Anda di halaman 1dari 9

I Putu Agus Sukayasa, S.T., IAI.

A.A. Ngr. Roy Kesuma, S.T., M.M.

I Made Gede Partha Wijaya, S.T.

theatre

Bali merupakan salah satu destinasi wisata dunia yang terkenal memiliki daya tarik di bidang seni dan
budaya. Pada saat ini mulai ada pergeseran atau percampuran budaya ke arah modernisme.
Tantangannya adalah bagaimana melestarikan budaya di tengah desakan modernisme, sehingga
identitas Bali dapat tetap dipertahankan. Untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Bali,
maka diperlukan fasilitas pengembangan seni dan budaya. Arsitektur Bali merupakan produk dari
kebudayaan Bali yang berakar pada filosofi dan konsepsi hidup masyarakat Bali. Desain yang diajukan
telah melalui proses kreatif, memasukkan unsur modern, namun tetap berpatokan pada filosofi dan
konsep-konsep arsitektur tradisional Bali. Sehingga dapat memunculkan identitas budaya Bali yang kuat
pada bangunan yang dirancang.

Konsep Perancangan Pusat Kegiatan Seni dan Budaya di Jimbaran

Filosofi dan Konsep Zonasi Arsitektur Tradisional Bali.

Pada perumusan konsepnya, tim arsitek berpatokan pada filosofi Tri Hita Karana yang diwujudkan dalam
konsep makro Tri Mandala dan konsep mikro Sanga Mandala. Aplikasi konsep Tri Mandala pada site
adalah dengan membagi site menjadi tiga mandala, yaitu Jaba Sisi, Jaba Tengah, dan Jeroan. Penentuan
area jaba sisi adalah pada area site dengan lingkungan yang bersifat publik. Dalam analisisnya, Jalan
Karangmas Sejahtera merupakan jalan utama dan area yang dianggap mempunyai karakter publik.

tri-mandala
Kebutuhan ruang/fasilitas telah ditentukan pada proses program ruang. Aplikasi pengelompokan ruang
pada konsep zonasi Tri Mandala dan Sanga Mandala terlihat pada diagram di bawah.

diagram-zoning-for-blog

Konsep Pemutaran Mandara Giri

Pemutaran Mandara Giri adalah mitologi tentang pencarian tirtha amertha yaitu amerta air suci
kehidupan abadi. Dalam hal ini, kaitannya dengan dunia seni adalah suatu proses panjang dalam
penciptaan karya seni. Kisah Pemutaran Gunung Mandara ini dimulai dari berita bahwa amertha yang
selama ini dicari oleh para dewa dan raksasa berada di dasar lautan susu Ksirarnawa yang maha luas dan
maha dalam. Proses pemutaran dilakukan oleh pada dewa dan raksasa, dengan bantuan lilitan badan
naga. Dewa Wisnu dalam wujud Bedawang Nala membantu sebagai penjaga putaran tersebut. Hingga
akhirnya didapatkannya tirtha amertha tersebut.

Perwujudan konsep pada desain adalah:

Bangunan utama (teater) dan pameran seni merupakan perwujudan Bedawang Nala.

Atap bangunan utama, bentuk kerucut merupakan perwujudan Mandara Giri.

Empat buah menara (menara lift dan tangga) adalah perwujudan Kepala dan ekor naga.

Area pameran seni dengan alur oval adalah perwujudan lilitan badan naga.

Kolam di sekeliling bangunan utama, stage outdoor dan natah merupakan perwujudan lautan
Ksirarnawa.

Alur elemen lansekap didominasi bentuk oval dan lingkaran, merupakan perwujudan bentuk pusaran air
sebagai akibat pemutaran Mandara Giri.

Konsep Entrance dan Massa Bagunan

Penentuan titik entrance salah satunya didasarkan pada keberadaan ruas jalan yang kedepannya dinilai
mampu menjadi jalan penghubung antara fasilitas-fasilitas penting yang kemungkinan akan berkembang
pada kawasan. Fasilitas penting yang dimaksud seperti fasilitas resort besar yang sudah ada dan
kemungkinan adanya pertumbuhan fasilitas akomodasi pariwisata sejenis di sekitar jalan akses menuju
Pantai Tegalwangi. Berdasarkan analisis, sisi site yang berbatasan dengan Jalan Karangmas Sejahtera
merupakan titik strategis untuk dijadikan area main entrance.

Untuk memperkuat suasana Bali, konsep natah diaplikasikan dalam peletakan massa bangunan.
Penerapan konsep natah memungkinkan adanya ruang kosong/ruang publik pada tengah-tengah site,
dan massa bangunan ditempatkan di sekeliling natah. Massa bangunan diorintasikan ke tengah, sehingga
terbentuk ruang intim dengan jarak yang tidak menekan dan seolah menghasilkan interaksi antar
bangunan serta interaksi pengguna dengan bangunan.

D:AGUS SUKAYASA'S PROJECT2016.10.15 - SAYEMBARA JIMBARANRECEN

Konsep Sirkulasi

D:AGUS SUKAYASA'S PROJECT2016.10.15 - SAYEMBARA JIMBARANRECEN

Konsep Arsitektur dan Struktur Bangunan Teater

Pada proses penentuan kebutuhan ruang, tim arsitek menentukan pilihan pada tipologi gedung teater
indoor, dengan struktur bentang lebar sebagai bangunan utama. Tim arsitek menilai tipe bangunan
teater indoor mempunyai kelebihan yang sangat banyak dari pada tipe stage outdoor. Beberapa
kelebihan tipe teater indoor adalah:

Fleksibel terhadap waktu dan cuaca. Gedung teater indoor tetap dapat digunakan pada pagi sampai
malam hari dan berbagai keadaan cuaca, baik hujan, angin kencang ataupun panas.

Fleksibel terhadap berbagai macam kegiatan. Gedung dapat digunakan untuk berbagai macam
pementasan seni seperti pementasan seni tari tradisional Bali, seni teatrikal modern, opera sampai
pergelaran orkestra. Selain fungsi pementasan seni, gedung juga dapat disewakan untuk seremonial
suatu lembaga, kegiatan wisuda sampai kegiatan pertemuan bertaraf internasional.

Visualisasi interior lebih indah dan nyaman.


Gedung teater berbentuk oval dengan ukuran 90m x 70m. Gedung direncanakan dengan kapasitas
penonton lebih dari 1500 seat dan panggung tipe proscenium berukuran 25mx17m. Area ruang teater
dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa back stage area, gudang properti panggung, private lounge
dan penunjang lain seperti toilet. Area ruang teater dikelilingi oleh koridor ruang pameran. Karakter
ruang pameran dirancang dengan sirkulasi linear, sehingga semua karya seni akan dapat dilihat sesuai
dengan urutannya. Area koridor pameran berupa ramp, menanjak sedikit demi sedikit, dengan starting
point pada lantai 1 dan berakhir pada lantai 3. Selain ramp, sirkulasi vertikal menggunakan elevator dan
tangga.

Konsep Arsitektur Bangunan Lobby

Bangunan lobby adalah bangunan dengan posisi paling depan dan terlihat penuh dari Jalan Karangmas
Sejahtera. Bangunan lobby menaungi beberapa ruang penunjang, yaitu information center, lounge,
classroom/meeting room dengan berbagai ukuran, kantor pengelola dan parkir mobil pada level
basement. Area parkir mobil mampu menampung lebih dari 200 unit mobil, dan dilengkapi area drop off
penumpang sebanyak 20 modul, untuk kenyamanan pada saat peak hour.

Bangunan lobby didesain dengan identitas Bali yang sangat kuat dan terinspirasi dari karakter bale
wantilan. Bale wantilan merupakan bangunan pertemuan pada tingkat komunitas masyarakat adat di
Bali, sekaligus sebagai pusat pengembangan budaya dan seni tradisional. Karakter yang menonjol adalah
dengan penerapan konsep Tri Angga, perkuatan pada karakter tiang dan atap limasan bertumpang.

Konsep Arsitektur Bangunan Museum

Kelompok bangunan museum terdiri atas museum seni dan budaya nusantara, museum seni dan budaya
modern, serta museum Bung Karno. Kelompok bangunan museum diletakkan pada bagian sayap/sisi
barat site. Museum seni dan budaya modern serta museum Bung Karno terletak paling dekat dan
sepintas terlihat menyatu dengan bangunan lobby. Karakteristik bangunan ini menyerupai lobby, dengan
penerapan konsep Tri Angga dan menonjolkan elemen tiang. Sedangkan museum seni dan budaya
nusantara merupakan bangunan terpisah yang terdiri atas dua lantai. Bangunan ini berkonsep lebih
dinamis, lebih modern jika dibandingkan dengan lobby. Kedinamisannya terlihat pada bentuk bangunan
yang lengkung dan berakhir dengan elemen setengah lingkaran. Karakteristik bangunan tradisional Bali
tetap menonjol dengan penerapan tiang-tiang besar pada koridor dan lobby museum. Bangunan ini
beratap pelat beton datar dengan finishing roof garden. Penggunaan roof garden salah satunya
bertujuan untuk menambah elemen hijau dan penambahan lokasi untuk cell pembangkit tenaga surya.
Penggunaan atap datar juga bertujuan untuk mengurangi ketinggian bangunan, guna memperkuat kesan
monumental pada bangunan teater dan bangunan lobby. Hall pada bangunan museum berkonsep
terbuka, hanya terdiri atas jajaran tiang. Hall tersebut diperuntukan sebagai tempat latihan bagi
sanggar/komunitas tari untuk melestarikan seni dan budaya Bali.

Konsep Arsitektur Bangunan Pasar Seni

Bangunan pasar seni terdiri atas ruang ruang yang diperuntukan sebagai pasar seni, penjualan barang
souvenir dan food court. Kelompok fasilitas ini diletakkan pada bagian sisi Timur site. Fasilitas ini
diletakkan berdekatan dan tersambung dengan lounge pada lobby. Hal tersebut memudahkan akses bagi
para wisatawan untuk memesan makanan, serta membeli karya seni dan souvenir. Secara visual,
bangunan ini mempunyai bentuk yang sepintas sama dengan kelompok bangunan museum, bertujuan
sebagai penyeimbang bangunan museum, serta menciptakan atap datar untuk roof garden dan
penempatan elemen cell surya.

Konsep Arsitektur Penginapan Seniman

Dalam perancangannya, fasilitas penginapan seniman terdiri atas bangunan akomodasi penginapan
seniman dan taman seniman. Bangunan penginapan didesain dengan massa bangunan monolit seperti
halnya bangunan hotel. Bentuk monolit dipilih dengan alasan efisiensi ruang karena banyaknya
kebutuhan kamar, mengingat kemungkinan banyaknya jumlah seniman dalam satu hari pementasan.
Pemilihan konfigurasi menyerupai hotel juga dikarenakan untuk menciptakan kedekatan antar ruang dan
lebih fleksibel dalam berbagai kemungkinan variasi jumlah personil pada suatu kelompok seniman.
Bangunan penginapan didesain untuk menampung 104 orang seniman. Pada area outdoor, taman
seniman difungsikan sebagai tempat persiapan, latihan dan diskusi para seniman menjelang
pementasan. Taman seniman didesain berbentuk stage dan amphitheatre kecil untuk kelompok kecil
seniman, terletak di pinggir kolam “lautan ksirarnawa”. Taman seniman diorientasikan berhadapan
dengan kolam dan bangunan teater dengan tujuan untuk menciptakan interaksi antara bangunan teater
dengan lingkungan penginapan seniman.

Konsep Arsitektur Area Pasar Kuliner

Area kuliner merupakan area penunjang yang tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan suatu event. Area
tersebut dapat menjadi daya tarik tambahan untuk meningkatkan volume kunjungan. Area kuliner
diletakkan sangat dekat dengan area parkir sepeda motor dan area parkir service, untuk memudahkan
akses masyarakat dan akses service. Area ini didesain dengan konsep pasar tradisional Bali, dimana
pedagang berasal dari kalangan masyarakat umum. Layout penataan pedagang dibentuk berupa cluster-
cluster dan diatapi struktur tenda dengan bentang yang cukup. Struktur tenda berbentuk menyerupai
payung-payung tradisional Bali, namun dengan pewarnaan yang sederhana. Area makan diletakkan pada
pinggiran kolam “Ksirarnawa” pada sisi Timur, dengan tujuan untuk menciptakan suasana menarik dan
meningkatkan interaksi dengan bangunan teater.

Keterbangunan

Dalam proses konstruksinya, secara umum bangunan-bangunan di atas menggunakan metode konstruksi
konvensional. Sistem struktur dan konstruksi yang diterapkan adalah sistem rangka bidang dengan
menggunakan material beton. Proses konstruksi seperti pengecoran kolom dapat dilakukan ditempat,
dan beberapa balok dapat dikerjakan di tempat ataupun pre cast. Elemen struktur yang dalam visualnya
terkesan unik, seperti kolom “V shaped” pada gedung teater, dikerjakan dengan metode cor di tempat
dengan penyangga-penyangga yang harus kuat dan melalui perhitungan engineer. Struktur khusus
lainnya adalah struktur atap bentang lebar pada bangunan teater, dengan bentang 70x90cm. Struktur
tersebut dapat menggunakan struktur baja dengan konstruksi rangka ruang ataupun sistem lainnya,
sesuai rekomendasi engineer.

Perhatian terhadap Aktivitas Publik

Suatu fasilitas dapat hidup apabila fasilitas tersebut mampu menarik masyarakat untuk beraktivitas di
dalamnya. Perkuatan-perkuatan yang berusaha diciptakan tim arsitek agar fasilitas tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal adalah merancang gedung teater besar tipe indoor, sehingga aktivitas
yang dapat dinaungi bisa lebih beragam serta tanpa hambatan waktu dan cuaca. Untuk kebutuhan
rekreasi, bagian natah dirancang untuk mengakomodasi pertunjukan outdoor, elemen hijau cukup
banyak dan teduh. Bagian yang tak kalah menarik adalah pada area kuliner yang didesain seperti pasar
rakyat. Pada area ini masyarakat diberikan kesempatan untuk berdagang, dengan area makan yang
menarik dan suasana yang monumental.

Ramah Lingkungan
Aspek ramah lingkungan salah satunya terkait dengan efisiensi energi. Salah satu strateginya adalah
merancang bangunan tropis, dengan layout bangunan yang disekelilingnya dilengkapi dengan balkon dan
koridor, sehingga menghasilkan banyak area bayang-bayang cahaya. Konservasi air diaplikasi dengan
menyediakan zona penampungan air pada area dengan elevasi terendah, yaitu pada zone nistaning nista.
Penampungan air tersebut berupa ground tank dan air tampungannya dapat digunakan untuk pengisi
kolam dan penyiraman vegetasi. Salah satu dampak negatif alam adalah suhu panas. Masalah tersebut
berusaha dipecahkan dengan penggunaan banyak elemen kolam dan penggunaan banyak vegetasi pada
area natah atau amphitheatre taman jepun. Desain juga dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga
surya pada beberapa bangunan dengan atap datar. Pada area lobby, terdapat penggalian lahan untuk
dijadikan parkir basement. Batu karang hasil galian tersebut digunakan kembali sebagai pondasi pada
amphitheatre taman jepun, elemen hardscape dan sebagai elemen finishing pada dinding eksterior dan
interior bangunan. Penggunaan kayu-kayu bekas yang artistik juga terlihat pada deck di sekitar kolam
dan area makan pada pasar rakyat.

Kreativitas Desain

Untuk melestarikan identitas arsitektur tradisional Bali, tim arsitek mempunyai prinsip bahwa aspek
kreativitas yang cocok di Bali bukanlah kreativitas tanpa batas, melainkan kreativitas yang tetap
berpatokan pada konsep-konsep arsitektur tradisional Bali. Salah satu konsep yang sangat kuat adalah
penerapan konsep Tri Angga, yaitu konsep tampilan bangunan yang memperlihatkan secara jelas batas-
batas elemen kepala, badan dan kaki bangunan. Konsep tersebut terlihat pada semua bangunan yang
dirancang. Salah satu kreativitas bentuk yang sangat menonjol adalah penerapan struktur kolom “V
shaped“. Ide tersebut salah satunya terlahir dari konsep pemutaran Mandara Giri. Kolom yang umumnya
berdiri tegak, saat ini didesain berbentuk miring akibat pengaruh perputaran Mandara Giri. Namun
kolom-kolom tersebut tetap stabil karena sudah terikat satu sama lainnya. Efek monumental diyakini
dapat tercipta dan sangat kuat pada elemen kolom miring tersebut.

Eksistensi Bangunan

Pada perancangan fasilitas umum, salah satu aspek yang penting adalah menjadikan bangunan tersebut
ikonik atau mudah diingat oleh masyarakat. Arsitek berusaha memunculkan kesan ikonik dengan cara
mendesain satu bangunan berukuran besar jika dibandingkan bangunan lainnya. Bangunan tersebut
adalah gedung teater. Gedung teater mempunyai kolom-kolom besar berbentuk “V” dengan posisi
miring, sehingga menghasilkan kesan monumental dan tidak biasa. Hal tersebut diperkuat dengan desain
menara elevator dan tangga darurat yang menyerupai bale kulkul dengan dimensi sangat besar.
Perpaduan tersebut diharapkan menjadi jembatan antara modernitas dan pelestarian arsitektur
tradisional Bali.

Keandalan dan kenyamanan Bangunan

Keandalan bangunan salah satunya terkait dengan kekuatan bangunan untuk mendukung aktivitas di
dalamnya. Salah satu contoh adalah bangunan gedung teater yang didesain dengan struktur berbeda.
Perpaduan antara kolom berbentuk “V” dan balok yang sebagian besar diposisikan diagonal,
menghasilkan banyak bidang segitiga yang sudah terbukti sangat handal menahan gaya gempa.
Penempatan tangga darurat pada bagian belakang, dengan akses evakuasi langsung ke luar site diyakini
lebih handal dalam penanganan kedaruratan.

Kenyamanan bangunan terkait dengan aspek fisika bangunan. Bagaimana menghasilkan bangunan yang
mampu mengurangi pengaruh buruk cuaca di luar bangunan. Arsitek merencanakan hal tersebut mulai
dari master plan, dengan perencanaan koefisien dasar bangunan (KDB) kurang lebih 30 persen, sehingga
menghasilkan area hijau yang cukup banyak. Melangkah pada perancangan bangunan, arsitek
menempatkan area balkon dan area sirkulasi berupa koridor pada pinggir bangunan atau mengelilingi
bangunan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip arsitektur tropis dengan tujuan untuk menciptakan area
bayang-bayang cahaya.

Konektivitas dan Infrastruktur Kota

Tim arsitek mencoba memfokuskan pada kemungkinan timbulnya masalah ketidaknyamanan akses
kendaraan pada waktu peak hour. Tantangannya adalah bagaimana cara menciptakan sirkulasi yang baik
di dalam site, sehingga kepadatan sirkulasi di dalam site tidak menyebabkan kemacetan pada ruas jalan
utama. Beberapa pemecahan masalah, diantaranya mendesain jalan yang cukup panjang antara main
entrance dan lobby, serta memperpanjang drop zone dari lobby sampai basement. Drop zone tersebut
sanggup menampung sebanyak 20 mobil untuk drop off secara bersamaan. Hal ini juga ditujukan untuk
memudahkan akses, dimana penumpang tidak perlu berjalan menuju area parkir terjauh. Penumpang
cukup menunggu pada area tunggu penumpang, seperti yang biasa diterapkan pada drop zone terminal
bandara. Khusus untuk pengguna sepeda motor, telah direncanakan peletakan area parkir pada
sepanjang tepi site bagian Timur dan terdapat 2 buah pintu keluar sepeda motor. Hal tersebut ditujukan
untuk mempercepat sirkulasi keluar sepeda motor.
layout-plan-for-blog

konsep-teater

konsep-lobby

Microsoft Word - 170112 - Pemutaran Mandara Giri.doc

Advertisements

REPORT THIS AD

Anda mungkin juga menyukai