Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PERKOTAAN

JL. Dr. Cipto (sobokarti )

Kelompok :

RIZKY FANDY PRISKILA .P (08.11.0103) BONDAN

RONNY

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

A. SEJARAH
Pembentukan Volkskunstvereeneging Sobokartti di Semarang digagas oleh beberapa tokoh kebudayaan di awal abad ke 20, antara lain Pangeran Prangwadana (kelak menjadi KGPAA Mangkunagoro VII) dan Ir. Thomas Karsten, seorang arsitek dan perencana kota yang mempunyai perhatian besar terhadap budaya Jawa. Ketika itu, sejalan dengan munculnya kesadaran kebangsaan, terjadi proses demokratisasi kraton-kraton Jawa. Wujud demokratisasi itu antara lain berupa diijinkannya kesenian kraton (yang semula eksklusif untuk lingkungan kraton) diajarkan dan digelar di luar dinding kraton yang dipelopori oleh perkumpulan Kridha Beksa Wirama di Yogyakarta pada 1918.

Untuk mewujudkan gagasan itu maka diadakan pertemuan yang dihadiri antara lain burgemeester Semarang Ir de Jonghe, Bupati Semarang RMAA Purbaningrat, GPH Kusumayuda dari kraton Surakarta, dan pimpinan surat kabar De Locomotief. Dalam pertemuan itu disepakati untuk mendirikan perkumpulan kesenian yang diberi nama Sobokartti (tempat berkarya.). Menurut anggaran dasar Kunstvereeneging Sobokartti yang disahkan pada 6 September 1926 tujuan didirikannya lembaga ini adalah untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian bangsa sendiri (inheemsche kunst). Pada awalnya kegiatan-kegiatan Sobokartti dilakukan di paseban Kabupaten Semarang dan di Stadstuin. Tapi pada 1930 berhasil dibangun gedung kesenian di Karenweg (sekarang Jalan Dr. Cipto), yang diberi nama Volkstheater Sobokartti. Gedung ini adalah rancangan Thomas Karsten, yang memadukan konsep seni pertunjukan Jawa yang biasa dipentaskan di pendopo dengan konsep pementasan teater barat. Pada Pertempuran Lima Hari di Semarang Gedung Sobokartti menjadi saksi keberanian pemuda-pemuda Semarang. Delapan belas pemuda gugur di sana ketika berusaha merebut senjata dari tentara Jepang yang menjadikan Sobokartti markas mereka. Jenazah mereka dikuburkan dalam satu lubang di halaman gedung, tapi pada 1960 duabelas jenazah dipindahkan ke Taman Makan Pahlawan Giri Tunggal Semarang sebagai Pahlawan Tidak Dikenal sedang enam jenazah dimakamkan kembali oleh keluarga mereka. (sumber : http://sobokartti.wordpress.com/tentangkami/)

A. Pembahasan

Sobokartti sebagai salah satu bangunan yang telah dilindungi pemerintah sebagai benda cagar budaya hingga kini mampu bertahan, meskipun fungsinya tidak sepenuhnya sama dengan awal berdirinya. Sebagai bangunan yang dirancang oleh arsitek asal Belanda yaitu Herman Thomas Karsten, Gedung Sobokartti memadukan arsitektur tradisional Jawa dengan konsep ampitheater yang merupakan hal baru pada zaman tersebut, sehingga tidak mengherankan kala itu Gedung Sobokartti menjadi gedung kesenian rakyat paling maju. Sebagai gedung kesenian rakyat, Sobokartti menghadirkan kesenian rakyat di Kota Semarang, antara lain wayang dan

seni tari Jawa klasik. Seni tari Jawa klasik ini memiliki kaitan dengan seni pertunjukkan wayang orang yang pertama kali di Semarang, yaitu Wayang Orang (WO) Sri Wanito.

Gedung Sobokartti yang berlokasi di Jl. Cipto no 31-32 Semarang sering mengalami rob bila musim hujan. Kondisi lantai bangunan Gedung Sobokartti lebih rendah dari halaman. Dan bila terjadi hujan, aliran air dari luar juga mengarah ke Gedung. Hal ini mengakibatkan vegetasi air di tanah Sobokartti meningkat.. Penanganan sebelumnya berupa pengerasan di sekitar gedung dan pembuatan penampungan air ternyata belum menyelesaikan masalah. Kondisi demikian tentu saja menjadi kendala bagi kegiatankegiatan rutin yang berjalan di Gedung Sobokartti dan berakibat buruk pada kayu dan dinding bangunan

Pada gedung Sobokartti terlihat pada bagian depan adalah merupakan pendopo. Pendopo berasal dari kata pa-andhap-an (andhap = rendah), pendopo merupakan bagian rumah yang berlantai rendah dan terbuka (tanpa dinding). Menurut Ismunandar (1986) pendopo berfungsi sebagai tempat pertemuan atau ruang tamu dan menurut Frick (1997) pendopo berfungsi sebagai tempat berkumpul orang banyak dan menerima tamu. Ruang ini bersifat terbuka dan suasana yang tercermin adalah akrab, cocok dengan fungsinya sebagai bagian penerimaan. Pendopo dapat dilihat langsung dari halaman luar, pendopo juga merupakan zona publik yang siapa saja boleh berada di ruangan ini baik orang luar, maupun orang lain yang tidak dikenal oleh pemilik rumah (Ronald: 2005).

Tahun 2010

gudang/ tempat penyimpanan peralatan

Tata ruang gedung Sobokartti terdiri dari tiga bagian, yakni depan, tengah, dan belakang. Pada bagian depan merupakan pendopo, yang sudah Material pada dijelaskan lantai gedung sebelumnya. digunakan adalah ini

tribun penonton

tempat gamelan

ruang tengah

tribun penonton

tribun penonton

yang

tribun penonton

menggunakan keramik 30x30 cm dengan warna putih polos. Ruang tengah mempunyai luasan paling besar daripada ruang lainnya. Mengingat gedung Sobokartti adalah sebagai gedung pertunjukan kesenian, ruang tengah merupakan pusat kegiatang yang ada. Pada ruangan ini terdiri dari area pertunjukan, tribun penonton dengan bangku, tempat gamelan. Pada area pertunjukan merupakan area dengan elevasi terendah, sehingga para penonton lebih nyaman dalam menyaksikan pertunjukan karena pandangan tidak terganggu.

pendopo/ ruang depan

Pada bangunan Sobokartti struktur utamanya menggunakan tiang-tiang penyangga dari kayu. Pada bagian tengah terdapat 4 buah tiang penyangga yang sering disebut dengan soko guru, sebagai struktur utama. Dengan atap yang bertingkat dikelilingi juga dengan kolom kayu penyangga yang berjumlah 14 buah. Keseluruhan struktur gedung Sobokartti dari tiang-tiang penyangga, balik, usuk, reng, dsb. menggunakan kayu jati atau kayu kuat jenis lain.

Blandar Kolo

Pada struktur soko guru terdapat dua tingkat balok yang terdapat pada gedung kesenian Sobokartti ini, balok-balok tersebut memperkuat ikatan antar kolom-kolom (soko guru). Untuk kedua tingkatan balok tersebut biasanya memiliki sebutan. Pada balok yang bawah memiliki sebutan Kolo dan pada balok diatasnya memiliki sebutan Blandar. Bentuk atap bertingkat dengan 3 susun memberikan keuntungan pada bangunan ini, yaitu memberikan sirkulasi udara yang maksimal. Sehingga di dalam ruangan terasa nyaman, sejuk karena memanfaatkan penghawaan alami melalui lubang yang terdapat pada sela-sela atap.

Lubang udara Lubang udara

Gambar 8. Bentuk Atap Bertingkat (Sumber : Foto Pribadi 14/5/2012 2:00 PM)

Konstruksi atap keseluruhan pada gedung ini menggunakan material kayu. Kayu usuk dan reng merupakan susunan yang membentuk rangka atap. Rangka atap terlihat jelas karena tidak menggunakan plafond. Dengan tidak menggunakan plafond, pada mayoritas ruang tengah mempunyai kesan ruangan yang luas. Hal ini memberikan penghawaan yang maksimal dan nyaman ketika berada di dalamnya. Tetapi pada kostruksi yang terdapat pada soko guru menggunakan plafond. Bangunan-bangunan kuno di Semarang yang melambangkan kejayaan di masa lalu, kini tak ubahnya hanya bangunan tua yang tidak terawat dalam keadaan mangkrak. Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain faktor ekonomi dimana untuk merawat bangunan tua memerlukan biaya yang tidak sedikit. Terlebih lagi di zaman yang serba maju ini, kondisi bangunan tua diperparah oleh kepentingan beberapa pihak yang melihat secara potensi ekonomi. Tidak sedikit bangunan cagar budaya yang dikorbankan demi kepentingan pribadi, baik itu dialihfungsikan, dirombak tanpa kaidah konservasi, bahkan dihilangkan sama sekali

B. Ruang Lingkup Spasial Secara administratif, kawasan perencanaan termasuk di dalam wilayah Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tapak meliputi site asli Sobokartti ditambah dengan site pengembangan. Data tapak kawasan : Keluarahan : Kebonagung Kecamatan : Semarang Timur Batas : Sebelah Utara : Jalan Dr.Cipto Mangunkusumo Sebelah Timur : Jalan Dargo Sebelah Selatan : Permukiman Sebelah Barat : Permukiman C. Ruang Lingkup Substansial Pengembangan Sobokartti sebagai Heritage Center yang dapat menampung dan mendukung segala aktivitas yang telah berlangsung di Gedung Kesenian Rakyat Sobokartti, baik dalam segi kuantitas dan kualitas bangunan, termasuk di dalamnya penataan beberapa massa bangunan serta lingkungan dalam kategori objek wisata, dengan mengacu pada proses konservasi. D. Pembahasan Kawasaan Jl. Dr. Cipto juga merupakan jalan searah yaitu dari arah utara (Jl. Pattimura) ke arah selatan (JL. Brigjen Katamso). Di sepanjang ruas jalan ini, arus lalulintas relative lebih lancar walaupun ada sedikit kepadatan lalulintas pada jamjam tertentu misalnya di depan SD Xaverius, SMKN 1 Semarang, SMU Purnama 1 Semarang, SMKN 5 Semarang dan di kawasan IKIP PGRI Semarang. Didaerah tersebut pada jamjam tertentu

banyak kendaraan umum maupun pribadi yang berhenti sementara sehingga ruang jalan menjadi lebih sempit yang menjadikan timbulnya kemacetan lalu lintas. Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Bagian Wilayah Kota I (BWK 1) yang mencakup Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur dan Semarang Selatan bahwa di kawasan Jl. MT. Haryono, Jl. Pattimura, Jl. Dr. Cipto dan Jl. Brigjen Katamso merupakan daerah permukiman, perkantoran, dan perdaganganjasa. Di kawasan tersebut, kebutuhan transportasi adalah sebuah konsekuensi atau hal yang harus dihadapi. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan lalulintas di kawasan tersebut yang berimplikasi terhadap timbulnya permasalahanpermasalahan lalulintas seperti perparkiran, kemacetan, kelambatan, kecelakaan, dan gangguan lalu lintas lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan kerugian waktu dan biaya.

Anda mungkin juga menyukai