Nabila Salmadhiya
17320015
Dosen pengampu:
MARET, 2023
VILLA ISOLA
Signifikansi budaya terdiri dari aspek fungsional (historis, signifikansi sosial) dan aspek
bentuk (arsitektur, kelangkaan, signifikansi simbolis). Secara historis, fungsi asli bangunan
ini adalah sebagai kediaman Berrety sendiri dan dinamakan Villa Berrety, kemudian sebagai
bagian dari Savoy Homann Hotel (bernama Villa Isola) pada tahun 1936 hingga1942. Pada
tahun 1942 diduduki oleh tentara Jepang, dan pada tahun 1947 sebagai kantor tentara
kemerdekaan Indonesia dan dirusak oleh tembakan pertempuran. Pada tahun 1954
difungsikan sebagai kampus Universitas Pendidikan Guru. Ruang interior dan lantai atap
diubah dan disesuaikan dengan ruang kuliah. Pada tahun 1955 gedung ini diberi nama
'BumiSiliwangi', dan pada tahun 1996 ditempati sebagai kantor rektorat.
Gedung ini lebih cocok sebagai villa atau tempat tinggal yang bisa melihat pemandangan
alam sekitar,dibanding digunakan sebagai gedung perguruan tinggi atau perkantoran dimana
pemandangan alam tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Bangunan ini sering digunakan
sebagai objek/ latar belakang pengambilan gambar/pengambilan film/ gambar. Lanskap di
sekitar bangunan digunakan dengan baik oleh para siswa untuk beristirahat, berdiskusi,
kegiatan di luar rumah.
Lengkungan polos sederhana dari pada fasad bangunan adalah simbol gaya Eropa modern,
tidak seperti bentuk bangunan Indonesia dan Belanda yang umum di masa itu Bentuk
bangunan yang melengkung adalah simbol adaptasi terhadap situs yang dibatasi oleh jalan
yang diputar, dan bangunan bentuk yang terintegrasi dengan sumbu Utara-Selatan merupakan
simbol adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Signifikansi elemen arsitektural dapat dilihat dari pola simetris pada
elemen masif-transparan dan lengkungan-lengkungan horizontal
yang terbuat dari bahan halus, berorientasi ke arah Utara-Selatan
(Utara ke gunung Tangkuban Perahu, dan Selatan ke kota Bandung),
dan bentuk daun di atap pintu masuk utama. Unsur-unsur tersebut
memiliki nilai arsitektur dan nilai simbolik yang tinggi (adaptasi terhadap alam dan budaya
lokal). Bangunan ini pada awalnya memiliki atap datar 4 lantai (sekarang 5 lantai), tetapi sulit
untuk membedakan antara bagian asli dan baru.
Dari sisi interior, susunan layout (tiga pola seperti Arsitektur Sunda dengan pusat sebagai
poros arah Utara-Selatan), pola melengkung (dalam massa dan ruangan) dan jendela lebar di
sekitar semua ruangan (untuk menikmati pemandangan) dianggap sebagai cara menghormati
budaya Sunda dan beradaptasi dengan alam setempat). Gaya Eropa Modern juga sangat
tercermin pada ornamen yang menghiasi setiap sudut ruang seperti pada atap pintu masuk
utama yang berbentuk daun, pilar atap, tangga-kolom melingkar di aula lobi.
HOTEL SAVOY HOMAN
Hotel Savoy Homann adalah sebuah bangunan bersejarah di kota Bandung yang masih
berfungsi hingga sekarang. Hotel Savoy Homann dibangun pada bulan Februari 1937, dan
diselesaikan pada tahun 1939, nama depan Hotel ini adalah Hotel Homann, dan kemudian
berganti nama menjadi Hotel Savoy Homann. Mengutip dari pernyataan (M.A.Salmun,
1950), bangunan ini mulanya terlihat seperti rumah panggung yang terbuat dari bambu,
setelah itu dirombak menjadi bangunan papan setengah berdinding, maka sejak tahun 1980,
sudah berkembang dan memiliki tembok yang lengkap dan permanen dan juga dengan gaya
Arsitektur Kolonial yang berkembang menjadi gaya Art Deco. Interiornya bangunan Hotel
Savoy Homann juga memiliki Gaya arsitektur Art Deco terlihat dari penggunaan
pengulangan pola horizontal dan vertikal atau geometris. Ciri Arsitektur bangunan ini adalah
89 Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017