5 De Javasche Bank
De Javasche Bank (DJB) adalah bank sentral yang didirikan pada tahun 1828
di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Bank ini dibentuk oleh pemerintah Belanda
untuk mengelola kebijakan moneter dan keuangan di koloni Belanda di Asia Tenggara.
De Javasche Bank mengusung konsep Neo-Renaissance yang meliliki ciri khas seperti
unsur simetris. Bangunan seluas 1000 meter persegi ini sebenarnya adalah hasil pugaran
pada tahun 1910. Difungsikan pertama kali pada tanggal 14 September 1829,
pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung baru di tempat
yang sama dengan alasan modernisasi. Bangunannya didesain lebih ramah terhadap
iklim tropis di Indonesia. Setelah De Javasche Bank dinasionaliasi oleh pemerintah pada
tahun 1951, gedung ini menjadi kantor Bank Indonesia perwakilan Surabaya pada tahun
1953 hingga 1972. Lalu, pada 27 Januari 2012, gedung tiga lantai milik Bank Indonesia
ini ditetapkan sebagai cagar budaya.
Gedung De Javasche Bank Surabaya dibangun oleh Belanda pada awal tahun
1900-an dengan gaya Empire Style, kemudian direnovasi hampir seabad kemudian.
Renovasi ini menghasilkan sebuah gedung eklektis yang bergaya Neo Renaissance. Jika
dilihat dengan lebih jeli, dapat ditemukan kombinasi arsitektur bergaya Mansart-Eropa
dan Hindu-Jawa pada bagian eksterior. Dalam perjalannya, bangunan yang anggun ini
berpindah tangan ke Jepang sebelum jatuh lagi ke tangan Belanda.
Gedung De Javasche Bank ini dibangun pada tahun 1829, yang kemudian
dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru pada tahun 1910-1922.Selama periode
1910-1922 bangunan ini tidak mengalami banyak perubahan hanya ada penambahan
talang menurun di atap. Bagian bangunan yang mengalami kerusakan adalah lantai
tegel berukuran 150 x 150 mm mengalami kerusakan,hilang, dan kondisi
pecah.Sebagian kaca jendela yang pecah dan tertutup triplek,sedangkan kondisi cat pada
kusen jendela sudah terkelupas dan kusam.Kondisi pintu banyak yang sudah
rusak,berkarat dan macet.
Gambar 4. Foto bangunan tahun 1829 (kiri atas), tahun c. 1915 (kanan atas),
tahun 1922 (kiri bawah), dan tahun 2009 (kanan bawah). Sumber:
https://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/view/18799/18513
Selama periode tahun 1922-1942, dan selama periode tahun 1946-1973 yaitu
pada saat Bank Indonesia Surabaya menempati bangunan baru di Jalan Pahlawan,
kemungkinan terjadi perubahan seperti pintu masuk utama pindah ke tengah bangunan,
penambahan bangunan baru di sisi Timur berfungsi untuk ruang direksi, dan
penambahan bangunan baru di sisi Selatan dengan konstruksi baja.
Karena sistim konstruksi rangka ( kolom dan balok ) yang digunakan pada
gedung De Javasche Bank,maka perubahan interior di dalamnya dapat dilakukan
dengan leluasa tanpa kuatir mempengaruhi sistim strukturnya.Hal ini terlihat pada
bagian yang mengalami perubahan tatanan interiornya dari rencana awal
pembangunannya.Misalnya seperti perubahan pintu masuk utama yang awalnya dari
samping diubah ke tengah sehingga terjadi perubahan pada interiornya.
Gambar 4. Interior Gedung De Javasche Bank pada tahun 1920
Bangunan De Javasche Bank Surabaya terdiri dari tiga lantai, yakni lantai dasar
(basement) terdiri dari 3 khasanah (brankas), yakni tempat menyimpan
koleksiuang,tempatkonservasibudaya(emas batangan) dan penyimpanan pustaka budaya
Bank Indonesia (seperti mesin-mesin operasional BI). Lantai kedua dulunya merupakan
area perkantoran dan aktivitas perbankan dan lantai ketiga untuk tempat
dokumentasi/arsip.
Gambar 4. Replika Gedung De Javasche Bank
Pedoman konservasi untuk bangunan ini antara lain adalah pada tampak utara
bangunan yakni 1) mempertahankan tampak bangunan saat ini termasuk semua elemen
arsitektur seperti pintu masuk utama,tangga,kanopi,jendela. 2) Menghilangkan penutup
jendela dari papan triplek,penutup fiber-glass tambahan pada pintu masuk. 3)
Mengembalikan tampilan kusen dan daun jendela dari lapisan cat menjadi lapisan
pelitur, 2 jendela domer ke bentuk semula yaitu ke bentuk persegi empat dan tulisan
Javasche Bank pada parapet bangunan dengan menghilangkan cat/unsur yang menutup
tulisan tersebut.Pada tampak barat mempertahankan tampak bangunan yang ada saat
ini,termasuk 1) jendela dan pilaster,teralis besi pengaman pada semua jendela,talang air
hujan. 2) Menghilangkan lubang angina tambahan dan trails besi yang ada. 3)
Mengembalikan tampak bangunan pada bentuk semula yaitu tanpa bangunan
tambahan,lubang angina dan teralis besi.
Pada lantai dua dipasangkan kaca patri di langit-langit ruangan lantai dua,seni
kaca patri menjadi ornament rancangan arsitektur khas Belanda yang disesuaikan
dengan fungsi.Penggunaan seni kaca patri yang merupakan kerajinan tangan khas Eropa
ini membuat sinar matahari tropis leluasa menembus panel-panel kaca warna warni
dengan motif.Penggunaan kaca patri ini membuat bangunan di lantai dua mendapatkan
pancahayaan alami tanpa harus menggunakan listrik hingga saat ini.