bangunan lama.
Peruba
han
Bentuk:
• eksisting bangunan yang merupakan bangunan
kedai kopi yang terbuat dari papan kayu.
• pembangunan sayap kanan oleh A. F. Aalbers bergaya international style sehingga membuat
icon tersendiri bagi gedung merdeka yang merupakan bentuk melengkung pada sisi jalan Braga
Pendek dan Jl.Asia Afrika dan ditambahkan fungsi rekreasi. Setelah merdeka gedung ini
diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Dan fungsi
dari gedung ini yang paling terkenal adalah untuk
Konferensi Asia Afrika.
BANK BJB
Gedung Bank Jabar di Jalan Braga berada pada kavling sudut. Lokasi site ini direspon dengan
massa bangunan yang menjorok menjauhi sudut untuk memberi ruang lebih dan pertemuan
antara garis-garis horizontal yang dilengkungkan secara halus bertujuan untuk melunakkan
sudut. Main entrance pada bangunan ini biasanya terletak pada sudut terluar bangunan,
sehingga simetrikal bangunan terbagi oleh penyelesaian sudut bangunan yang dirancang lebih
tinggi dari bagian-bagian bangunan tersebut. Fungsi yang umum digunakan pada bagian ini
biasanya untuk ruang tangga ataupun untuk menara (bagian tertinggi dari bangunan).
Perbandingan skala antara lantai dasar yang void dengan laintai-lantai atasnya yang masif
merupakan penyesuaian terhadap skala lingkungan sekitar. Terkait dengan manusia dan
budaya, pada periode itu Bandung merupakan kota yang banyak dihuni oleh hartawan Belanda,
dengan gaya hidup selalu menginginkan kebaruan, keunikan, dan berkiblat pada kota mode
dunia – Paris, sehingga arsitektur pun kurang lebih merefleksikan keadaan tersebut.
Penggunaan unsur-unsur, ornament atau pengolahan bukaan sangat menonjol (contoh Bank
Jabar). Pengolahan bidang-bidang vertikal serta horizontal mendominasi ciri umum tersebut.
Karena letaknya disudut/simpang jalan maka façade bangunan dapat terlihat dari beberapa
arah.
Sumber:
Saryanto. 2011. Pola Asimetris pada Façade Bangunan-bangunan Baru Bertema Art Deco di
Kota Bandung. Bandung: Jurnal Itenas Rekarupa.
Sucipto, Ilman Basthian. 2012. Bandung Art Deco – Tipologi Image dan Kebermaknaan
Arsitektur. IPLBI.
HOTEL SAVOY HOMANN
Pada periode tahun 1920 hingga 1940-an, para arsitek Belanda yang bekerja di Indonesia
mencoba melakukan inovasi dalam seni bangunan. Tercatat dua arus gerakan arsitektur yang
berkembang saat itu, yakni konteks regional dan eklektisme arsitektur Eropa abad ke-19.
Lewat karya-karyanya, Aalbers mengukuhkan dirinya sebagai arsitek generasi pertama yang
membawa aliran internasionalisme ke Hindia Belanda, terutama Bandung. Aalbers memang
tidak termasuk ke dalam jajaran arsitek yang secara signifikan memasukkan nuansa
vernakular/tradisional ke dalam karya seni bangunannya.
Namun, Aalbers dalam karya-karya terakhirnya banyak beralih pada konsep regionalisme, di
mana dia banyak melakukan penyesuaian seperti bukaan dan jendela yang cukup besar untuk
memasukkan cahaya dan udara ke dalam bangunan. Selain itu penggunaan teras balkon yang
menaungi bukaan dan melindungi jendela pada bangunan juga merupakan suatu olahan desain
terhadap iklim tropis.
Hotel Savoy Homann merupakan karya penting AF Aalbers di Hindia Belanda Karya seni
bangunan AF Aalbers, yang lebih terfokus pada
modernitas seni bangunan, menjadi salah satu
saksi sejarah perkembangan arsitektur modern di
Bandung Karya pertama Aalbers dan De Wall di
Bandung adalah bangunan Bank DENIS (kini Bank
Jabar) pada tahun 1935.
Hotel tersebut dirancang dengan penampilan mirip Bank DENIS, di mana unsur plastis
horizontal pada fasad bangunan muncul kembali. Rancangan tersebut sekaligus mengukuhkan
keberadaan internasionalisme klasik di Indonesia. Bukan saja pendekatan neoplastikismenya
saja, tetapi Aalbers juga berdedikasi pada penanganan interior hotel yang sarat dipengaruhi art
decorative.
Pada kasus Hotel Savoy Homann terjadi dualisme dalam ideologi desain Aalbers, yaitu neo-
plastis rasionalis pada pengolahan eksterior/fasad bangunan, namun dekoratif dalam olahan
interior. Hotel berstandar internasional tersebut diresmikan dengan nama Savoy Homann Hotel.
Bentuk dan gaya bangunan yang terlihat sekarang, merupakan hasil karya arsitek A.F.Aalbers
dan R.A.de Wall hasil renovasi bangunan yang dilaksanakan pada tahun 1938 hingga 1939.
Wajah depan arsitektur kuno Artdeco dengan ciri khas lekuk-lekuknya dinding terasa masih
sangat kental. Hampir semua bangunan fisik dalam hotel mulai dari kamar, penyekat dinding,
lorong-lorong penghubung satu kamar ke kamar yang lain tampak sentuhan arsitek aslinya
sehingga terkesan romatis dan klasik.