BAHAN AJAR
TEKNIK DEMOGRAFI
15P01677
3 SKS
Pada hari ini Kamis tanggal 22 bulan Agustus tahun 2019 Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik
Demografi Program Studi D3 Staterkom Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam telah
diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi D3 Staterkom
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah,
rahmat, dan karunia-Nya, penyusunan bahan ajar Teknik Demografi dapat diselesaikan. Bahan
ajar ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
mata kuliah Teknik Demografi. Dalam Bahan Ajar ini disajikan secara sederhana, efektif, dan
mudah dimengerti. Bahan ajar ini dilengkapi dengan penjelasan setiap sub pokok materi yang
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar mahasiswa. Mahasiswa diajarkan
memecahkan suatu masalah dengan beberapa strategi penyelesaian. Siswa Mahasiswa juga
diberikan contoh penyelesaian masalah dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis, modul ini dilengkapi dengan tugas
kelompok. Tugas kelompok dikerjakan melalui diskusi sesuai dengan anggota kelompok yang
sudah ditentukan.
Teknik Demografi sebagai salah satu studi yang diajarkan pada program studi D3
Staterkom diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, serta kreatif khususnya pada bidang kependudukan. Mahasiswa juga diharapkan mampu
menggunakan penalaran, mengomunikasikan gagasan, serta memiliki sikap menghargai dalam
kehidupan. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan bahan ajar ini baik.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 109 17 Februari 2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 109 17 Februari 2017
DESKRIPSI MATAKULIAH
Capaian - Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
Pembelajaran masyarakat dan lingkungan. (CP Sikap)
Lulusan - Memahami konsep dasar statistika dan metode-metode analisis statistika yang
dapat diaplikasikan pada berbagai bidang. (CP Pengetahuan)
- Mampu menerapkan pemikiran logis, sistematis, dan inovatif dalam
implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya. (CP
Ketrampilan Umum)
- Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
(CP Ketrampilan Umum)
- Mampu menyelesaikan pekerjaan dalam bidang statistika dan komputasi,
menganalisis data dengan metode yang sesuai serta menunjukkan kinerja yang
professional. (CP Ketrampilan khusus)
- Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja kelompok. (CP Ketrampilan khusus)
Capaian Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan konsep-konsep demografi, seperti
Pembelajaran sensus, registrasi, dan survai penduduk, teori Penduduk, komposisi dan piramida
Mata kuliah penduduk, rasio dan proporsi, serta kepadatan penduduk, mortalitas penduduk, diagram
Lexis, table kematian, dan fertilitas penduduk dengan kejujuran dan rasa tanggung
jawab.
Deskripsi Mata kuliah ini berisi tentang pengenalan demografi dan kependudukan, dimensi
Matakuliah penduduk, komposisi dan karakteristik penduduk, dinamika penduduk, teori transisi
demografi, fertilitas, mortalitas, tabel mortalitas, keluarga berencana, angkatan kerja
dan migrasi, proyeksi dan estimasi, manipulasi data yang tak lengkap, tenaga kerja dan
pendidikan, penduduk dan lingkungan yang berwawasan konservasi, penelitian
kependudukan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 109 17 Februari 2017
DAFTAR ISI
Prakata i
Daftar Isi ii
Bab I Konsep dan Definisi Demografi 1
Bab II Sumber-sumber Data Demografi 1
Bab III Teori Penduduk 1
Bab IV Komposisi Penduduk 1
Bab V Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisa Demografi 4
Bab VI Mortalitas Penduduk 4
Bab VII Diagram Lexis 8
Bab VIII Tabel Kematian 11
Bab IX Fertilitas Penduduk
Daftar Pustaka 94
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 109 17 Februari 2017
BAB I
KONSEP DAN DEFINISI DEMOGRAFI
Demografi adalah suatu kata pindahan dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, domos
yang artinya penduduk,dan graphein artinya menulis. Jadi demografi menurut kata-kata asalnya
berarti tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang penduduk suatu negara.
Definisi demografi seperti yang disebutkan di atas masih belum jelas arahnya, sulit
dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain misalnya: sosiologi, antropologi sosial, geografi
sosial yang juga berorientasi pada studi tentang penduduk (man-oriented). Agar mudah
dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, maka Philip M. Hauser dan Dudley Duncan
(1959:2) mengusulkan definisi untuk ilmu demografi sebagai berikut:
Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of population,
change there in and the components of such changes which may be identified as natality,
mortality, territorial movement (migration) and social mobility (change of Status).
Dalam bahasa Indonesia terjemahannya kurang lebih sebagai berikut:
Demografi mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta
perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena
natalitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).
Dari definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, penyebaran dan komposisi
penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan
karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Berbeda dengan
ilmu-ilmu sosial lainnya yang menekankan studinya pada struktur penduduk, maka demografi
lebih menekankan studinya pada proses demografi. Ahli demografi mempelajari struktur
penduduk untuk dapat lebih memahami proses penduduk. Misalnya dalam menganalisa
fertilitas penduduk di suatu daerah, ahli demografi perlu mengetahui jumlah pasangan usia
subur yang ada di daerah tersebut.
Demografi bersifat analistis-mathematis, dan karena sifatnya yang demikian ini, demografi
sering disebut juga statistik penduduk. Demografi formal menghasilkan berbagai teknik-teknik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 109 17 Februari 2017
BAB II
SUMBER-SUMBER DATA DEMOGRAFI
PENDAHULUAN
Sumber-sumber data demografi yang pokok adalah: Registrasi Penduduk, Sensus
Penduduk, dan Penelitian (Survai). Ada juga sumber-sumber yang lain, misalnya: catatan-
catatan dan dokumen-dokumen dari instansi pemerintah. Secara teoritis data regristrasi
penduduk lebih lengkap daripada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan
tercecernya pencatatan peristiwa-peristiwa kelahiran, kematian dan mobilitas penduduk sangat
kecil. Namun demikian di negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, data-
data kependudukan dari hasil registrasi masih jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan karena
banyaknya kejadian-kejadian vital (kelahiran dan kematian) yang tidak tercatat sebagaimana
mestinya. Penduduk sering merasa tidak ada suatu keharusan untuk melaporkan dan
mencatatkan setiap peristiwa tersebut, dan tidak sedikit pula petugas yang seharusnya
mencatat merasa enggan melaksanakannya karena tidak ada sanksi-sanksi yang tegas, dan
kurangnya biaya yang tersedia untuk keperluan tersebut (Mamas, 1974:45). Dalam Bab II ini
akan diuraikan masing-masing sumber-sumber data kependudukan tersebut, dimulai dari
Sensus Penduduk, Registrasi Penduduk, dan Survai.
SENSUS PENDUDUK
Sejarah Sensus Penduduk
Pencacahan penduduk atau sering juga disebut dengan cacah jiwa mungkin mempunyai
sejarah setua sejarah peradaban manusia. Ada tanda-tanda bahwa pencacahan penduduk
telah ada di Babilonia (4000 BC), Cina (3000 BC) dan Mesir (2500 BC). Pada abad ke 16 dan
17 beberapa sensus penduduk telah dilaksanakan di Italia, Sisilia dan Spanyol. Pada masa itu
cacah jiwa dilaksanakan dengan tujuan militer, untuk maksud-maksud perpajakan dan
perluasan kerajaan.
Sensus Penduduk dalam artian modern telah dilaksanakan di Quebec pada tahun 1666, dan
di Swedia pada tahun 1749 (Polard et.al., 1974:3). Di negara Amerika Serikat, Sensus
Penduduk mulai diumumkan pelaksanaannya pada tahun 1790, dan di Inggris pada tahun
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 109 17 Februari 2017
1. Dengan cara mencacah responden menurut tempat tinggalnya. Cara ini disebut cara
pencacahan de jure.
2. Dengan cara mencacah responden menurut tempat responden ditemui oleh petugas pada
waktu pencacahan. Cara ini disebut cara pencacahan de facto.
Adapun perbedaan antara Sensus Penduduk dengan Registrasi Penduduk antara lain meliputi:
1. Dalam pelaksanaan Sensus Penduduk, para petugas sensus mendatangi penduduk yang
akan dicacah, sedangkan pada Registrasi, penduduk atau anggota keluarganya yang
melaporkan adanya peristiwa vital (kelahiran dan kematian) kepada para petugas (untuk
Indonesia Kepala Dukuh atau Kepala Desa.
2. Sensus Penduduk dilaksanakan pada suatu periode waktu tertentu, sedangkan registrasi
dilaksanakan secara terus menerus.
Agar hasil Sensus Penduduk dapat diperbandingkan antara beberapa negara, maka
disepakati untuk melaksanakan Sensus Penduduk tiap 10 tahun sekali (decennial census) yaitu
pada tahun-tahun yang berakhiran dengan angka nol. Pelaksanaan Sensus Penduduk tiap
sepuluh tahun sekali dimulai pada tahun 1790. Mulai tahun 1940 ada beberapa negara yang
melaksanakan Sensus Penduduk tiap 5 tahun sekali (quinquennial census) yaitu pada tahun-
tahun yang berakhiran dengan angka nol, dan angka lima.
REGISTRASI PENDUDUK
Sejarah Singkat Registrasi Penduduk
Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dilaksanakan oleh
petugas pemerintahan setempat yang meliputi pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, perubahan tempat tinggal, perubahan pekerjaan. Registrasi penduduk memenuhi
dua tujuan utama yakni: sebagai catatan resmi dari suatu peristiwa tertentu, dan sebagai
sumber yang berharga bagi penyusunan statistik yang langsung dapat digunakan dalam proses
perencanaan kemasyarakatan (N. Daldjuni, 1975:326).
Sistem penduduk penduduk telah dimulai sejak abad ke 16, terutama dilaksanakan oleh
gereja-gereja Kristen di Inggris, dan negara-negara lain di Eropa. Di samping di Inggris,
registrasi penduduk juga telah dilaksanakan di Finlandia (1628), Denmark (1646), Norwegia
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 109 17 Februari 2017
(1685) dan Swedia (1686). Penerbitan data registrasi yang teratur dimulai di Inggris padatahun
1839 di bawah pimpinan Dr. William Far (Shryock et.al.,, 1971:27). Di luar Eropa registrasi
penduduk dilaksanakan di Cina, dari sini menjalar ke Jepang pada abad ke 17. Sistem
registrasi penduduk ini akhirnya menjalar juga ke negara-negara Asia dan Afrika, diperkenalkan
oleh negara-negara yang menjajahnya.
Mulai tahun 1880 Pemerintah Kolonial Belanda melakukan pencatatan dan pelaporan penduduk
dengan sistem kartu mingguan (Gardiner, 1981:45). Pencatatan penduduk yang mereka
lakukan masih belum baik, dan kalau data ini dianalisa akan menghasilkan kesimpulan yang
tidak tepat.
Pada waktu balatentara Jepang menduduki Indonesia (1942-1945), sistem registrasi
penduduk model ini dihapus dan digangi dengan sistem registrasi vital, yaitu registrasi yang
menyangkut kelahiran, kematian, kematian janin, abortus, perkawinan dan perceraian (Said
Rusli, 1983:30). Menurut Battha (1961), sistem registrasi ini mempunyai ketepatan yang cukup.
Sangat disayangkan bahwa hasil registrasi ini telah hilang, kecuali untuk pulau Kalimantan dan
pulau Lombok.
SURVAI PENDUDUK
Hasil Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk mempunyai keterbatasan. Mereka hanya
menyediakan data statistik kependudukan, dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan
perilaku penduduk tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan ini, perlu dilaksanakan survai
penduduk yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan
mendalam. Biasanya survai kependudukan ini dilaksanakan dengan sistem sampel, atau dalam
bentuk studi kasus. Sebagai misal, Survai Fertilitas dan Mortalitas yang dilaksanakan oleh
Lembaga Demografi, Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 1973; Survai Fertilitas dan
Keluarga Berencana di Mojolama Kabupaten Bantul dilaksanakan oleh Lembaga
kependudukan Universitas Gadjah Mada yang dipimpin oleh Masri Singarimbun dan Chris
Manning; dan survai mengenai mobilitas sirkuler oleh Ida Bagus Mantra yang dilaksanakan di
dukuh Piring (Bantul) dan dukuh Kadirojo (Sleman).
Biro Pusat Statistik telah pula mengadakan survai-survai kependudukan, misalnya Survai
Ekonomi Nasional yang dimulai sejak tahun 1963, Survai Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS), dan Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Hasil-hasil survai ini melengkapi
informasi yang didapat dari Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 109 17 Februari 2017
BAB III
TEORI PENDUDUK
Pada bab II telah dibicarakan bahwa mulai tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia
meningkat dengan cepat. Pada tahun 1650 jumlah penduduk negara-negara Eropa, Amerika
Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebesar 113 juta jiwa pada tahun 1750 menjadi
152,4 juta, dan kemudian pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi dalam dua abad
jumlahnya menjadi 3 kali lipat, sedangkan untuk benua Asia-Afrika dalam jangka waktu yang
sama jumlah penduduknya hanya berubah dua kali banyaknya. (Tabel 3.1)
Tabel 3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Dunia
Berdasarkan Benua/Wilayah, 1650-1950
Distribusi Penduduk (dalam jutaan)
Benua/Wilayah
1650 1750 1800 1850 1900 1950
Eropa 100 140 187 266 401 541
Amerika Utara 1 1,3 5,7 26 81 166
Amerika Tengah dan
Amerika Selatan 12 11,1 18,9 33 63 162
Oseania 2 2 2 2 6 13
Afrika 100 95 90 95 120 198
Asia 330 479 602 749 937 1.320
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
penduduk akan berlipat dua jumlahnya setiap 25 tahun dan bahan makanana bertambah
menurut Deret Hitung (2, 3, 4, 5, 6, ....).
Dari deret-deret di atas terlihatlah bahwa akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah
penduduk dan persediaan bahan pangan. Dalam waktu 200 tahun, perbandingan itu akan
menjadi 356 : 9. Untuk menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan bahan
pangan, pertumbuhan penduduk yang cepat harus dicegah. Ada tiga macam hal yang dapat
mengurangi jumlah penduduk tersebut.
1. Kemelaratan (misery), ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian, seperti berbagai
jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan.
2. Kejahatan (vice), ialah segala jenis pencabutan jiwa sesama manusia seperti kebiasaan
membunuh anak-anak tertentu (infanticide), atau pembunuhan orang-orang cacat dan
orang-orang tua.
3. Pengekangan diri (moral restraints), ialah segala usaha untuk mengekang nafsu seksuil,
dan penundaan perkawinan.
Dengan adanya kemelaratan tingkat kematian akan meningkat, dan penundaan pernikahan
akan menurunkan kelahiran, akhirnya akan terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan
jumlah bahan pangan.
Karya Malthus (Essay on the Principle of Population) banyak mendapat tanggapan para ahli
dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumnya gagasan yang dicetuskan
Malthus pada abad ke 18, dianggap sangat aneh. Asumsi yang menyatakan bahwa dunia akan
kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat
diterima oleh akal sehat. Dunia baru (Amerika, Afrika, Australia dan Asia) dengan sumber daya
alam yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa
Barat). Mereka memperkirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat
dihabiskan. Beberapa kritik-kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut:
1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transport yang menghubungkan
daerah satu dengan daerah yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-
daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 109 17 Februari 2017
2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam
bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan
menggunakan teknologi baru.
3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan
yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place
(Flew, 1970:26) pada tahun 1822.
4. Fertilitas akan menurun apabila tingkat ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan.
Hal ini tidak diperhitungkan oleh Malthus.
Bagaimana pandangan para sarjana lain terhadap karya dari Malthus? Pada umumnya mereka
menentang pendapat Malthus tersebut. Mereka mencoba mengetengahkan beberapa teori
yang berhubungan dengan pertumbuhan penduduk. Secara garis besar teori-teori tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua:
1. Teori fisiologis atau alami.
2. Teori keadaan sosial-ekonomi.
Beberapa tokoh dari penganut kedua teori di atas, akan dibicarakan di bawah ini.
MICHAEL THOMAS SADLER dan DOUBLEDAY
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya
reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika
kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan
penduduk rendha, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Thompson (1953:35) meragukan kebenaran dari teori ini setelah melihat keadaan di Jawa,
India dan Cina, di mana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga
tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih kongkrit argumentasinya daripada Sadler. Malthus
mengatakan bahwa penduduk di suatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas tinggi, tetapi
tingkat pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian,
penduduk tidak dapat mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan
(fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat
fertilitasnya rendah.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 109 17 Februari 2017
Teori Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau
Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat
kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk
berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran
menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahayak,
mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan
mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980:6).
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya
reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang
perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali
terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan
yang baik biasanya jumlah keluarganya kecil.
Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami oleh teori aksi dan reaksi dalam meninjau
perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat pula menjelaskan bahwa
semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk, semakin tinggi pula tingkat reproduksi manusia.
ARSENE DUMONT
Arsene Dumont adalah salah seorang pengikut teori keadaan sosial-ekonomi. Dia
membahas teori perkembangan penduduk bertitik tolak dari keadaan sosial-ekonomi suatu
masyarakat. Pada tahun 1890 dia menulis sebuah karangan berjudul Depopulation et
Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial
(theory of social capilarity). Secara ringkas disebutkan bahwa seseorang cenderung untuk
mencapai kedudukan tertinggi dalam masyarakat. Misalnya, seorang ayah selalu
mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial-ekonomi yang tinggi
melebihi apa yang ia sendri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai perbaikan kedudukan
sosial-ekonomi itu, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Alasan ini
yang menyebabkan seseorang dengan sadar membuat perencanaan akan besarnya keluarga.
Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, di mana
tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 109 17 Februari 2017
Di negara Perancis misalnya, di mana sistem demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba-
lomba mencapai kedudukan yang tinggi, dan sebagai akibat, tingkat kelahiran turun dengan
cepat. Penduduk yang bertempat tinggal di pusat-pusat perkotaan mempunyai angka kelahiran
yang lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berdiam di daerah pedesaan yang jauh
dari kota. Hal ini disebabkan karena di kota penduduk harus bersaing satu dengan yang lain
dalam mencapai kedudukan tertentu, sedang di daerah pedesaan sifat persaingan itu lebih
kecil. Di India, di mana sistem kasta menghambat kemajuan golongan penduduk berkasta
rendah, sistem kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
CARR-SAUNDERS
Sarjana lain yang menganut teori keadaan sosial-ekonomi ialah Carr Sounders. Ia
berpendapat bahwa jumlah penduduk di suatu negara mencapai keadaan optimum, apabila
terjadi keseimbangan jumlah penduduk dengan produksi bahan pangan. Tiap-tiap negara selalu
berusaha agar jumlah penduduknya optimum, kalau jumlah penduduknya terlalu banyak, maka
negara tersebut akan berusaha untuk membatasi pertumbuhan jumlah penduduknya, sehingga
keseimbangan antara jumlah penduduk dan produksi pangan dapat dipulihkan kembali. Ada
beberapa pendapat masalah yang dihadapi dalam penentuan jumlah penduduk optimum.
1. Tingkat densitas optimum pada suatu negara selalu berubah-ubah sesuai dengan
perubahan jaman. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan teknologi, sosial dan budaya.
2. Sulit mencari keseimbangan antara besarnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian, agar
densitas optimum dapat dipertahankan.
beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi dengan mengatakan “It has come true: it is
happening”.
Di tahun 1960-an dan 1970-an, photo-photo yang diambil dari ruang angkasa menunjukkan
bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar di ruang angkasa dengan
persediaan bahan bakar, dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan
kehabisan bahan bakar, dan bahan makanan, sehingga akhirnya malapetaka akan menimpa
kapal tersebut. Hal ini dapat dibaca pada publikasi-publikasi yang terbit pada masa itu, di
antaranya: The Population Bomb oleh Ehrlich (1971), The Hungry Future oleh Dumont dan
Rosier (1969), dan Born to Hunger oleh Arthur Hopcraft (1968).
Pada tahun 1972, Meadow beserta beberapa ahli yang lain (1972) menerbitkan sebuah buku
dengan judul The Limits to Growth. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang
terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini mempengaruhi
manusia dalam melihat masa depan dari dunia ini, yaitu dunia yang penuh kesuraman, dan
pesimisme. Tulisan Meadow memuat hubungan antara lima faktor yaitu: penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam, dan populasi (lihat gambar). Dalam gambar
jelas terbaca bahwa pada waktu persediaan sumber daya alam masih banyak, bahan makanan
perkapita, hasil industri dan penduduk bertambah dengan cepat. Pertumbuhan ini akhirnya
menurun sejalan dengan menurunnya persediaan sumber daya alam, yang akhirnya menurut
model ini habis pada tahun 2100. Walaupun dibuat asumsi yang bervariasi dari laju
perkembangan kelima faktor di atas, terjadi malapetaka (kelaparan, polusi, dan habisnya
sumber daya alam) tidak dapat dihindari, hanya dalam waktunya dapat tertunda. Apa dua
kemungkinan yang dapat dilakukan; membiarkan malapetaka itu terjadi, atau manusia itu
membatasi pertumbuhannya, mengalihkan modal usaha dari sektor industri ke sektor pertanian
dan mengelola lingkungan alam dengan baik.
Ahli-ahli biologi dan ahli-ahli lingkungan menyambut baik buku The Limits to Growth ini,
karena mempunyai kesamaan dengan dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan di mana
pertumbuhannya dibatasi oleh daya tampung alam. Sebaliknya ahli-ahli ilmu sosial memberikan
kritik pedas terhadap karya Meadow ini, karena ia tidak memasukan unsur-unsur sosial budaya
dalam pembuatan modelnya. Dalam hal ini Meadow mengasumsikan bahwa faktor-faktor
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 109 17 Februari 2017
sosial-budaya dianggap sama dan konstan. Seperti diketahui, faktor-faktor sosial budaya ini
bervariasi antara tempat satu dengan tempat yang lain, jadi diperlukan model-moel yang
bervariasi.
Mesarovic dan Pestel (1974) dengan memperhatikan kritik-kritik di atas, merevisi model dari
Meadow ini. Mereka memperhatikan adanya variasi-variasi yang ada di berbagai tempat, jadi
malapetaka yang menimpa dunia ini datangnya tidak bersamaan, tetapi berbeda-beda di
berbagai-bagai tempat. Kelaparan yang terjadi di Banglades, Bihar, Kamboja dan Ethiopia pada
tahun 1970 adalah salah satu contoh dari krisis tersebut.
sumber daya
alam
pendudu
k
bahan
makanan polusi
per kapita
hasil
industri
1900
2000
2100
Gambar 4.1. Hubungan Antara Sumber Daya Alam, Penduduk, Makanan Perkapita, Hasil
Industri Perkapita, Dan Polusi Dari The Limits To Growth
Sumber Jones (1981:172)
BAB IV
KOMPOSISI PENDUDUK
PENDAHULUAN
Data penduduk yang didapatkan dari hasil registrasi, sensus penduduk, maupun survai,
susunannya belum teratur sehingga sulit untuk dibaca, apalagi diinterpretasi. Untuk keperluan
di atas, maka seluruh data tersebut terlebih dahulu perlu disederhanakan. Menyederhanakan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi disebut menganalisa data
(Sofian Effendi et.al., 1983:213). Dalam proses ini sering kali digunakan statistik, karena
memang salah satu fungsi dari statistik adalah menyederhanakan data.
Membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu, atau dapat pula dikatakan atas
komposisi penduduk tertentu, merupakan salah satu bentuk dari anlaisa penduduk di atas.
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rusli, 1983:35).
Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya, komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa
dan agama. Pada Bab 4 ini hanya dibahas komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin.
PIRAMIDA PENDUDUK
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan pada sebuah
grafik yang disebut Piramida Penduduk. Penggambaran suatu piramida penduduk dimulai
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 109 17 Februari 2017
dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis yang vertikal
menggambarkan umur penduduk mulai dari umur 0 lalu naik. Kenaikan ini dapat tahunan, dapat
pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk
tertentu baik secara absolut ataupun relatif (dalam persen). Pemilihan skala perbandingan pada
sumbu horizontal ini sangat tergantung dari jumlah penduduk suatu negara, sedangkan
penyajian piramida penduduk dalam persentase pada sumbu horizontal tiap skala merupakan
angka persentase tertentu dari jumlah penduduk yang terdapat pada tiap golongan umur di
sumbu vertikal.
Pada bagian kiri sumbu vertikal digambarkan jumlah penduduk laki-laki, dan di bagian kanan
digambarkan jumlah penduduk perempuan (Gambar 4.1.).
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk
suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.
1. Ekspansip jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini
umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran dan angka
kematian tinggi. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran dan sudah mulai
menurunnya tingkat kematian. Negara-negara yang termasuk tipe ini ialah: Indonesia,
Malaysia, Pilipina, India dan Costa Rica.
2. Konstruktif, jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini
terdapat pada negara-negara di mana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat
kematiannya rendah. Contohnya: Jepang, dan negara-negara di Eropa Barat, misalnya
Swedia.
3. Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada
kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat
kelahiran dan tingkat kematian rendah, misalnya terdapat pada negara-negara Eropa Barat,
misalnya Jerman Barat.
Di atas telah dibicarakan bahwa struktur umur penduduk di suatu negara dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu: kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Ini berarti bahwa bentuk-bentuk
piramida penduduk tersebut juga dipengaruhi oleh ketiga faktor di atas.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27dari 109 17 Februari 2017
Turunnya tingkat kematian, terutama pada umur muda, dan keadaan fertilitas yang tetap
tinggi, menyebabkan struktur umur penduduk negara tersebut muda. Hal ini terlihat dari
lebarnya dasar piramida penduduk negara tersebut. Sebaliknya kalau tingkat kematian tinggi
(lebih-lebih pada kematian bayi) memberikan bentuk yang sempit pada dasar piramida tersebut.
Negara-negara yang terlibat dalam peperangan seperti Jepang, Jerman, Italia pada Perang
Dunia II, mortalitasnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa, dan hal ini jelas terlihat
menciutnya piramida penduduk negara bersangkutan pada kelompok umur dewasa, terutama
pada jenis kelamin laki-laki.
Turunnya tingkat fertilitas di suatu negara, pengaruhnya lebih besar pada bentuk dasar
piramida penduduk negara tersebut. Misalnya, Indonesia periode tahun 1971 – 1980 terjadi
penurunan tingkat fertilitas penduduk yang antara lain karena keberhasilan program Keluarga
Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah sejak PELITA I. Hal ini jelas terlihat pada dasar
piramida penduduknya di mana kelompok 0 – 4 tahun lebih kecil daripada kelompok umur 5 – 9
tahun (gambar 4.2). Pada bagian tengah piramida tersebut masih menggembung karena
pertumbuhan penduduk yang lahir sebelum terjadinya penurunan fertilitas tersebut.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 109 17 Februari 2017
Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk pada kelompok umur dewasa.
Namun demikian, banyak dari negara-negara di mana pertumbuhan penduduknya tidak
dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai contoh, negara Indonesia pertumbuhan penduduknya
(secara nasional) hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan faktor kematian. Faktor migrasi
pengaruhnya kecil sekali karena tidak banyak warga negara Indonesia yang bertempat tinggal
di luar negeri, begitu pula warga negara asing yang berdomisili di Indonesia. Pengaruh
komponen migasi di Indonesia terjadi pada provinsi-provinsi tertentu. Misalnya provinsi
Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari penduduknya yang bermigrasi ke
luar provinsi bersangkutan, sedangkan untuk provinsi Lampung, DKI Jaya, Kalimantan Timur,
banyak terdapat migran yang masuk. Bagi daerah pemukiman yang baru dibuka, piramida
penduduknya berbentuk istimewa yaitu dasarnya sempit, bagian puncak kosong, dan jumlah
penduduk perempuan sedikit.
3. Sering umur seseorang ditaksir oleh pencatat, sesuai dengan ciri-ciri lainnya dari
responden. Misalnya, seorang wanita yang sudah kawin, paling sedikit berusia 16 tahun,
bila ia sudah mempunyai dua orang anak, umurnya di sekitar 25 tahun (Bracher, 1983:92).
Penaksiran umur seseorang juga dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting baik lokal
maupun nasional. Misalnya, hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanggal terjadinya
gerhana matahari total yang melintasi Jawa Tengah di Indonesia.
Karena ketepatan umur penduduk sulit untuk didapatkan maka hasil pencacahan lengkap
Sensus Penduduk tahun 1961, 1971, dan 1980, dikelompok-kelompokkan dengan jenjang
(interval) yang luas. Jadi makin luas interval umur tersebut, makin kecil salah lapor umur neto
yang akan terjadi, karena salah lapor dalam kelompok umur semacam itu tidak berpengaruh
(Bracher, 1983:93).
Kelompok umur hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 1980 adalah: 0 – 4, 5 – 9, 10 –
14, 15 – 24 dan 50 tahun ke atas. Terlihatlah bahwa setelah umur 15 tahun ke atas, mulai
terdapat kesulitan menaksir umur seseorang, lebih-lebih untuk orang-orang yang berumur 50
tahun ke atas.
Di samping dalam pencacahan lengkap, maka dalam sensus sampel pun ditanyakan pula
tentang umur responden. Di sini umur tersebut ditanyakan dengan membandingkan variabel-
variabel yang lain, misalnya: pendidikan, mobilitas penduduk, pekerjaan, kesehatan, serta
variabel demografis lainnya. Jadi pengakuan umur oleh responden dikontrol dengan variabel-
variabel yang lain.
Di dalam pemerosesan data ini dengan komputer, terlebih dahulu data tersebut dibuat bersih
(clean) dari kesalahan-kesalahan di antaranya dengan mengadakan amputasi (amputation)
dengan memperbandingkan jawaban yang satu dengan jawaban yang lain. Semua jawaban-
jawaban ini harus konsisten.
Beberapa ciri-ciri demografis penduduk Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Indonesia berstruktur penduduk muda. Persentase penduduk di bawah umur 15 tahun
masih besar, di atas 40 persen, yaitu: 42,1 persen pada tahun 1961, 44,0 persen pada
tahun 1971 dan 40,9 persen pada tahun 1980.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 109 17 Februari 2017
2. Pada tahun 1961, terlihat adanya lekukan pada kelompok umur 10 – 19 tahun, teapi dalam
10 tahun kemudian kelompok penduduk dalam umur ini menjadi kelompok umur 20 – 29
tahun. Pada tahun 1971, lekuk tersebut terlihat pada umur 20 – 24 tahun, dan pada tahun
1980 bergeser ke umur 30 – 34 tahun.
Menurut Biro Pusat Statistik (1982:12), ada dua kaidah yang diajukan oleh para ahli untuk
menjelaskan terjadinya lekuk itu. Yang pertama menyebutkan bahwa lekuk tersebut disebabkan
oleh rendahnya tingkat kelahiran pada tahun 1940-an. Yang kedua mengatakan bahwa lekuk
tersebut semata-mata disebabkan kesalhaan pelaporan umur. Mengamati piramida penduduk
di atas, kedua kaidah tersebut kiranya ada benarnya.
3. Pada piramida penduduk tahun 1980, terlihat bahwa kelompok umur 0 – 4 tahun lebih kecil
dari kelompok umur 5 – 9 tahun. Ini berarti adanya penurunan tingkat fertilitas yang antara
lain dipengaruhi oleh keberhasilan program Keluarga Berencana yang mulai dilancarkan
pemerintah sejak PELITA I (1969/1970 – 1973/1974).
4. Kalau kelompok penduduk umur 0 – 14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang
belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15 – 64 tahun sebagai
kelompok penduduk yang produktif, dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas
sebagai kelompok yang tidak produktif, maka Rasio Beban Tanggungan dapat dihitung.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara banyaknya
penduduk yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan
banyaknya penduduk yang termasuk produktif (15 – 64 tahun). Atau dengan rumus dapat
ditulis sebagai berikut:
Penduduk di bawah umur 15 tahun ditambah
penduduk umur 65 tahun ke atas
Rasio Beban Tanggungan = Penduduk berumur 15 - 64 tahun xk
Untuk Indonesia angka Rasio Beban Tanggungan untuk tahun 1961, 1971 dan 1980 adalah:
80,7; 86,8 dan 79,3. Ini berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
sebesar 80,7 orang yang tidak produktif pada tahun 1961; 86,8 orang pada tahun 1971; dan
sebesar 79,3 orang pada tahun 1980. Angka-angka di atas termasuk tinggi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 109 17 Februari 2017
Tingginya angka rasio beban tanggungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan
ekonomi di Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang
produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif.
Negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi, mempunyai
angka rasio beban tanggungan yang tinggi pula, dikarenakan besarnya proporsi anak-anak di
dalam kelompok penduduk tersebut.
5. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex-ratio) untuk tahun 1961, 1971
dan 1980 menyimpang dari keadaan normal. Kalau pelaporan umur itu baik, dan tidak
terjadi perubahan tingkat kematian yang drastis di masa lampau, maka rasio jenis kelamin
ini sedikit lebih tinggi dari seratus pada usia muda (di bawah 5), kemudian berangsur-
angsur turun sejalan dengan bertambahnya umur, dan pada usia tua terletak di bawah
seratus (Biro Pusat Statistik, 1983:13).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 109 17 Februari 2017
BAB V
PENDAHULUAN
Apabila kita ingin memperbandingkan tekanan penduduk di dua negara, tidaklah dapat
hanya memperbandingkan jumlah mutlak (absolut) penduduk dari kedua negara tersebut.
Misalnya, pada tahun 1980 penduduk DKI Jakarta berjumlah 5.503.449 orang, sedangkan
provinsi Jawa Barat pada tahun yang sama berpenduduk 27.453.525 jiwa. Kalau hanya
memperhatikan angka mutlak saja didapat kesan bahwa provinsi Jawa Barat mempunyai
tekanan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan DKI Jakarta, tetapi keadaan yang
sebenarnya adalah berbalikan. Luas antara dua provinsi di atas sangat berbeda. DKI Jakarta
luasnya 590 km², sedangkan Jawa Barat luasnya 46.300 km². Jadi kepadatan penduduk per
km² untuk DKI Jakarta 11.023 orang sedangkan provinsi Jawa Barat 593 orang (Biro Pusat
penduduk berbeda-beda.
Beberapa peristiwa demografis dapat diukur dengan berbagai cara, di antaranya: rasio,
Kelas IA, SMP 1 Negeri Denpasar mempunyai 20 orang murid, yang terdiri dari 12 orang
murid laki-laki, dan 8 orang murid perempuan. Perbandingan jenis kelamin (sex ratio) murid
12
= 1,5
8
atau 1,5 murid laki-laki dibanding dengan seorang murid perempuan. Agar tidak terjadi pecahan
desimal, angka ini dapat dikalikan dengan 100, sehingga dapat dikatakan bahwa kelas tersebut
mempunyai perbandingan jenis kelamin 150 laki-laki dibanding dengan 100 perempuan.
Kalau jumlah murid laki-laki kita nyataka ndd simbul a, dan jumlah murid perempuan
dengan simbul b, maka perbandingan jenis kelamin dapat ditulis dengan rumus:
a
Rasio Jenis Kelamin = x 100
b
Jadi rasio adalah bilangan yang menyatakan nilai relatif antara dua bilangan.
Apabila jumlah murid laki-laki dibagi oleh seluruh murid di kelas tersebut, maka hasilnya
adalah proporsi murid laki-laki di kelas tersebut. Dari contoh di atas didapat bahwa proporsi
12
= 0,6
20
Ini berarti bahwa murid laki-laki jumlahnya 0,6 dari seluruh murid di kelas tersebut. Apabila
pecahan desimal itu dihilangkan dengan mengalikannya dengan bilangan 100, maka proporsi
tersebut menjadi persentase. Dalam contoh di atas dapat dikatakan bahwa 60 persen dari
seluruh murid di kelas tersebut adalah laki-laki, atau dengan rumus ditulis:
a
Persentase murid laki-laki = x 100
ab
Tabel 5.1. Dalam masing-masing rasio tersebut perlu disebutkan dengan jelas peristiwa-
peristiwa demografis yang mau dihitung atau diukur, karena rasio jenis kelamin (sex ratio), ini
2. Perbandingan jumlah anak-anak laki-laki umur 0-4 tahun dengan jumlah anak-anak
TINGKAT (RATES)
Pada umumnya rasio dan proporsi digunakan untuk menganalisa komposisi demografis
dari ikpk penduduk, sedangkan tingkat (rates) digunakan untuk menganalisa peristiwa-peristiwa
Yang perlu diperhatikan di sini ialah penduduk yang mempunyai resiko (exposed to risk)
dalam peristiwa tersebut yang digunakan sebagai pembagi di atas. Sebagai misal, kita
menghitung tingkat kematian (mortality) untuk periode satu tahun. semua penduduk yang hidup
dalam seluruh tahun tersebut mempunyai resiko meninggal. Kelompok penduduk ini digunakan
sebagai pembagi dalam perhitungan tingkat mortalitas di atas. Bagi penduduk yang meninggal
sebelum akhir tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk seluruh tahun, begitu juga bayi-
bayi yang lahir pada pertengahan tahun atau sebelumnya. Bagi penduduk yang pindah ke
wilayah tersebut beberapa tahun sebelum akhir tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk
seluruh tahun.
Konsep jumlah tahun kehidupan (person-years lived) sering digunakan dalam menghitung
jumlah penduduk yang mempunyai resiko terhadap suatu peristiwa demografis. Misalnya di
suatu wilayah pada tanggal 1 Januari 1983 penduduknya berjumlah 700 orang. Dari 700 orang
di atas sebanyak 200 orang yang meninggal pada tanggal 15 Januari 1983. Jadi 200 orang di
atas hanya hidup selama 3.000 hari pada tahun 1983. Mereka mempunyai tahun kehidupan
sebesar 8,22.
Seorang lahir tanggal 11 Januari 1983 dan meninggal pada tanggal 9 Nopember 1983,
berarti orang ini hidup selama 302 hari atau jumlah tahun kehidupan sebesar 0,83. Begitu
seterusnya hingga tanggal 31 Desember 1983, jumlah kumulatif tahun kehidupan 598,41 (Tabel
5.2)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 38dari 109 17 Februari 2017
Perhitungan jumlah tahun kehidupan dengan cara ini untuk penduduk yang jumlahnya
besar, memakan waktu yang lama. Untuk keperluan ini dipergunakan perkiraan (an
approximation). Diasumsikan bahwa jumlah kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi
keluar, tersebar merata pada periode tahun yang dihitung, maka jumlah kumulatif tahun
kehidupan besarnya tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (1 Juli).
Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut disebut dengan penduduk pertengahan
Untuk menghitung jumlah penduduk pertengahan tahun (Pm), dapat dilaksanakan dengan
membagi dua penjumlahan penduduk pada permulaan tahun (P1) dengan penduduk pada akhir
P1 P2
Penduduk pertengahan tahun (Pm) = atau
2
P2 - P1
= P1 +
2
1. Menghitung Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate). Misalnya jumlah kelahiran di
Indonesia pada tahun 1979 sebesar 4.931.500, sedang jumlah penduduk pada pertengahan
tahun sebesar 140.900.000 jiwa, maka besarnya Tingkat Kelahiran Kasar dihitung dengan
rumus:
Yang Tingkat Kelahiran Kasar sebesar 35 berarti bahwa tiap tahun tiap 1000 penduduk
2. Menghitung Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate). Misalnya diketahui jumlah
kematian di Indonesia pada tahun 1975 besarnya 2.298.400 orang, sedangkan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun sebesar 136.000.000 jiwa, maka besarnya Tingkat
Tingkat Kematian Kasar sebesar 16,9 berarti bahwa tiap tahun, tiap 1000 penduduk terjadi
DISTRIBUSI FREKUENSI
perkawinan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan. Karakteristik penduduk ini disebut pula
variabel penduduk. Apabila kita ingin melukiskan salah satu karakteristik penduduk di suatu
wilayah, dapat dilaksanakan dengan membuat tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi ini
dapat berbentuk angka-angka mutlak, atau angka-angka relatif (Lihat Tabel 5.2).
Pro-Rating
tidak terjawab atau dalam bahasa Inggris disebut not stated. Jika jumlah penduduk yang
tergolong kategori ini relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan,
2. Jumlah kelompok umur tertentu ditambah dengan hasil perkalian proporsi penduduk
Dalam Tabel 5.3. dilukiskan struktur umur penduduk suatu wilayah sebelum dan sesudah
diadakan pro-rating.
mendapatkan informasi mengenai umur seseorang oleh karena kebanyakan dari penduduk
tidak mengetahui tanggal kelahirannya dengan pasti. Dengan alasan tersebut, dalam
pengelompokkan umur penduduk sering tidak dapat dilaksanakan dengan jenjang 5 tahunan,
tetapi dengan jenjang 10 tahunan. Hal ini dikerjakan untuk menghindari kemungkinan
kesalahan pengelompokkan umur. Cara ini sering dijumpai pada tabel frekuensi kelompok umur
menurut umur antara wilayah A dengan wilayah B, perlu dibuat pengelompokkan penduduk
dengan jenjang yang sama, misalnya 5 tahunan. Untuk itu kelompok penduduk dengan jenjang
10 tahunan perlu dipecah. Pemecahan ini antara lain dikerjakan dengan rumus Newton (United
Nations, 1956:15)
1
Faktor pengali (R) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah penduduk keseluruha n (termasuk yang tidak terjawab)
Faktor Pengali =
Jumlah penduduk dikurangi jumlah yang tidak terjawab
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 43dari 109 17 Februari 2017
dimana :
fn = jumlah penduduk dengan jenjang 10 tahunan yang akan dipecah menjadi 5 tahunan
Sebagai contoh akan diadakna pemecahan kelompok penduduk umur 35-44 tahun dari
Maka kelompok penduduk umur 35 – 39 tahun atau fn dapat dicari dengan rumus Newton di
atas
= ½ [5.727 + 472,5]
= 3.099,75
= 3.100
Catatan:
Sebagai ilustrasi diambil kelompok penduduk umur 10 – 14 tahun, di-pro-rating dengan dua
cara:
4.319.000
4.319.000 + x 60 = 4.324.000
47.496.000
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 45dari 109 17 Februari 2017
Pemecahan Kelompok Umur Jenjang 5 Tahunan Menjadi Satu Tahunan dengan Faktor
Pengali Sprague
Untuk keperluan tertentu, misalnya mengetahui jumlah penduduk umur 7 tahun (umur
permulaan masuk Sekolah Dasar), maka kelompok penduduk umur 5 – 9 tahun perlu dipecah
menjadi umur 5, 6, 7, 8, dan 9 tahun. Pemecahan ini dapat dikerjakan dengan menggunakan
faktor pengali Sprague (Sprague’s Multipliers). Ada 5 buah faktor pengali untuk memecah
seluruh kelompok umur jenjang 5 tahunan menjadi umur tunggal tahunan. Sebuah untuk
mengerjakan kelompok tengah (mid-panels), dua buah untuk kelompok akhir (end-panel), dua
buah untuk kelompok sebelum atau sesudah kelompok akhir (next to-end panel). Sebagai
contoh, kelompok penduduk dengan jenjang 5 tahunan, dimulai dengan umur 0, dan berakhir
dengan umur 99 tahun, kelima kelompok panel di atas adalah sebagai berikut:
Kelompok umur:
Perlu diperhatikan, kelompok “end-panel” terakhir tergantung pada nilai kelas terakhir dari
pengelompokkan tersebut. Tidak diperbolehkan ada kelas terbuka. Misalnya kelompok umur
terakhir adalah umur 100 dan lebih, dapat dijadikan kelompok umur 100 – 104 tahun. Faktor
pengali dari Sprague (Sprague Multipliers) seperti terlihat dalam tabel 5.4.
Kelompok penduduk yang akan dipecah diletakkan pada N3, sedangkan N1 dan N2
penduduk pada kelas-kelas sesudahnya. Sebagai contoh akan dipecah kelompok umur 10
– 14 tahun, penduduk Indonesia hasil Sensus Penduduk 1980, maka besarnya Nx adalah
sebagai berikut:
N1 = P( 0 – 4 ) = 21.190.672
N2 = P( 5 – 9 ) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
N4 = P(15 – 19) = 15.283.235
N5 = P(20 – 24) = 13.001.545
Perincian dari jumlah penduduk yang telah dipecah (nx) beserta contoh
begitu seterusnya
n3 = 3.474.203
(P12)
n4 = 3.370.121
(P13)
n5 = 3.303.840
(P14)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 48dari 109 17 Februari 2017
Jadi kelompok penduduk umur 10 – 14 tahun yang berjumlah 17.619.034 orang dapat
dipecah menjadi:
P10 = 3.833.134
P11 = 3.637.795
P12 = 3.474.203
P13 = 3.370.121
P14 = 3.303.840
2. Faktor Pengali Kelompok Umur Kelas Pertama dan Kelas Terakhir (the end-panel
multiplieri)
Kalau yang akan dipecah kelompok umur 0 – 4 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada
N1 pada faktor pengali First End-Panel. Selanjutnya kalau yang akan dipecah kelompok
umur pada kelas terakhir, maka kelompok ini diletakkan pada N4 dari faktor pengali Last
N1 = P(0 – 4) = 21.190.672a
N2 = P(5 – 9) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
N4 = P(15 – 19) = 15.283.235
Cara pengerjaannya sama dengan contoh di atas, dan setelah dihitung maka dapatlah
3. Faktor Pengali Kelompok Umur Pada Kelas Kedua atau Pada Kelas Sebelum Kelas
Terakhir
Misalnya akan dipecah kelompok umur 5 – 9 tahun, atau 70 – 74 tahun dari penduduk
Kalau yang akan dipecah kelompok umur 5 – 9 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada
N2 pada faktor pengali First Next to End-Panel. Begitu pula kalau yang akan dipecah
kelompok umur 70 – 74 tahun, maka kelompok ini diletakkan pada N3 pada faktor pengali
N1 = P(0 – 4) = 21.190.672a
N2 = P(5 – 9) = 21.231.927
N3 = P(10 – 14) = 17.619.034
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 50dari 109 17 Februari 2017
KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan unit wilayah. Atau dapat
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk
di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti: penduduk daerah pedesaan,
atau penduduk yang bekerja di bidang pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa
luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.
1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population) atau sering pula disebut dengan
Kepadatan Penduduk Kasar, adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Kepadatan
Penduduk Kasar untuk Indonesia pada tahun 1930, 1961, 1971 dan 1980, masing-masing
sebesar 32, 51, 62, 77 per km², sedang untuk pulau-pulau lain dapat dilihat dalam Tabel 5.5.
Luas pulau yang digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan kepadatan penduduk di
atas ialah luas seluruh daratan pulau yang bersangkutan. Jadi tanpa membedakan daerah yang
tandus, dan daerah yang subur. Pada tabel 5.5 terlihat bahwa angka kepadatan penduduk
Jawa hampir sembilan kali angka kepadatan penduduk seluruh Indonesia, 12 kali kepadatan
penduduk Sumatera, atau Sulawesi, 55 kali kepadatan penduduk Kalimantan. Pola yang sama
juga terlihat pada hasil Sensus Penduduk tahun 1930, 1961, dan 1971. Jadi penduduk
Kepadatan penduduk fisiologis ialah jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah
Di Indonesia pada tahun 1973, dari seluas 1.904.570 km² daratan, terdapat 163.940 km² tanah
pertanian. Kalua pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia besarnya 119.232.000, maka
119.232.000
= 727,29 orang per km²
163.940
Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani tiap km² tanah pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja dalam
lapangan pertanian sebesar 64,2 persen, atau 76.546.949 orang. Kalau luas tanah pertanian
pada tahun 1973 adalah 163.940 km², maka kepadatan penduduk agraris adalah:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 53dari 109 17 Februari 2017
76.546.949
= 446,9 orang per km²
163.940
Kepadatan Penduduk Ekonomi berbeda dengan ketiga macam kepadatan penduduk yang
telah dibicarakan di atas yaitu jumlah penduduk persatuan luas. Pada kepadatan penduduk
ekonomi ialah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan
wilayah yang bersangkutan. Simon seorang ahli demografi bangsa Perancis mengusulkan
@
= 100
di mana:
PERTUMBUHAN PENDUDUK
dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir
(B) dan yang datang (I), dan penduduk yang berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang
Pt = Pengorganisasian + B – D + I - O
Persamaan di atas disebut dengan Balancing Equation. Dari persamaan di atas didapatkan:
Sebagai contoh, penduduk suatu negara pada pertengahan tahun 1971 sebesar 118,5 juga.
Pada tahun itu pula terdapat kelahiran (B) sebanyak 5 juga, dan kematian (D) sebanyak 2,37
juta, migran masuk (I) sebesar 300.000, dan migran keluar (O) sebesar 500.000. Dari data di
5.000.000 - 2.370.000
100% = 2,22%
118.500.000
2. Migrasi Neto
300.000 - 500.000
100% = - 0,17%
118.500.000
komponennya. Angka tersebut juga dapat diperoleh secara langsung dari jumlah penduduk
pada awal dan ada akhir suatu periode. Dua macam ukuran pertumbuhan penduduk:
Perbedaan antara dua pengukuran ini secara grafis adalah sebagai berikut:
Jumlah
penduduk
Exponensiil
Geometri
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 55dari 109 17 Februari 2017
grafik di atas setiap tahun merupakan satu tahap. Pertumbuhan penduduk exponensiil
Pertumbuhan Geometri
Rumus:
Pt = Po (I + r)t
di mana:
t = jangka waktu
Contoh:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 56dari 109 17 Februari 2017
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000.
Sedangkan pada tahun 1971 sebesar 2.490.000. Hitunglah besarnya tingkat pertumbuhan
Jawab:
Pt = Po (I + r)t
2.490.000
(I + r)10 =
2.163.000
= 1.151.179
Jadi tingkat pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,42% setiap
Pertumbuhan Exponensiil
Rumus:
Pt = Po . ert
di mana:
Kalua soal di atas dikerjakan dengan rumus exponensiil, maka perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Pt = Po . ert
2.490.000
2.71828210r =
2.163.000
= 1.151.179
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 57dari 109 17 Februari 2017
10r.log2,718282 = log1,151179
0,061143
10r =
0,434295
= 0,14079
r = 0,014079
= 1,41%
pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,41% setiap tahun pada
periode 1961 – 1971. Jadi dengan perhitungan cara ini terdapat selisih 0,01%.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 58dari 109 17 Februari 2017
BAB VI
MORTALITAS PENDUDUK
PENDAHULUAN
Mortalitas (kematian) penduduk adalah salah satu dari variabel demografi yang penting.
Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan tren dari tingkat mortalitas di
masa lampau dan estimasi di masa mendatang dapatlah dibuat proyeksi penduduk wilayah
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Budi Utomo, 1983:1).
Dari difinisi ini terlihatlah bahwa keadaan “mati” hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran
hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Dengan kata lain,
mati tidak pernah ada kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir
hidup.
Disini dibedakan peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan
di luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam kandungan ibu (intra uterin) terdapat
2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur
kandungan 28 minggu.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 59dari 109 17 Februari 2017
3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu
lahir.
1. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim,
2. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan
(28 hari).
3. Kematian lepas baru lahir (post neo-natal death), adalah kematian bayi setelah berumur
4. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang
SUMBER DATA
kematian. Hasil registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan (banyak peristiwa kematian
yang belum tercatat, dan kualitas datanya rendah). Penduduk sering merasa tidak ada suatu
keharusan untuk melapor dan mencatatkan setiap peristiwa kematian ini kepada kepala desa
atau kepala dukuh. Namun demikian, kalau dibandingkan dengan pencatatan kelahiran,
Di Indonesia pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga kepada kepala dukuh.
Laporan ini kemudian diteruskan ke kantor kelurahan pada saat diadakan rapat kepala dukuh
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 60dari 109 17 Februari 2017
yang biasanya berlangsung seminggu sekali. Sering terjadi bahwa pelaporan itu tidak dilakukan
oleh kepala keluarga dan tidak pula diterima oleh kepala dukuh. Kalau kepala dukuh tidak dapat
datang ke rapat, maka data kematian ini akan dibawanya pada rapat berikutnya. Agaknya,
menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang dari keadaan sebenarnya
(under reporting).
Sumber yang lain dari data kematian, adalah penelitian (survai). Biasanya penelitian
kematian penduduk ini dijadikan satu dengan penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut
dengan penelitian statistik vital. Hasil penelitian statistik vital telah dilakukan baik oleh Biro
Pusat Statistik, atau oleh Universitas, hanya dua yang dipublikasikan secara luas, yaitu: Survai
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada tahun 1976,
dan Survai Fertilitas dan Mortalitas yang dilakukan oleh Lembaga Demografi, Universitas
Sejak tahun 1911, beberapa kali telah dikeluarkan peraturan yang mewajibkan penduduk
untuk mencatatkan peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi usaha-usaha tersebut tidak pernah
berjalan dengan baik (Heligman, 1976:2). Daerah-daerah di Jawa dan Madura berganti-ganti
telah dipilih sebagai daerah registrasi, dan kira-kira setengah dari jumlah kematian dari daerah-
Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian tersebut, sering dibuat perhitungan
perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil Sensus Penduduk (cacah jiwa)
atau dari hasil penelitian (survai). Dalam Sensus Penduduk, mengenai kelahiran dan kematian
penduduk, ditanyakan: jumlah wanita yang pernah kawin menurut umur, jumlah anak yang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 61dari 109 17 Februari 2017
dilahirkan hidup, jumlah anak yang meninggal, dan jumlah anak yang masih hidup. Dari
informasi di atas dibuatlah perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat
kematian anak.
Ada beberapa cara mengukur data kematian penduduk, di antaranya ada tiga yang akan
dibicarakan di sini, yaitu: Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR), Tingkat
Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR) dan Tingkat Kematian Bayi
Tingkat Kematian Kasar (CDR) didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada tahun
tertentu, tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus dapat ditulis sebagai
berikut:
D
Tingkat Kematian Kasar (CDR) = k
Pm
di mana:
Sebagai contoh, diketahui jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1975
sebesar 136.000.000 jiwa. Jumlah kematian sepanjang tahun tersebut sebesar 2.298.400 jiwa.
2.298.400
Tingkat Kematian Kasar (CDR) = 1.000 = 16,9
136.000.000
Angka ini berarti, bahwa pada periode tahun tertentu setiap tahun, setiap 1.000 penduduk,
Pengukuran Tingkat Kematian Kasar seperti contoh di atas adalah ukuran kematian yang
sangat kasar. Besar kecilnya angka kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain oleh
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status kawin. Misalnya seseorang yang berumur 80 tahun
umumnya lebih cepat meninggal daripada seseorang yang berumur 20 tahun. Orang-orang
yang maju ke medan perang kemungkinan meninggalnya lebih besar daripada isteri-isteri
mereka yang menunggu di rumah. Memperhatikan faktor-faktor di atas, maka ahli demografi
mempergunakan ukuran yang lebih spesifik, yang hanya berlaku untuk kelompok penduduk
tertentu. Ukuran yang paling umum digunakan oleh ahli demografi ialah Tingkat Kematian
menurut umur, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Age Specific Death Rate disingkat
dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian menurut umur ditulis sebagai berikut:
D
atau ASDRi = i k
PM
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 63dari 109 17 Februari 2017
dimana:
Do
IMR = k
B
dimana:
Sebagai contoh, di suatu daerah pada tahun 1970 jumlah kematian bayi sebesar 263.000
orang, dan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 1.594.000, maka besarnya Tingkat
263.000
IMR = 1.000
1.594.000
= 164,99
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 64dari 109 17 Februari 2017
Ini berarti pada tahun 1970 di daerah yang bersangkutan terdapat 164,99 bayi meninggal tiap
1.000 kelahiran.
Tingkat Kematian Bayi untuk Indonesia walaupun terlihat adanya penurunan setelah tahun
1970-an, dari 143 pada periode 1960-1970 menjadi 137 pada tahun 1978 (McNicoll dan
Mamas, 1973:13; Population Reference Bureau, 1978) tetapi tetap menunjukkan angka yang
tinggi (di atas 100). Negara-negara ASEAN yang lain, pada tahun 1978 besarnya IMR kurang
dari 100 (Malaysia 41; Philipina 80, Muangthai 89; dan Singapura 12; Pop. Ref. Bureau, 1978).
terendah dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di luar Jawa. Pada periode tahun 1960-
1970 rata-rata Tingkat Kematian Bayi untuk pulau Jawa sebesar 133, Kalimantan 143; Sulawesi
138; Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya sebesar 156; McNicoll and Mamas, 1973:13).
Terdapat variasi Tingkat Kematian Bayi antara negara berkembang dan negara maju.
Pada negara-negara berkembang, Tingkat Kematian Bayi bisa mencapai 200 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara maju angka tersebut bisa dibawah 15 per 1.000
kelahiran (Budi Utomo, 1983:9). Demikian juga terdapat variasi angka kematian bayi di dalam
suatu negara, misalnya antara daerah geografi yang satu dan lainnya, antara daerah kota dan
desa, antara berbagai golongan sosial ekonomi penduduk. Di samping itu, angka kematian bayi
Angka Kematian Bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap
status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi
di mana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya merefleksikan
seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, penyakit-penyakit infeksi spesifik dan
kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan
dan secara umum, tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Baik di negara maju,
maupun di negara yang sedang berkembang, terdapat hubungan terbalik antara tingkat
Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indikator ampuh dalam
menilai perubahan kondisi kesehatan di suatu negara. Pada negara-negara di mana angka
kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama, terlihat reduksi angka kematian bayi
yang sejajar dengan perbaikan standar hidup dan kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan
Dalam penerapannya, angka kematian bayi dipakai sebagai angka probabilitas untuk
mengukur resiko kematian dari Sampangan manusia atau bayi dari saat kelahirannya sampai
menjelang ulang-tahunnya yang pertama. Apabila suatu penduduk mempunyai angka kematian
bayi 200 per 1.000 kelahiran hidup, ini berarti bahwa probabilitas mati seorang bayi yang baru
lahir pada penduduk tersebut sebelum mencapai ulang tahunnya yang pertama adalah 20
persen. Sehingga kalau diterapkan secara agregat, dari 1.000 kelahiran misalnya, 200
diantaranya mati pada usia sebelum ulang tahun yang pertama atau dapat juga dikatakan
bahwa hanya 800 dari 1.000 kelahiran yang dapat menikmati ulang tahun yang pertama.
Dengan perkataan lain, resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 200
per 1.000 kelahiran hidup adalah kurang lebih 13 sampai 14 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan resiko kematian bayi pada penduduk dengan angka kematian bayi 15 per 1.000
kelahiran hidup.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 66dari 109 17 Februari 2017
Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur 1–4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1.000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun. Dengan
Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih merefleksikan
kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka ini
tinggi pada keadaan salah gizi, higiene buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak
dan insiden kecelakaan di dalam atau di sekitar rumah. Sehingga dalam menunjukkan tingkat
kemiskinan, indikator ini lebih unggul dibandingkan dengan tingkat kematian bayi. Di negara-
negara maju, angka kematian anak dapat serendah 0,4 per 1.000, tetapi survai di beberapa
kelompok masyarakat di negara berkembang angka kematian dapat mencapai setinggi 100 per
1.000. Kalau angka kematian bayi sekitar 14 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan negara maju, maka angka kematian anak dapat mencapai 150 kali lebih tinggi di
negara berkembang dibandingkan negara maju. Perbedaan angka kematian anak antara
berbagai negara atau kelompok masyarakat ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi
lingkungan sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan, karena sebagian besar
kematian tersebut dapat dicegah dengan adanya perbaikan kondisi sosial ekonomi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 67dari 109 17 Februari 2017
Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak usia dibawah
lima tahun selam satu tahun per 1.000 anak usia yang sama pada pertengahan tahun tersebut.
Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi rendahnya angka kematian bayi dan angka kematian
anak. Hanya dengan menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan
tingkat kematian anak pada aumur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat kematian
bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di atas satu tahun. Variasi
angka ini, di negara berkembang dapat lebih tinggi dari 100, tetapi di negara maju dapat lebih
Angka harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang
masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi
mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir
misalnya, merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka
harapan hidup umur lima tahun berarti rata-rata tahun hidup ada masa yang akan datang
dijalani oleh mereka yang telah mencapai usia 5 tahun. Angka harapan hidup pada suatu umur
merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial ekonomi secara umum.
Indikator yang sering dipakai adalah angka harapan hidup waktu lahir. Angka tersebut
berkisar dari kurang dari 40 tahun pada negara berkembang sampai lebih dari 70 tahun pada
negara maju. Diperkirakan angka harapan hidup waktu lahir di Indonesia pada periode tahun
1971 – 1980 sebesar 52,41 tahun. Dengan asumsi tingkat kematian mulai tahun 1980 sampai
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 68dari 109 17 Februari 2017
2000 juga turun sesuai dengan kencenderungan di masa lampau (1967 – 1979), dan level of
mortality diasumsikan naik sebesar 1,2 setiap 5 tahun, sehingga angka harapan hidup waktu
lahir naik dari 55,30 tahun dalam periode 1981 – 1985 menjadi 64,05 tahun pada tahun 1996 –
2000 (BPS, 1983:31). Tingkat Kematian Bayi untuk kelompok perempuan lebih rendah dari
kelompok laki-laki, sehingga angka harapan hidup pada waktu lahir untuk bayi perempuan lebih
tinggi dari bayi laki-laki. Angka rata-rata di dunia diperkirakan 61 tahun (Budi Utomo, 1983:12)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 69dari 109 17 Februari 2017
BAB VII
DIAGRAM LEXIS
Diagram Lexis adalah diagram yang melukiskan hubungan antara waktu terjadinya suatu
peristiwa kependudukan dengan umur seseorang pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
Peristiwa ini dilukiskan pada sebuah grafik dengan salib sumbu x dan y, di mana sumbu x
(sumbu horizontal) melukiskan skala waktu dan sumbu y (sumbu vertikal) melukiskan skala
umur atau lamanya waktu. Kedua sumbu dibatasi dalam garis-garis dengan jarak yang sama,
E
Umur (th) 4
3 D
2 C
1 B
0
A
1956 1957 1958 1959 1960
Tanggal 1 Januari pada tiap-tiap tahun
Sebagai contoh, seseorang lahir pada tanggal 1 Januari 1956, jadi waktu peristiwa ini ia
berumur 0 tahun. Pada tanggal 1 Januari 1957 anak tersebut tepat merayakan ulang tahunnya
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 70dari 109 17 Februari 2017
yang pertama, dan pada tanggal 1 Januari 1958 ia tepat berumur dua tahun, begitu seterusnya
untuk tahun-tahun selanjutnya. Karena skala mendatar dan vertikal sama, maka titik-titik A, B, C
dan seterusnya terletak pada satu garis lurus yaitu diagonal. Garis diagonal ini merupakan
tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan antara waktu dan umur. Garis ini disebut
dengan garis kehidupan (life line). Garis kehidupan ini dimulai pada saat seseorang dilahirkan
dan berakhir pada saat orang tersebut meninggal. Jadi apabila kita ingin mengetahui umur
seseorang wanita pada waktu wanita tersebut melahirkan, tinggal menarik garis dari sumbu x
pada hari ia melahirkan ke atas (sejajar dengan sumbu y) sehingga memotong garis kehidupan
dari titip potong ini dibuat garis sejajar dengan sumbu x hingga memotong sumbu y. Titik potong
pada sumbu y ini menunjukkan umur wanita tersebut pada waktu dia melahirkan (Gambar 7.2).
Umur (th) 40
30
A
20
10
10 Mei 1976
0
1956 1966 1976 1986 1996
peristiwa tertentu dapat juga untuk menggambarkan umur sebuah kohor 2 (cohort). Garis-garis
kehidupan (life line) sebuah kohor merupakan bidang. Sebagai contoh kohor kelahiran tahun
2
Kohor adalah sekelompok penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Misalnya kohor kelahiran (actual birth cohort), adalah sekelompok penduduk yang lahir pada waktu yang sama.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 71dari 109 17 Februari 2017
1957 terdiri dari semua orang yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 sampai dengan tanggal 1
Desember 1957. Dalam diagram Lexis digambarkan sebagai garis AB. Pada tanggal 1 Januar
i1958 anggota kohor yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 tepat berumur satu tahun
sedangkan anggota yang lain umurnya dibawah satu tahun. Begitu pula pada tanggal 1 Januari
1959, anggota kohor yang lahir pada tanggal 1 Januari 1957 merayakan hari ulang tahun yang
kedua. Tetapi anggota-anggota yang lain berumur di atas satu tahun tetapi masih di bawah dau
Umur (th) 5
0
A B
1957 1958 1959 1960 1961 1962
1 Januari atau Sensus Penduduk, pada tanggal 1 Januari 1970,
Dari hasil registrasi penduduk
didapatlah data mengenai jumlah penduduk di suatu wilayah. Jumlah penduduk ini dibagi
menjadi kelompok umur tertentu, misalnya dengan jenjang atau interval lima tahunan.
Sekelompok penduduk yang tersusun dalam kelompok-kelompok umur tertentu disebut kohor
sintetis (syntetic cohor) atau dapat juga disebut dengan cross sectional population.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 72dari 109 17 Februari 2017
Kohor sintetis ini sebenarnya terdiri dari beberapa kohor kelahiran, dan beberapa kohor ini
dilihat pada suatu waktu tersebut. Perpotongan antara garis vertikal dari titik waktu tersebut
Umur 20
15 – 19 Kohor 1950–‘54
15
10 – 14 Kohor 1955–‘59
10
1. Kohor yang sudah berumur 9 tahun tetapi belum mencapai umur 10 tahun berasal dari
2. Kohor yang sudah berumur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 9 tahun berasal dari kohor
1961.
3. Kohor yang sudah berumur 7 tahun tetapi belum mencapai umur 8 tahun berasal dari kohor
kelahiran 1962.
4. Kohor yang sudah berumur 6 tahun tetapi belum mencapai umur 7 tahun berasal dari kohor
kelahiran 1963.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 73dari 109 17 Februari 2017
5. Kohor yang sudah berumur 5 tahun tetapi belum mencapai umur 6 tahun berasal dari kohor
10
Kohor 1960
9
Kohor 1961
8
Kelompok Umur
5 – 9 tahun Kohor 1962
tgl 1 Januari 1966 7
Kohor 1963
9
Kohor 1964
5
tertentu, tetapi pada tanggal dan bulan dari suatu tahun tertentu. Sebagai misal, jumlah
penduduk negara Perancis yang lahir pada periode 1943, 1944, 1945 dan 1946 yang diamati
pada tanggal 10 Maret 1946 seperti terlihat dalam Tabel 7.1 berikut.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 74dari 109 17 Februari 2017
Tabel 7.1. Jumlah Penduduk Negara Perancis Yang Lahir Pada Periode Tahun 1943 Hingga
1946 Dihitung Tangal 10 Maret 1946
Umur yang telah dilalui Jumlah
Tahun Kelahiran
pada 1 Januari 1946 Penduduk
1946 : 1 Januari hingga 9 Maret .... 146.573
1944 1 565.593
1943 2 524.307
Gambar 7.5. Diagram Lexis, Penduduk Perancis yang Lahir Pada Periode
Tahun 1943 Hingga 1946 Dihitung Tanggal 10 Maret 1946
Umur (th) 4
d
3 D
524.307
c
2 C
565.593
b
1 B 112.514
481.602
a
0 A 146.573
atau dicatat pada tahun tertentu. Misalnya pada tanggal 10 Mei 1957 seorang bayi lahir, dan
pada umur dua tahun lima bulan yaitu pada tanggal 10 Oktober 1959 bayi tersebut meninggal.
Kalau kejadian itu digambar pada diagram Lexis, maka garis kehidupan anak tersebut berakhir
pada titik A. Titik A ini juga disebut dengan titik kematian (Gambar 7.6).
Umur (th) 4
2 A (meninggal)
tahun 2
5 bulan
berakhirnya perkawinan, dan seterusnya; kedua, berdasarkan kohor dari individu-individu yang
dengan kohor kelahiran, menjanda dihubungkan dengan kohor perkawinan. Dalam diagram
Sebagai contoh, distribusi dari mortalitas dapat dibuat klasifikasi rangkap yaitu dengan
Seperti terbaca dalam Tabel 7.2 di atas, pencatatan (observasi) dilaksanakan pada tahun
1955 jumlah kematian bayi (anak dibawah umur satu tahun) besarnya 15.759 orang. Bayi-bayi
tersebut terdiri dari dua kohor, yaitu kohor tahun 1955 dan kohor tahun 1954. Jumlah kematian
anak yang berumur di atas satu tahun dan di bawah dua tahun sebesar 1.691 orang yang terdiri
dari kohor tahun 1954 dan 1953. Begitu selanjutnya untuk kematian-kematian pada umur-umur
Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapatlah dilihat betapa pentingnya diagram Lexis
dalam memahami hubungan antara umur seseorang atau suatu kohor dihubungkan dengan
hubungan di atas sulit dapat dipahami. Pembicaraan mengenai Tabel Kematian pada Bab VIII
Umur
(tahun)
5
162
4
204
3 218
275
2 325
705
1 986
4.359
11.400
BAB VIII
PENDAHULUAN
tersebut dapat dijawab dengan menggunakan pengukuran tingkat (rates), dan rasio (ratios).
Namun demikian, ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mempergunakan
1. Di wilayah A, dari sejumlah 100 orang yang pada tahun 1980 berumur 20 tahun, berapa
2. Berapa tahun rata-rata harapan hidup seorang bayi yang baru lahir di wilayah A untuk tahun
1980?
3. Seseorang yang kini telah berumur 65 tahun, berapakah kemungkinannya dapat bertahan
perkiraan jumlah penduduk di masa mendatang. Juga perusahaan asuransi jiwa sangat
atas dapat dijawab dengan baik (walaupun masih dalam perkiraan) oleh tabel kematian.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 79dari 109 17 Februari 2017
Tabel kematian memberi gambaran kepada kita tentang sejarah kehidupan suatu kohor* 3
hipotesis yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena kematian. Tabel kematian ini
mempunyai bentuk yang sangat sederhana disusun berdasarkan tingkat kematian menurut
umur (age specific death rate). Dari tabel kematian ini dapat diukur keadaan kematian anggota
kohor, misalnya: jumlah mereka yang masih bertahan hidup pada berbagai tingkat umur,
harapan hidup sejak dilahirkan, atau umur rata-rata yang dapat dicapai dari satu kelompok
penduduk tertentu.
1. Kohor hanya berkurang secara berangsur-angsur karena kematian dan tidak ada migrasi
2. Kematian anggota kohor menurut pola tertentu pada berbagai tingkat umur.
4. Pada tiap tingkat umur rata-rata orang meninggal mencapai pertengahan antara dua tingkat
umur berturut-turut.
Tabel kematian terdiri tujuh kolom, enam diantaranya menyajikan fungsi tabel kematian.
Kohor (cohort) adalah sekelompok penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama. Ada bermacam-macam kohor diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kohor kelahiran, adalah sekelompok penduduk yang lahir pada waktu yang sama.
2. Kohor sintetis, sekelompok penduduk yang tersusun menurut kelompok umur tertentu.
3. Kohor perkawinan, sekelompok penduduk yang kawin pertama pada waktu yang sama.
4. Kohor masuk sekolah, sekelompok penduduk yang masuk sekolah pada waktu yang sama.
**
Radiks adalah bilangan permulaan perhitungan dalam tabel kematian, biasanya dipilih angka 100.000. Ada juga
beberapa ahli menggunakan angka 1.000 atau 10.000.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 80dari 109 17 Februari 2017
Tx = jumlah total tahun kehidupan (total years lived) setelah umur tepat x
e°x = harapan hidup (expectation of life), jumlah rata-rata tahun kehidupan setelah
umur tepat x
tabel kematian untuk laki-laki berbeda dengan tabel kematian untuk perempuan. Tabel
kematian ini mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perkembangan tingkat kematian
penduduk.
Pada tanggal 1 Januari 1960 (misalnya) terdapat kelahiran bayi sebanyak 100.000 (lo), pada
tanggal 1 Januari 1961, jumlah bayi yang dapat merayakan ulang tahun pertama sebesar
81,152 orang (l1). Jumlah bayi yang meninggal sebelum merayakan ulang tahun pertama
sebanyak 18.848 orang (do). Jadi kemungkinan bayi itu meninggal sebelum merayakan ulang
18.848
= 0,18848
100.000
d0
q0 =
l0
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 81dari 109 17 Februari 2017
Di samping itu dapat pula dihitung probabilitas seseorang yang dapat hidup hingga umur 1
81.152
= 0,81152
100.000
l1
p0 =
l0
Dari 81.152 orang yang dapat merayakan ulang tahun yang pertama pada tanggal 1 Januari
1961, hanya sebanyak 76.242 orang yang dapat merayakan ulang tahun yang kedua. Ini berarti
sebanyak 4.910 anak yang meninggal sebelum berumur tepat dua tahun. Kemungkinan anak
d1
q1 =
l1
4.910
= = 0,06050
81.152
Probabilitas seseorang yang berumur tepat satu tahun dapat merayakan ulang tahunnya yang
kedua adalah:
l2
p1 =
l1
76.242
= = 0,93949
81.152
begitu seterusnya sehingga semua anggota kohor meninggal. Secara umum rumus-rumus di
dx lx 1
qx = px = px + qx = 1
lx lx
Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1961 terdapat pula kelahiran bayi sebanyak 100.000 dan
jumlahnya berangsur-angsur berkurang karena kematian dan pola kematiannya sama seperti
kohor tahun 1960. Begitu seterusnya untuk kohor tahun-tahun berikutnya(1962, 1963, ...., 19....)
Tabel kematian yang dilukiskan di atas disebut tabel kematian longitudinal atau generasi,
karena mencerminkan pengalaman kematian sebuah kohor dari mulai dilahirkan hingga
anggota-anggota terakhir kohor tersebut mati semua. Jadi jelaslah bahwa tabel kematian
generasi dapat disusun apabila semua anggota kohor tersebut meninggal. Kegunaan praktis
dari tabel kematian generasi ini sangat terbatas. Di samping itu data yang dibutuhkan untuk
tabel kematian penampang lintang (cross sectional life table). Tabel kematian model ini
menggambarkan tabel kematian kohor sintetis yang mengalami kematian menurut umur yang
berlaku untuk suatu penduduk untuk periode waktu tertentu. Tabel kematian penampang lintang
merupakan potret atau snapshot pengalaman kematian yang sedang berlaku. Dalam demografi
Sekarang akan dibicarakan kolom kelima dari tabel kematian, yaitu Lx yang menyatakan
jumlah tahun kehidupan (total years lived) setelah umur tepat x. Dalam Bab IV telah dijelaskan
bahwa perhitungan jumlah tahun kehidupan dapat didekati dengan menghitung jumlah
penduduk pertengahan tahun dengan asumsi jumlah kematian tersebar merata dalam jenjang
(interval) antara umur x dan umur x + 1 (kecuali untuk beberapa tahun pertama kehidupan).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 83dari 109 17 Februari 2017
Dengan asumsi di atas maka perkiraan besarnya Lx didapat dengan merata-ratakan jumlah
mereka yang bertahan hidup pada permulaan interval umur (lx) dan mereka yang bertahan
hidup pada akhir interval umur (lx + 1). Perkiraan besarnya tahun kehidupan dapat ditulis
dengan rumus:
lx lx 1
Lx =
2
Untuk tahun pertama tidak dapat digunakan rata-rata lx dan lx + 1 sebagai pendekatan Lx.
Seperti telah dibicarakan dalam Bab VI angka kematian tinggi dan tidak tersebar merata terjadi
pada tahun pertama kehidupan, sehingga besarnya Lo dan Li tidak dapat didekati dengan
Lo = 0.3 lo + 0,7 l1
L1 = 0.4 l1 + 0,6 l2
Untuk L2 dan untuk umur-umur yang lebih besar dari dua tahun digunakan rumus Lx = ½ (lx + lx
+ 1). Apabila mendekati umur tua, mungkin efek serupa juga akan terjadi.
Kolom keenam memuat jumlah total tahun kehidupan setelah umur tepat x dan ditulis
dengan notasi Tx. Angka Tx pada umur 0 tahun (T0) misalnya adalah penjumlahan semua
angka Lx yaitu L0 + L1 + L2 + L3 + .... Ln; sedangkan angka Tx untuk umur tepat satu tahun (T1)
adalah penjumlahan dari L1 + L2 + L3 + .... Ln. Begitu seterusnya untuk Tx umur tahun
iw
Tx = Li
ix
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 84dari 109 17 Februari 2017
Kolom ketujuh memuat angka harapan hidup ( e o ) yaitu rata-rata jumlah tahun kehidupan
x
setelah mencapai umur tepat x. Kolom yang terakhir ini merupakan kolom yang terpenting
dalam tabel kematian. Apabila jumlah total tahun kehidupan setelah umur tepat x dihitung (Tx),
dan juga besarnya (lx) yaitu banyaknya orang yang bertahan hidup hingga mencapai umur x,
dapatlah dihitung rata-rata lamanya seseorang akan hidup setelah umur tepat x, yaitu dengan
membagi angka dalam kelahiran Tx dengan angka dalam kolom lx. Jadi dengan rumus dapat
ditulis:
Tx
eo =
x lx
Dengan rumus di atas dapatlah dihitung rata-rata angka harapan hidup waktu lahir ( e o )
x
sebagai berikut:
To
eo =
x lo
1982)
Di bawah ini contoh cuplikan sebuah tabel kematian untuk perempuan di Amerika Serikat
Tabel 8.1. Tabel Kematian untuk Perempuan untuk Amerika Serikat 1959-1961
X qx lx dx Lx Tx e
0
0 0,02256 100.000 2.256 98.109 7.324.402 73,24
1 0,00158 97.744 155 97.666 7.226.293 73,93
2 0,00003 97.589 91 97.544 7.128.627 73,05
3 0,00071 97.498 69 97.463 7.031.083 72,12
4 0,00060 97.429 58 97.400 6.933.620 72,17
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - - -
105 0,47662 16 7 12 25 1,53
106 0,49378 9 5 7 13 1,46
107 0,51059 4 2 3 6 1,40
108 0,52810 2 1 2 6 1,35
109 0,54519 1 1 0 1 1,29
Sumber: Palmore (1973:35-38)
Sebelum uraian mengenai tabel kematian ini dilanjutkan, perlu dibahas beberapa
penerapan tabel kematian, agar pembaca memperoleh gambaran yang lebih kongkret
Diketahui:
Kemungkinan untuk hidup mencapai umur 40 tahun dari suatu kelahiran adalah 0,86.
q40 = 0,003
q41 = 0,003
q42 = 0,004
q43 = 0,004
q44 = 0,005
q45 = 0,005
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 86dari 109 17 Februari 2017
Jawab:
dx
qx =
lx
px = 1 - qx = 1 – 0,003 = 0,977
X lx dx px qx
40 86.000 258 0,997 0,003
41 85.742 257 0,997 0,003
42 85.485 342 0,996 0,004
43 85.143 341 0,996 0,004
44 84.802 424 0,995 0,005
45 84.378 422 0,995 0,005
tahun?
Jawab:
adalah:
l 45 84.378
= = = 0,98114
l 40 86.000
3. Berapakah kemungkinan seseorang yang berumur 40 tahun akan meninggal antara umur
40 dan 45 tahun?
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 87dari 109 17 Februari 2017
Jawab:
d 40 d 41 d 42 d 43 d 44
=
l4
1.622
= = 0,01886
86.000
l 40 l 45 86.000 - 84.378
= –
l 40 86.000
1.622
= = 0,01886
86.000
4. Berapakah proporsi dari seseorang yang sekarang berumur 41 tahun akan meninggal
Jawab:
l41 = 85.742
l44 = 84.802
Proporsi dari orang-orang yang kini berumur 41 tahun akan dapat merayakan ulang
tahunnya ke-44
l 44 84.802
= = = 0,98904
l 41 85.742
Setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-44 orang-orang ini akan meninggal
semua. Jadi proporsi seseorang yang sekarang berumur 41 tahun akan meninggal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 88dari 109 17 Februari 2017
sesudah umur 44 tahun sama dengan proporsi yang dapat merayakan ulang tahun
5. Berapa rata-rata jumlah orang yang diperkirakan meninggal antara umur 42 dan 45 dari
Jawab:
Dari 85.742 orang yang mencapai umur 41 tahun (l41), sebanyak 85.485 orang
mencapai umur 42 tahun (l42), dan 84.378 orang mencapai umur 45 tahun (l45). Dari
sejumlah 85.742 orang yang berumur 41 tahun sebanyak 1.107 orang (85.485 –
48.378) yang meninggal antara umur 42 dan 45 tahun. Kita hanya mempunyai 1000
orang yang berumur 41 tahun dan jumlah yang diperkirakan meninggal antara umur
1.107
x 1.000 = 12,9
85.742
Jawab:
Sejumlah 84.802 orang dapat merayakan ulang tahunnya ke-44, dan sejumlah
84.378 orang yang dapat merayakan ulang tahun ke-45. Jadi jumlah yang meninggal
ke-45 adalah:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 89dari 109 17 Februari 2017
424
= 0,004945
85.742
Jawab:
l10 l 20
= x 1.000
T10 T20
97.062 96.215
= x 1.000
5.817.155 4.849.531
l 60 l 70
= x 1.000
T60 T70
77.456 54.944
= x 1.000
1.208.805 536.944
8. Berapakah rata-rata umur meninggal dari orang-orang yang telah mencapai umur:
a. 20 tahun
b. 40 tahun
c. 60 tahun
bila diketahui:
e o = 50,4 tahun
20
e o = 31,8 tahun
40
e o = 15,6 tahun
60
Jawab:
9. Di suatu wilayah ada 1.000 orang berumur tepat 40 tahun berapa jumlah tahun diharapkan
a. T40 = 2.956.204
b. T65 = 844.586
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 91dari 109 17 Februari 2017
c. L40 = 92.859
Jawab:
10. Apabila tingkat pertumbuhan penduduk pertahun di suatu wilayah satu persen, berapa rasio
jumlah penduduk umur 40 tahun dibanding jumlah penduduk umur 20 tahun, bila diketahui
besarnya:
L20 = 96.132
L40 = 92.720
Jawab:
L40 92.720
=
L20 96.132
dengan kohor yang besarnya (1,01)20 kali besarnya jumlah permulaan kohor
kelompok yang lebih tua. Jadi rasio jumlah penduduk umur 40 tahun dibanding
L40 1 92.720 1
x 20
= x = 0,7905
L20 (1,01) 96.132 (1,01) 20
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 92dari 109 17 Februari 2017
1. Tabel kematian lengkap (complete life table) yaitu tabel kematian yang dibuat secara
2. Tabel kematian singkat (abridged life table) yaitu tabel kematian yang juga meliputi seluruh
umur tetapi tidak terperinci secara tahunan, melainkan menurut golongan umur atau kelas
Tabel kematian singkat merupakan bentuk tabel kematian yang lebih singkat, lebih pendek
tetapi ketepatannya hampir sama dengan tabel kematian lengkap. Tabel kematian ini pada
umumnya dihitung atas dasar kelompok umur lima tahunan. Di dalam suatu populasi yang
kurang baik distribusi umurnya, perhitungan dengan tabel kematian singkat lebih tepat.
Beberapa notasi dalam kolom tabel kematian singkat ditulis dengan subskrip sebagai
berikut:
nWx
di mana n adalah besarnya jenjang interval, dan x menyatakan tepat umur x, dan digunakan
sebagai permulaan interval. Sebagai contoh: ndx ialah jumlah kematian di antara umur tepat x
Untuk lx, Tx, dan e tidak mempunyai subskrip seperti pada nqx, ndx, npx dan nLx,
x
karena mereka berhubungan dengan populasi pada umur tepat x. Seringkali untuk kolom L
digunakan notasi-notasi lain seperti L5-9 untuk 5L5 atau L10-14 untuk 5L10.
l0 = 100.000
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 93dari 109 17 Februari 2017
npx = 1 – nqx
ndx = nqx . lx
lx + n = lx – ndx
L0 = 0,3 l0 + 0,7 l1
4 L1 = 1,9 l1 + 2,1 l5
5
5 Lx = (lx+ lx + 5)
2
iw
Tx = Li
ix
Tx
e =
x lx
70.
1 28.004 120.000 11.882.9 9,2
75.
0,0506 19.996 138.381 36 6,9
3 1.594.38
0,0555 1
8 1.321.13
0,0622 1
2 1.063.94
0,0781 9
8 824.754
0,1049 607.334
8 416.519
0,1417 258.381
9 138.381
0,2055
8
0,2859
6
1,0
Sumber: Barclay (1958:112)
Perkiraan besarnya qx (kemungkinan mati antara umur x dan x + 1) dapat dihitung dengan
menggunakan data singkat kematian menurut umur (Mx). Perhitungan tersebut dapat dijelaskan
B
F
C
E G
Misalkan:
Maka:
dx dx
Mx = =
Px Px 1 / 2dx
Mx . (Px – ½ dx) = dx
Mx . Px = dx + ½ Mx.dx
2 Mx.Px = dx (2 + Mx)
dx(2 M x ) dx
2 Mx = = (2 + Mx)
Px Px
dx 2M x
=
Px 2 Mx
2M x
jadi qx =
2 Mx
Untuk tabel kematian singkat (abridge life table) dengan jenjang umur in tahun, maka rumusnya
menjadi:
2n nM x
nqx =
2 nnM x
Jadi apabila tingkat kematian menurut umur di suatu negara atau daerah diketahui maka tabel
BAB IX
FERTILITAS PENDUDUK
PENDAHULUAN
kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Bagi beberapa negara, misalnya Indonesia, faktor
yang dominan mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah: kelahiran dan kematian karena
Di Indonesia, dari tahun 1930 hingga tahun 1980 tingkat pertumbuhan penduduk terus
meningkat. Pada periode tahun 1930-1961 rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun
sebesar 1,5 persen, pada periode tahun 1961-1971 meningkat menjadi 2,1 persen, dan pada
periode tahun 1971-1980 meningkat menjadi 2,3 persen. Di Jawa tingkat pertumbuhan
penduduk lebih kecil dari luar Jawa, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tertinggi terdapat
selisih antara tingkat kelahiran dan kematian semakin besar. Hal ini disebabkan karena lebih
cepatnya penurunan tingkat kematian dibandingkan dengan tingkat kelahiran (lihat kembali
uraian mengenai transisis demografi). Liku-liku tentang kematian (mortalitas) penduduk beserta
pengukurannya telah dibicarakan pada Bab 6, dan pada Bab 9 ini akan dibicarakan mengenai
Fertilitas Penduduk.
4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)
Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis
sebagai berikut:
B
CBR = xk
Pm
Di mana:
Contoh:
Pada tahn 1975 jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun sebesar
136.000.000 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 5.834.400.
Tingkat Fertilitas Kasar untuk Indonesia pada tahun 1975 dapat dihitung seperti di bawah ini:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 98dari 109 17 Februari 2017
5.834.400
CBR = x 1.000
136.000.000
Ini berarti, di Indonesia pada tahun 1975 tiap 1.000 penduduk terdapat 42,9 kelahiran bayi.
Pada tahun 1980-an, tingkat Fertilitas Kasar di dunia berkisar antara 10 hingga 53
kelahiran tiap tahun tiap 1.000 penduduk. Tingkat fertilitas tertinggi dijumlah di negara-negara
Afrika.
Fertilitas Umum (General Fertility Rate atau GFR) yang ditulis dengan rumus:
B
atau GFR = xk
Pf (15 - 49)
di mana:
B = Jumlah kelahiran
tahun
Contoh:
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 99dari 109 17 Februari 2017
Pada tahun 1964 jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun di Indonesia besarnya
30.351.000 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 2.982.000 bayi.
Tingkat Fertilitas Umum untuk Indonesia tahun 1964 dapat dihitung sebagai berikut:
2.982.000
GFR = x 1.000
30.351.000
Lee-Jae (1964) pada tahun 1960 mengadakan estimasi mengenai besarnya Tingkat
Fertilitas Umum pada beberapa negara di dunia mendapatkan bahwa negara dengan Tingkat
Fertilitas Umum tertinggi terdapat di Sudan (234,8) dan Brunei (234,4), sedangkan yang
terendah terdapat di Swedia (61,1) dan Jepang (62,2). Sama seperti hasil pengukuran Tingkat
Fertilitas Kasar, maka Tingkat Fertilitas Umum tertinggi terdapat di negara-negara yang sedang
tertentu, karena itu tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin,
melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur (age
Bi
atau ASFR1 = xk
Pf i
di mana:
Contoh:
Perhitungan tingkat fertilitas menurut umur untuk Jawa Tengah pada periode tahun 1971-
Tabel 9.1. Perhitungan Tingkat Fertilitas Menurut Umur Untuk Jawa Tengah
Pada Periode Tahun 1971 - 1976
Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rates)
Boi
atau BOSFR = xk
Pf(15 - 49)
di mana:
Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan Tingkat Fertilitas
Boi
GFR = Pf(15 - 49) x k
Sebagai contoh, dikutipkan sebuah tabel Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran dari negara
Tingkat Fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua buah contoh
dari Tingkat Fertilitas Khusus. Ada beberapa macam variasi lagi, misalnya berdasarkan status
Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan
oleh wanita pada waktu itu memasuki usia subur hignga melampaui batas reproduksinya (umur
15-49 tahun). Ada tiga macam ukuran fertilitas kumulatif yang akan dibicarakan dalam bab ini
yaitu: Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR), Gross Reproduction Rate (GRR) dan
Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup tiap 1.000 wanita yang
1. Tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 103dari 109 17 Februari 2017
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah wanita hipotetis
selama masa reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat kematian dari tabel kematian
Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat Fertilitas
wanita menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa
tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur
lima tahunan, maka rumus dalam Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut:
TFR = 5 ASFR
i
i
Di mana:
i
= Penjumlahan tingkat fertilitas menurut umur
tahunan.
Apabila kita melihat kembali Tabel 9.2, didapat jumlah dari tingkat fertilitas menurut umur
TFR = 5 ASFR
i
i
= 5 × 1.016,1
= 5.080,5
Ini berarti tiap 1.000 wanita setelah melewati masa suburnya akan melahirkan 5.080,5 bayi laki-
laki dan wanita, atau setiap wanita di Jawa Tengah pada periode tahun 1971-1976 melahirkan
5,08 bayi laki-laki dan wanita. Di antara pulau-pulau di Indonesia pada periode tahun 1961-
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 104dari 109 17 Februari 2017
1970, Jawa mempunyai Tingkat Fertilitas Total terendah (5,2) dan Sumatera tertinggi (6,5),
sedangkan untuk Kalimantan besarnya 5,7; Sulawesi 5,8 dan pulau-pulau lain besarnya 6,1
Di Indonesia setelah tahun 1970-an, terjadi penurunan Tingkat Fertilitas Total dari 5,6 pada
periode tahun 1967-70, menjadi 5,2 pada periode tahun 1971-1975. Penurunan tingkat fertilitas
pada kedua periode di atas juga terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia.
Selama periode 1971-70 dan 1971-75, Tingkat Fertilitas Total untuk Indonesia menurun 7
persen, dan untuk pulau Jawa dan Bali menurun 6 persen. Penurunan Tingkat Fertilitas Total di
Indonesia antara lain dipengaruhi oleh keberhasilan program Keluarga Berencana di Indonesia.
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 wanita
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang wanita yang meninggal
sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Seperti Tingkat Fertilitas Total, perhitungan Gross
GRR = 5 ASFR
i
fi
di mana: ASFRfi adalah Tingkat Fertilitas menurut umur ke i dan kelompok berjenjang 5
tahunan
Jadi dalam satu generasi sejumlah 1926,0 wanita yang akan menggantikan 1.000 wanita.
Population Council memperkirakan bahwa pada periode 1970-75 dan 1975-80 angka GRR
akan turun dari 1420 menjadi 1360 per 1.000 wanita (The Population Council, 1974:4)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 105dari 109 17 Februari 2017
sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Agar hal ini tidak diabaikan maka digunakan
Net Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah kohor hipotetis dari
mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi
perempuan, beberapa dari wanita tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur
20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40 dan seterusnya dan hanya sebagian
yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah
wanita-wanita yang dapat bertahan hidup hingga umur tertentu dengan mengalikan dengan
nLx
1
0
Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati dengan rumus di bawah
ini:
nLx
NRR = i
ASFRfi x
1
0
Angka NRR sebesar 1.390,83 berarti bahwa dari 1.000 wanita selama periode masa
Untuk Indonesia (menurut perhitungan Population Council) terjadi penurunan NRR dari
1850 pada periode tahun 1965-1970 menjadi 1.000 pada periode 1970-1975 (Population
Council, 1974:11).
PENDUDUK
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu
faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi di antaranya: struktur umur, status
perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin.
Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan,
berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh secara tidak langsung.
Dr Davis dan Dr. Blake (1956) dalam tulisannya berjudul “The Social Structure of Fertility:
Gambar 9.1.
Skema dari Faktor Sosial yang Mempengaruhi Fertilitas
Lewat Variabel Antara (Persen)
Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi
seorang wanita usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan dan
kelahiran. Dalam menganalisa pengaruh sosial budaya terhadap fertilitas, dapatlah ditinjau
faktor-faktor yang mempunyai kaitan langsung dengan ketiga proses di atas. Davis dan Blake
b. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan
kelamin.
c. Abstinensi sukarela.
d. Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat
dihindari).
a. Kesuburan dan kemandulan biologis (fekunditas dan infekunditas) yang tidak disengaja.
sterilisasi.
Kesebelas faktor itu masing-masing dapat mempunyai akibat negatif (-) dan positif (+)
terhadap fertilitas. Akibat dari variabel-variabel di atas terhadap masyarakat satu dengan yang
lain berbeda-beda. Misalnya pada masyarakat tertentu variabel 1 (umur memulai hubungan
kelamin) mempunyai akibat positif terhadap fertilitas misalnya karena usia perkawinan pertama
yang rendah, sedang di masyarakat lain efek variabel 1 terhadap fertilitas negatif.
Davis dan Blake membuat suatu generalisasi sebagai berikut: pada masyarakat yang
sedang berkembang (pra industri), variabel 1, 2, 8 dan 9 mempunyai efek positif terhadap
fertilitas, sedangkan variabel 3a, 3b dan 11 kadang-kadang mempunyai nilai positif dan negatif
terhadap fertilitas, sedang untuk variabel 4 dan 10 mempunyai efek negatif. Sedang untuk
Beberapa faktor yang mempengaruhi fertilitas dalam masyarakat bekerja melalui variabel
antara. Freedman mengembangkan model yang diusulkan oleh Davis dan Blake. Hubungan
antara lingkungan dan struktur sosial ekonomi saling mempengaruhi, sementara lingkungan
Daftar Pustaka
Alatas, S. 1993. Beberapa Aspek Ekonomi dari Migrasi Penduduk. Paper Series No 12. Jakarta:
Lembaga Demografi FE UI
Ananta, A. 1991. Ruang Lingkup Teori Ekonomi Kependudukan. Jakarta: Lembaga Demografi
FE UI
Lee, R.D and Bulatao, R.A. 1983. ”The Demand for Children: A Critical Essay” dalam Bulatao
and Lee (Ed). Determinants of Fertility in Developing Countries. London: Academic Press
Permendagri No 19 Tahun 2010 tentang Formulir dan Buku yang Digunakan dalam
Pendaftaran Penduduk
Triantoro, B.W. 1994. ”Migrasi Legal dan Ilegal ke Malaysia Barat: Kasus Migrasi Internasional
di Pulau Lombok, NTB”, Populasi 10 (2): 1-16