Anda di halaman 1dari 9

ARSITEKTUR MODERN DAN POSTMODERN DI INDONESIA

NAMA : ALWISIUS RICKYARD LEIN

NIM : 1934190009

FAKULTAS : TEKNIK ARSITEKTUR

DOSEN : ST. TRIKARIASTOTO, Ir., MT

TUGAS : SEJARAH ARSITEKTUR


BANGUNAN GEDUNG BI KARYA SILABAN

P ada dasarnya gedung BI menempati gedung peninggalan De Javasche Bank yang selesai dibangun secara
lengkap pada 1935. Sekarang, gedung BI Kota tersebut telah disulap menjadi Museum BI,menurut informasi
dan referensi dari berbagai sumber gedung lama itu dikenal dengan sebutan BI Kota, karena lokasinya berada
di Kawasan Kota Tua Jakarta.Sekarang gedung Bank Indonesia telah pindah di Jalan Mohammad Husni
Thamrin No. 2 RT. 02 RW. 03 Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta.
karena presiden soekarno bepikiran bahwa untuk membangun gedung baru yang lebih luas dan megah
awalnya dilandasi akan kecukupan ruang yang digunakan untuk aktivitas perkantoran BI yang kian bertambah
tahun kian bertambah pekerjaannya. Bangunan yang ada di Jakarta Kota dirasa sudah tidak memadai lagi
untuk menjadi kantor BI Pusat. Oleh karena itu, Presiden Soekarno merasa perlu untuk membangun gedung
baru yang terletak di kawasan pusat pemerintahan Republik Indonesia. Pembangunan gedungnya dimulai pada
tahun 1958 dan selesai pada tahun 1962,dan bertepatan di daerah tahmrin. Selama lima tahun tersebut
berhasil dibangun gedung dengan sembilan lantai, dan memiliki luas bangunan 18.000 m².Pada saat itulah
presiden soekarno mempercayakan Frederich Silaban untuk desain gedung baru BI. arsitek by the grace of God
merupakan julukan yang diberikan soekarno kepada silaban karena sering kali menemukan bangunan yang
miring tanpa menggunakan alat bantu modern. Frederich Silaban lahir di Bonandolok, Sumatera Utara pada 16
Desember 1912, Silaban konsisten menerapkan prinsip-prinsip aristektur dan gaya modern yang menekankan
pada efisiensi, rasionalitas, dan kesederhanaan. Setelah menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S.
Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan
Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950,dan kemudian melanjutkan karirnya di Kota
praja Batavia, Opster Zeni AD Belanda, Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937) dan sebagai Kepala
DPU Kotapraja Bogor. Pada 21 Maret 1963 gedung baru selesai pengerjaannya dan dilakukan persiapan untuk
menunjang aktivitas yang ada di dalamnya hingga siap untuk dioperasikan namun peresmiannya baru
dilaksanakan pada 5 Juli 1963 bertepatan dengan Hari Bank dan orang pertama yang memimpin gedung baru
tersebut ialah Mr. Soemarno yang posisinya pada 1962 dijadikan setingkat menteri dengan nama Menteri
Urusan Bank Sentral. Sejak saat itu BI memiliki dua kantor utama, yaitu Kantor BI Kota dan Kantor BI
Thamrin,pada 15 Desember 2006 gedung yang pertama yang berada di Jakarta kota difungsikan sebagai
Museum BI sedangkan gedung BI yang berada di daerah thamrin dikembangkan menjadi Kompleks
Perkantoran BI Pusat yang terpadu. Seiring dengan perkembangan di dalam Kompleks Perkantoran BI di
daerah Thamrin, gedung karya Frederich Silaban ini tetap dipertahankan eksistensinya meski di belakangnya
telah didirikan bangunan pencakar langit yang juga dijadikan kantor BI.stelah sekian lama,gedung ini kemudian
diganti menjadi Menara Sjafruddin Prawiranegara (dahulu gedung B) yang bertepatan didaerah Jakarta kota
dan Menara Radius Prawiro (dahulu gedung A)yang dulunya di daerah thamrin. Pada 1978, Gubernur Bank
Indonesia Rachmat Saleh mulai mengambil prakarsa untuk merancang Rencana Induk Kompleks Perkantoran
Bank Indonesia (RIKOPERBI) yang terletak di sekitar Bank Indonesia Thamrin. Rencana Induk itu saat ini telah
dapat kita saksikan telah mewujud menjadi Komplek Perkantoran Bank Indonesia yang menempati area lahan
yang dibatasi oleh jalan Thamrin, jalan Kebon Sirih, jalan Tanah Abang dan jalan Budi Kemuliaan. Mengenal
lebih dalam dari Menara sjafrudin prawiranegara atau dulu disebut sebagai Gedung A dan Menara radius
prawiro sebagai Gedung B.nama dari Menara sjafrudin prawiranegara dan Menara radius prawiro diambil dari
took took pahlawan yang ada di inonesia. Menara Sjafruddin Prawiranegara atau dahulu Gedung B
menggunakan nama mantan Gubernur Bank Indonesia pertama yang menjabat sebagai Presiden Bank
Indonesia (De Javasche Bank) periode 1952-1953 dan Gubernur Bank Indonesia tahun 1953-1958 dia
merupakan salah satu orang yang merintis pembentukan Bank Indonesia pada tahun 1953 yang merupakan
hasil nasionalisasi dari De Javasche Bank.Sedangkan menara Radius Prawiro atau dahulu Gedung A diambil dari
nama gubernur yang memimpin bank sentral pada masa rehabilitasi perekonomian yaitu 1966-1973. Salah
satu prestasi beliau yang menonjol pada saat memimpin Bank Indonesia adalah keberhasilan untuk
menurunkan inflasi yang mencapai 600 persen pada sekitar tahun 1965 menjadi di bawah 50 persen.
GEDUNG BI KOTA YANG DIJADIKAN MUSEUM

Mosium bi merupakan bangunan yang dulu dirancang oleh arsitektur De Javasche Bank,dan Gedung
yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.Pada tahun 1993 Pemerintah telah menetapkan bangunan tersebut
sebagai bangunan cagar budaya sesuai SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan alasan Guna menunjang
pengembangan kawasan Kota Tua sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta.tujuan dengan berdirinya bank
Indonesia atau dekenal dengan Gedung BI ialah sebagai Sarana Komunikasi Kebijakan BI, Tempat
Mengumpulkan, Menyimpan, dan Merawat Benda Numismatik Ataupun Dokumen Bersejarah BI dan Sarana
Rekreasi Literasi Yang Menghibur/Edutainment (Education-Entertainment).Dengan adanya tujuan berdirinya
mosium BI ini dapat mensosialisakan berbagai kebijakan yang dikeluarkan BI sehingga masyarakat dapat lebih
mudah mengetahui dan memahami kebijakan BI terkini serta beragam bentuk benda numismatik ataupun
dokumen yang bernilai sejarah dalam perjalanan bank sentral Indonesia akan dikelola dan disajikan secara
lengkap dan runtut, sehingga mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.

Dari segi arsitektur, bangunan Museum Bank Indonesia termasuk dalam Arsitektur Neo-
klasik.Gaya aritektur yang gunakan dalam bangunan ini menggunakan gaya Yunani, Romawi,
Renaissance, dan de Stijl.Singga dapat disimpulkn bahwa gaya yang digunaka ialah neo-klasik karena
arti lain dari neo-klasik cenderung mengalami pengulangan dan kemiripan pada gaya arsitektur
Eropa sebelumnya. rancangan Ed. Cuypers ini merupakan bangunan dua lantai yang terdiri atas
empat bangunan yang saling menyatu sehingga membentuk denah segi empat. Fasad bangunan
museum penuh dengan ornamen-ornamen lokal, terutama Jawa, seperti motif sulur-suluran serta
pilar-pilar yang terpahat pada dinding percandian di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Deretan jendela
tinggi, pilar-pilar, serta rooster memenuhi dinding luar bangunan sehingga bangunan ini tampak raya
akan ragam hias. Pada atap bangunan terdapat lucarne, yang selain berfungsi sebagai pencahayaan
sekaligus sebagai aspek estetika. Pintu masuk utama bangunan ini terdapat di sisi selatan, dimana
terdapat beberapa anak tangga menuju ruangan lobby museum sehingga museum ini merupakan
tempat bersejarah yang baik untuk dikunjungi bagi para pencinta sejarah jadi tidak heran tempat ini
ramai dikunjungi oleh masyarakat.
DENAH MUSEUM BI

TAMPAK DARI MUSEUM BI


GEDUNG BI THAMRIN YANG

Terkait dengan perancangan gedung Bank Indonesia yang terletak di dekat air mancur jalan
Thamrin, Silaban mengisahkan bahwa Presiden Soekarno, yang juga seorang insinyur tehnik,
menghendaki agar bangunan itu tidak menggunakan atap, cukup ditutup dengan menggunakan
beton yang datar saja. Menanggapi usulan presiden itu, Silaban menolak dengan keras, bahkan
sempat ngambek ketika presiden memaksakan usulannya itu agar diterima oleh Silaban. Akhirnya
Silaban mengatakan kepada presiden, kalau presiden tetap memaksakan idenya terkait dengan atap
bangunan itu, maka sebaiknya Silaban mengundurkan diri dari pekerjaan perencanaan gedung bank
sentral itu.

Akhirnya Presiden Soekarno mengalah kepada Silaban dan membiarkannya untuk berkreasi
secara bebas dalam merancang gedung bank sentral yang baru. Silaban mengatakan bahwa
keputusannya untuk menggunakan atap itu berdasarkan prinsipnya dalam membangun suatu
gedung yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Silaban menggunakan bentuk atap pada gedung
Bank Indonesia Thamrin yang sesuai dengan gedung kantor Departemen Pertambangan yang pada
saat itu persis berhadapan dengan gedung Bank Indonesia Thamrin (Mutiara, 1984).

Akhirnya pada awal 1963 gedung bank sentral yang baru itu telah berdiri dengan indahnya,
bangunannya tidak terlalu tinggi, cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia, dan serasi dengan
lingkungan sekitarnya. Gedung Bank Indonesia Thamrin digunakan sejak 21 Maret 1963 meski
peresmiannya baru dilaksanakan pada 5 Juli 1963 bertepatan dengan Hari Bank (Noek Hartono,
1976). Pada saat itu Bank Indonesia dipimpin oleh Mr Soemarno yang posisinya pada 1962 dijadikan
setingkat menteri dengan nama Menteri Urusan Bank Sentral (MUBS).

Sejak saat itu Bank Indonesia memiliki dua kantor utama, yaitu Kantor Bank Indonesia Kota dan
Kantor Bank Indonesia Thamrin. Keduanya mempunyai makna hitoris yang penting bagi
Indonesia.Gedung yang pertama adalah gedung warisan kolonial hasil arsitek berkebangsaan
Belanda yang menjadi penanda panjangnya perjalanan bank sirkulasi dan bank sentral di Indonesia.
Gedung kedua adalah gedung karya anak bangsa yang menjadi saksi sejarah metamorforsa bank
sentral di tengah pergolakan kekuasaan yang silih berganti, dari masa akhir Orde Lama, Orde Baru,
Reformasi, hingga saat ini.Pada 1978, Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh mulai mengambil
prakarsa untuk merancang Rencana Induk Kompleks Perkantoran Bank Indonesia (RIKOPERBI) yang
terletak di sekitar Bank Indonesia Thamrin. Rencana Induk itu saat ini telah dapat kita saksikan telah
mewujud menjadi Komplek Perkantoran Bank Indonesia yang menempati area lahan yang dibatasi
oleh jalan Thamrin, jalan Kebon Sirih, jalan Tanah Abang dan jalan Budi Kemuliaan.
SITE PLAN

Gedung A (Menara Radius Prawiro) dan Gedung B (Menara Sjafruddin Prawiranegara) adalah dua
tower utama kompleks Bank Indonesia.Gedung A adalah gedung yang dihuni direktorat-direktorat
sektor perbankan, sementara gedung B dihuni direktorat-direktorat sektor moneter.
Bank Indonesia (BI) didirikan pada 1 Juli 1953 sebagai bank sentral, yang merupakan lembaga
vital dalam kehidupan perekonomian nasional, karena kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI
akan memiliki dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Dalam perkembangannya, masih
banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang pernah
diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap BI dikarenakan tidak
cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat diakses dan dipahami
dengan mudah oleh masyarakat. Dilandasi oleh keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan
pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari
waktu ke waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI lalu memutuskan untuk membangun Museum
Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan. Pelestarian gedung BI
Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah
mencanangkan daerah Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Diharapkan
pembangunan museum tersebut dapat menjadi pelopor dari pemugaran/ revitalisasi gedung-gedung
bersejarah di daerah Kota. Hal inilah yang antara lain menjadi pertimbangan munculnya gagasan
dibangunnya Museum Bank Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat
mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda yang
berkaitan dengan perjalanan panjang BI. Selain itu, gagasan untuk mewujudkan Museum Bank
Indonesia juga diilhami oleh adanya beberapa museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah
lembaga yang menyertai keberadaan bank sentral itu sendiri.

Tujuan lain berdirinya museum bank Indonesia adalah guna menunjang pengembangan
kawasan kota lama sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, maka gedung BI Kota yang telah ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah, dimanfaatkan menjadi Museum Bank Indonesia.
Keberadaan museum ini diharapkan dapat seiring dan sejalan dalam mendorong perkembangan
sektor pariwisata bersama museum-museum lain yang saat ini sudah ada di sekitarnya, seperti
Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Keramik, dan Museum Bahari di daerah Pasar Ikan.
Museum ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pendidikan dan penelitian bagi masyarakat
Indonesia maupun internasional tentang fungsi dan tugas BI, di samping merupakan wahana
rekreasi. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi
media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan
kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta
dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa
kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga
secara menarik.
DAFTAR PUSTAKA

 http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/gedung-bank-indonesia-thamrin---benda-
cagar-budaya-?lang=id
 https://travel.kompas.com/read/2017/11/20/160400327/mengenal-lebih-jauh-arsitek-
kebanggaan-indonesia-friedrich-silaban?page=all
 https://travel.kompas.com/read/2017/11/20/160400327/mengenal-lebih-jauh-arsitek-
kebanggaan-indonesia-friedrich-silaban?page=all
REFERENSI

Pada awalnya, gedung BI menempati gedung peninggalan De Javasche Bank yang selesai dibangun
secara lengkap pada 1935. Gedung lama itu dikenal dengan sebutan BI Kota, karena lokasinya
berada di Kawasan Kota Tua Jakarta. Sekarang, gedung BI Kota tersebut telah disulap menjadi
Museum BI. Gedung Bank Indonesia (BI) terletak di Jalan Mohammad Husni Thamrin No. 2 RT. 02
RW. 03 Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi
gedung ini berada di sebelah selatan Gedung PT Indosat Persero Tbk, atau di depan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pemikiran untuk membangun gedung baru yang lebih luas
dan megah, awalnya dilandasi akan kecukupan ruang yang digunakan untuk aktivitas perkantoran BI
yang kian bertambah tahun kian bertambah pekerjaannya. Bangunan yang ada di Jakarta Kota dirasa
sudah tidak memadai lagi untuk menjadi kantor BI Pusat. Oleh karena itu, Presiden Soekarno merasa
perlu untuk membangun gedung baru yang terletak di kawasan pusat pemerintahan Republik
Indonesia.Lalu, dipilihlah lokasinya di daerah Thamrin. Pembangunan gedungnya dimulai pada tahun
1958 dan selesai pada tahun 1962. Selama empat tahun tersebut, berhasil dibangun gedung dengan
sembilan lantai, dan memiliki luas bangunan 18.000 m². Seluruh sisi gedung dipasang roster beton
yang berfungsi sebagai penahan masuknya sinar matahari secara sporadis. Sedangkan, setiap sisi
dari gedung tersebut dilapisi oleh batu alam berwarna krem.

Anda mungkin juga menyukai