Anda di halaman 1dari 20

UJIAN TENGAH SEMESTER

ARS – 087 ARSITEKTUR HEMAT ENERGI


“Konsep Hemat Energi Gedung DPRD Kota Medan”

Luis Costa
21.184.0003

Dosen Pengampu :
Endi Martha Mulia, S. T., M. Si

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Hemat Energi Gedung DPRD
Kota Medan” dengan tepat waktu. Makalah ini saya susun dengan maksimal dan
juga tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Endi Martha Mulia, S. T.,
M. Si, selaku dosen mata kuliah Arsitektur Hemat Energi yang telah memberikan
tugas ini untuk mengedukasi dan menambah wawasan tentang mata kuliah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini belum cukup sempurna dikarenakan


saya sebagai seorang mahasiswa masih menjalani proses pembelajaran. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Deskripsi Gedung DPRD Kota Medan ....................................................... 3

2.1.1 Data Umum Objek Penelitian ........................................................... 4

2.1.2 Gambaran Umum Proyek .................................................................. 5

2.1.3 Perancangan Gedung DPRD Kota Medan ...................................... 5

2.2 Konsep Perancangan Gedung DPRD Kota Medan................................. 8

2.3 Data Konsumsi Energi ...................................................................................... 9

2.3.1 Data konsumsi pada peralatan elektronik ................................ 9

2.3.2 Data pemakai energi listrik Air Conditioning (AC) dan elevator
berdasarkan pola konsumsi pemakaiannya ............................................. 10

2.4 Pendekatan Energi pada Gedung DPRD Kota Medan .......................... 10

2.4.1 Pencahayaan pada Bangunan ........................................................ 10

2.4.2 Pengahawaan pada Bangunan ....................................................... 11

2.5 Konsep Fasade Hemat Energi ........................................................................ 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan dan energi merupakan isu global yang dihadapi peradaban


manusia dewasa ini. Peningkatan tajam penggunaan energi dalam kaitannya
untuk menaikkan taraf hidup manusia tidak saja mengexploitir sumber-
sumber daya energi, tetapi juga dapat membahayakan lingkungan fisik alami
dalam skala global.
Dalam ilmu arsitektur, perancangan bangunan dengan konsep yang
mengarah pada zero energy untuk di Indonesia masih jauh dan sekedar
wacana. Salah satu konsep tersebut menjadi landasan utama dari konsep
pengembangan bangunan hemat energi. Dengan dipahami betul bahwa
mengaplikasikan disain bangunan hemat energi maka dampak positifnya
akan langsung didapatkan oleh setiap pengguna, yaitu besaran konsumsi
energi akan berkurang.
Dalam pemakaian energi listrik, bangunan publik merupakan sektor
konstruksi yang ketiga terbesar di wilayah Sumatera, dimana konsumsi
energi rata-rata sebesar 12% dari energi listrik yang tersedia dengan
pertumbuhan rata-rata pengguna energi listrik diperkirakan sebesar 11,60%
pertahun, dimana hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan
ketersediaan sumber energi oleh pemerintah oleh PLN khususnya daerah
Sumatera Utara dengan daya mampu sebesar 1.431 MW dan beban pucak
mencapai 1.868 MW, dengan defisit energi listrik sebesar 300 MW dari
kebutuhan yang diperlukan sebesar 30%-35% (600MW) cadangan pasokan
energi listrik pada tahun 2015 dalam memenuhi kebutuhan daya
energi tersebut.
Sebagai salah satu contoh bangunan publik di Indonesia, khususnya di
Kota Medan yang tidak diberi prioritas dalam pembangunan fasilitas publik
khususnya dalam bidang pemanfaatan energi secara effisien dan mandiri.
Tidak diberikannya prioritas tersebut mengakibatkan sebagian besar fasilitas
ini mengkonsumsi energi yang cukup besar dalam penggunaannya sehingga
upaya penyelamatan lingkungan di dalam sektor energi sangat sulit
diterapkan, seperti memasang sistem energi terbarukan, produk-produk
energi yang lebih efisien dan memperbaiki keseluruhan permukaan bangunan
secara signifikan untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan dan
lingkungan kegiatan publik.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana rancangan fasade bangunan yang dapat menghemat
penggunaan energi?
- Bagaimana pengaruh fasade bangunan terhadap konsumsi energi pada
gedung DPRD Kota Medan?
-
1.3 Tujuan Pembahasan
- Pengaruh fasade bangunan gedung DPRD Kota Medan terhadap besaran
penggunaan energi pada bangunan berdasarkan standar nasional
Indonesia tentang konservasi energi pada bangunan.
- Penerapan desain dengan pendekatan konsep hemat energi pada fasade
gedung DPRD Kota Medan dan kaitannya terhadap penggunaan energi
pada bangunan nantinya
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Gedung DPRD Kota Medan

Secara umum gedung dapat diartikan sebagai gedung yang fungsinya


untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,
maupun fungsi sosial dan budaya. Dewan perwakilan rakyat daerah
(disingkat DPRD) adalah bentuk lembaga perwakilan rakyat (parlemen)
daerah (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah bersama dengan pemerintah
daerah.

DPRD diatur dengan undang-undang, terakhir melalui UndangUndang


Nomor 27 Tahun 2009. DPRD berkedudukan di setiap wilayah administratif,
yaitu:

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD Provinsi),


berkedudukan di ibukota Provinsi.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten (DPRD Kabupaten),


berkedudukan di ibukota Kabupaten.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota (DPRD Kota), berkedudukan


di Kota. DPRD merupakan mitra kerja kepala daerah
(gubernur/bupati/walikota).

Jadi dapat di simpulkan bahwa gedung DPRD adalah wadah atau tempat
pertemuan lembaga atau perwaklilan rakyat (parlemen) dan masyarakat
daerah (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah bersama dengan pemerintah
daerah yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi
keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya.
2.1.1 Data umum objek penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap bangunan gedung DPRD


Kota Medan, maka didapatkan data sebagai berikut:

1. Nama bangunan : Gedung DPRD Kota Medan

2. Lokasi : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No. 17 Medan

3. Luas lahan : 5.400 m2

4. Jumlah tingkat : 1 lantai basement dan 7 tingkat lantai

5. KDB – GSB : 60% - 12 meter

6. Tahun berdiri : 2014

7. Konstruksi bangunan utama:

a. Pondasi pile cap, tie beam

b. Kolom struktur beton bertulang

c. Balok precast dan tangga precast

d. Plat lantai steel deck dan wire mesh

e. Atap plat steel deck & atap rangka baja

8. Arsitektural bangunan utama

a. Plafond akustik panel

b. Dinding beton ringan,

c. Fasade bangunan lapis aluminium composite panel

d. Fasade kaca, dengan kusen rangka aluminium

9. Site development : Paving block


2.1.2 Gambaran umum proyek

Bangunan gedung DPRD Kota Medan merupakan bangunan pemerintah


yang terletak dipusat Kota Medan, dengan gambaran umum sebagai berikut:

Letak lahan Lokasi dan tata letak lahan berada pada site existing bangunan
DPRD Kota Medan lama dengan batas lahan, yaitu :

a. Sebelah utara : Bangunan gedung kantor Walikota Medan


b. Sebelah selatan : Bangunan DPRD Provinsi Sumatera Utara
c. Sebelah timur : Sungai Deli
d. Sebelah barat : Palladium Mall dan Arya Duta Hotel

2.1.3 Perancangan gedung DPRD Kota Medan

Merupakan gambar hasil rancangan (As Built Drawing) fasade


bangunan gedung DPRD Kota Medan yang telah dibangun berdasarkan
observasi yang dilakukan ke lokasi objek penelitian.

1. Front View Plan


Tampak depan menghadap utara dan ketinggian bangunan adalah
33,50 meter. Fasade bangunan terdiri dari dinding bangunan dan
bukaan jendela sebagai sirkulasi dan pencahayaan pada bangunan,
dan pintu juga sebagai akses masuk kedalam bangun utama.

2. Back View Plan


Tampak belakang menghadap selatan dan ketinggian bangunan
adalah 33,50 meter. Fasade bangunan terdiri dari dinding bangunan
dan bukaan jendela sebagai sirkulasi dan pencahayaan pada
bangunan, dan juga adanya massa bangunan yang berfungsi sebagai
ruang paripurna dengan penggunaan atap bangunan yang berbeda
dari bangunan utama.
3. Right Side View Plan
Tampak samping kanan menghadap timur dan ketinggian bangunan
adalah 33,50 meter dengan tinggi masing masing lantai sebesar 4
meter. Fasade bangunan terdiri dari dinding bangunan dan bukaan
jendela sebagai sirkulasi dan pencahayaan pada bangunan dan pintu
sebagai akses masuk kedalam

4. Left Side View


Tampak samping kiri menghadap barat dan ketinggian bangunan
adalah 33,50 meter dengan tinggi masing masing lantai sebesar 4
meter. Fasade bangunan terdiri dari dinding bangunan dan bukaan
jendela sebagai sirkulasi dan pencahayaan pada bangunan dan pintu
sebagai akses keluar dari dalam bangunan.
2.2 Konsep Gedung DPRD Kota Medan

2.2.1 Konsep perancangan gedung DPRD Kota Medan

Dalam pelaksanaan pembangunannya sangat memperhatikan kriteria


hasil yang telah ditentukan dan berkaitan dengan teknologi, menajemen,
pengelolaan dan pemanfaatan dibidang perekayasaan desain dan pelaksanaan
konstruksi fisik.

Keluaran (output) pekerjaan merupakan suatu gambaran rancangan


skematik berikut gagasan rancangan yang memperlihatkan:

1. Perancangan arsitektur Kegiatan perencanaan secara komprehensif


dan terpadu akan dipertimbangkan terhadap beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek penentuan kebutuhan fungsional bangunan, penentuan


program atau pola ruangan agar sesuai dengan fungsi bangunan.

b. Aspek keindahan (estetika) dan pengkondisian fisik bangunan


yang yang mengekpresikan sebuah fungsi perkantoran.
Keserasian bentuk dan penampilan bangunan dapat
mencerminkan era pembangunan masa kini dalam kontekstual
arsitektur.

c. Aspek teknik pelaksanaan dengan memperhatikan waktu


pelaksanaan, tahapan pelaksanaan dan efisiensi
pengkonstruksian, pertimbangan terhadap kecepatan
membangun agar secara totalitas bangunan dapat selesai tepat
waktu, pertimbangan terhadap efisiensi pelaksanaan agar selama
pelaksanaan pembangunan berlangsung melalui upaya pemilihan
bahan metal cladding, perlengkapan bantu, tenaga kerja
konstruksi dan dukungan peralatan penunjang saat pelaksanaan.

d. Aspek pemeliharaan yang mudah dan efisien, tingkat


kemudahan pemeliharaan bangunan.
2. Terhadap perancangan struktur

Perancangan struktur mengacu dan memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:

a. Pencapaian dalam sistem struktur yang ekonomis dalam


hubungannya dengan perencanaan arsitektur, dan disiplin-disiplin lain
yang terkait.

b. Mengikuti peraturan perencanaan yang ditetapkan.

c. Penyusunan kriteria perencanaan struktur, proses analisa struktur,


check list kelengkapan analisa dan perhitungan struktur, keseragaman
penggunaan software struktur sampai standarisasi dalam
penggambaran dan pembuatan spesifikasi struktur.

3. Fasade bangunan

Fasade pada gedung direncanakan baik dari segi fungsi khusus bangunan segi
fungsi khusus bangunan segi teknis lainnya, yaitu:

a. Bangunan gedung fungsional efisien menarik tetapi tidak berlebihan.

b. Kreatifitas desain tidak ditekankan pada kelatahan gaya dan


kemewahan material tetapi pada kemampuan dalam mengadakan
pembangunan dan perawatannya.

c. Desain hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga bangunan dapat


dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan
secepatnya.

2.3 Data Konsumsi Energi

2.3.1 Data konsumsi pada peralatan elektronik

Berdasarkan data yang didapat tentang bangunan gedung DPRD Kota


Medan, pada bangunan tersebut menggunakan sistem pencahayaan buatan
masing-masing ruangan menggunakan lampu jenis TL dan PLC, dengan lampu
yang digunakan adalah merk Phillips dan Artolite.
Banyaknya unit lampu digunakan berdasarkan kebutuhan pencahayaan
dalam ruang dan besaran energi yang berbeda-beda pada setiap penggunaan,
dengan penggunaan jenis lampu tersebut maka besaran konsumsi yang
terpakai dapat dihitung berdasarkan lamanya pemakaian lampu pada masing-
masing ruangan dan kebutuhan energi yang diperlukan untuk
menghidupkannya.

Dengan kebutuhan daya yang digunakan, tentu jika kita melihat akan
ketersediaan kebutuhan listrik pada bangunan tersebut, juga kita dapat
melihat penggunaan alat elektronik yang dipakai pada masing-masing
ruangan, dimana penggunaan alat elektronik pengguna dan instalasi listrik
lainnya dengan konsumsi energi yang dibutuhkannya.

2.3.2 Data pemakai energi listrik Air Conditioning (AC) dan elevator
berdasarkan pola konsumsi pemakaiannya

Berdasarkan hasil yang didapat dari bangunan gedung DPRD Kota


Medan, pada sistem pengkondisian udara (AC) yang digunakan merupakan AC
jenis outdoor VRV (Variable Refrigerant Volume), ceiling dan wall split,
dengan kebutuhan daya energi listrik yang berbeda-beda pada masing-masing
ruangan, dimana AC yang digunakan dengan merk McQuay untuk setiap unit
yang digunakan didalam bangunan. sedangkan untuk sistem sarana
transportasi vertikal dalam ruangan menggunakan merk Hyundai dengan
kapasitas 20 orang/1350 kg sebanyak 3 (tiga) unit dengan besaran kebutuhan
energi listrik masing-masing sebesar 55,5 kWh berdasarkan kebutuhan yang
diperlukan untuk pemakaian alat tersebut.

2.4 Pendekatan Energi pada Gedung DPRD Kota Medan

2.4.1 Pencahayaan pada bangunan

Pada pencahayaan yang terdapat pada bangunan gedung DPRD Kota Medan
dilakukan diagnosis pendekatan energi pada sistem, antara lain:

1. Sistem pencahayaan alami dan buatan pada bangunan Pada bangunan


gedung DPRD Kota Medan, penggunaan pencahayaan alami sangat berperan
besar dalam pemenuhan kebutuhan akan pencahayaan dalam ruangan
sebagai pemanfaatan sumber energi alami secara maksimal dengan:

a. Pemakaian kaca reflektif tebal 5 mm pada bukaan jendela dan


beberapa bagian pintu kaca tebal 12 mm dan 10 mm dengan
transparansi kurang dari 20% pada setiap ruang kerja disetiap sisi
tampak bangunan sangat berpengaruh terhadap efek pencahayaan yang
masuk ke dalam bangunan yang dapat menguntungkan untuk
penerangan alami.

b. Lebar dinding bukaan penerangan kaca yang menjadi sumber


penerangan alami dan terlalu panjang untuk arah vertikal terhadap
bangunan dan untuk arah horizontal juga terlalu lebar terhadap
bangunan, terlalu panjangnya dinding kaca arah vertikal mengakibatkan
tidak sebandingnya dengan jarak jangkauan cahaya dengan lebar
ruangan sehingga cahaya yang masuk terlalu besar untuk bidang kerja
hanya jarak-jarak tertentu saja sehingga mempunyai permasalahan
terhadap penerangan alami yang berlebih dan mengakibatkan panas
yang berlebih pula.

c. Kelebaran sistem pencahayaan alami melalui sinar matahari yang


tidak menghalaui efek cahaya yang masuk ke dalam ruangan menjadi
berlebih, sehingga membuat ruangan tidak nyaman pada waktu tertentu
sehingga pengguna harus mengunakan penghalau sinar matahari untuk
mengurangi sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan.

2.4.2 Penghawaan pada Gedung DPRD Kota Medan

1. Ventilasi alami

Penggunaan bukaan jendela dan pintu pada bangunan gedung DPRD


Kota Medan dilengkapi jendela yang bisa dibuka apabila penghuni ruangan
ingin menggunakan sistem penghawaan alamiah, selain itu pula untuk
mengatasi apabila terjadi kerusakan sistem tata udara mekanis, penggunaan
sistem tata udara secara alamiah jarang sekali digunakan karena kurang
nyaman, udara yang masuk dari luar bangunan bukan udara dingin tetapi
udara panas dan kotor yang merupakan udara perkotaan. Sehingga pada
kesehariannya fungsi bukaan jendela hanya dijadikan sebagai bagian
bangunan yang tertutup dan berfungsi sebagai pembatas bangunan terhadap
lingkungan luar bangunan, dan menggunakan sistem ventilasi buatan sebagai
penciptaan kondisi ruangan yang aman dan nyaman.

2. Ventilasi buatan

Berdasarkan analisa yang dilakukan pada gedung DPRD Kota Medan


pemakaian sistem penghawaan buatam dalam ruangan dengan sistem
mekanis air conditioning (AC). Iklim Kota Medan yang siang hari yang
mencapai 34oC dan bahkan lebih telah tidak mendukung faktor kenyamanan
para penghuni di dalam kantor tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti hampir seluruh pengguna kantor berkeberatan untuk sistem tata
udara secara alamiah karena kurang nyaman, gelisah karena selalu ingin
keluar ruangan dan berkeringat. Dari hasil penelitian hampir seluruh
pengguna menggunakan sistem udara secara mekanis air conditioning (AC)
kecuali pada area servis seperti toilet umum dan fasilitas lainnya.

2.5 Konsep Fasade Hemat Energi

Rancangan bentukan fasade bagunan gedung Penerapan konsep


arsitektur hemat energi pada desain bangunan dengan kaedah rancangan
pasif untuk mengurangi pemakaian energi pada operasional bangunan
diterapkan pada beberapa aspek rancangan, yaitu:

1. Orientasi bangunan
Sisi pendek bangunan dihadapkan pada arah utara-selatan untuk
meminimalkan perolehan radiasi panas yang masuk kedalam
bangunan, sehingga beban pengkondisian udara dapat berkurang
dan pemakaian energi dapat ditekan. Pemanfaatan orientasi
bangunan terhadap bentukan fasade pada masing-masing area
memberikan dampak pada pengkondisian udara akibat radiasi panas
matahari sehingga orientasi bangunan dapat dimaksimalkan secara
baik terhadap kondisi dan lingkungan sekitar bangunan.
2. Gubahan massa bangunan
Selain respon terhadap tapak dan lingkungan sekitar serta
pengoptimalan fungsi dan lahan, pemilihan gubahan massa
bangunan berbentuk memanjang dengan bentuk yang pipih dan
melingkar juga pada sisi timur-barat agar panas yang terdistribusi
keluar bangunan dengan adanya pergerakan udara pada koridor,
semakin keatas pergerakan angin semakin besar. masuk kedalam
bangunan dapat meminimalisir serta dapat secepatnya.
3. Fasade bangunan
Terhadap kaitannya dengan rancangan yang tanggap iklim setempat
dan hemat energi maka fasade bangunan yang menghadap utara-
selatan desain berbeda dengan fasade yang menghadap timur-barat
terutama dari rasio bukaannya yang lebih kecil/sedikit untuk
meminimalkan radiasi panas yang diterima bangunan. Untuk
mengurangi panas matahari maka pada bukaan fasade utara dan
selatan menggunakan teritisan (shading) dan kaca ganda atau double
glazing terhadap sinar matahari, dikarenakan matahari cenderung
berada di bagian utara dan selatan sisi hadap bangunan.

Sedangkan pada fasade timur-barat yang terkena paparan sinar


matahari sepanjang hari menggunakan kombinasi sirip vertikal dan
horizontal, karena matahari cenderung bergerak menyinari sisi
bangunan tersebut sepanjang hari. Sedangkan pada bentukan fasade
yang sesuai dengan karakteristik bangunan hemat energi yang ingin
dicapai pada penerapan warna dingin pada fasade bangunan yaitu
seperti warna putih sebagai wana netral dan warna biru sebagai
warna sejuk untuk aksen di bagian fasade bangunan yang
mencerminkan bangunan sejuk terhadap lingkungan sekitar dan
warna yang dapat memantulkan radiasi panas matahari.

2.5.1 Konsep Elemen Fasade

Sebagai bagian tampak sebuah bangunan rasanya tidak ada komposisi


yang demikian menarik dalam menciptakan tampak bangunan menjadi
penanda, pembeda antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, sebagai
identitas dan karakteristik dari penggunanya atau pun bagi sebuah kawasan,
bentukan fasade sebagai komposisi yang mempertimbangkan kepada efisiensi
dan pemanfaatan energi tentunya menjadi suatu hal yang menjadi menarik
untuk dibahas, terlebih berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap
bangunan gedung DPRD Kota Medan, perlu dilakukan beberapa perbaikan
dalam suatu komposisi fasade pada bukaan (jendela dan pintu), dinding, atap
dan teritisan (shading).

1. Bukaan (jendela dan pintu)


Jendela dan pintu merupakan bagian dari bentuk ventilasi alami di
iklim tropis lembab pada gedung DPRD Kota Medan, dimana ventilasi
alami ini sangat bergantung pada kualitas udara lingkungan sekitar
gedung sehingga udara lingkungan yang sejuk dan sehat menjadi
modal utama keberhasilan ventilasi alami tersebut. Perletakan
jendela memperhatikan garis sederhana edar matahari, sisi utara
dan selatan adalah tempat potensial untuk perletakan jendela
(bukaan), guna mendapatkan cahaya alami.
2. Dinding
Penambahan dinding luar sebagai selubung ganda eksterior dengan
pemakaian partisi tambahan pada dinding bagian luar dan
penambahan spasi ruang anatara dinding eksisting dengan dinding
selubung ganda dengan tujuan menciptakan ruang pemisah dinding
luar yang merupakan usaha membuat dinding pada bagian luar
dengan selubung dinding ganda yang tidak bersentuhan langsung.
3. Atap
Taman atap, taman di atas atap (roof garden) merupakan salah satu
alternatif penghijauan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
lingkungan di kota besar, hal ini dapat mengurangi panas yang
merambat di dinding bangunan, dan mengurangi penggunaan
pendingin ruangan melalui atap bangunan. Selain penerapan taman
hijau pada atap, juga direncakanan menggunakan panel surya, energi
matahari yang melimpah dimanfaatkan untuk menciptakan
kemandirian energi di rumah. Salah satunya, dengan aspek desain
yang dapat menempatkan solar panel di sisi rumah yang menghadap
barat, yang mendapatkan terpaan sinar matahari paling tinggi dan
lama. Panel surya yang terintegrasi pada atap dikombinasikan jenis
transparansi panel, warna dan bentuk berdasar sel. Kemirigan panel
surya ditentukan dari posisi geografis letak bangunan gedung DPRD
Kota Medan, dengan pemasangan Independent Photovoltaics rooftop
array system yang mempunyai karekteristik, dengan sistem
konvesional pada atap, sistem panel surya bebas pada kulit
bangunan, efisiensi yang dapat digunakan pada bangunan yang
sedang direnovasi dan pemanfaatan surya pasif yang dapat
mengurangi beban panas dalam bangunan.
4. Teritisan (shading) Dengan fungsi menghalangi atau memantulkan
sinar matahari langsung dan panas yang dihasilkan, sistem
penghalang matahari dapat mengoptimalkan sumber daya ini
sebagai sistem pencahayaan alami yang terkontrol secara otomatis.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Dengan mengubah bentukan fasade dan material fasade diharapkan


dapat mengurangi pengaruh besarnya sinar matahari dan pengaruh iklim
terhadap kondisi ruangan didalam bangunan.

2. Pengaruh fasade terhadap kondisi dalam ruangan tentunya menjadi


hal penting terhadap kenyamanan dan fungsi bangunan, maka untuk itulah
perubahan bentuk fasade ditujukan untuk menjadikan salah satu sumber
energi alternatif lain sebagai usaha megurangi konsumsi energi pada
bangunan gedung DPRD Kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA

As Built Drawing. 2014. Gambar Gedung DPRD Kota Medan. Medan.

Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi;


Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen
Pertambangan dan Energi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi.

Hidayat, S., (-). Perancangan Arsitektur Berdasarkan Iklim. Arsitektur Tropis.

Krier, Rob., 2001, Komposisi Arsitektur, Penerbit Erlangga.

Peraturan Menteri ESDM No.031/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan


Penghematan Energi.

Ragam Aplikasi Fasad Dan Secondary Skin. April, 2007 - iDEA Magazine

Salpanio, R. 2000. Audit Energi Listrik Pada Gedung Kampus Undip Pleburan,
Semarang. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai