UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
2018
Kata Pengantar
Om Swastiastu
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul “Gedung Phinisi
(Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM karya Yu Sing” tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan tindak lanjut dari penugasan Mata Kuliah Arsitektur Indonesia. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang salah satu contoh
bangunan Arsitektur Pasca Kemerdekaan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala
usaha kita.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Arsitektur adalah proses atau produk rancangan bangunan dan struktur fisik lainnya.
Istilah “arsitektur” berasal dari bahasa Latin architectura yang diambil dari bahasa Yunani
ἀρχιτέκτων (arkhitekton) yang berasal dari dua kata yaitu ἀρχι- (kepala) dan τέκτων
(pembangun, tukang kayu, tukang). Karya arsitektur sering dianggap sebagai simbol budaya
dan sebagai karya seni. Jika arsitekturnya maju, maka peradaban tersebut dianggap maju
pula. Arsitektur harus dilakukan dengan perencanaan, perancangan, dan pembangunan
bentuk, ruang, dan suasana serta mempertimbangkan fungsional, teknis, dampak sosial,
lingkungan, dan estetika. Hal ini membutuhkan kreativitas dan koordinasi antara bahan,
cahaya, bayangan, dan teknologi. Arsitek juga harus mempertimbangkan jadwal
pembangunan, estimasi biaya, dan koordinasi saat pembangunan. Hasilnya dapat berupa
gambar, cetak biru (blue print), spesifikasi teknis, dan rencana. Kata “arsitektur” juga telah
digunakan untuk menggambarkan sistem lain terutama pada bidang teknologi informasi.
Arsitektur merupakan ilmu yang sangat luas, jenisnya pun beragam. Mulai dari arsitektur
vernacular sampai dengan arsitektur kontemporer ciri khas dari Zaha Hadid. Semua gaya
maupun langgam arsitektur nampaknya memiliki ciri khas kental dan memiliki elemen yang
berbeda Antara satu dengan yang lain. Arsitektur Indonesia merupakan sebuah kelompok
arsitektur yang berkembang dipengaruhi oleh banyak aspek. Arsitektur Indonesia dipengaruhi
oleh keanekaragaman budaya, sejarah dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah,
dan pedagang membawa perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik
konstruksi bangunan. Pengaruh asing yang paling kental pada zaman arsitektur klasik
adalah India, meskipun pengaruh Cina dan Arab juga termasuk penting. Kemudian
pengaruh Eropa pada seni arsitektur mulai masuk sejak abad ke-18 dan ke-19.
Ketika mempelajari ilmu arsitektur, sangatlah penting untuk mempelajari contoh
karya arsitektur yang memiliki langgam yang beragam. Kali ini penulis mengangkat topik
bahasan mengenai Gedung Phinisi yang merupakan Gedung Pusat Pelayanan Akademik
Universitas Negeri Makassar karya arsitek kelahiran bandung Yu Sing. Memiliki ciri khas
dengan mengankat lokalitas konsep dan desain serta filosofi menjadi bangunan karya arstiek
tamatan Institut Teknologi Bandung ini patut untuk dibahas dan dijadikan objek study.
2.1 Bentuk Arsitektur, Tata Ruang, dan Lingkungan Sekitar Gedung Phinisi
Gedung Phinisi UNM , didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan
sekaligus Sulawesi Selatan. Gedung ini mengambil konsep Perahu Pimisi, perahu khas Bugis
– Makassar di mana sejak dahulu kala perahu pinisi tangguh dalam mengarungi samudra.
Itulah sebabnya bangsa Bugis – Makassar Terkenal sebagai Pelaut ulung. Bangsa ini
Tallanga Natoalia” yang artinya “sekali layar terkembang, pantang biduk surut kepantai”.
Menara Pinisi UNM juga disebut gedung Tellu Cappa (tiga Puncak). Konsep dasar gedung ini
didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan.
Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai
sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup
masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu pinisi
sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan. Seluruh lahan di sekeliling bangunan
difungsikan sebagai hutan universitas. Di depan landasan bagian Barat terdapat danau buatan
yang cukup luas berbentuk segitiga dengan kolam-kolam yang berundak mengalir ke arah
kolam. Danau buatan ini berfungsi sebagai kolam penyaringan alami dari air hujan dan air
kotor bekas pakai yang akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih untuk penyiraman
Bagian kolong merupakan ruang terbuka di bawah podium sebagai ruang sosialisasi
bersama. Ketinggiannya 1,5 kali ketinggian lantai lainnya untuk memberikan kesan luas dan
lega. Di lantai ini terdapat fungsi kantin kampus yang sifatnya semi terbuka. Bagian landasan
yang menghadap ke arah kampus eksisting didesain sebagai amphitheater dengan tangga-
Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA) didesain sebagai ikon baru bagi UNM,
kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan (Sulsel). Eksplorasi desain gedung ini
mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu makna Logo
UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa
Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan,
dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan detail-detail solusi desain yang bersumber
pada kearifan lokal, dipercaya mampu membentuk lingkungan kampus masa kini yang
berkelas internasional.
GPPA UNM menjadi gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade
Paraboloid,
yang merupakan ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi
teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan
meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi
GPPA UNM yang merupakan gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem
fasade Hiperbolic Paraboloid, merupakan ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bangunan Pusat Pelayanan Akademik UNM merupakan
perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan
ke dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur
GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai filosofi yang tergambar pada perahu Phinisi dengan
segala pengelolaannya sebagai alat transportasi dari satu tempat ke tempat tujuan baru.
Rasanya tidak ada bedanya dengan pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi sebagai
pusat transparansi pencerdasan kehidupan bangsa.Di dalamnya penuh perjuangan untuk
menaiki cita-cita.
Jenis struktur dan material dari Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM, sebagai
berikut:
1. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan kedalaman yang
bervariasi antara 12 – 15 meter, dengan diameter 50 cm.
2. Lantai GPPA UNM terdiri 17 lantai yang setiap lantainya dibuat dari material
beton dengan finishing keramik dan tegel. Keramik digunakan pada bagian –
bagian sirkulasi yang mudah terkena air agar tidak licin, sedangkan tegel
digunakan pada bagian yang tidak mudah terkena air. Tebal plat pada setiap lantai
yaitu 12 cm.
3. Salah satu struktur GPPA UNM yang paling menarik adalah dindingnya. Secara
konvensional, struktur dinding dibuat dari pasangan bata, atau batako. Namun
pada bagian – bagian tertentu, terutama pada finishingnya, menggunakan struktur
dinding baja ringan. Selain itu, bangunan ini tidak menggunakan shear wall tetapi
menggunakan core wall. Selain itu, kaca dengan ketebalan ± 5 mm digunakan
sebagai material pelengkap dinding dan jendela bangunan GPPA UNM. Untuk
Seperti pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola,
badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam
tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kolong/Panggung
Bagian ini posisinya terletak sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat
lebih megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan
Bagian badan berupa podium, terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan
ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air.
Bagian depan dari gedung ini di manfaatkan sebagai area yang di hiasi dengan
beberapa macam tanaman dan sebuah kolam kecil yang akan memberikan arti
Bagian tengah dari gedung ini di kosongkan dan tidak di berikan atap karena di
fungsikan sebagai sarana jalur naik ataupun turun dari setiap lantai. Tangga yang
di sesuaikan dengan kolam berbentuk oval agar siapa pun yang melewati area
tersebut akan merasa senang dengan kejernihan air yang di sinari oleh cahaya
matahari langsung yang mana berperan juga dalam system pencahayaan alami
dengan fasade dari dinding biasa. Hal ini di karenakan supaya pemandangan dari
setiap sudut dari gedung ini akan lebih terlihat jika melintasi jembatan
penyembrangan tersebut.
3. Kepala
Bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari
layar perahu pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.
Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4 bagian sesuai dengan simbol
falsafah hidup masyarakat Sulsel yang terdiri dari empat persegi (makna 4 unsur/kesadaran
Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan perahu pinisi di
pinggir pantai) menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matahari ke dalam
seluruh ruang dalam podium. Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara,
terdapat void kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling
bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang selalu bergemericik dengan ramp yang
mengelilingi void. Void kosong di bagian tengah merupakan metafora dari lingkaran
berwarna terang di pusat logo UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk mengalirkan uap
kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan, merupakan yang metafora 3 layar
bangunan podium berupa kaca reflektor sinar matahari yang berwarna kecoklatan seperti
warna tanah, dengan sirip-sirip penahan matahari yang terbuat dari stainless steel yang
memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini juga didesain sebagai bagian dari façade
bangunan dengan pola ombak. Dimalam hari, lampu pada eksterior menara berubah-ubah
warna secara teratur, rotasi dari 12 warna yang mewakili 12 fakultas yang ada di UNM.
A. Dinding
Konsep dari dinding gedung ini menggunakan konsep elemen budaya yang di
desain sehingga dapat di manfaatkan menjadi elemen fasade yang baru. Konsep
penataan fasade dinding yang miring juga merupakan respon terhadap sudut lahan dan
juga sebagai strategi untuk memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol
visual dari luar bangunan. Orang di luar lahan akan selalu melihat bangunan secara
B. Kaki
landasan merupakan 1 lantai semi besmen yang berfungsi sebagai area parkir dan
servis. Bagian landasan ini didesain seolah-olah terletak di bawah lansekap yang
C. Badan
miringnya menghadap ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring
merupakan respon terhadap sudut lahan dan juga sebagai strategi untuk
memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar bangunan.
Orang di luar lahan akan selalu melihat bangunan secara perspektif untuk
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gedung Phinisi UNM , didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar
dan sekaligus Sulawesi Selatan. Gedung ini mengambil konsep Perahu Pimisi,
perahu khas Bugis – Makassar di mana sejak dahulu kala perahu pinisi
tangguh dalam mengarungi samudra.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas
dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kritik
dan saran sangatlah diharapkan untuk meningkatkan kualitas tulisan makalah ini.
Daftar Pustaka