Anda di halaman 1dari 9

Estetika Bentuk

Anjelina Muh Ali T


B2
03420220042
Menara phinisi UNM
ESTETIKA FORMALIS

Menara Phinisi ini mengambil konsep


Perahu Phinisi, yakni perahu khas Bugis –
Makassar yang terkenal sejak dulu kala.
Perahu Phinisi dipakai oleh Orang Bugis-
Makassar dalam menjelahaji samudra
nusantara. Sementara untuk filosofi
arsitekturnya diambil seperti pada rumah
tradisional Makassar yang terdiri dari 3
bagian (kolong/awa bola, badan/lotang,
dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi
struktur kosmos (alam bawah, alam
tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga
terdiri dari 3 bagian.
Secara umum bangunan ini terdiri dari 3 bagian. Pertama, bagian
bawah berupa kolong/panggung. Bagian ini posisinya terletak
sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah
dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan
lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan.
Kedua, bagian badan berupa podium, terdiri dari 3 lantai, simbol
dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian
depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang
belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna
ganda sebagai simbol dari tanah dan air.
Ketiga, bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang
merupakan metafora dari layar perahu pinisi dan juga bermakna
ganda sebagai simbol dari angin dan api.
Prinsip konsep arsitektur kontekstual harmoni dalam aspek
warna terdapat pada tampak
kawasan bagian barat Menara Pinisi. pada tampak barat
terdapat bangunan pendidikan yang memiliki warna gelap,
bangunan kantor pemerintah yang
memiliki warna gelap dan terang, bangunan gedung serbaguna
yang memiliki warna gelap dan
terang, dan bangunan ruko yang memiliki warna gelap. Hal ini
membuat adanya harmoni dalam
warna pada bangunan Menara Pinisi dengan bangunan
sekitarnya. Keharmonian disebabkan
karena warna pada bangunan Menara Pinisi seragam dengan
bangunan sekitarnya. Sehingga
tampak kawasan berat pada bangunan Menara Pinisi terlihat
harmoni dari segi warna.
Estetika Ekspresionis
Arsitektur menara ini memiliki filosofi yang diambil dari rumah
tradisional Makassar yang terdiri dari tiga bagian yaitu kolong
(awa bola), badan (lotang), dan kepala (rakkeang) serta
dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam
atas). Begitupun dengan Menara Phinisi yang juga terdiri dari tiga
bagian.
Pertama bagian bawah berupa kolong. Bagian ini posisinya terletak
sekitar dua meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah
dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini di desain menyatu
dengan lanskap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling
lahan. Kedua, bagian badan berupa podium terdiri dari tiga lantai
yang juga mengartikan pada tiga bagian rumah Makassar tadi.
Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah
dan air. Ketiga, bagian kepala berupa menaranya. Terdiri dari 12
lantai yang merupakan metafora dari layar Perahu Pinisi dan juga
bermakna ganda sebagai simbol dari angina dan api. Bangunan
terbagi menjadi empat bagian yang terinspirasi dari deretan Perahu
Pinisi di pinggir pantai. Hal ini menciptakan lorong angin dan jalur
masuk bagi cahaya matahari ke dalam seluruh ruang podium.
Panggung, lorong angina, kolam, danau buatan, taman atap, hutan universitas, dan ventilasi silang
bangunan merupakan serangkaian sistem yang bekerja untuk mendinginkan suhu di sekitar
bangunan serta memberikan kesejukan dan ketenangan. Danau buatan juga berfungsi sebagai sistem
penyaringan air kotor dan air hujan untuk digunakan kembali. Bangunan yang terbelah – belah
memungkinkan cahaya alami dapat menerangi semua ruang dalam. Sirip – sirip secondary skin dan
kaca reflektor mengurangi radiasi panas matahari langsung. Kanopi – photovoltaic dan kincir angin
vertikal sebagai sumber energi listrik berkelanjutan. Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic yang
dapat langsung digunakan sebagai energi pendingin ruangan tanpa melalui konversi menjadi energy
listrik. Dengan begitu tidak akan ada energi yang terbuang.
Menara Pinisi memiliki bentuk seperti kapal pinisi yang mempunyai sisi miring menghadap ke
jalan utama pada bagian barat. Bentuk bangunan yang miring merupakan salah satu kontrol
visual dari luar bangunan. Menara Pinisi memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak
bangunan dan juga sebagai kolom bangunan. Menaranya memiliki bentuk atap bangunan yang
runcing dan melengkung. Sedangkan, podiumnya memiliki bentuk atap dak. Bangunan di sekitar
Menara Pinisi memiliki bentuk kotak pada tampak depannya yang menghadap ke jalan utama
pada bagian barat .Bangunan ini memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak bangunan dan
pembentuk bukaan pada bangunan.
Bangunan kedua merupakan bangunan yang biasa dijadikan sebagai gedung pernikahan atau
pertemuaan. Bangunan ini memiliki atap bangunan utama dan atap lobby, kedua atapnya
berbentuk pelana. Bangunan ini memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak bangunan
dan pembentuk bukaan pada bangunan. Bangunan ketiga merupakan ruko sewa yang terdiri
dari 12 unit. Bangunan ini memiliki bentuk atap dak. Bangunan ini memiliki elemen horizontal
sebagai pembatas floor to floor. Bangunan ini juga memiliki elemen vertikal sebagai ruang untuk
bukaan diletakaan dan pembentuk kolom pada bangunan.
Estetika psikologis

Karya ini merupakan pemenang pertama sayembara Gedung


Pusat Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar. Ini
merupakan karya kami yang pertama untuk gedung tinggi (17
lantai). Tim desain: yu sing, benyamin k narkan, eguh murthi
pramono, iwan gunawan.
KONSEP DESAIN:
1. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang agung, besar,
luas, dalam, megah, dan Makassar adalah salah satunya.
2. Nilai-nilai filosofi, budaya, dan arsitektur tradisional
merupakan potensi yang besar sebagai sumber inspirasi yang
tidak pernah lapuk oleh zaman.
3. Adaptasi potensi dan kebijakan lokal tersebut terhadap
konteks masa kini merupakan langkah penting untuk
memelihara dan sekaligus mengembangkan kekayaan budaya
daerah.
4. Penggalian rangkaian adaptasi kekayaan nilai-nilai tersebut
sebagai sumber inspirasi desain arsitektur akan menghasilkan
arsitektur kelas dunia tanpa kehilangan identitas dan konteks
lokal.
Bangunan ini merupakan contoh perpaduan arsitektur lokal nusantara yang penuh filosofi
dengan arsitektur modern masa kini yang penuh dengan kecanggihan teknologi.
Bangunan ini menjadi contoh pelestarian arsitektur nusantara di masa kini yang sudah
sepantasnya ditiru oleh praktisi arsitektur di Indonesia.
Prinsip konsep arsitektur kontekstual kontras dalam aspek ukuran terdapat pada tampak
kawasan bagian barat Menara Pinisi. Dapat dilihat pada gambar di bawah, terdapat
bangunan
Konsep Arsitektur Kontekstual pada Bangunan Menara Pinisi, Universitas Negeri
Makassar 90 | Volume 5 Nomor 2 Pebruari 2022
pendidikan yang terdiri dari 17 lantai dengan lebar 80 m², bangunan perkantoran yang
terdiri dari 2 lantai dengan lebar 32 m², bangunan pelayanan umum yang terdiri dari 1
lantai dengan lebar 17 m², dan bangunan ruko yang terdiri dari 4 lantai dengan lebar 60 m².
Hal ini membuat adanya kontras dalam ukuran pada bangunan pendidikan dengan
bangunan sekitarnya.
Kekontrasan disebabkan karena ukuran pada bangunan Menara Pinisi lebih besar dari
bangunan sekitarnya. Selain itu, kontras dalam ukuran disebabkan karena adanya
keberagaman ukuran bagunan pada tampak Kawasan.

Anda mungkin juga menyukai