdapat pada negara-negara di mana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat
kematiannya rendah. Contohnya: Jepang, dan negara-negara di Eropa Barat, misalnya
Swedia.
3. Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada
kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat
kelahiran dan tingkat kematian rendah, misalnya terdapat pada negara-negara Eropa Barat,
misalnya Jerman Barat.
Di atas telah dibicarakan bahwa struktur umur penduduk di suatu negara dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu: kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Ini berarti bahwa bentuk-bentuk
piramida penduduk tersebut juga dipengaruhi oleh ketiga faktor di atas.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27dari 109 17 Februari 2017

Turunnya tingkat kematian, terutama pada umur muda, dan keadaan fertilitas yang tetap
tinggi, menyebabkan struktur umur penduduk negara tersebut muda. Hal ini terlihat dari
lebarnya dasar piramida penduduk negara tersebut. Sebaliknya kalau tingkat kematian tinggi
(lebih-lebih pada kematian bayi) memberikan bentuk yang sempit pada dasar piramida tersebut.
Negara-negara yang terlibat dalam peperangan seperti Jepang, Jerman, Italia pada Perang
Dunia II, mortalitasnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa, dan hal ini jelas terlihat
menciutnya piramida penduduk negara bersangkutan pada kelompok umur dewasa, terutama
pada jenis kelamin laki-laki.
Turunnya tingkat fertilitas di suatu negara, pengaruhnya lebih besar pada bentuk dasar
piramida penduduk negara tersebut. Misalnya, Indonesia periode tahun 1971 – 1980 terjadi
penurunan tingkat fertilitas penduduk yang antara lain karena keberhasilan program Keluarga
Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah sejak PELITA I. Hal ini jelas terlihat pada dasar
piramida penduduknya di mana kelompok 0 – 4 tahun lebih kecil daripada kelompok umur 5 – 9
tahun (gambar 4.2). Pada bagian tengah piramida tersebut masih menggembung karena
pertumbuhan penduduk yang lahir sebelum terjadinya penurunan fertilitas tersebut.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 109 17 Februari 2017

Gambar 4.1. Piramida Penduduk Negara-Negara


Swedia, India, Costa Rica, Jerman Barat
Sumber: Bogue (1969:151)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 109 17 Februari 2017

Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk pada kelompok umur dewasa.
Namun demikian, banyak dari negara-negara di mana pertumbuhan penduduknya tidak
dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai contoh, negara Indonesia pertumbuhan penduduknya
(secara nasional) hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan faktor kematian. Faktor migrasi
pengaruhnya kecil sekali karena tidak banyak warga negara Indonesia yang bertempat tinggal
di luar negeri, begitu pula warga negara asing yang berdomisili di Indonesia. Pengaruh
komponen migasi di Indonesia terjadi pada provinsi-provinsi tertentu. Misalnya provinsi
Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari penduduknya yang bermigrasi ke
luar provinsi bersangkutan, sedangkan untuk provinsi Lampung, DKI Jaya, Kalimantan Timur,
banyak terdapat migran yang masuk. Bagi daerah pemukiman yang baru dibuka, piramida
penduduknya berbentuk istimewa yaitu dasarnya sempit, bagian puncak kosong, dan jumlah
penduduk perempuan sedikit.

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN UNTUK INDONESIA


Seperti diuraikan pada Bab 2, sumber data penduduk menurut umur dan jenis kelamin untuk
Indonesia adalah registrasi penduduk, dan sensus penduduk. Data penduduk menurut umur
yang didapat dari kedua sumber di atas, reliabilitas tidak begitu tinggi, karena sebagian besar
penduduk Indonesia tidak mengetahui umur mereka dengan tepat. Lebih-lebih bagi mereka
yang berada di daerah pedesaan dan yang dilahirkan sebelum Perang Dunia II, banyak yang
tidak mengetahui hari dan tanggal kelahiran mereka.
Kesalahan-kesalahan lain yang umum didapat dari hasil Sensus Penduduk mengenai umur
seseorang adalah sebagai berikut:
1. Seseorang cenderung memberitahukan umurnya pada pencatat dengan angka-angka yang
berakhiran dengan angka nol, atau lima.
2. Golongan remaja cenderung mencatatkan umur mereka lebih tinggi dari umur yang
sebenarnya, sebaliknya golongan tua mencatatkan umur mereka di bawah umur yang
sebenarnya.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 109 17 Februari 2017

3. Sering umur seseorang ditaksir oleh pencatat, sesuai dengan ciri-ciri lainnya dari
responden. Misalnya, seorang wanita yang sudah kawin, paling sedikit berusia 16 tahun,
bila ia sudah mempunyai dua orang anak, umurnya di sekitar 25 tahun (Bracher, 1983:92).
Penaksiran umur seseorang juga dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting baik lokal
maupun nasional. Misalnya, hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanggal terjadinya
gerhana matahari total yang melintasi Jawa Tengah di Indonesia.
Karena ketepatan umur penduduk sulit untuk didapatkan maka hasil pencacahan lengkap
Sensus Penduduk tahun 1961, 1971, dan 1980, dikelompok-kelompokkan dengan jenjang
(interval) yang luas. Jadi makin luas interval umur tersebut, makin kecil salah lapor umur neto
yang akan terjadi, karena salah lapor dalam kelompok umur semacam itu tidak berpengaruh
(Bracher, 1983:93).
Kelompok umur hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 1980 adalah: 0 – 4, 5 – 9, 10 –
14, 15 – 24 dan 50 tahun ke atas. Terlihatlah bahwa setelah umur 15 tahun ke atas, mulai
terdapat kesulitan menaksir umur seseorang, lebih-lebih untuk orang-orang yang berumur 50
tahun ke atas.
Di samping dalam pencacahan lengkap, maka dalam sensus sampel pun ditanyakan pula
tentang umur responden. Di sini umur tersebut ditanyakan dengan membandingkan variabel-
variabel yang lain, misalnya: pendidikan, mobilitas penduduk, pekerjaan, kesehatan, serta
variabel demografis lainnya. Jadi pengakuan umur oleh responden dikontrol dengan variabel-
variabel yang lain.
Di dalam pemerosesan data ini dengan komputer, terlebih dahulu data tersebut dibuat bersih
(clean) dari kesalahan-kesalahan di antaranya dengan mengadakan amputasi (amputation)
dengan memperbandingkan jawaban yang satu dengan jawaban yang lain. Semua jawaban-
jawaban ini harus konsisten.
Beberapa ciri-ciri demografis penduduk Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Indonesia berstruktur penduduk muda. Persentase penduduk di bawah umur 15 tahun
masih besar, di atas 40 persen, yaitu: 42,1 persen pada tahun 1961, 44,0 persen pada
tahun 1971 dan 40,9 persen pada tahun 1980.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 109 17 Februari 2017

2. Pada tahun 1961, terlihat adanya lekukan pada kelompok umur 10 – 19 tahun, teapi dalam
10 tahun kemudian kelompok penduduk dalam umur ini menjadi kelompok umur 20 – 29
tahun. Pada tahun 1971, lekuk tersebut terlihat pada umur 20 – 24 tahun, dan pada tahun
1980 bergeser ke umur 30 – 34 tahun.
Menurut Biro Pusat Statistik (1982:12), ada dua kaidah yang diajukan oleh para ahli untuk
menjelaskan terjadinya lekuk itu. Yang pertama menyebutkan bahwa lekuk tersebut disebabkan
oleh rendahnya tingkat kelahiran pada tahun 1940-an. Yang kedua mengatakan bahwa lekuk
tersebut semata-mata disebabkan kesalhaan pelaporan umur. Mengamati piramida penduduk
di atas, kedua kaidah tersebut kiranya ada benarnya.
3. Pada piramida penduduk tahun 1980, terlihat bahwa kelompok umur 0 – 4 tahun lebih kecil
dari kelompok umur 5 – 9 tahun. Ini berarti adanya penurunan tingkat fertilitas yang antara
lain dipengaruhi oleh keberhasilan program Keluarga Berencana yang mulai dilancarkan
pemerintah sejak PELITA I (1969/1970 – 1973/1974).
4. Kalau kelompok penduduk umur 0 – 14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang
belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15 – 64 tahun sebagai
kelompok penduduk yang produktif, dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas
sebagai kelompok yang tidak produktif, maka Rasio Beban Tanggungan dapat dihitung.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara banyaknya
penduduk yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan
banyaknya penduduk yang termasuk produktif (15 – 64 tahun). Atau dengan rumus dapat
ditulis sebagai berikut:
Penduduk di bawah umur 15 tahun ditambah
penduduk umur 65 tahun ke atas
Rasio Beban Tanggungan = Penduduk berumur 15 - 64 tahun xk
Untuk Indonesia angka Rasio Beban Tanggungan untuk tahun 1961, 1971 dan 1980 adalah:
80,7; 86,8 dan 79,3. Ini berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
sebesar 80,7 orang yang tidak produktif pada tahun 1961; 86,8 orang pada tahun 1971; dan
sebesar 79,3 orang pada tahun 1980. Angka-angka di atas termasuk tinggi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 109 17 Februari 2017

Tingginya angka rasio beban tanggungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan
ekonomi di Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang
produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif.
Negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi, mempunyai
angka rasio beban tanggungan yang tinggi pula, dikarenakan besarnya proporsi anak-anak di
dalam kelompok penduduk tersebut.
5. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex-ratio) untuk tahun 1961, 1971
dan 1980 menyimpang dari keadaan normal. Kalau pelaporan umur itu baik, dan tidak
terjadi perubahan tingkat kematian yang drastis di masa lampau, maka rasio jenis kelamin
ini sedikit lebih tinggi dari seratus pada usia muda (di bawah 5), kemudian berangsur-
angsur turun sejalan dengan bertambahnya umur, dan pada usia tua terletak di bawah
seratus (Biro Pusat Statistik, 1983:13).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 109 17 Februari 2017

BAB V

BEBERAPA UKURAN DASAR

TEKNIK ANALISA DEMOGRAFI

PENDAHULUAN

Apabila kita ingin memperbandingkan tekanan penduduk di dua negara, tidaklah dapat

hanya memperbandingkan jumlah mutlak (absolut) penduduk dari kedua negara tersebut.

Misalnya, pada tahun 1980 penduduk DKI Jakarta berjumlah 5.503.449 orang, sedangkan

provinsi Jawa Barat pada tahun yang sama berpenduduk 27.453.525 jiwa. Kalau hanya

memperhatikan angka mutlak saja didapat kesan bahwa provinsi Jawa Barat mempunyai

tekanan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan DKI Jakarta, tetapi keadaan yang

sebenarnya adalah berbalikan. Luas antara dua provinsi di atas sangat berbeda. DKI Jakarta

luasnya 590 km², sedangkan Jawa Barat luasnya 46.300 km². Jadi kepadatan penduduk per

km² untuk DKI Jakarta 11.023 orang sedangkan provinsi Jawa Barat 593 orang (Biro Pusat

Statistik, 1982, 15-16).

Memperhatikan contoh di atas, dapatlah disimpulkan bahwa untuk keperluan perbandingan

diperlukan angka relatif, misalnya memperbandingkan peristiwa-peristiwa demografis

(kelahiran, kematian, mobilitas penduduk, perkawinan) dari daerah-daerah dengan jumlah

penduduk berbeda-beda.

Beberapa peristiwa demografis dapat diukur dengan berbagai cara, di antaranya: rasio,

proporsi, dan tingkat (rates). Di dalam mengukur peristiwa-peristiwa demografis tersebut,

perlulah diketahui dengan pasti:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34dari 109 17 Februari 2017

1. Pada periode waktu mana peristiwa itu terjadi.

2. Kelompok penduduk mana yang mengalami peristiwa tersebut.

3. Peristiwa apa yang diukur.

Perbedaan-perbedaan dari ketiga faktor di atas berpengaruh kepada pemilihan macam

pengukuran yang dipergunakan.

RASIO DAN PROPORSI

Kelas IA, SMP 1 Negeri Denpasar mempunyai 20 orang murid, yang terdiri dari 12 orang

murid laki-laki, dan 8 orang murid perempuan. Perbandingan jenis kelamin (sex ratio) murid

laki-laki terhadap murip perempuan adalah:

12
= 1,5
8

atau 1,5 murid laki-laki dibanding dengan seorang murid perempuan. Agar tidak terjadi pecahan

desimal, angka ini dapat dikalikan dengan 100, sehingga dapat dikatakan bahwa kelas tersebut

mempunyai perbandingan jenis kelamin 150 laki-laki dibanding dengan 100 perempuan.

Kalau jumlah murid laki-laki kita nyataka ndd simbul a, dan jumlah murid perempuan

dengan simbul b, maka perbandingan jenis kelamin dapat ditulis dengan rumus:

a
Rasio Jenis Kelamin = x 100
b

Jadi rasio adalah bilangan yang menyatakan nilai relatif antara dua bilangan.

Apabila jumlah murid laki-laki dibagi oleh seluruh murid di kelas tersebut, maka hasilnya

adalah proporsi murid laki-laki di kelas tersebut. Dari contoh di atas didapat bahwa proporsi

murid laki-laki pada kelas tersebut adalah:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35dari 109 17 Februari 2017

12
= 0,6
20

Ini berarti bahwa murid laki-laki jumlahnya 0,6 dari seluruh murid di kelas tersebut. Apabila

pecahan desimal itu dihilangkan dengan mengalikannya dengan bilangan 100, maka proporsi

tersebut menjadi persentase. Dalam contoh di atas dapat dikatakan bahwa 60 persen dari

seluruh murid di kelas tersebut adalah laki-laki, atau dengan rumus ditulis:

a
Persentase murid laki-laki = x 100
ab

Banyak perhitungan-perhitungan rasio dan proporsi yang dipergunakan dalam

pengukuran-pengukuran demografi. Sebagai contoh perhitungan rasio yang terdapat dalam

Tabel 5.1. Dalam masing-masing rasio tersebut perlu disebutkan dengan jelas peristiwa-

peristiwa demografis yang mau dihitung atau diukur, karena rasio jenis kelamin (sex ratio), ini

dapat berarti bermacam-macam:

1. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di Indonesia.

2. Perbandingan jumlah anak-anak laki-laki umur 0-4 tahun dengan jumlah anak-anak

perempuan dalam kelompok umur yang sama.

3. Perbandingan jenis kelamin kelahiran bayi laki-laki dengan bayi perempuan.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 36dari 109 17 Februari 2017

Tabel 5.1. Beberapa Contoh Rasio Jenis Kelamin


Yang Digunakan Dalam Demografi
Rasio Rumus Definisi
Rasio Beban PO - 14  P65  Jumlah penduduk di bawah
Tanggungan k umur 15 tahun dan di atas 65
P15 - 64
tahun
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah penduduk umur 15 – 64
tahun
Rasio Jenis Kelamin mi Jumlah laki-laki dalam kelompok
k umur i
fi
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah perempuan dalam
kelompok umur i
Kepadatan Penduduk Pi Jumlah penduduk wilayah i
–––––––––––––––––––––––– x
ai
100
Jumlah luas dalam km² (mil²)
wilayah i
Rasio Anak-anak dan PO - 4 Jumlah anak-anak yang
Wanita berumur dibawah 5 tahun
Pf 15 - 49
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah wanita berumur 15 – 49
tahun
Sumber: Palmore (1971:2)

TINGKAT (RATES)

Pada umumnya rasio dan proporsi digunakan untuk menganalisa komposisi demografis

dari ikpk penduduk, sedangkan tingkat (rates) digunakan untuk menganalisa peristiwa-peristiwa

demografis dalam jenjang waktu tertentu (Palmore, 1971:3).

Secara umum, tingkat (rates) tersebut didefinisikan sebagai berikut:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 37dari 109 17 Februari 2017

Jumlah peristiwa yang terjadi


Tingkat peristiwa = dalam jenjang waktu tertentu
demografis tertentu Jumlah kelompok penduduk yang mempunyai x 1000
resiko (population exposed to risk) dalam
peristiwa tersebut dalam jenjang waktu yang sama

Yang perlu diperhatikan di sini ialah penduduk yang mempunyai resiko (exposed to risk)

dalam peristiwa tersebut yang digunakan sebagai pembagi di atas. Sebagai misal, kita

menghitung tingkat kematian (mortality) untuk periode satu tahun. semua penduduk yang hidup

dalam seluruh tahun tersebut mempunyai resiko meninggal. Kelompok penduduk ini digunakan

sebagai pembagi dalam perhitungan tingkat mortalitas di atas. Bagi penduduk yang meninggal

sebelum akhir tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk seluruh tahun, begitu juga bayi-

bayi yang lahir pada pertengahan tahun atau sebelumnya. Bagi penduduk yang pindah ke

wilayah tersebut beberapa tahun sebelum akhir tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk

seluruh tahun.

Konsep jumlah tahun kehidupan (person-years lived) sering digunakan dalam menghitung

jumlah penduduk yang mempunyai resiko terhadap suatu peristiwa demografis. Misalnya di

suatu wilayah pada tanggal 1 Januari 1983 penduduknya berjumlah 700 orang. Dari 700 orang

di atas sebanyak 200 orang yang meninggal pada tanggal 15 Januari 1983. Jadi 200 orang di

atas hanya hidup selama 3.000 hari pada tahun 1983. Mereka mempunyai tahun kehidupan

sebesar 8,22.

Seorang lahir tanggal 11 Januari 1983 dan meninggal pada tanggal 9 Nopember 1983,

berarti orang ini hidup selama 302 hari atau jumlah tahun kehidupan sebesar 0,83. Begitu

seterusnya hingga tanggal 31 Desember 1983, jumlah kumulatif tahun kehidupan 598,41 (Tabel

5.2)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 38dari 109 17 Februari 2017

Perhitungan jumlah tahun kehidupan dengan cara ini untuk penduduk yang jumlahnya

besar, memakan waktu yang lama. Untuk keperluan ini dipergunakan perkiraan (an

approximation). Diasumsikan bahwa jumlah kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi

keluar, tersebar merata pada periode tahun yang dihitung, maka jumlah kumulatif tahun

kehidupan besarnya tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (1 Juli).

Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut disebut dengan penduduk pertengahan

tahun (midyear or central population).

Untuk menghitung jumlah penduduk pertengahan tahun (Pm), dapat dilaksanakan dengan

membagi dua penjumlahan penduduk pada permulaan tahun (P1) dengan penduduk pada akhir

tahun (P2). Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:

P1 P2
Penduduk pertengahan tahun (Pm) = atau
2
 P2 - P1
= P1 + 
 2 

Beberapa contoh perhitungan tingkat (rates) adalah seperti di bawah ini:

1. Menghitung Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate). Misalnya jumlah kelahiran di

Indonesia pada tahun 1979 sebesar 4.931.500, sedang jumlah penduduk pada pertengahan

tahun sebesar 140.900.000 jiwa, maka besarnya Tingkat Kelahiran Kasar dihitung dengan

rumus:

Jumlah kelahiran selama setahun (1979)


Tingkat Kelahiran Kasar = x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun
dari tahun yang sama
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 39dari 109 17 Februari 2017

Yang Tingkat Kelahiran Kasar sebesar 35 berarti bahwa tiap tahun tiap 1000 penduduk

terdapat 35 kelahiran bayi.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 40dari 109 17 Februari 2017

Tabel 5.2. Contoh Perhitungan Tahun Kehidupan (Person Years Lived)


Selama Satu Tahun 1983
Jumlah Peristiwa dan Tanggal Jumlah Jumlah
Penduduk Hari Tahun
Hidup Kehidupan
700 Hidup tanggal 1/1 .... ....
200 Meninggal 15/1 3.000 8,22
1 Lahir 11/1 Meninggal 9/11 302 0,83
2 Meninggal 8/4 196 0,54
1 Lahir 24/6 190 0,52
1 Lahir 7/10 85 0,23
1 Meninggal 22/6 173 0,47
1 Lahir 13/9 Meninggal 13/11 61 0,17
1 Meninggal 1/6 152 0,42
1 Lahir 6/3 Meninggal 31/3 25 0,07
2 Lahir 19/10 146 0,40
1 Lahir 7/10 85 0,23
1 Pindah 16/8 228 0,62
1 Meninggal 30/6 181 0,50
1 Meninggal 5/6 156 0,43
4 Datang 18/4 1.032 2,83
1 Lahir 26/8 127 0,35
1 Lahir 11/1 354 0,97
1 Lahir 1/10 91 0,25
1 Lahir 21/2 Meninggal 27/4 65 0,18
100 Datang 25/10 6.700 18,36
1 Lahir 7/6 207 0,57
94 Lahir 10/4 24.910 58,25
493 Tinggal selama satu tahun 179.945 493,00
1/1 hingga 31/12

Jumlah kumulatif Tahun 598,41


Kehidupan:
700 .... ....
Sumber: Palmore (1971:6)

2. Menghitung Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate). Misalnya diketahui jumlah

kematian di Indonesia pada tahun 1975 besarnya 2.298.400 orang, sedangkan jumlah

penduduk pada pertengahan tahun sebesar 136.000.000 jiwa, maka besarnya Tingkat

Kematian Kasar dapat dihitung dengan rumus:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 41dari 109 17 Februari 2017

Jumlah kematian selama setahun (1975)


Tingkat Kelahiran Kasar = x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun
dari tahun yang sama
2.298.400
= x 1000 = 16,9
136.000.000

Tingkat Kematian Kasar sebesar 16,9 berarti bahwa tiap tahun, tiap 1000 penduduk terjadi

kematian sebesar 16,9 jiwa.

DISTRIBUSI FREKUENSI

Dalam studi demografi, distribusi frekuensi dipergunakan untuk menggambarkan profil

penduduk menurut karakteristik tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan,

perkawinan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan. Karakteristik penduduk ini disebut pula

variabel penduduk. Apabila kita ingin melukiskan salah satu karakteristik penduduk di suatu

wilayah, dapat dilaksanakan dengan membuat tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi ini

dapat berbentuk angka-angka mutlak, atau angka-angka relatif (Lihat Tabel 5.2).

Pro-Rating

Tabel-tabel frekuensi hasil Sensus Penduduk, kadang-kadang dijumpai kategori yang

tidak terjawab atau dalam bahasa Inggris disebut not stated. Jika jumlah penduduk yang

tergolong kategori ini relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan,

maka kelompok penduduk ini dapat disebarkan ke kelompok-kelompok lain dengan

menggunakan teknik pro-rating.

Pro-rating dapat dikerjakan dengan dua cara:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 42dari 109 17 Februari 2017

1. Mengalikan masing-masing kelompok penduduk dengan suatu faktor pengali (R) 1

2. Jumlah kelompok umur tertentu ditambah dengan hasil perkalian proporsi penduduk

kelompok umur tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk tidak terjawab.

Dalam Tabel 5.3. dilukiskan struktur umur penduduk suatu wilayah sebelum dan sesudah

diadakan pro-rating.

Pemecahan Kelompok Umur Jenjang 10 Tahun Menjadi Kelompok Umur 5 Tahun

Di Indonesia (begitu pula keadaannya di negara-negara berkembang lainnya) sulit untuk

mendapatkan informasi mengenai umur seseorang oleh karena kebanyakan dari penduduk

tidak mengetahui tanggal kelahirannya dengan pasti. Dengan alasan tersebut, dalam

pengelompokkan umur penduduk sering tidak dapat dilaksanakan dengan jenjang 5 tahunan,

tetapi dengan jenjang 10 tahunan. Hal ini dikerjakan untuk menghindari kemungkinan

kesalahan pengelompokkan umur. Cara ini sering dijumpai pada tabel frekuensi kelompok umur

penduduk hasil pencacahan lengkap.

Untuk keperluan perbandingan, misalnya memperbandingkan kelompok penduduk

menurut umur antara wilayah A dengan wilayah B, perlu dibuat pengelompokkan penduduk

dengan jenjang yang sama, misalnya 5 tahunan. Untuk itu kelompok penduduk dengan jenjang

10 tahunan perlu dipecah. Pemecahan ini antara lain dikerjakan dengan rumus Newton (United

Nations, 1956:15)

fna = ½ fn  1/8 (fn - 1) - (fn  1)

1
Faktor pengali (R) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah penduduk keseluruha n (termasuk yang tidak terjawab)
Faktor Pengali =
Jumlah penduduk dikurangi jumlah yang tidak terjawab
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 43dari 109 17 Februari 2017

dimana :

fn = jumlah penduduk dengan jenjang 10 tahunan yang akan dipecah menjadi 5 tahunan

fn – 1 = jumlah penduduk jenjang 10 tahunan sebelum kelompok fn

fn + 1 = jumlah penduduk jenjang 10 tahunan sesudah kelompok fn

fna = jumlah penduduk jenjang 5 tahunan hasil pemecahan pertama

Sebagai contoh akan diadakna pemecahan kelompok penduduk umur 35-44 tahun dari

Tabel 5.3. Pada tabel 5.3 dapat diketahui:

fn = kelompok penduduk umur 35 – 44 tahun = 5.727

fn – 1 = kelompok penduduk umur 25 – 34 tahun = 7.343

fn + 1 = kelompok penduduk umur 45 – 54 tahun = 3.563

Maka kelompok penduduk umur 35 – 39 tahun atau fn dapat dicari dengan rumus Newton di

atas

F35 – 39 = ½ [5.727 + 1/8 (7.343 – 3.563)]

= ½ [5.727 + 472,5]

= 3.099,75

= 3.100

f40 – 44 = 5.727 – 3.100 = 2.627


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 44dari 109 17 Februari 2017

Tabel 5.3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


di Wilayah Tertentu dan Pada Tahun Tersebut, Sebelum dan Sesudah
Diadakan Pro-Rating (x 1000)
Sebelum Sesudah
Umur
Pro-rating Pro-rating
0–4 8.462 8.473
5–9 7.684 7.694
10 – 14 4.319 4.324
15 – 19 3.834 3.838
20 – 24 3.452 3.456
25 – 34 7.334 7.343
35 – 44 5.720 5.727
45 – 54 3.559 3.563
55 – 64 1.898 1.900
65 – 74 796 797
75 + a 376 378
Tak terjawab 60 –
(not stated)
47.496 47.496

Catatan:

Sebagai ilustrasi diambil kelompok penduduk umur 10 – 14 tahun, di-pro-rating dengan dua

cara:

Cara 1 R = 47.496 : 47.436 = 1,0012648

Jumlah penduduk sebelum di-pro-rating 4.319.000

Setelah di-pro-rating menjadi

4.319.000 x 1,0012648 = 4.324.000

Cara 2 Jumlah penduduk setelah di-pro-rating

4.319.000
4.319.000 + x 60 = 4.324.000
47.496.000
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 45dari 109 17 Februari 2017

Pemecahan Kelompok Umur Jenjang 5 Tahunan Menjadi Satu Tahunan dengan Faktor

Pengali Sprague

Untuk keperluan tertentu, misalnya mengetahui jumlah penduduk umur 7 tahun (umur

permulaan masuk Sekolah Dasar), maka kelompok penduduk umur 5 – 9 tahun perlu dipecah

menjadi umur 5, 6, 7, 8, dan 9 tahun. Pemecahan ini dapat dikerjakan dengan menggunakan

faktor pengali Sprague (Sprague’s Multipliers). Ada 5 buah faktor pengali untuk memecah

seluruh kelompok umur jenjang 5 tahunan menjadi umur tunggal tahunan. Sebuah untuk

mengerjakan kelompok tengah (mid-panels), dua buah untuk kelompok akhir (end-panel), dua

buah untuk kelompok sebelum atau sesudah kelompok akhir (next to-end panel). Sebagai

contoh, kelompok penduduk dengan jenjang 5 tahunan, dimulai dengan umur 0, dan berakhir

dengan umur 99 tahun, kelima kelompok panel di atas adalah sebagai berikut:

Kelompok umur:

0–4 first end-panel


5–9 first next to end-panel
10 – 14

 mid-panel

85 – 89
90 – 94 last next to end-panel
95 – 99 last end-panel
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 46dari 109 17 Februari 2017

Perlu diperhatikan, kelompok “end-panel” terakhir tergantung pada nilai kelas terakhir dari

pengelompokkan tersebut. Tidak diperbolehkan ada kelas terbuka. Misalnya kelompok umur

terakhir adalah umur 100 dan lebih, dapat dijadikan kelompok umur 100 – 104 tahun. Faktor

pengali dari Sprague (Sprague Multipliers) seperti terlihat dalam tabel 5.4.

Tabel 5.4. Sprague Multipliers


N1 N2 N3 N4 N5
FIRST END-PANEL
n1 .... +0.3616 –0.2768 +0.1488 –0.0336 –
n2 .... +0.2640 –0.0960 +0.0400 –0.0080 –
n3 .... +0.1840 +0.0400 –0.0320 +0.0080 –
n4 .... +0.1200 +0.1360 –0.0720 +0.0160 –
n5 .... +0.0704 +0.1968 –0.0848 +0.0176 –
FIRST NEXT-TO-END PANEL
n1 .... +0.0336 +0.2272 –0.0752 +0.0144 –
n2 .... +0.0080 +0.2320 –0.0480 +0.0080 –
n3 .... –0.0080 +0.2160 –0.0080 +0.0000 –
n4 .... –0.0160 +0.1840 +0.0400 –0.0080 –
n5 .... –0.0176 +0.1408 +0.0912 –0.0144 –
MID-PANEL
n1 .... –0.0128 +0.0848 +0.1504 –0.0240 +0.0016
n2 .... –0.0016 +0.0144 +0.2224 –0.0416 +0.0064
n3 .... +0.0064 –0.0336 +0.2544 –0.0336 +0.0064
n4 .... +0.0064 –0.0416 +0.2224 +0.0144 –0.0016
n5 .... +0.0016 –0.0240 +0.1504 +0.0848 –0.0128
LAST NEXT-TO-END PANEL
n1 .... –0.0144 +0. 0912 +0.1408 –0.0176 –
n2 .... –0.0080 +0.0400 +0.1840 –0.0160 –
n3 .... +0.0000 –0.0080 +0.2160 –0.0080 –
n4 .... +0.0080 –0.0480 +0.2320 +0.0080 –
n5 .... +0.0144 –0.0752 +0.2272 +0.0336 –
LAST END-PANEL
n1 .... +0.0176 –0.0848 +0.1968 +0.0704 –
n2 .... +0.0160 –0.0720 +0.1360 +0.1200 –
n3 .... +0.0080 –0.0320 +0.0400 +0.1840 –
n4 .... –0.0080 +0.0400 –0.0960 +0.2640 –
n5 .... –0.0336 +0.1488 –0.2768 +0.3616 –

Nx = Jumlah penduduk pada kelompok umur lima tahunan


nx = Perkiraan besarnya jumlah penduduk umur satu tahunan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 47dari 109 17 Februari 2017

1. Faktor Pengali Kelompok Umur Tengah

Kelompok penduduk yang akan dipecah diletakkan pada N3, sedangkan N1 dan N2

adalah kelompok penduduk pada kelas-kelas sebelumnya, N4 dan N5 adalah kelompok

penduduk pada kelas-kelas sesudahnya. Sebagai contoh akan dipecah kelompok umur 10

– 14 tahun, penduduk Indonesia hasil Sensus Penduduk 1980, maka besarnya Nx adalah

sebagai berikut:

N1 = P( 0 – 4 ) = 21.190.672
N2 = P( 5 – 9 ) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
N4 = P(15 – 19) = 15.283.235
N5 = P(20 – 24) = 13.001.545

Perincian dari jumlah penduduk yang telah dipecah (nx) beserta contoh

perhitungannya adalah sebagai berikut:

n1 = (21.190.672  –0.0128) + (21.231.927  0.0848) + (17.619.034 

(P10) 0.1504) + (15.283.235  –0.0240) + (13.001.545  0.0016) = 3.833.134

n2 = (21.190.672  –0.0016) + (21.231.927  0.0144) + (17.619.034 

(P11) 0.2224) + (15.283.235  –0.0416) + (13.001.545  0.0064) = 3.637.795

begitu seterusnya

n3 = 3.474.203

(P12)

n4 = 3.370.121

(P13)

n5 = 3.303.840

(P14)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 48dari 109 17 Februari 2017

Jadi kelompok penduduk umur 10 – 14 tahun yang berjumlah 17.619.034 orang dapat

dipecah menjadi:

P10 = 3.833.134

P11 = 3.637.795

P12 = 3.474.203

P13 = 3.370.121

P14 = 3.303.840

2. Faktor Pengali Kelompok Umur Kelas Pertama dan Kelas Terakhir (the end-panel

multiplieri)

Misalnya akan dipecah kelompok umur 0 – 4, atau 75 – 79 tahun dari penduduk

Indonesia pada tahun 1980. Faktor pengali yang digunakan ialah:

a. First End-Panel untuk kelompok umur 0 – 4

b. Last End-Panel untuk kelompok umur 75 – 79

Kalau yang akan dipecah kelompok umur 0 – 4 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada

N1 pada faktor pengali First End-Panel. Selanjutnya kalau yang akan dipecah kelompok

umur pada kelas terakhir, maka kelompok ini diletakkan pada N4 dari faktor pengali Last

End-Panel (lihat contoh di bawah ini):

Kelompok umur (0 – 4) tahun yang akan dipecah:

N1 = P(0 – 4) = 21.190.672a
N2 = P(5 – 9) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
N4 = P(15 – 19) = 15.283.235

Kelompok umur (75 – 79) tahun yang akan dipecah:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 49dari 109 17 Februari 2017

N1 = P(60 – 64) = 3.228.627a


N2 = P(65 – 79) = 1.713.885
N3 = P(70 – 74) = 1.530.658
N4 = P(75 – 79) = 1.525.373

Cara pengerjaannya sama dengan contoh di atas, dan setelah dihitung maka dapatlah

pemecahan jumlah penduduk sebagai berikut:

P0 = 3.893.745 P75 = 320.106


P1 = 4.138.568 P76 = 319.472
P2 = 4.306.818 P77 = 312.880
P3 = 4.406.384 P78 = 298.482
P4 = 4.445.157 P79 = 274.433
P(0 – 4) = 21.190.672 P(75 – 79) = 1.525.373

3. Faktor Pengali Kelompok Umur Pada Kelas Kedua atau Pada Kelas Sebelum Kelas

Terakhir

Misalnya akan dipecah kelompok umur 5 – 9 tahun, atau 70 – 74 tahun dari penduduk

Indonesia pada tahun 1980. Faktor pengali yang dipergunakan ialah:

a. First Next to End-Panel untuk kelompok umur 5 – 9 tahun.

b. Last Next to End-Panel untuk kelompok umur 70 – 74 tahun.

Kalau yang akan dipecah kelompok umur 5 – 9 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada

N2 pada faktor pengali First Next to End-Panel. Begitu pula kalau yang akan dipecah

kelompok umur 70 – 74 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada N3 pada faktor pengali

Last Next to End-Panel.

Kelompok umur (5 – 9) tahun yang akan dipecah:

N1 = P(0 – 4) = 21.190.672a
N2 = P(5 – 9) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 50dari 109 17 Februari 2017

N4 = P(15 – 19) = 15.283.235

Kelompok umur (70 – 74) tahun yang akan dipecah:

N1 = P(60 – 64) = 3.228.627a


N2 = P(65 – 79) = 1.713.885
N3 = P(70 – 74) = 1.530.658
N4 = P(75 – 79) = 1.525.373

Setelah dihitung maka didapatlah:

P5 = 4.431.028 P70 = 298.464


P6 = 4.371.885 P71 = 299.962
P7 = 4.275.618 P72 = 304.708
P8 = 4.150.119 P73 = 310.878
P9 = 4.003.227 P74 = 316.626
P(5 – 9) = 21.231.927 P(70 – 74) = 1.530.658

KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan unit wilayah. Atau dapat

ditulis dengan rumus:

Jumlah Penduduk Suatu Wila yah


Kepadatan penduduk =
Luas Wilayah

Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk

di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti: penduduk daerah pedesaan,

atau penduduk yang bekerja di bidang pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa

luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.

Kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi tiga bagian:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 51dari 109 17 Februari 2017

1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population) atau sering pula disebut dengan

Kepadatan Penduduk Arithmatika.

2. Kepadatan Penduduk Fisiologis (Physiological Density).

3. Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density).

4. Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)

Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population)

Kepadatan Penduduk Kasar, adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Kepadatan

Penduduk Kasar untuk Indonesia pada tahun 1930, 1961, 1971 dan 1980, masing-masing

sebesar 32, 51, 62, 77 per km², sedang untuk pulau-pulau lain dapat dilihat dalam Tabel 5.5.

Luas pulau yang digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan kepadatan penduduk di

atas ialah luas seluruh daratan pulau yang bersangkutan. Jadi tanpa membedakan daerah yang

tandus, dan daerah yang subur. Pada tabel 5.5 terlihat bahwa angka kepadatan penduduk

Jawa hampir sembilan kali angka kepadatan penduduk seluruh Indonesia, 12 kali kepadatan

penduduk Sumatera, atau Sulawesi, 55 kali kepadatan penduduk Kalimantan. Pola yang sama

juga terlihat pada hasil Sensus Penduduk tahun 1930, 1961, dan 1971. Jadi penduduk

Indonesia sebagian besar (lebih dari 60 persen) mengelompok di pulau Jawa.

Tabel 5.5. Banyaknya Penduduk Per Kilometer Persegi


Menurut Pulau (1930 – 1980)
Banyaknya Penduduk per
Luas Luas
Pulau Kilometer Persegi
(km²) (%)
1930 1961 1971 1980
Jawa dan 132.187 6,89 315 476 576 690
Madura 473.606 24,67 17 33 44 59
Sumatera 539.460 28,11 4 8 10 12
Kalimantan 189.216 9,85 22 38 38 55
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 52dari 109 17 Februari 2017

Sulawesi 584.974 30,48 8 12 12 19


Pulau-pulau lain
Indonesia 1.919.443 100,00 32 51 62 77
Sumber: Biro Pusat Statistik (1982:5)

Kepadatan Penduduk Fisiologis (Physiological Density)

Kepadatan penduduk fisiologis ialah jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah

pertanian. Atau dengan rumus ditulis:

Jumlah Penduduk Suatu Wila yah


Kepadatan Penduduk Fisiologis =
Luas Tanah Pertanian

Di Indonesia pada tahun 1973, dari seluas 1.904.570 km² daratan, terdapat 163.940 km² tanah

pertanian. Kalua pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia besarnya 119.232.000, maka

kepadatan penduduk fisiologis adalah:

119.232.000
= 727,29 orang per km²
163.940

Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density)

Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani tiap km² tanah pertanian.

Atau dengan rumus dapat ditulis:

Jumlah Petani di Suatu Wila yah


Kepadatan Penduduk Agraris =
Luas Tanah Pertanian

Menurut hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja dalam

lapangan pertanian sebesar 64,2 persen, atau 76.546.949 orang. Kalau luas tanah pertanian

pada tahun 1973 adalah 163.940 km², maka kepadatan penduduk agraris adalah:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 53dari 109 17 Februari 2017

76.546.949
= 446,9 orang per km²
163.940

Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)

Kepadatan Penduduk Ekonomi berbeda dengan ketiga macam kepadatan penduduk yang

telah dibicarakan di atas yaitu jumlah penduduk persatuan luas. Pada kepadatan penduduk

ekonomi ialah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan

wilayah yang bersangkutan. Simon seorang ahli demografi bangsa Perancis mengusulkan

rumus Kepadatan Penduduk Ekonomi sebagai berikut:

@
 = 100

di mana:

@ = indeks dari jumlah penduduk

 = indeks umum dari produksi pada tahun yang sama

PERTUMBUHAN PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian,

dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir

(B) dan yang datang (I), dan penduduk yang berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang

mati (D) dan yang meninggalkan daerah tersebut (O).

Keadaan penduduk pada tahun tertentu dapat dilukiskan sebagai berikut:

Pt = Pengorganisasian + B – D + I - O

Persamaan di atas disebut dengan Balancing Equation. Dari persamaan di atas didapatkan:

B–D pertumbuhan penduduk alamiah (natural increase)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 54dari 109 17 Februari 2017

I–O migrasi neto

Sebagai contoh, penduduk suatu negara pada pertengahan tahun 1971 sebesar 118,5 juga.

Pada tahun itu pula terdapat kelahiran (B) sebanyak 5 juga, dan kematian (D) sebanyak 2,37

juta, migran masuk (I) sebesar 300.000, dan migran keluar (O) sebesar 500.000. Dari data di

atas dapat dihitung:

1. Pertumbuhan Penduduk Alami

5.000.000 - 2.370.000
 100% = 2,22%
118.500.000

2. Migrasi Neto

300.000 - 500.000
 100% = - 0,17%
118.500.000

Jadi pertumbuhan penduduk sebesar:

2,22% + (– 0,17%) = 2,05%

Di atas telah disebutkan bagaimana angka pertumbuhan penduduk diperoleh dari

komponennya. Angka tersebut juga dapat diperoleh secara langsung dari jumlah penduduk

pada awal dan ada akhir suatu periode. Dua macam ukuran pertumbuhan penduduk:

1. Pertumbuhan Geometri (Geometric growth)

2. Pertumbuhan Exponensiil (Exponential growth)

Perbedaan antara dua pengukuran ini secara grafis adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1. Grafik Pertumbuhan Penduduk Geometri dan Exponensil

Jumlah
penduduk
Exponensiil

Geometri
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 55dari 109 17 Februari 2017

Pertumbuhan penduduk geometri adalah pertumbuhan bertahap (discrete) di mana dalam

grafik di atas setiap tahun merupakan satu tahap. Pertumbuhan penduduk exponensiil

merupakan pertumbuhan yang langsung terus menerus (continuous). Ukuran pertumbuhan

penduduk secara exponensiil ini merupakan ukuran yang tepat.

Pertumbuhan Geometri

Rumus:

Pt = Po (I + r)t

di mana:

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar

r = tingkat pertumbuhan penduduk

t = jangka waktu

Contoh:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 56dari 109 17 Februari 2017

Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000.

Sedangkan pada tahun 1971 sebesar 2.490.000. Hitunglah besarnya tingkat pertumbuhan

penduduk setiap tahun pada periode 1961-1971.

Jawab:

Pt = Po (I + r)t

2.490.000 = 2.163.000 (I + r)10

2.490.000
(I + r)10 =
2.163.000

= 1.151.179

Jadi tingkat pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,42% setiap

tahun pada periode 1961 – 1971.

Pertumbuhan Exponensiil

Rumus:

Pt = Po . ert

di mana:

e = angka exponensiil, besarnya 2,718282

Kalua soal di atas dikerjakan dengan rumus exponensiil, maka perhitungannya adalah sebagai

berikut:

Pt = Po . ert

2.490.000 = 2.163.000  2.71828210r

2.490.000
2.71828210r =
2.163.000

= 1.151.179
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 57dari 109 17 Februari 2017

10r.log2,718282 = log1,151179

10r  0,43295 = 0,061143

0,061143
10r =
0,434295

= 0,14079

r = 0,014079

= 1,41%

Dengan menggunakan rumus pertumbuhan penduduk exponensiil didapat tingkat

pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,41% setiap tahun pada

periode 1961 – 1971. Jadi dengan perhitungan cara ini terdapat selisih 0,01%.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 58dari 109 17 Februari 2017

BAB VI

MORTALITAS PENDUDUK

PENDAHULUAN

Mortalitas (kematian) penduduk adalah salah satu dari variabel demografi yang penting.

Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi

pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan tren dari tingkat mortalitas di

masa lampau dan estimasi di masa mendatang dapatlah dibuat proyeksi penduduk wilayah

bersangkutan.

Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan

secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Budi Utomo, 1983:1).

Dari difinisi ini terlihatlah bahwa keadaan “mati” hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran

hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Dengan kata lain,

mati tidak pernah ada kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir

hidup.

Disini dibedakan peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan

di luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam kandungan ibu (intra uterin) terdapat

peristiwa-peristiwa kematian janin sebagai berikut:

1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai pada umur 16 minggu.

2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur

kandungan 28 minggu.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 59dari 109 17 Februari 2017

3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu

lahir.

Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra uterin) dibedakan atas:

1. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim,

tidak ada tanda-tanda kehidupan.

2. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan

(28 hari).

3. Kematian lepas baru lahir (post neo-natal death), adalah kematian bayi setelah berumur

satu bulan tetapi kurang dari satu tahun.

4. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang

dari satu tahun.

SUMBER DATA

Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk. Cara

pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan yang kontinyu terhadap tiap-tiap peristiwa

kematian. Hasil registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan (banyak peristiwa kematian

yang belum tercatat, dan kualitas datanya rendah). Penduduk sering merasa tidak ada suatu

keharusan untuk melapor dan mencatatkan setiap peristiwa kematian ini kepada kepala desa

atau kepala dukuh. Namun demikian, kalau dibandingkan dengan pencatatan kelahiran,

pencatatan kematian lebih lengkap.

Di Indonesia pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga kepada kepala dukuh.

Laporan ini kemudian diteruskan ke kantor kelurahan pada saat diadakan rapat kepala dukuh
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 60dari 109 17 Februari 2017

yang biasanya berlangsung seminggu sekali. Sering terjadi bahwa pelaporan itu tidak dilakukan

oleh kepala keluarga dan tidak pula diterima oleh kepala dukuh. Kalau kepala dukuh tidak dapat

datang ke rapat, maka data kematian ini akan dibawanya pada rapat berikutnya. Agaknya,

penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan waktu melaporkannya

menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang dari keadaan sebenarnya

(under reporting).

Sumber yang lain dari data kematian, adalah penelitian (survai). Biasanya penelitian

kematian penduduk ini dijadikan satu dengan penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut

dengan penelitian statistik vital. Hasil penelitian statistik vital telah dilakukan baik oleh Biro

Pusat Statistik, atau oleh Universitas, hanya dua yang dipublikasikan secara luas, yaitu: Survai

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada tahun 1976,

dan Survai Fertilitas dan Mortalitas yang dilakukan oleh Lembaga Demografi, Universitas

Indonesia pada tahun 1973.

Sejak tahun 1911, beberapa kali telah dikeluarkan peraturan yang mewajibkan penduduk

untuk mencatatkan peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi usaha-usaha tersebut tidak pernah

berjalan dengan baik (Heligman, 1976:2). Daerah-daerah di Jawa dan Madura berganti-ganti

telah dipilih sebagai daerah registrasi, dan kira-kira setengah dari jumlah kematian dari daerah-

daerah yang diseleksi itu tidak tercatat.

Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian tersebut, sering dibuat perhitungan

perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil Sensus Penduduk (cacah jiwa)

atau dari hasil penelitian (survai). Dalam Sensus Penduduk, mengenai kelahiran dan kematian

penduduk, ditanyakan: jumlah wanita yang pernah kawin menurut umur, jumlah anak yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 61dari 109 17 Februari 2017

dilahirkan hidup, jumlah anak yang meninggal, dan jumlah anak yang masih hidup. Dari

informasi di atas dibuatlah perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat

kematian anak.

PENGUKURAN DATA KEMATIAN PENDUDUK

Ada beberapa cara mengukur data kematian penduduk, di antaranya ada tiga yang akan

dibicarakan di sini, yaitu: Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR), Tingkat

Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR) dan Tingkat Kematian Bayi

(Infant Death Rate atau IDR).

Tingkat Kematian Kasar

Tingkat Kematian Kasar (CDR) didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada tahun

tertentu, tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus dapat ditulis sebagai

berikut:

D
Tingkat Kematian Kasar (CDR) = k
Pm

di mana:

D = Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi penduduk)

Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)

k = bilangan konstan yang biasanya bernilai 1.000


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 62dari 109 17 Februari 2017

Sebagai contoh, diketahui jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1975

sebesar 136.000.000 jiwa. Jumlah kematian sepanjang tahun tersebut sebesar 2.298.400 jiwa.

Besarnya Tingkat Kematian Kasar dapat dihitung sebagai berikut:

2.298.400
Tingkat Kematian Kasar (CDR) =  1.000 = 16,9
136.000.000

Angka ini berarti, bahwa pada periode tahun tertentu setiap tahun, setiap 1.000 penduduk,

terdapat kematian sebesar 16,9 penduduk.

Tingkat Kematian Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Pengukuran Tingkat Kematian Kasar seperti contoh di atas adalah ukuran kematian yang

sangat kasar. Besar kecilnya angka kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh

umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status kawin. Misalnya seseorang yang berumur 80 tahun

umumnya lebih cepat meninggal daripada seseorang yang berumur 20 tahun. Orang-orang

yang maju ke medan perang kemungkinan meninggalnya lebih besar daripada isteri-isteri

mereka yang menunggu di rumah. Memperhatikan faktor-faktor di atas, maka ahli demografi

mempergunakan ukuran yang lebih spesifik, yang hanya berlaku untuk kelompok penduduk

tertentu. Ukuran yang paling umum digunakan oleh ahli demografi ialah Tingkat Kematian

menurut umur, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Age Specific Death Rate disingkat

dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian menurut umur ditulis sebagai berikut:

Tingkat Kematian = Jumlah kematianpenduduk kelompokumur i  1.000


Kelompok Umur i Jumlah penduduk kelompokumur i pada
pertengahan tahun

D
atau ASDRi = i k
PM
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 63dari 109 17 Februari 2017

dimana:

Di = Jumlah kematian pada kelompok umur i

PMi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur i

k = Angka konstan – 1.000

Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Death Rate atau IMR)

Tingkat Kematian Bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Kematian Bayi


Tingkat Kematian Bayi = k
Jumlah Kelahiran Hidup pada
tahun tertentu

Atau dapat pula ditulis dengan rumus:

Do
IMR = k
B

dimana:

Do = Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu

B = Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu

k = bilangan konstan = 1.000

Sebagai contoh, di suatu daerah pada tahun 1970 jumlah kematian bayi sebesar 263.000

orang, dan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 1.594.000, maka besarnya Tingkat

Kematian Bayi (IMR) dapat dihitung sebagai berikut:

263.000
IMR =  1.000
1.594.000

= 164,99
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 64dari 109 17 Februari 2017

Ini berarti pada tahun 1970 di daerah yang bersangkutan terdapat 164,99 bayi meninggal tiap

1.000 kelahiran.

Tingkat Kematian Bayi untuk Indonesia walaupun terlihat adanya penurunan setelah tahun

1970-an, dari 143 pada periode 1960-1970 menjadi 137 pada tahun 1978 (McNicoll dan

Mamas, 1973:13; Population Reference Bureau, 1978) tetapi tetap menunjukkan angka yang

tinggi (di atas 100). Negara-negara ASEAN yang lain, pada tahun 1978 besarnya IMR kurang

dari 100 (Malaysia 41; Philipina 80, Muangthai 89; dan Singapura 12; Pop. Ref. Bureau, 1978).

Di antara beberapa wilayah di Indonesia, Jawa mempunyai Tingkat Kematian Bayi

terendah dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di luar Jawa. Pada periode tahun 1960-

1970 rata-rata Tingkat Kematian Bayi untuk pulau Jawa sebesar 133, Kalimantan 143; Sulawesi

138; Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya sebesar 156; McNicoll and Mamas, 1973:13).

Terdapat variasi Tingkat Kematian Bayi antara negara berkembang dan negara maju.

Pada negara-negara berkembang, Tingkat Kematian Bayi bisa mencapai 200 per 1.000

kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara maju angka tersebut bisa dibawah 15 per 1.000

kelahiran (Budi Utomo, 1983:9). Demikian juga terdapat variasi angka kematian bayi di dalam

suatu negara, misalnya antara daerah geografi yang satu dan lainnya, antara daerah kota dan

desa, antara berbagai golongan sosial ekonomi penduduk. Di samping itu, angka kematian bayi

pada suatu tempat juga bervariasi menurut waktu.

Angka Kematian Bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap

status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi

di mana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya merefleksikan

besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi,


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 65dari 109 17 Februari 2017

seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, penyakit-penyakit infeksi spesifik dan

kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan

dan secara umum, tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Baik di negara maju,

maupun di negara yang sedang berkembang, terdapat hubungan terbalik antara tingkat

kematian bayi dengan status ekonomi orang tua.

Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indikator ampuh dalam

menilai perubahan kondisi kesehatan di suatu negara. Pada negara-negara di mana angka

kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama, terlihat reduksi angka kematian bayi

yang sejajar dengan perbaikan standar hidup dan kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan

pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat.

Dalam penerapannya, angka kematian bayi dipakai sebagai angka probabilitas untuk

mengukur resiko kematian dari Sampangan manusia atau bayi dari saat kelahirannya sampai

menjelang ulang-tahunnya yang pertama. Apabila suatu penduduk mempunyai angka kematian

bayi 200 per 1.000 kelahiran hidup, ini berarti bahwa probabilitas mati seorang bayi yang baru

lahir pada penduduk tersebut sebelum mencapai ulang tahunnya yang pertama adalah 20

persen. Sehingga kalau diterapkan secara agregat, dari 1.000 kelahiran misalnya, 200

diantaranya mati pada usia sebelum ulang tahun yang pertama atau dapat juga dikatakan

bahwa hanya 800 dari 1.000 kelahiran yang dapat menikmati ulang tahun yang pertama.

Dengan perkataan lain, resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 200

per 1.000 kelahiran hidup adalah kurang lebih 13 sampai 14 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 15 per 1.000

kelahiran hidup.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 66dari 109 17 Februari 2017

Tingkat Kematian Anak

Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur 1–4 tahun

selama satu tahun tertentu per 1.000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun. Dengan

demikian angka kematian anak tidak menyertakan angka kematian bayi.

Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih merefleksikan

kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka ini

tinggi pada keadaan salah gizi, higiene buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak

dan insiden kecelakaan di dalam atau di sekitar rumah. Sehingga dalam menunjukkan tingkat

kemiskinan, indikator ini lebih unggul dibandingkan dengan tingkat kematian bayi. Di negara-

negara maju, angka kematian anak dapat serendah 0,4 per 1.000, tetapi survai di beberapa

kelompok masyarakat di negara berkembang angka kematian dapat mencapai setinggi 100 per

1.000. Kalau angka kematian bayi sekitar 14 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang

dibandingkan negara maju, maka angka kematian anak dapat mencapai 150 kali lebih tinggi di

negara berkembang dibandingkan negara maju. Perbedaan angka kematian anak antara

berbagai negara atau kelompok masyarakat ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi

lingkungan sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan, karena sebagian besar

kematian tersebut dapat dicegah dengan adanya perbaikan kondisi sosial ekonomi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 67dari 109 17 Februari 2017

Tingkat Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (Balita)

Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak usia dibawah

lima tahun selam satu tahun per 1.000 anak usia yang sama pada pertengahan tahun tersebut.

Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi rendahnya angka kematian bayi dan angka kematian

anak. Hanya dengan menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan

tingkat kematian anak pada aumur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat kematian

bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di atas satu tahun. Variasi

angka ini, di negara berkembang dapat lebih tinggi dari 100, tetapi di negara maju dapat lebih

rendah dari dua.

Angka Harapan Hidup Pada Suatu Umur

Angka harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang

masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi

mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir

misalnya, merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka

harapan hidup umur lima tahun berarti rata-rata tahun hidup ada masa yang akan datang

dijalani oleh mereka yang telah mencapai usia 5 tahun. Angka harapan hidup pada suatu umur

merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial ekonomi secara umum.

Indikator yang sering dipakai adalah angka harapan hidup waktu lahir. Angka tersebut

berkisar dari kurang dari 40 tahun pada negara berkembang sampai lebih dari 70 tahun pada

negara maju. Diperkirakan angka harapan hidup waktu lahir di Indonesia pada periode tahun

1971 – 1980 sebesar 52,41 tahun. Dengan asumsi tingkat kematian mulai tahun 1980 sampai
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 68dari 109 17 Februari 2017

2000 juga turun sesuai dengan kencenderungan di masa lampau (1967 – 1979), dan level of

mortality diasumsikan naik sebesar 1,2 setiap 5 tahun, sehingga angka harapan hidup waktu

lahir naik dari 55,30 tahun dalam periode 1981 – 1985 menjadi 64,05 tahun pada tahun 1996 –

2000 (BPS, 1983:31). Tingkat Kematian Bayi untuk kelompok perempuan lebih rendah dari

kelompok laki-laki, sehingga angka harapan hidup pada waktu lahir untuk bayi perempuan lebih

tinggi dari bayi laki-laki. Angka rata-rata di dunia diperkirakan 61 tahun (Budi Utomo, 1983:12)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 69dari 109 17 Februari 2017

BAB VII

DIAGRAM LEXIS

KONSEP DAN DEFINISI

Diagram Lexis adalah diagram yang melukiskan hubungan antara waktu terjadinya suatu

peristiwa kependudukan dengan umur seseorang pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

Peristiwa ini dilukiskan pada sebuah grafik dengan salib sumbu x dan y, di mana sumbu x

(sumbu horizontal) melukiskan skala waktu dan sumbu y (sumbu vertikal) melukiskan skala

umur atau lamanya waktu. Kedua sumbu dibatasi dalam garis-garis dengan jarak yang sama,

seperti terlihat dalam Gambar 7.1.

Gambar 7.1. Diagram Lexis


Hubungan Antara Tahun dan Umur Seseorang

E
Umur (th) 4

3 D

2 C

1 B

0
A
1956 1957 1958 1959 1960
Tanggal 1 Januari pada tiap-tiap tahun
Sebagai contoh, seseorang lahir pada tanggal 1 Januari 1956, jadi waktu peristiwa ini ia

berumur 0 tahun. Pada tanggal 1 Januari 1957 anak tersebut tepat merayakan ulang tahunnya
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 70dari 109 17 Februari 2017

yang pertama, dan pada tanggal 1 Januari 1958 ia tepat berumur dua tahun, begitu seterusnya

untuk tahun-tahun selanjutnya. Karena skala mendatar dan vertikal sama, maka titik-titik A, B, C

dan seterusnya terletak pada satu garis lurus yaitu diagonal. Garis diagonal ini merupakan

tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan antara waktu dan umur. Garis ini disebut

dengan garis kehidupan (life line). Garis kehidupan ini dimulai pada saat seseorang dilahirkan

dan berakhir pada saat orang tersebut meninggal. Jadi apabila kita ingin mengetahui umur

seseorang wanita pada waktu wanita tersebut melahirkan, tinggal menarik garis dari sumbu x

pada hari ia melahirkan ke atas (sejajar dengan sumbu y) sehingga memotong garis kehidupan

dari titip potong ini dibuat garis sejajar dengan sumbu x hingga memotong sumbu y. Titik potong

pada sumbu y ini menunjukkan umur wanita tersebut pada waktu dia melahirkan (Gambar 7.2).

Gambar 7.2. Umur A Pada Waktu Melahirkan 10 Mei 1976

Umur (th) 40

30
A
20

10
10 Mei 1976

0
1956 1966 1976 1986 1996

Diagram Lexis di samping menggambarkan umur seseorang pada saat-saat terjadinya

peristiwa tertentu dapat juga untuk menggambarkan umur sebuah kohor 2 (cohort). Garis-garis

kehidupan (life line) sebuah kohor merupakan bidang. Sebagai contoh kohor kelahiran tahun

2
Kohor adalah sekelompok penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Misalnya kohor kelahiran (actual birth cohort), adalah sekelompok penduduk yang lahir pada waktu yang sama.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 71dari 109 17 Februari 2017

1957 terdiri dari semua orang yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 sampai dengan tanggal 1

Desember 1957. Dalam diagram Lexis digambarkan sebagai garis AB. Pada tanggal 1 Januar

i1958 anggota kohor yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 tepat berumur satu tahun

sedangkan anggota yang lain umurnya dibawah satu tahun. Begitu pula pada tanggal 1 Januari

1959, anggota kohor yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 merayakan hari ulang tahun yang

kedua. Tetapi anggota-anggota yang lain berumur di atas satu tahun tetapi masih di bawah dau

tahun (Gambar 7.3).

Gambar 7.3. Diagram Lexis, Umur Kohor 1957

Umur (th) 5

0
A B
1957 1958 1959 1960 1961 1962
1 Januari atau Sensus Penduduk, pada tanggal 1 Januari 1970,
Dari hasil registrasi penduduk

didapatlah data mengenai jumlah penduduk di suatu wilayah. Jumlah penduduk ini dibagi

menjadi kelompok umur tertentu, misalnya dengan jenjang atau interval lima tahunan.

Sekelompok penduduk yang tersusun dalam kelompok-kelompok umur tertentu disebut kohor

sintetis (syntetic cohor) atau dapat juga disebut dengan cross sectional population.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 72dari 109 17 Februari 2017

Kohor sintetis ini sebenarnya terdiri dari beberapa kohor kelahiran, dan beberapa kohor ini

dilihat pada suatu waktu tersebut. Perpotongan antara garis vertikal dari titik waktu tersebut

terhadap beberapa kohor tersebut menghasilkan kohor sintetis (Gambar 7.4)

Gambar 7.4. Diagram Lexis, Kohor Sintetis

Umur 20
15 – 19 Kohor 1950–‘54
15
10 – 14 Kohor 1955–‘59
10

5–9 Kohor 1960–‘64


5
0–4 Kohor 1965–‘69
0
1950 1955 1960 1965 1970 Saat
Kohor Kohor Kohor Kohor
’50–‘54 ’55–‘59 ’60–‘64 ’65–‘69
Apabila diteliti lebih lanjut penduduk golongan umur (5 – 9) tahun misalnya, mereka terdiri

dari berbagai-bagai kohor, yakni:

1. Kohor yang sudah berumur 9 tahun tetapi belum mencapai umur 10 tahun berasal dari

kohor kelahiran 1960.

2. Kohor yang sudah berumur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 9 tahun berasal dari kohor

1961.

3. Kohor yang sudah berumur 7 tahun tetapi belum mencapai umur 8 tahun berasal dari kohor

kelahiran 1962.

4. Kohor yang sudah berumur 6 tahun tetapi belum mencapai umur 7 tahun berasal dari kohor

kelahiran 1963.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 73dari 109 17 Februari 2017

5. Kohor yang sudah berumur 5 tahun tetapi belum mencapai umur 6 tahun berasal dari kohor

kelahiran 1964 (lihat gambar 7.5)

Gambar 7.5. Kohor Sintetis Tanggal 1 Januari 1966 Berumur 5 – 9 Tahun

10
Kohor 1960
9
Kohor 1961
8
Kelompok Umur
5 – 9 tahun Kohor 1962
tgl 1 Januari 1966 7
Kohor 1963
9

Kohor 1964
5

1960 ‘61 ‘62 ‘63 ‘64 ‘65 ‘66


Kohor 1960 –1964
Seringkali pengamatan tersebut tidak dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Januari tahun

tertentu, tetapi pada tanggal dan bulan dari suatu tahun tertentu. Sebagai misal, jumlah

penduduk negara Perancis yang lahir pada periode 1943, 1944, 1945 dan 1946 yang diamati

pada tanggal 10 Maret 1946 seperti terlihat dalam Tabel 7.1 berikut.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 74dari 109 17 Februari 2017

Tabel 7.1. Jumlah Penduduk Negara Perancis Yang Lahir Pada Periode Tahun 1943 Hingga
1946 Dihitung Tangal 10 Maret 1946
Umur yang telah dilalui Jumlah
Tahun Kelahiran
pada 1 Januari 1946 Penduduk
1946 : 1 Januari hingga 9 Maret .... 146.573

1945: 10 Maret hingga 0 481.602


31 desember
1945 1 Januari hingga 9 Maret 0 112.514

1944 1 565.593

1943 2 524.307

Gambar 7.5. Diagram Lexis, Penduduk Perancis yang Lahir Pada Periode
Tahun 1943 Hingga 1946 Dihitung Tanggal 10 Maret 1946

Umur (th) 4

d
3 D
524.307
c
2 C
565.593
b
1 B 112.514

481.602
a
0 A 146.573

1943 1944 1945 1946 1947


(per 1 Januari)

Sumber: Pressat (1972:23 10 Maret 1946

KLASIFIKASI RANGKAP DI DALAM DEMOGRAFI


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 75dari 109 17 Februari 2017

Di dalam demografi kejadian-kejadian seperti kelahiran, kematian, perkawinan, diamati

atau dicatat pada tahun tertentu. Misalnya pada tanggal 10 Mei 1957 seorang bayi lahir, dan

pada umur dua tahun lima bulan yaitu pada tanggal 10 Oktober 1959 bayi tersebut meninggal.

Kalau kejadian itu digambar pada diagram Lexis, maka garis kehidupan anak tersebut berakhir

pada titik A. Titik A ini juga disebut dengan titik kematian (Gambar 7.6).

Gambar 7.6. Diagram Lexis, Umur A Pada Waktu Meninggal


Tanggal 10 Oktober 1959

Umur (th) 4

2 A (meninggal)
tahun 2
5 bulan

1956 1957 1958 1959 1960 1961


10 Mei 1957 10 Oktober 1959 (per 1 Januari)
Kejadian-kejadian seperti tersebut di atas sebenarnya dapat digolongkan menjadi dua

macam: pertama, berdasarkan waktu berakhirnya peristiwa tersebut misalnya kematian,

berakhirnya perkawinan, dan seterusnya; kedua, berdasarkan kohor dari individu-individu yang

bersangkutan sesuai dengan kejadian-kejadian yang dialami. Misalnya kematian dihubungkan

dengan kohor kelahiran, menjanda dihubungkan dengan kohor perkawinan. Dalam diagram

Lexis kedua penggolongan tersebut dapat dilihat sekaligus (penggolongan rangkap).


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 76dari 109 17 Februari 2017

Sebagai contoh, distribusi dari mortalitas dapat dibuat klasifikasi rangkap yaitu dengan

umur dan kohor (Tabel 7.2).

Tabel 7.2. Jumlah Kematian di Suatu Wilayah Pada Tahun 1955


Menurut Tahun Kelahiran dan Umur
Tahun Kelahiran Umur pada Ulang Jumlah Kematian
Tahun Terakhir
1955 0 11.400
1954 0 4.359
1954 1 986
1953 1 705
1953 2 325
1952 2 275
1952 3 218
1951 3 204
1951 4 162
.... .... ....
Sumber: Pressat (1972:25)

Seperti terbaca dalam Tabel 7.2 di atas, pencatatan (observasi) dilaksanakan pada tahun

1955 jumlah kematian bayi (anak dibawah umur satu tahun) besarnya 15.759 orang. Bayi-bayi

tersebut terdiri dari dua kohor, yaitu kohor tahun 1955 dan kohor tahun 1954. Jumlah kematian

anak yang berumur di atas satu tahun dan di bawah dua tahun sebesar 1.691 orang yang terdiri

dari kohor tahun 1954 dan 1953. Begitu selanjutnya untuk kematian-kematian pada umur-umur

yang lan (Gambar 7.7)

Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapatlah dilihat betapa pentingnya diagram Lexis

dalam memahami hubungan antara umur seseorang atau suatu kohor dihubungkan dengan

variabel-variabel demografi yang lain. Tanpa menggunakan diagram-diagram Lexis analisa

hubungan di atas sulit dapat dipahami. Pembicaraan mengenai Tabel Kematian pada Bab VIII

akan lebih mudah dipahami apabila menggunakan diagram Lexis.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 77dari 109 17 Februari 2017

Gambar 7.7. Diagram Lexis, Kematian Pada Tahun 1955


Menurut Umur dan Tahun Kelahiran

Umur
(tahun)
5

162
4
204

3 218
275

2 325
705

1 986
4.359

11.400

1950 ‘51 ‘52 ‘53 ‘54 ‘55 ‘56


(per 1 Januari) Saat observasi 1955
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 78dari 109 17 Februari 2017

BAB VIII

TABEL KEMATIAN (LIFE TABLE)

PENDAHULUAN

Pertanyaan-pertanyaan mengenai berapa besar angka kematian di negara A dan negara

B, bagaimana perbandingan angka kematian kedua negara tersebut? Pertanyaan-pertanyaan

tersebut dapat dijawab dengan menggunakan pengukuran tingkat (rates), dan rasio (ratios).

Namun demikian, ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mempergunakan

ukuran-ukuran di atas. Beberapa dari pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Di wilayah A, dari sejumlah 100 orang yang pada tahun 1980 berumur 20 tahun, berapa

orangkah yang dapat merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50?

2. Berapa tahun rata-rata harapan hidup seorang bayi yang baru lahir di wilayah A untuk tahun

1980?

3. Seseorang yang kini telah berumur 65 tahun, berapakah kemungkinannya dapat bertahan

hidup hingga tiga tahun lagi?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sangat penting untuk membuat

perkiraan jumlah penduduk di masa mendatang. Juga perusahaan asuransi jiwa sangat

membutuhkan data tersebut untuk menentukan besarnya premi. Pertanyaan- pertanyaan di

atas dapat dijawab dengan baik (walaupun masih dalam perkiraan) oleh tabel kematian.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 79dari 109 17 Februari 2017

Tabel kematian memberi gambaran kepada kita tentang sejarah kehidupan suatu kohor* 3

hipotesis yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena kematian. Tabel kematian ini

mempunyai bentuk yang sangat sederhana disusun berdasarkan tingkat kematian menurut

umur (age specific death rate). Dari tabel kematian ini dapat diukur keadaan kematian anggota

kohor, misalnya: jumlah mereka yang masih bertahan hidup pada berbagai tingkat umur,

harapan hidup sejak dilahirkan, atau umur rata-rata yang dapat dicapai dari satu kelompok

penduduk tertentu.

Dalam pembuatan tabel kematian dibuat beberapa asumsi:

1. Kohor hanya berkurang secara berangsur-angsur karena kematian dan tidak ada migrasi

masuk dan migrasi keluar.

2. Kematian anggota kohor menurut pola tertentu pada berbagai tingkat umur.

3. Kohor berasal dari radiks** tertentu.

4. Pada tiap tingkat umur rata-rata orang meninggal mencapai pertengahan antara dua tingkat

umur berturut-turut.

KOLOM-KOLOM POKOK DALAM TABEL KEMATIAN

Tabel kematian terdiri tujuh kolom, enam diantaranya menyajikan fungsi tabel kematian.

Ketujuh kolom tersebut adalah sebagai berikut: (Tabel 8.1)


Kohor (cohort) adalah sekelompok penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama. Ada bermacam-macam kohor diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kohor kelahiran, adalah sekelompok penduduk yang lahir pada waktu yang sama.
2. Kohor sintetis, sekelompok penduduk yang tersusun menurut kelompok umur tertentu.
3. Kohor perkawinan, sekelompok penduduk yang kawin pertama pada waktu yang sama.
4. Kohor masuk sekolah, sekelompok penduduk yang masuk sekolah pada waktu yang sama.
**
Radiks adalah bilangan permulaan perhitungan dalam tabel kematian, biasanya dipilih angka 100.000. Ada juga
beberapa ahli menggunakan angka 1.000 atau 10.000.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 80dari 109 17 Februari 2017

x = umur tepat (dalam tahun)

qz = kemungkinan mati antara umur x dan x + 1

lx = mereka yang bertahan hidup pada umur tepat x

dx = jumlah kematian antara umur x dan x + 1

Lx = tahun kehidupan (years lived) antara umur x dan x + 1

Tx = jumlah total tahun kehidupan (total years lived) setelah umur tepat x

e°x = harapan hidup (expectation of life), jumlah rata-rata tahun kehidupan setelah

umur tepat x

tabel kematian untuk laki-laki berbeda dengan tabel kematian untuk perempuan. Tabel

kematian ini mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perkembangan tingkat kematian

penduduk.

Beberapa penjelasan dari kolom-kolom tersebut adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 1 Januari 1960 (misalnya) terdapat kelahiran bayi sebanyak 100.000 (lo), pada

tanggal 1 Januari 1961, jumlah bayi yang dapat merayakan ulang tahun pertama sebesar

81,152 orang (l1). Jumlah bayi yang meninggal sebelum merayakan ulang tahun pertama

sebanyak 18.848 orang (do). Jadi kemungkinan bayi itu meninggal sebelum merayakan ulang

tahun yang pertama (qo) adalah:

18.848
= 0,18848
100.000

atau dengan rumus dapat ditulis:

d0
q0 =
l0
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 81dari 109 17 Februari 2017

Di samping itu dapat pula dihitung probabilitas seseorang yang dapat hidup hingga umur 1

tahun sebagai berikut:

81.152
= 0,81152
100.000

atau dengan rumus dapat ditulis:

l1
p0 =
l0

Dari 81.152 orang yang dapat merayakan ulang tahun yang pertama pada tanggal 1 Januari

1961, hanya sebanyak 76.242 orang yang dapat merayakan ulang tahun yang kedua. Ini berarti

sebanyak 4.910 anak yang meninggal sebelum berumur tepat dua tahun. Kemungkinan anak

itu meninggal sebelum merayakan ulang tahunnya yang kedua adalah:

d1
q1 =
l1

4.910
= = 0,06050
81.152

Probabilitas seseorang yang berumur tepat satu tahun dapat merayakan ulang tahunnya yang

kedua adalah:

l2
p1 =
l1

76.242
= = 0,93949
81.152

begitu seterusnya sehingga semua anggota kohor meninggal. Secara umum rumus-rumus di

atas dapat ditulis sebagai berikut:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 82dari 109 17 Februari 2017

dx lx  1
qx = px = px + qx = 1
lx lx

Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1961 terdapat pula kelahiran bayi sebanyak 100.000 dan

jumlahnya berangsur-angsur berkurang karena kematian dan pola kematiannya sama seperti

kohor tahun 1960. Begitu seterusnya untuk kohor tahun-tahun berikutnya(1962, 1963, ...., 19....)

Tabel kematian yang dilukiskan di atas disebut tabel kematian longitudinal atau generasi,

karena mencerminkan pengalaman kematian sebuah kohor dari mulai dilahirkan hingga

anggota-anggota terakhir kohor tersebut mati semua. Jadi jelaslah bahwa tabel kematian

generasi dapat disusun apabila semua anggota kohor tersebut meninggal. Kegunaan praktis

dari tabel kematian generasi ini sangat terbatas. Di samping itu data yang dibutuhkan untuk

pembentukan tabel kematian generasi sering tidak tersedia.

Memperhatikan kelemahan-kelemahan dari tabel kematian generasi di atas, dibuatlah

tabel kematian penampang lintang (cross sectional life table). Tabel kematian model ini

menggambarkan tabel kematian kohor sintetis yang mengalami kematian menurut umur yang

berlaku untuk suatu penduduk untuk periode waktu tertentu. Tabel kematian penampang lintang

merupakan potret atau snapshot pengalaman kematian yang sedang berlaku. Dalam demografi

tabel kematian model ini yang sering digunakan.

Sekarang akan dibicarakan kolom kelima dari tabel kematian, yaitu Lx yang menyatakan

jumlah tahun kehidupan (total years lived) setelah umur tepat x. Dalam Bab IV telah dijelaskan

bahwa perhitungan jumlah tahun kehidupan dapat didekati dengan menghitung jumlah

penduduk pertengahan tahun dengan asumsi jumlah kematian tersebar merata dalam jenjang

(interval) antara umur x dan umur x + 1 (kecuali untuk beberapa tahun pertama kehidupan).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 83dari 109 17 Februari 2017

Dengan asumsi di atas maka perkiraan besarnya Lx didapat dengan merata-ratakan jumlah

mereka yang bertahan hidup pada permulaan interval umur (lx) dan mereka yang bertahan

hidup pada akhir interval umur (lx + 1). Perkiraan besarnya tahun kehidupan dapat ditulis

dengan rumus:

lx  lx  1
Lx =
2

Untuk tahun pertama tidak dapat digunakan rata-rata lx dan lx + 1 sebagai pendekatan Lx.

Seperti telah dibicarakan dalam Bab VI angka kematian tinggi dan tidak tersebar merata terjadi

pada tahun pertama kehidupan, sehingga besarnya Lo dan Li tidak dapat didekati dengan

rumus sebagai berikut:

Lo = 0.3 lo + 0,7 l1

L1 = 0.4 l1 + 0,6 l2

Untuk L2 dan untuk umur-umur yang lebih besar dari dua tahun digunakan rumus Lx = ½ (lx + lx

+ 1). Apabila mendekati umur tua, mungkin efek serupa juga akan terjadi.

Kolom keenam memuat jumlah total tahun kehidupan setelah umur tepat x dan ditulis

dengan notasi Tx. Angka Tx pada umur 0 tahun (T0) misalnya adalah penjumlahan semua

angka Lx yaitu L0 + L1 + L2 + L3 + .... Ln; sedangkan angka Tx untuk umur tepat satu tahun (T1)

adalah penjumlahan dari L1 + L2 + L3 + .... Ln. Begitu seterusnya untuk Tx umur tahun

berikutnya, sehingga akhirnya besar Tx dapat ditulis dengan rumus:

iw
Tx =  Li
ix
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 84dari 109 17 Februari 2017

Kolom ketujuh memuat angka harapan hidup ( e o ) yaitu rata-rata jumlah tahun kehidupan
x

setelah mencapai umur tepat x. Kolom yang terakhir ini merupakan kolom yang terpenting

dalam tabel kematian. Apabila jumlah total tahun kehidupan setelah umur tepat x dihitung (Tx),

dan juga besarnya (lx) yaitu banyaknya orang yang bertahan hidup hingga mencapai umur x,

dapatlah dihitung rata-rata lamanya seseorang akan hidup setelah umur tepat x, yaitu dengan

membagi angka dalam kelahiran Tx dengan angka dalam kolom lx. Jadi dengan rumus dapat

ditulis:

Tx
eo =
x lx

Dengan rumus di atas dapatlah dihitung rata-rata angka harapan hidup waktu lahir ( e o )
x

sebagai berikut:

To
eo =
x lo

Pada tahun 1982, angka harapan hidup waktu lahir untuk:

1. Negara berkembang = 72 tahun

2. Negara sedang berkembang = 57 tahun (Indonesia 55,30 tahun)

3. Dunia = 60 tahun (Population Reference Bureau Inc.,

1982)

Di bawah ini contoh cuplikan sebuah tabel kematian untuk perempuan di Amerika Serikat

tahun 1959 – 1961 (Tabel 8.1)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 85dari 109 17 Februari 2017

Tabel 8.1. Tabel Kematian untuk Perempuan untuk Amerika Serikat 1959-1961

X qx lx dx Lx Tx e
0
0 0,02256 100.000 2.256 98.109 7.324.402 73,24
1 0,00158 97.744 155 97.666 7.226.293 73,93
2 0,00003 97.589 91 97.544 7.128.627 73,05
3 0,00071 97.498 69 97.463 7.031.083 72,12
4 0,00060 97.429 58 97.400 6.933.620 72,17
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - - -
105 0,47662 16 7 12 25 1,53
106 0,49378 9 5 7 13 1,46
107 0,51059 4 2 3 6 1,40
108 0,52810 2 1 2 6 1,35
109 0,54519 1 1 0 1 1,29
Sumber: Palmore (1973:35-38)

CONTOH-CONTOH PENERAPAN TABEL KEMATIAN

Sebelum uraian mengenai tabel kematian ini dilanjutkan, perlu dibahas beberapa

penerapan tabel kematian, agar pembaca memperoleh gambaran yang lebih kongkret

mengenai kegunaan tabel kematian tersebut.

Diketahui:

Kemungkinan untuk hidup mencapai umur 40 tahun dari suatu kelahiran adalah 0,86.

Besarnya l0 = 100.000, sedangkan:

q40 = 0,003

q41 = 0,003

q42 = 0,004

q43 = 0,004

q44 = 0,005

q45 = 0,005
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 86dari 109 17 Februari 2017

1. Kerjakanlah kolom-kolom lx, qx, dx dan px

Jawab:

l40 = 0,86 x 100.000 = 86.000

dx
qx =
lx

dx = lx . qx = 86.000 x 0,003 = 258

px = 1 - qx = 1 – 0,003 = 0,977

l41 = 86.000 – 258 = 85.742

X lx dx px qx
40 86.000 258 0,997 0,003
41 85.742 257 0,997 0,003
42 85.485 342 0,996 0,004
43 85.143 341 0,996 0,004
44 84.802 424 0,995 0,005
45 84.378 422 0,995 0,005

2. Berapakah kemungkinannya seseorang yang berumur 40 tahun akan mencapai umur 45

tahun?

Jawab:

Kemungkinan seseorang yang berumur 40 tahun akan mencapai umur 45 tahun

adalah:

l 45 84.378
= = = 0,98114
l 40 86.000

3. Berapakah kemungkinan seseorang yang berumur 40 tahun akan meninggal antara umur

40 dan 45 tahun?
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 87dari 109 17 Februari 2017

Jawab:

d 40  d 41  d 42  d 43  d 44
=
l4

258  257  342  341  424


=
86.000

1.622
= = 0,01886
86.000

Dapat juga dikerjakan dengan cara berikut:

l 40  l 45 86.000 - 84.378
= –
l 40 86.000

1.622
= = 0,01886
86.000

4. Berapakah proporsi dari seseorang yang sekarang berumur 41 tahun akan meninggal

sesudah berumur 44 tahun.

Jawab:

l41 = 85.742

l44 = 84.802

Proporsi dari orang-orang yang kini berumur 41 tahun akan dapat merayakan ulang

tahunnya ke-44

l 44 84.802
= = = 0,98904
l 41 85.742

Setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-44 orang-orang ini akan meninggal

semua. Jadi proporsi seseorang yang sekarang berumur 41 tahun akan meninggal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 88dari 109 17 Februari 2017

sesudah umur 44 tahun sama dengan proporsi yang dapat merayakan ulang tahun

ke-44 yang besarnya 0,98904.

5. Berapa rata-rata jumlah orang yang diperkirakan meninggal antara umur 42 dan 45 dari

1000 orang yang kini berumur 41 tahun?

Jawab:

Dari 85.742 orang yang mencapai umur 41 tahun (l41), sebanyak 85.485 orang

mencapai umur 42 tahun (l42), dan 84.378 orang mencapai umur 45 tahun (l45). Dari

sejumlah 85.742 orang yang berumur 41 tahun sebanyak 1.107 orang (85.485 –

48.378) yang meninggal antara umur 42 dan 45 tahun. Kita hanya mempunyai 1000

orang yang berumur 41 tahun dan jumlah yang diperkirakan meninggal antara umur

42 dan 45 tahun adalah:

1.107
x 1.000 = 12,9
85.742

6. Berapakah kemungkinan seseorang yang sekarang berumur 41 tahun akan meninggal

setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-44?

Jawab:

Sejumlah 84.802 orang dapat merayakan ulang tahunnya ke-44, dan sejumlah

84.378 orang yang dapat merayakan ulang tahun ke-45. Jadi jumlah yang meninggal

sebelum sempat merayakan ulang tahunnya yang ke-45 besarnya:

l44 – l45 = 84.802 – 84.378 = 424 orang

Kemungkinan seseorang akan meninggal setelah merayakan ulang tahunnya yang

ke-45 adalah:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 89dari 109 17 Februari 2017

424
= 0,004945
85.742

7. Bandingkan rata-rata tingkat kematian kelompok penduduk umur 10 – 20 tahun dengan

tingkat kematian kelompok penduduk umur 60 – 70 tahun bila diketahui:

l10 = 97.062 l60 = 77.456

l20 = 96.215 l70 = 54.944

T10 = 5.817.155 T60 = 1.208.805

T20 = 4.849.531 T70 = 536.944

Jawab:

Rata-rata tingkat kematian kelompok penduduk umur 10 – 20 tahun:

l10  l 20
= x 1.000
T10  T20

97.062  96.215
= x 1.000
5.817.155  4.849.531

= 0,875 tiap 1.000 penduduk

Rata-rata tingkat kematian kelompok penduduk umur 60 – 70 tahun:

l 60  l 70
= x 1.000
T60  T70

77.456  54.944
= x 1.000
1.208.805  536.944

= 33,507 tiap 1.000 penduduk


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 90dari 109 17 Februari 2017

Jadi rata-rata tingkat kematian kelompok penduduk umur 60 – 70 tahun sebesar 38

kali (33.507 : 0,857)

8. Berapakah rata-rata umur meninggal dari orang-orang yang telah mencapai umur:

a. 20 tahun

b. 40 tahun

c. 60 tahun

bila diketahui:

e o = 50,4 tahun
20

e o = 31,8 tahun
40

e o = 15,6 tahun
60

Jawab:

Rata-rata umur meninggal dari orang-orang yang mencapai umur:

a. 20 tahun = 20 + e o = 20 + 50,4 tahun = 70,4 tahun


20

b. 40 tahun = 40 + e o = 40 + 31,8 tahun = 71,8 tahun


40

c. 60 tahun = 60 + e o = 60 + 15,6 tahun = 75,6 tahun


60

9. Di suatu wilayah ada 1.000 orang berumur tepat 40 tahun berapa jumlah tahun diharapkan

mereka dapat hidup di antara umur 40 dan 60 tahun, bila diketahui:

a. T40 = 2.956.204

b. T65 = 844.586
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 91dari 109 17 Februari 2017

c. L40 = 92.859

Jawab:

Kemungkinan jumlah tahun bagi mereka untuk dapat hidup adalah:

T40  T45 2.956.204  844.586


= x 1.000 = 22,74 tahun
L40 92.856

10. Apabila tingkat pertumbuhan penduduk pertahun di suatu wilayah satu persen, berapa rasio

jumlah penduduk umur 40 tahun dibanding jumlah penduduk umur 20 tahun, bila diketahui

besarnya:

L20 = 96.132

L40 = 92.720

Jawab:

L40 92.720
=
L20 96.132

Dengan catatan, penduduk yang berumur 40 tahun mempunyai selisih kelahiran 20

tahun dengan penduduk yang berumur 20 tahun.

Dengan meningkatnya jumlah kelahiran, kelompok yang lebih muda memulai

dengan kohor yang besarnya (1,01)20 kali besarnya jumlah permulaan kohor

kelompok yang lebih tua. Jadi rasio jumlah penduduk umur 40 tahun dibanding

jumlah penduduk umur 20 tahun adalah:

L40 1 92.720 1
x 20
= x = 0,7905
L20 (1,01) 96.132 (1,01) 20
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 92dari 109 17 Februari 2017

BENTUK TABEL KEMATIAN

Ada dua bentuk tabel kematian masing-masing adalah:

1. Tabel kematian lengkap (complete life table) yaitu tabel kematian yang dibuat secara

lengkap, terperinci menurut umur satu tahunan.

2. Tabel kematian singkat (abridged life table) yaitu tabel kematian yang juga meliputi seluruh

umur tetapi tidak terperinci secara tahunan, melainkan menurut golongan umur atau kelas

interval yang lebih luas (5 tahun, atau 10 tahun).

Tabel kematian singkat merupakan bentuk tabel kematian yang lebih singkat, lebih pendek

tetapi ketepatannya hampir sama dengan tabel kematian lengkap. Tabel kematian ini pada

umumnya dihitung atas dasar kelompok umur lima tahunan. Di dalam suatu populasi yang

kurang baik distribusi umurnya, perhitungan dengan tabel kematian singkat lebih tepat.

Beberapa notasi dalam kolom tabel kematian singkat ditulis dengan subskrip sebagai

berikut:

nWx

di mana n adalah besarnya jenjang interval, dan x menyatakan tepat umur x, dan digunakan

sebagai permulaan interval. Sebagai contoh: ndx ialah jumlah kematian di antara umur tepat x

dan umur tepat x+ n.

Untuk lx, Tx, dan e  tidak mempunyai subskrip seperti pada nqx, ndx, npx dan nLx,
x

karena mereka berhubungan dengan populasi pada umur tepat x. Seringkali untuk kolom L

digunakan notasi-notasi lain seperti L5-9 untuk 5L5 atau L10-14 untuk 5L10.

Berapa rumus dari tabel kematian singkat adalah sebagai berikut:

l0 = 100.000
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 93dari 109 17 Februari 2017

npx = 1 – nqx

ndx = nqx . lx

lx + n = lx – ndx

L0 = 0,3 l0 + 0,7 l1

4 L1 = 1,9 l1 + 2,1 l5

5
5 Lx = (lx+ lx + 5)
2

iw
Tx =  Li
ix

Tx
e =
x lx

Contoh tabel kematian singkat dapat dilihat dalam tabel 8.2.

Tabel 8.2. Tabel kematian Singkat untuk Perempuan di Chili 1940

Umur nqx lx nLx Tx e  (tahun) (5:3)


x
1 2 3 4 5
6
0. 0,1884 100.000 86.806 4.294.55 42,9
1. 8 81.152 307.930 4 51,9
5. 0,1027 72.813 360.992 4.207.74 53,6
10. 6 71.584 355.010 8 49,4
15. 0,0168 70.420 346.275 3.899.81 45,2
20. 8 68.090 333.042 8 41,7
25. 0,0162 65.127 318.178 3.538.82 38,5
30. 6 62.144 303.385 6 35,2
35. 0,0330 59.210 288.555 3.183.81 31,8
40. 9 56.212 273.250 6 28,4
45. 0,0435 53.088 257.182 2.837.54 24,9
50. 2 49.785 239.195 1 21,4
55. 0,0458 45.893 217.420 2.564.44 18,0
60. 0 41.075 190.815 9 14,8
65. 0,0472 35.251 158.138 2.186.32 11,8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 94dari 109 17 Februari 2017

70.
1 28.004 120.000 11.882.9 9,2
75.
0,0506 19.996 138.381 36 6,9
3 1.594.38
0,0555 1
8 1.321.13
0,0622 1
2 1.063.94
0,0781 9
8 824.754
0,1049 607.334
8 416.519
0,1417 258.381
9 138.381
0,2055
8
0,2859
6
1,0
Sumber: Barclay (1958:112)

HUBUNGAN ANTAR TINGKAT KEMATIAN MENURUT UMUR DENGAN KEMUNGKINAN

MATI ANTARA UMUR x DAN x + n

Perkiraan besarnya qx (kemungkinan mati antara umur x dan x + 1) dapat dihitung dengan

menggunakan data singkat kematian menurut umur (Mx). Perhitungan tersebut dapat dijelaskan

dengan bagan di bawah ini:

B
F
C
E G

Misalkan:

AB = penduduk permulaan tahun (Px)


A H D
DC = penduduk akhir tahun (Px + 1)

EB = jumlah kematian pada tahun tersebut (dx)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 95dari 109 17 Februari 2017

HF = penduduk pertengahan tahun Px

Maka:

dx dx
Mx = =
Px Px  1 / 2dx

Mx . (Px – ½ dx) = dx

Mx . Px = dx + ½ Mx.dx

2 Mx.Px = dx (2 + Mx)

dx(2  M x ) dx
2 Mx = = (2 + Mx)
Px Px

dx 2M x
=
Px 2 Mx

2M x
jadi qx =
2 Mx

Untuk tabel kematian singkat (abridge life table) dengan jenjang umur in tahun, maka rumusnya

menjadi:

2n nM x
nqx =
2  nnM x

Jadi apabila tingkat kematian menurut umur di suatu negara atau daerah diketahui maka tabel

kematian dapat dibuat.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 96dari 109 17 Februari 2017

BAB IX

FERTILITAS PENDUDUK

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh empat faktor: kelahiran,

kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Bagi beberapa negara, misalnya Indonesia, faktor

yang dominan mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah: kelahiran dan kematian karena

jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar sangat kecil sekali.

Di Indonesia, dari tahun 1930 hingga tahun 1980 tingkat pertumbuhan penduduk terus

meningkat. Pada periode tahun 1930-1961 rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun

sebesar 1,5 persen, pada periode tahun 1961-1971 meningkat menjadi 2,1 persen, dan pada

periode tahun 1971-1980 meningkat menjadi 2,3 persen. Di Jawa tingkat pertumbuhan

penduduk lebih kecil dari luar Jawa, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tertinggi terdapat

di pulau Sumatera (Tabel 9.1).

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk pada periode 1930-1980 disebabkan karena

selisih antara tingkat kelahiran dan kematian semakin besar. Hal ini disebabkan karena lebih

cepatnya penurunan tingkat kematian dibandingkan dengan tingkat kelahiran (lihat kembali

uraian mengenai transisis demografi). Liku-liku tentang kematian (mortalitas) penduduk beserta

pengukurannya telah dibicarakan pada Bab 6, dan pada Bab 9 ini akan dibicarakan mengenai

Fertilitas Penduduk.

PENGUKURAN FERTILITAS TAHUNAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 97dari 109 17 Februari 2017

Pengukuran fertilitas tahunan hampir sama dengan pengukuran mortalitas. Ukuran-ukuran

fertilitas tahunan yang akan dibicarakan di bawah ini meliputi:

1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)

2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)

3. Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)

4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)

Tingkat Fertilitas Kasar

Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun

tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis

sebagai berikut:

B
CBR = xk
Pm

Di mana:

CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Fertilitas Kasar

Pm = Penduduk pertengahan tahun

K = Bilangan konstan yang biasanya bernilai 1.000

B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Contoh:

Pada tahn 1975 jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun sebesar

136.000.000 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 5.834.400.

Tingkat Fertilitas Kasar untuk Indonesia pada tahun 1975 dapat dihitung seperti di bawah ini:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 98dari 109 17 Februari 2017

5.834.400
CBR = x 1.000
136.000.000

Ini berarti, di Indonesia pada tahun 1975 tiap 1.000 penduduk terdapat 42,9 kelahiran bayi.

Pada tahun 1980-an, tingkat Fertilitas Kasar di dunia berkisar antara 10 hingga 53

kelahiran tiap tahun tiap 1.000 penduduk. Tingkat fertilitas tertinggi dijumlah di negara-negara

Afrika.

Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)

Fertilitas Umum (General Fertility Rate atau GFR) yang ditulis dengan rumus:

Jumlah kelahiran pad a tahun tertentu


GFR = xk
Jumlah penduduk wanita umur 15 - 49,
pada pertengahan tahun

B
atau GFR = xk
Pf (15 - 49)

di mana:

GFR = Tingkat Fertilitas Umum

B = Jumlah kelahiran

Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan

tahun

Contoh:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 99dari 109 17 Februari 2017

Pada tahun 1964 jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun di Indonesia besarnya

30.351.000 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 2.982.000 bayi.

Tingkat Fertilitas Umum untuk Indonesia tahun 1964 dapat dihitung sebagai berikut:

2.982.000
GFR = x 1.000
30.351.000

= 98,25 kelahiran per 1.000 wanita usia 15-49

Lee-Jae (1964) pada tahun 1960 mengadakan estimasi mengenai besarnya Tingkat

Fertilitas Umum pada beberapa negara di dunia mendapatkan bahwa negara dengan Tingkat

Fertilitas Umum tertinggi terdapat di Sudan (234,8) dan Brunei (234,4), sedangkan yang

terendah terdapat di Swedia (61,1) dan Jepang (62,2). Sama seperti hasil pengukuran Tingkat

Fertilitas Kasar, maka Tingkat Fertilitas Umum tertinggi terdapat di negara-negara yang sedang

berkembang dan terendah terdapatdi negara-negara maju misalnya Eropa.

Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antara kelompok-kelompok penduduk

tertentu, karena itu tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin,

umur, status perkawinan atau kelompok-kelompok penduduk yang lain.

Di antara kelompok wanita usia reproduktif (15-49) terdapat variasi kemampuan

melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur (age

specific fertility rate).

Perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 100dari 109 17 Februari 2017

Tingkat kelahiran Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i


untuk kelompok umur = Jumlah wanita kelompok umur i pada
xk
pertengahan tahun

Bi
atau ASFR1 = xk
Pf i

di mana:

Bi = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi = Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun

k = angka konstante = 1.000

Contoh:

Perhitungan tingkat fertilitas menurut umur untuk Jawa Tengah pada periode tahun 1971-

1976 (Tabel 9.1)

Tabel 9.1. Perhitungan Tingkat Fertilitas Menurut Umur Untuk Jawa Tengah
Pada Periode Tahun 1971 - 1976

Tingkat Fertilitas menurut


Kelompok Jumlah
Jumlah Wanita Umur (ASFR) per 1.000
Umur (th) Kelahiran
wanita
1 2 3 4 = 3/2 – 1.000
15 – 19 1.170.505 151.697 129,6
20 – 24 859.154 208.001 242,1
25 – 29 777.519 186.138 239,4
30 – 34 842.807 169.910 201,6
35 – 39 810.804 103.621 127,8
40 – 44 683.817 44.927 65,7
45 – 49 504.942 4.999 9,9
Jumlah ASFR 1.016,1
Sumber: Muryati (1980:5)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 101dari 109 17 Februari 2017

Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)

Tingkat fertilitas menurut = Jumlah kelahiran urutan ke i x 1.000


urutan kelahiran Jumlah wanita umur 15 - 49 tahun
pada pertengahan tahun

Boi
atau BOSFR = xk
Pf(15 - 49)

di mana:

BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate

Boi = Jumlah kelahiran urutan ke i

Pf(15-49) = Jumlah wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun

k = bilangan konstan = 1.000

Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan Tingkat Fertilitas

Umum (General Fertility Rate)

Boi
GFR =  Pf(15 - 49) x k
Sebagai contoh, dikutipkan sebuah tabel Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran dari negara

Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967 (Tabel 9.2)

Tingkat Fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua buah contoh

dari Tingkat Fertilitas Khusus. Ada beberapa macam variasi lagi, misalnya berdasarkan status

perkawinan, pendidikan yang ditamatkan, pendapatan, dan pekerjaan. Metode perhitungannya

tingkat fertilitas khusus ini sama dengan dua contoh di atas.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 102dari 109 17 Februari 2017

Tabel 9.2 Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran


Di Amerika Serikat 1942, 1962, 1967

Tingkat Kelahiran per 1.000 Wanita


Urutan Kelahiran Umur 15 – 44
1942 1960 1967
Pertama 37,5 31,1 30,8
Kedua 22,9 29,2 22,6
Ketiga 11,9 22,8 13,9
Keempat 6,6 14,6 8,3
Kelima 4,1 8,3 4,8
Keenam dan ketujuh 4,6 7,6 4,5
Kedelapan dan urutan 3,9 4,3 2,7
yang
lebih tinggi
GFR 91,5 118,0 87,6
Sumber: Palmore (1972:27)

PENGUKURAN FERTILITAS KUMULATIF

Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan

oleh wanita pada waktu itu memasuki usia subur hignga melampaui batas reproduksinya (umur

15-49 tahun). Ada tiga macam ukuran fertilitas kumulatif yang akan dibicarakan dalam bab ini

yaitu: Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR), Gross Reproduction Rate (GRR) dan

Net Reproduction Rate (NRR).

Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR),

Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup tiap 1.000 wanita yang

hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:

1. Tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 103dari 109 17 Februari 2017

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah wanita hipotetis

selama masa reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat kematian dari tabel kematian

penampang lintang (Cross sectional life table).

Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat Fertilitas

wanita menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa

tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur

lima tahunan, maka rumus dalam Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut:

TFR = 5  ASFR
i
i

Di mana:

TFR = Total Fertility Rate

i
= Penjumlahan tingkat fertilitas menurut umur

ASFR1 = Tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang 5

tahunan.

Apabila kita melihat kembali Tabel 9.2, didapat jumlah dari tingkat fertilitas menurut umur

sebesar 1.016,1 maka besarnya Tingkat Fertilitas Total adalah:

TFR = 5  ASFR
i
i

= 5 × 1.016,1

= 5.080,5

Ini berarti tiap 1.000 wanita setelah melewati masa suburnya akan melahirkan 5.080,5 bayi laki-

laki dan wanita, atau setiap wanita di Jawa Tengah pada periode tahun 1971-1976 melahirkan

5,08 bayi laki-laki dan wanita. Di antara pulau-pulau di Indonesia pada periode tahun 1961-
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 104dari 109 17 Februari 2017

1970, Jawa mempunyai Tingkat Fertilitas Total terendah (5,2) dan Sumatera tertinggi (6,5),

sedangkan untuk Kalimantan besarnya 5,7; Sulawesi 5,8 dan pulau-pulau lain besarnya 6,1

(Cho et.al., 1976:2-4)

Di Indonesia setelah tahun 1970-an, terjadi penurunan Tingkat Fertilitas Total dari 5,6 pada

periode tahun 1967-70, menjadi 5,2 pada periode tahun 1971-1975. Penurunan tingkat fertilitas

pada kedua periode di atas juga terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia.

Selama periode 1971-70 dan 1971-75, Tingkat Fertilitas Total untuk Indonesia menurun 7

persen, dan untuk pulau Jawa dan Bali menurun 6 persen. Penurunan Tingkat Fertilitas Total di

Indonesia antara lain dipengaruhi oleh keberhasilan program Keluarga Berencana di Indonesia.

Gross Reproduction Rate (GRR)

Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 wanita

sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang wanita yang meninggal

sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Seperti Tingkat Fertilitas Total, perhitungan Gross

Reproduction Rate sebagai di bawah ini:

GRR = 5  ASFR
i
fi

di mana: ASFRfi adalah Tingkat Fertilitas menurut umur ke i dan kelompok berjenjang 5

tahunan

Jadi dalam satu generasi sejumlah 1926,0 wanita yang akan menggantikan 1.000 wanita.

Population Council memperkirakan bahwa pada periode 1970-75 dan 1975-80 angka GRR

akan turun dari 1420 menjadi 1360 per 1.000 wanita (The Population Council, 1974:4)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 105dari 109 17 Februari 2017

Kelemahan dari perhitungan GRR ialah mengabaikan kemungkinan wanita meninggal

sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Agar hal ini tidak diabaikan maka digunakan

perhitungan Net Reproduction Rate

Net Reproduction Rate (NRR)

Net Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah kohor hipotetis dari

1.000 wanita dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalnya wanita-wanita itu sebelum

mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi

perempuan, beberapa dari wanita tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur

20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40 dan seterusnya dan hanya sebagian

yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah

wanita-wanita yang dapat bertahan hidup hingga umur tertentu dengan mengalikan dengan

kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur tersebut.

 nLx 
 
 1 
 0 

Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati dengan rumus di bawah

ini:

nLx
NRR =  i
ASFRfi x
1
0

Contoh perhitungan seperti terlihat dalam tabel 9.3.

Tabel 9.3. Contoh Perhitungan Net Reproduction Rate


Golongan ASFRf nLx nLx ASFRf  nLx
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 106dari 109 17 Februari 2017

Umur (th) per 1.000 10 10


15 – 19 52,99 379.868 3,79868 201,29
20 – 24 99,32 370.775 3,70775 386,25
25 – 29 82,62 359.285 3,59285 296,84
30 – 34 70,65 346.825 3,46825 245,03
35 – 39 49,35 334.528 3,34528 165,09
40 – 44 23,07 321.670 3,21670 74,21
45 – 49 7,20 307.228 3,07288 22,12
Jumlah 1.390,83

Angka NRR sebesar 1.390,83 berarti bahwa dari 1.000 wanita selama periode masa

reproduksinya rata-rata mempunyai 1.391 anak perempuan.

Untuk Indonesia (menurut perhitungan Population Council) terjadi penurunan NRR dari

1850 pada periode tahun 1965-1970 menjadi 1.000 pada periode 1970-1975 (Population

Council, 1974:11).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGI RENDAHNYA FERTILITAS

PENDUDUK

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu

faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi di antaranya: struktur umur, status

perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin.

Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan,

perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat

berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh secara tidak langsung.

Dr Davis dan Dr. Blake (1956) dalam tulisannya berjudul “The Social Structure of Fertility:

An Analytical Framework”, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi fertilitas

melalui variabel antara (Gambar 9.1)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 107dari 109 17 Februari 2017

Gambar 9.1.
Skema dari Faktor Sosial yang Mempengaruhi Fertilitas
Lewat Variabel Antara (Persen)

Faktor Sosial Variabel


Antara Fertilitas

Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi

seorang wanita usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan dan

kelahiran. Dalam menganalisa pengaruh sosial budaya terhadap fertilitas, dapatlah ditinjau

faktor-faktor yang mempunyai kaitan langsung dengan ketiga proses di atas. Davis dan Blake

(1956) menyebutkan 11 variabel antara yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi:

a. Umur memulai hubungan kelamin.

b. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan

kelamin.

1) Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami.

2) Suami meninggal dunia.

c. Abstinensi sukarela.

d. Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat

dihindari).

e. Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk masa abstinensi).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi

a. Kesuburan dan kemandulan biologis (fekunditas dan infekunditas) yang tidak disengaja.

b. Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 108dari 109 17 Februari 2017

1) Cara kimiawi dan cara mekanis.

2) Cara-cara lain (seperti metode ritma dan senggama terputus).

c. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor disengaja, misalnya

sterilisasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran dengan selamat.

a. Kematian janin oleh faktor-faktor yang tidak disengaja.

b. Kematian jani oleh faktor-faktor yang disengaja.

Kesebelas faktor itu masing-masing dapat mempunyai akibat negatif (-) dan positif (+)

terhadap fertilitas. Akibat dari variabel-variabel di atas terhadap masyarakat satu dengan yang

lain berbeda-beda. Misalnya pada masyarakat tertentu variabel 1 (umur memulai hubungan

kelamin) mempunyai akibat positif terhadap fertilitas misalnya karena usia perkawinan pertama

yang rendah, sedang di masyarakat lain efek variabel 1 terhadap fertilitas negatif.

Davis dan Blake membuat suatu generalisasi sebagai berikut: pada masyarakat yang

sedang berkembang (pra industri), variabel 1, 2, 8 dan 9 mempunyai efek positif terhadap

fertilitas, sedangkan variabel 3a, 3b dan 11 kadang-kadang mempunyai nilai positif dan negatif

terhadap fertilitas, sedang untuk variabel 4 dan 10 mempunyai efek negatif. Sedang untuk

variabel 5, 6 dan 7 sulit diketahui perbedaannya dalam masyarakat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi fertilitas dalam masyarakat bekerja melalui variabel

antara. Freedman mengembangkan model yang diusulkan oleh Davis dan Blake. Hubungan

antara lingkungan dan struktur sosial ekonomi saling mempengaruhi, sementara lingkungan

juga mempengaruhi tingkat mortalitas.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 109dari 109 17 Februari 2017

Daftar Pustaka

Alatas, S. 1993. Beberapa Aspek Ekonomi dari Migrasi Penduduk. Paper Series No 12. Jakarta:
Lembaga Demografi FE UI
Ananta, A. 1991. Ruang Lingkup Teori Ekonomi Kependudukan. Jakarta: Lembaga Demografi
FE UI
Lee, R.D and Bulatao, R.A. 1983. ”The Demand for Children: A Critical Essay” dalam Bulatao
and Lee (Ed). Determinants of Fertility in Developing Countries. London: Academic Press
Permendagri No 19 Tahun 2010 tentang Formulir dan Buku yang Digunakan dalam
Pendaftaran Penduduk
Triantoro, B.W. 1994. ”Migrasi Legal dan Ilegal ke Malaysia Barat: Kasus Migrasi Internasional
di Pulau Lombok, NTB”, Populasi 10 (2): 1-16

Anda mungkin juga menyukai