0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan9 halaman
Bangunan Menara Phinisi UNM memiliki konsep yang diambil dari perahu pinisi dan rumah tradisional Makassar, dengan tiga bagian utama: bagian bawah berupa kolong, bagian tengah berupa podium tiga lantai, dan bagian atas berupa menara dua belas lantai. Bangunan ini merupakan contoh baik adaptasi arsitektur lokal dengan teknologi modern yang memadukan filsafat dan budaya daerah.
Bangunan Menara Phinisi UNM memiliki konsep yang diambil dari perahu pinisi dan rumah tradisional Makassar, dengan tiga bagian utama: bagian bawah berupa kolong, bagian tengah berupa podium tiga lantai, dan bagian atas berupa menara dua belas lantai. Bangunan ini merupakan contoh baik adaptasi arsitektur lokal dengan teknologi modern yang memadukan filsafat dan budaya daerah.
Bangunan Menara Phinisi UNM memiliki konsep yang diambil dari perahu pinisi dan rumah tradisional Makassar, dengan tiga bagian utama: bagian bawah berupa kolong, bagian tengah berupa podium tiga lantai, dan bagian atas berupa menara dua belas lantai. Bangunan ini merupakan contoh baik adaptasi arsitektur lokal dengan teknologi modern yang memadukan filsafat dan budaya daerah.
Perahu Phinisi, yakni perahu khas Bugis – Makassar yang terkenal sejak dulu kala. Perahu Phinisi dipakai oleh Orang Bugis- Makassar dalam menjelahaji samudra nusantara. Sementara untuk filosofi arsitekturnya diambil seperti pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga terdiri dari 3 bagian. Secara umum bangunan ini terdiri dari 3 bagian. Pertama, bagian bawah berupa kolong/panggung. Bagian ini posisinya terletak sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan. Kedua, bagian badan berupa podium, terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air. Ketiga, bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api. Prinsip konsep arsitektur kontekstual harmoni dalam aspek warna terdapat pada tampak kawasan bagian barat Menara Pinisi. pada tampak barat terdapat bangunan pendidikan yang memiliki warna gelap, bangunan kantor pemerintah yang memiliki warna gelap dan terang, bangunan gedung serbaguna yang memiliki warna gelap dan terang, dan bangunan ruko yang memiliki warna gelap. Hal ini membuat adanya harmoni dalam warna pada bangunan Menara Pinisi dengan bangunan sekitarnya. Keharmonian disebabkan karena warna pada bangunan Menara Pinisi seragam dengan bangunan sekitarnya. Sehingga tampak kawasan berat pada bangunan Menara Pinisi terlihat harmoni dari segi warna. Estetika Ekspresionis Arsitektur menara ini memiliki filosofi yang diambil dari rumah tradisional Makassar yang terdiri dari tiga bagian yaitu kolong (awa bola), badan (lotang), dan kepala (rakkeang) serta dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas). Begitupun dengan Menara Phinisi yang juga terdiri dari tiga bagian. Pertama bagian bawah berupa kolong. Bagian ini posisinya terletak sekitar dua meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini di desain menyatu dengan lanskap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan. Kedua, bagian badan berupa podium terdiri dari tiga lantai yang juga mengartikan pada tiga bagian rumah Makassar tadi. Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air. Ketiga, bagian kepala berupa menaranya. Terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar Perahu Pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angina dan api. Bangunan terbagi menjadi empat bagian yang terinspirasi dari deretan Perahu Pinisi di pinggir pantai. Hal ini menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matahari ke dalam seluruh ruang podium. Panggung, lorong angina, kolam, danau buatan, taman atap, hutan universitas, dan ventilasi silang bangunan merupakan serangkaian sistem yang bekerja untuk mendinginkan suhu di sekitar bangunan serta memberikan kesejukan dan ketenangan. Danau buatan juga berfungsi sebagai sistem penyaringan air kotor dan air hujan untuk digunakan kembali. Bangunan yang terbelah – belah memungkinkan cahaya alami dapat menerangi semua ruang dalam. Sirip – sirip secondary skin dan kaca reflektor mengurangi radiasi panas matahari langsung. Kanopi – photovoltaic dan kincir angin vertikal sebagai sumber energi listrik berkelanjutan. Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic yang dapat langsung digunakan sebagai energi pendingin ruangan tanpa melalui konversi menjadi energy listrik. Dengan begitu tidak akan ada energi yang terbuang. Menara Pinisi memiliki bentuk seperti kapal pinisi yang mempunyai sisi miring menghadap ke jalan utama pada bagian barat. Bentuk bangunan yang miring merupakan salah satu kontrol visual dari luar bangunan. Menara Pinisi memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak bangunan dan juga sebagai kolom bangunan. Menaranya memiliki bentuk atap bangunan yang runcing dan melengkung. Sedangkan, podiumnya memiliki bentuk atap dak. Bangunan di sekitar Menara Pinisi memiliki bentuk kotak pada tampak depannya yang menghadap ke jalan utama pada bagian barat .Bangunan ini memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak bangunan dan pembentuk bukaan pada bangunan. Bangunan kedua merupakan bangunan yang biasa dijadikan sebagai gedung pernikahan atau pertemuaan. Bangunan ini memiliki atap bangunan utama dan atap lobby, kedua atapnya berbentuk pelana. Bangunan ini memiliki elemen vertikal sebagai pembentuk tampak bangunan dan pembentuk bukaan pada bangunan. Bangunan ketiga merupakan ruko sewa yang terdiri dari 12 unit. Bangunan ini memiliki bentuk atap dak. Bangunan ini memiliki elemen horizontal sebagai pembatas floor to floor. Bangunan ini juga memiliki elemen vertikal sebagai ruang untuk bukaan diletakaan dan pembentuk kolom pada bangunan. Estetika psikologis
Karya ini merupakan pemenang pertama sayembara Gedung
Pusat Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar. Ini merupakan karya kami yang pertama untuk gedung tinggi (17 lantai). Tim desain: yu sing, benyamin k narkan, eguh murthi pramono, iwan gunawan. KONSEP DESAIN: 1. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang agung, besar, luas, dalam, megah, dan Makassar adalah salah satunya. 2. Nilai-nilai filosofi, budaya, dan arsitektur tradisional merupakan potensi yang besar sebagai sumber inspirasi yang tidak pernah lapuk oleh zaman. 3. Adaptasi potensi dan kebijakan lokal tersebut terhadap konteks masa kini merupakan langkah penting untuk memelihara dan sekaligus mengembangkan kekayaan budaya daerah. 4. Penggalian rangkaian adaptasi kekayaan nilai-nilai tersebut sebagai sumber inspirasi desain arsitektur akan menghasilkan arsitektur kelas dunia tanpa kehilangan identitas dan konteks lokal. Bangunan ini merupakan contoh perpaduan arsitektur lokal nusantara yang penuh filosofi dengan arsitektur modern masa kini yang penuh dengan kecanggihan teknologi. Bangunan ini menjadi contoh pelestarian arsitektur nusantara di masa kini yang sudah sepantasnya ditiru oleh praktisi arsitektur di Indonesia. Prinsip konsep arsitektur kontekstual kontras dalam aspek ukuran terdapat pada tampak kawasan bagian barat Menara Pinisi. Dapat dilihat pada gambar di bawah, terdapat bangunan Konsep Arsitektur Kontekstual pada Bangunan Menara Pinisi, Universitas Negeri Makassar 90 | Volume 5 Nomor 2 Pebruari 2022 pendidikan yang terdiri dari 17 lantai dengan lebar 80 m², bangunan perkantoran yang terdiri dari 2 lantai dengan lebar 32 m², bangunan pelayanan umum yang terdiri dari 1 lantai dengan lebar 17 m², dan bangunan ruko yang terdiri dari 4 lantai dengan lebar 60 m². Hal ini membuat adanya kontras dalam ukuran pada bangunan pendidikan dengan bangunan sekitarnya. Kekontrasan disebabkan karena ukuran pada bangunan Menara Pinisi lebih besar dari bangunan sekitarnya. Selain itu, kontras dalam ukuran disebabkan karena adanya keberagaman ukuran bagunan pada tampak Kawasan.