Anda di halaman 1dari 12

THE EAST

Balai Kota Cirebon, Stasiun Cirebon, British American Tabaco


Vihara Dewi Welas Asih, Greja St. Yusuf, Masjid Merah

The Old Of
Cirebon
Architecture
Stasiun Kejaksan
01 Cirebon

Arsitektur STASIUN KEJAKSAN CIREBON

S
tasiun Cirebon di tetapkan sebagai Gaya arsitektur bangunannya
Bangunan Stasiun Cagar Budaya merupakan perpaduan dari ciri arsitektur
Berdasarkan SK Menbudpar No:PM. lokal dengan pengaruh aliran seni Art Deco.
58/PW.007/MKP/2010. Stasiun Cirebon Sebagaimana ciri khas bangunan batu yang
terletak di Kecamatan Kejaksan, kota berasal dari periode 1900-1920, fasad atau
Cirebon. Posisi stasiun di Daerah Operasi tampak bangunan yang cukup menonjol
(DAOP) III Cirebon ini termasuk strategis adalah susunan simetris gedung. Apabila
karena berada tidak jauh dari persimpangan dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari
dua jalur yaitu menuju Purwokerto-Kroya dua menara dengan atap berbentuk piramida
dan jalur utara ke arah Semarang. Sebagai yang mengapit sebuah bagian atas bangunan
stasiun besar, semua kereta api kelas utama. Pada zaman kolonial, pelayanan
komersial (bisnis-eksekutif) berhenti di penumpang dan barang masih dalam satu
stasiun ini. Stasiun Cirebon merupakan tipe stasiun, tetapi dipisahkan oleh dua loket di
stasiun satu sisi, di mana posisi emplasemen bagian kiri khusus penumpang dan sebelah
sejajar dengan bangunan stasiun.Stasiun kanan untuk bagasi. Oleh sebab itu pada
Cirebon didesain oleh Arsitek Belanda bagian depan dua menara tersebut pernah
bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen dipasang tulisan “KAARTJES” (karcis) di
yang diresmikan pada 3 Juni 1912 bersamaan sebelah kiri dan “BAGAGE” (bagasi) di
dengan dibukanya lintas milik SS Cikampek- sebelah kanan.
Cirebon sejauh 137 kilometer.
Stasiun Kejaksan
02 Cirebon

Arsitektur
STASIUN KEJAKSAN CIREBON

P ada bagian muka sebelah atas menara dan bangunan utama dibuat deretan
jendela kaca persegi terbuat dari kaca patri berwarna-warni dilengkapi sejumlah
roster atau lubang ventilasi. Selain untuk keindahan, kaca patri juga berfungsi
sebagai penerangan alami ketika cahaya matahari masuk ke dalam. Sedangkan pada
malam hari pencahayaan bersumber dari lampu gantung antik yang terletak di tengah
ruangan. Gaya ukiran Art Deco tampak terlihat di bagian ujung puncak dinding atap
bagian depan yang dihiasi dengan ornamen mahkota. Pada saat diresmikan, pintu
masuknya berupa empat lubang pintu melengkung (busur panah). Untuk memberikan
karakter kuat dari ciri hiasan yang sedang tren pada masa itu diberi semacam tonjolan
garis yang membingkai lubang pintu dan dinding pembatas antar ruang. Loket
penjualan karcis terletak di dalam bangunan utama yang terhubung langsung dengan
gerbang depan. Ruangan di depan loket berupa ruang dengan plafon tinggi sehingga
berkesan luas. Jalur 1 dan 2 beserta emplasemennya dinaungi kanopi lebar yang
menggunakan rangka atap baja.

By : Reza Maulana
British American
03 Tabacco

Arsitektur
BRITISH AMERICAN
TABACCO
G
edung BAT Cirebon adalah termasuk
Benda Cagar Budaya nomor satu di
Kota Cirebon. Gedung BAT Cirebon
yang umurnya sudah cukup tua ini terletak di
Jl. Pasuketan, Kampung Kebumen, persis di
seberang kanan Gedung Bank Mandiri,
dengan bentuk yang memanjang tinggi, di
tepi jalan yang dinaungi dengan pohon palm
yang rindang.
Gedung BAT Cirebon mulai digunakan
pada 1924, dirancang F.D. Cuypers &
Hulswit bergaya Art Deco, gaya yang Sejak Mei 2010 Gedung BAT Cirebon
bermula pada awal 1920-an dan digunakan yang dimiliki oleh PT Bentoel International
sampai setelah Perang Dunia II. Struktur Art Investama (BINI) ini sudah tidak lagi
Deco berdasar pada bentuk geometris digunakan untuk memproduksi rokok, dan
matematis yang terlihat elegan, glamor, menurut kabar akan dijual oleh pemiliknya
fungsional dan modern. dengan harga yang bisa bernilai ratusan
miliar rupiah.
British American
04 Tabacco

Arsitektur
BRITISH
AMERICAN
TABACCO
G
edung BAT (British American Tobaccos)
Cirebon yang saat itu tampak masih berdiri
dengan sangat kokoh dan anggun, dan terlihat
terawat cukup rapi. Gedung BAT Cirebon ini semula
merupakan gedung yang dimiliki oleh perusahaan rokok
SS Michael.
Karena posisinya yang strategis, Kota Cirebon
memiliki banyak gedung tua warisan kolonial Belanda
yang tertebar di berbagai tempat. Meski penjajahan
merupakan episode pahit, hanya saja warisan seperti ini
patut dijaga, karena bagaimana pun juga dibuat dengan
harta dan penderitaan rakyat.
By : Fajar Ramdoni
Vihara
05 Dewi Welas Asih

Arsitektur VIHARA
DEWI WELAS ASIH
Siapa sangka, Cirebon juga punya vihara tua nan
cantik berusia hampir 500 tahun. Inilah Vihara Dewi
Welas Asih, yang menjadi bangunan cagar budaya. Inilah
bukti akulturasi budaya Islam sampai Tionghoa di Kota
Udang.
Vihara atau Kelenteng Dewi Welas Asih menjadi
salah satu bukti penguat peristiwa masa lampau. Dewi
Welas Asih biasa disebut juga dengan Dewi Kwan
Im.Tempat ini berlokasi di Jalan Kantor No.2, Kampung
Kamiran, Kelurahan Panjunan, dan Kecamatan Lemah
Wungkuk. Lokasi Klenteng ini bersebelahan dengan
bangunan kuno bekas gedung Nederlandsch Indische
Escompto Maatschappij, kini menjadi Bank Mandiri dan
di seberang gedung BAT. Vihara ini diperkirakan berdiri
tahun 1595 dan termasuk dalam benda cagar budaya.
Awalnya vihara ini bernama Tiau Kak Sie. Tiau
artinya air naik atau pasang kemudian Kak artinya
bangun dari tidur, membangunkan atau membawa
kepada akal yang benar dan Sie artinya rumah orang
beribadat (tempat bertapa). Dengan demikian vihara ini
bermakna tempat yang dibangunkan oleh air pasang dan
bisa juga berarti tempat akal bertambah.
Vihara
06 Dewi Welas Asih

VIHARA DEWI WELAS ASIH


T idak adanya naskah atau tulisan
yang menyebutkan kapan
berdirinya vihara ini, sehingga
sulit untuk ditelusuri. Hanya saja di papan
kecil yang memuat pepatah atau
Denah Vihara Dewi Welas Asih ini terbagi
menjadi halaman, bangunan utama, dan
bangunan sayap. Memasuki halaman
pertama, pengunjung akan melintasi
gapura berbentuk bentar berwarna hitam.
peribahasa sebagai penghormatan kepada Menuju halaman kedua, pengunjung
dewa-dewa tertera angka 1658 M di melewati pintu gerbang untuk masuk ke
sebelah kiri. Selain itu tulisan di ruang dalam bangunan utama. Di situ terdapat
utama menyebutkan bahwa Taan Kok bangunan Pat Kwa Cheng (tempat
Liong, Khang Li, dan Liem Tsiok Tiong peristirahatan) dan tempat peribadatan
pada tahun 1658 M memberikan agama Buddha yang dikenal dengan Cetya
sumbangan. Disebutkan juga bahwa Dharma Rakhita.
Khang Li adalah Maharaja Tiong Hwa
yang memerintah di wilayah Tiongkok By : Iin Inayah
pada masa Lodewijk XIV. Selain itu
dituliskan pula tentang pemugaran
bangunan di bagian ruang utama, yaitu
tahun 1791, 1829, dan 1889 tetapi tanpa
merubah bentuk aslinya.
Gereja Katolik
07 Santo Yusuf

Arsitektur
GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF

G
ereja Santo Yusuf Cirebon adalah Karena itu di halaman adat Nengara Cagar
salah satu dari sekian banyak Budaya bagi Gereja Santo Yusuf Cirebon.
gedung tua yang telah ditetapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota Cirebon cukup rajin untuk membuat papan
Cirebon. Tempat ini berada di Jalan Yos penanda status Cagar Budaya, dengan
Sudarso No.20, Kota Cirebon. Gereja bentuk dan format kalimat standar yang
Santo Yusuf Cirebon merupakan menyebutkan perlindungan undang-
bangunan gereja katolik yang tertua di undang dan ancaman bagi pelanggarnya.
Jawa Barat, yang berdiri terlebih dahulu Tampak depan Gereja Santo Yusuf
sebelum dibangunnya gereja di wilayah Cirebon dengan salib di puncaknya dan
Bandung dan Jawa Barat lainnya. kaca patri lengkung di bawahnya. Gereja
Bangunan aslinya kini hanya tinggal pada Santo Yusuf Cirebon ini konon dirancang
bagian depan gereja saja, sedangkan oleh seorang arsitek yang bernama Gaunt
bagian lainnya merupakan bangunan lebih Slotez, namun tak ada informasi lanjutan
baru yang ditambahkan kemudian. tentang siapa arsitek ini dan gedung apa
saja yang pernah diarancang.
Gereja Katolik
08 Santo Yusuf

Pada papan tengara nama cagar budaya, Tampak depan Gereja Santo Yusuf
selain nama gereja juga disebutkan pada Cirebon dengan salib di puncaknya dan
papan itu perkiraan tahun pembuatan kaca patri lengkung di bawahnya. Gereja
Gereja Santo Yusuf Cirebon, yaitu 1878. Santo Yusuf Cirebon ini konon dirancang
Perkiraan tahun biasanya dibuat jika tidak oleh seorang arsitek yang bernama Gaunt
ditemukan adanya tugu prasasti yang Slotez, namun tak ada informasi lanjutan
menyebutkan tanggal dan tahun tentang siapa arsitek ini dan gedung apa
berdirinya.Karena itu di halaman adat saja yang pernah diarancang.
Nengara Cagar Budaya bagi Gereja Santo Pada papan tengara nama cagar budaya,
Yusuf Cirebon. Dinas Kebudayaan dan selain nama gereja juga disebutkan pada
Pariwisata Kota Cirebon cukup rajin papan itu perkiraan tahun pembuatan
untuk membuat papan penanda status Gereja Santo Yusuf Cirebon, yaitu 1878.
Cagar Budaya, dengan bentuk dan format Perkiraan tahun biasanya dibuat jika tidak
kalimat standar yang menyebutkan ditemukan adanya tugu prasasti yang
perlindungan undang-undang dan menyebutkan tanggal dan tahun
ancaman bagi pelanggarnya. berdirinya.
By : Shandika T Herlambang
Mesjid
09 Merah Panjunan

Arsitektur
MESJID MERAH PANJUNAN

M asjid Panjunan atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di
Desa Panjunan, Lemahwungkuk, Cirebon.Masjid ini merupakan sebuah masjid
berumur sangat tua yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau
Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran
dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan
terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak
pengrajin tembikar atau jun.Dalam sebuah catatan sejarah yang mengacupada Babad Tjerbon,
nama asli Pangeran Panjunan adalah Maulana Abdul Rahman. Dia memimpin sekelompok
imigran Arab dari Baghdad. Sang pangeran dan keluarganya mencari nafkah dari membuat
keramik. Sampai sekarang, anak keturunannya masih memelihara tradisi kerajinan kerami
kitu, meski kini lebih untuk tujuan spiritual ketimbang komersial. Catatan tersebut juga
menyatakan, selain untuk tempat ber ibadah, masjid ini juga dipakai Wali Songo untuk
berkoordinasi dalam menyiarkan agama Islam di daerah Cirebon dan sekitarnya. Masjid yang
konon dibikin hanya dalam waktu semalam ini lebih mirip surau karena ukurannya kecil
Arsitektur Masjid Panjunan merupakan perpaduan budaya Hindu, Cina, dan Islam.
Sekilas masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya karena memang bentuk bangunannya
menyerupai kuil hindu, adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini
menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada
dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan
bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio.
By : Zacky Salmin
THE EAST
10 TEAM

REZA MAULANA IIN INAYAH

DESIGNER &
FAJAR RAMDONI

PHOTO
PHOTO
GRAPHER
GRAPHER

SHANDIKA TH ZACKY SALMIN


Architecture,
“ it’s look a like
the way of life “

Anda mungkin juga menyukai