Anda di halaman 1dari 13

PERANCANGAN INTERIOR BANGUNAN KUNO

PADA GUDANG TIMUR BATAVIA SEBAGAI FUNGSI BARU

Disusun Oleh :

Elsa Mutia | 32319012

Indy Malika | 33319019

Salsabila Farira | 35319853

Mata Kuliah: Kapita Selekta

Dosen Pembimbing: Dra. Sri Riswanti HS, M.Sn

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

UNIVERSITAS GUNADARMA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang pernah mengalami penjajahan sehingga


banyak peninggalan bersejarah dari negara penjajah, salah satunya adalah bangunan
kolonial Belanda.

Bangunan kolonial di Indonesia banyak yang sempat terbengkalai dan tidak


berfungsi sama sekali. Beberapa bangunan yang terbengkalai kemudian mengalami
renovasi dan pemanfaatan kembali dengan fungsi yang berbeda dari sebelumnya.
Fungsi baru ini menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar pada masa kini.
Penerapan ini disebut dengan adaptive reuse. Beberapa bangunan yang mengalami
adaptive reuse adalah GUDANG TIMUR VOC Jakarta.

Selain bangunan-bangunan ini, masih banyak bangunan bersejarah lainnya yang


terbengkalai dan belum mengalami perbaikan dan pemfungsian kembali. Dengan
diharapkan dapat ditemukan kiat-kiat dalam melakukan adaptive reuse sebagaimana
sukses diterapkan pada bangunan-bangunan tersebut dan dapat menjadi contoh untuk
penerapan adaptive reuse berikutnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana sejarah dari Gudang Timur Batavia?
b. Apa fungsi dan kegunaan Gudang Timu Batavia sebelumnya?
c. Bagaimana peraturan tentang adaptive reuse pada Gudang Timur Batavia?
d. Bagaimana penerapan konsep pada perancangan interior fungsi baru dari Gudang
Timur Batavia?
e. Bagaimana penerapan moodboard dan color scheme pada fungsi baru Gudang Timur
Batavia?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari Gudang Batavia Timur
b. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan Gudang Batavia sebelumnya
c. Untuk mengetahui peraturan tentang adaptive reuse pada Gudang Batavia Timur
d. Untuk mengetahui konsep yang dapat digunakan pada perancangan interior fungsi
baru dari Gudang Timur Batavia
e. Untuk mengetahui penerapan moodboard dan color scheme pada fungsi baru
Gudang Timur Batavia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Gudang Timur Batavia

Gudang Timur Batavia yang terletak di daerah Jakarta Utara merupakan gudang
rempah-rempah atau gudang logistik milik VOC pada zaman penjajahan Belanda pada
tahun 12 Maret 1619 atau abad ke 17 yang didirikan oleh Jan Pieterszoon Coen. Namun
karena bangkrut dan berakhirnya kekuasaan VOC pada 31 Desember 1799, pada tahun
1808 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan untuk membongkar tembok beserta
isinya. Daendels kemudian memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda ke
Weltevreden yang sekarang berada di kawasan Jakarta Pusat. Pasca-kemerdekaan
Indonesia, Soekarno memerintahkan agar seluruh bangunan peninggalan Belanda di
Tanah Air harus dikosongkan, begitu pula dengan gudang ini.

Saat ini. Kondisi sekitar Gudang Timur masih tidak ada perubahan dan masih
sama seperti dahulu. Bagian halaman Gudang Timur masih menjadi tempat parkir
truk-truk besar, serta digunakan juga sebagai “kuburan” dari mobil-mobil rongsokan
dengan tampilan rumput-rumput ilalang yang mulai tinggi, akar pohon yang mulai
merambat pada bangunanan.

2.2 Lokasi Gudang Timur Batavia:

Gudang Timur Batavia yang terletak di Jl. Tongkol No.8, RT.8/RW.4, Ancol, Kec.
Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14430. Dengan Luas Lahan
444,19 m². Berikut peta lokasi bangunan Gudang Timur Batavia :
Gambar 2.1. Lokasi Gudang Timur Batavia
Sumber: google.co.id

Gambar 2.2. Kondisi Gudang Timur Batavia


Sumber: google.co.id

2.3. Fungsi dan Kegunaan

Pada Fasad dinding gedung ini bernama Graanpakhuizen yang berarti "biji-bijian"
dan berfungsi sejak abad ke 17 (1652) sebagai tempat penyimpanan logistik pangan dan
komoditas seperti beras, jagung, biskuit, rempah-rempah, kacang-kacangan, teh dan
kopi. Selain itu, gedung ini juga sempat menjadi tempat menyimpan kerajinan keramik
dan porselen. Kasteel Batavia Timur, dikelilingi Benteng dengan empat bastion (kubu
pengintaian), yakni Parrel (barat laut), Saphier (timur laut), Robijn (tenggara) dan
Diamant (barat daya). Saat ini kastel tersebut pernah dipakai untuk kepentingan syuting
film dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Gubernur DKI Jakarta No. 1363 Tahun 2018.

2.4. Peraturan Tentang Adaptive Reuse

“Adaptive Reuse didefinisikan sebagai proses estetika yang mengadaptasi


bangunan untuk penggunaan baru sambil mempertahankan fitur historisnya.
Menggunakan model penggunaan kembali adaptif dapat memperpanjang umur
bangunan, dari awal hingga akhir, dengan mempertahankan semua atau sebagian besar
sistem bangunan, termasuk struktur, cangkang, dan bahkan material interior.

Dengan cara mengisi dengan aktivitas atau kegiatan baru yang bermaksud untuk
menghidupkan penggunaan bangunan tersebut.

Beberapa contoh penggunaan bangunan lama (dan terbengkalai) yang cukup


berhasil dan memiliki fungsi yang bervariasi yaitu Rest Area Banjaratma, Brebes Jawa
Tengah (Pabrik Gula Banjaratma yang didirikan pada tahun 1908 oleh perusahaan
perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatschappij)

Hal-hal yang terpenuhi dari penerapan Adaptive Reuse adalah :

● Upaya mempertahankan warisan budaya. Pemanfaatan bangunan lama, yang bisa


saja dibiarkan membusuk atau terlantar, dengan fungsi yang baru dapat memberi
ruang untuk ide penggunaan bangunan menjadi lebih menarik dan hidup, dan
membawa manfaat secara sosial maupun ekonomi.
● Memperlambat persebaran kota. Pembangunan baru, sangat mungkin mencari
lokasi baru di luar kota, dengan pertimbangan di tengah kota sudah dipenuhi oleh
bangunan lama, maupun bangunan bersejarah
● Menciptakan potensi komunitas. Dengan adaptasi penggunaan baru pada bangunan
lama/ bersejarah, maka tumbuhlah kehidupan dan kegiatan baru yang mengisi
struktur bangunan. Dengan dibangunnya fungsi- fungsi baru yang menjadi daya Tarik
pengguna yang potensial, seperti komunitas, maka fungsi baru tersebut bisa menjadi
suar (crowd puller) yang ikonik atau signifikan bagi komunitas atau warga kota.
2.5. Konsep Perancangan

Menjadikan Gudang Timur Batavia sebagai wadah atau ruang kreatif bagi
muda-mudi dengan konsep sebagai berikut:

Gambar 2.3. Desain interior Kolonial Belanda dan Contoh Museum


Sumber: bp-guide.id

“The Senses of Heritage”

Konsep pada perancangan interior melibatkan panca indra pada manusia untuk
dapat merasakan pengalaman langsung sejarah dari keberadaan Gudang Timur Batavia
dengan menampilkan identitas dari bangunan tersebut. Konsep ini menjadi awal dari
penggunaan fungsi baru baik terhadap kebutuhan ruang interior.

Tema dan Gaya Perancangan:

Pada interior bangunan mengusung tema klasik dan menerapkan suasana ruang
melalui penggabungan 2 gaya yaitu, Indische Empire Style dan Tradisional Indonesia
untuk menambah dan memperkuat kesan sejarah, serta memberikan respon terhadap
kebutuhan panca indra pada tubuh dengan mengingat kembali sejarah yang pernah ada.

Penerapan Konsep Pada Perancangan:


Gambar 2.4. Desain interior Kolonial Belanda dan Contoh Museum
Sumber: Pinterest.com

Penglihatan: Menghadirkan suasana interior melalui unsur Kolonial Belanda dan


Indonesia, serta penambahan ruang museum sejarah Gudang Timur Batavia sebagai
sarana edukasi dan Galeri Seni yang dapat dimanfaatkan bagi para pekerja kreatif.
Gambar 2.5. Cover Lagu Vintage Indonesia
Sumber: kopikeliling.com

Pendengaran: Menggunakan musik lampau (vintage atau retro) yang dapat memberikan
kesan intim pada interior serta adanya kilas balik bagi memori pengunjung.

Gambar 2.6. Rempah-rempah, Komoditas Kopi, dan Teh


Sumber: Google.com

Penciuman: Memberikan aroma wangi yang unik sebagai identitas dari keberadaan
Gudang Timur Batavia. Sebelumnya, gedung ini dimanfaatkan sebagai gudang logistik
pangan dan komoditas rempah-rempah, kopi, maupun teh, maka dapat menggunakan
salah satu atau beberapa aroma tersebut pada fungsi ruang baru pada gedung tersebut.
Gambar 2.7. Kafe Dengan Tema Kolonial dan Makanan Khas Indonesia
Sumber: Google.com

Pengecap: Menghadirkan fungsi ruang baru sebagai kafe yang menjual makanan dan
minuman seperti kopi, teh, dan menu makanan dengan cita rasa khas Indonesia.

Gambar 2.8. Kafe Dengan Tema Kolonial dan Makanan Khas Indonesia
Sumber: Google.com

Peraba: Indra yang bekerja merupakan kulit, dimana pengunjung dapat merasakan 2
sensasi. dengan ruangan tertutup menggunakan AC (Air Conditioner) dan ruangan semi
outdoor memberikan kesan natural.
2.5. Moodboard dan Color Scheme

Gambar 2.9. Penggunaan Moodboard dan Color Scheme Pada Perancangan


Sumber: Data Pribadi
Pada penerapan moodboard menggunakan tampilan interior klasik dengan gaya
interior Indische Empire dan tradisional Indonesia, memberikan kesan nostalgia dengan
suasana hangat dan alami.

Penggunaan color scheme pada perancangan dengan warna merah, cokelat,


hijau, dan abu-abu. Warna-warna tersebut merepresentasikan gaya interior yang dipilih
pada perancangan ini. Pengertian mengenai warna tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

● Merah: keberanian, kekuatan, perhatian, dan kegembiraan.


● Cokelat: hangat, nyaman, aman, organik, unsur bumi
● Hijau: relaksasi, ketenangan, keseimbangan, alam, kemakmuran
● Abu: netral, profesional, sederhana, bertanggung jawab, dan kemandirian
BAB III
PENUTUPAN

Keberadaan bangunan kuno bekas peninggalan kolonial Belanda di Indonesia


banyak menyisakan sejarah di dalamnya, bangunan tersebut masih berdiri dan banyak
yang terbengkalai akibat kurangnya kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk
melakukan konservasi bangunan bersejarah. Dalam upaya melakukan konservasi
tersebut perlu adanya gerakan dari pemerintah dan masyarakat secara bersamaan
melalui strategi dan perencanaan. Salah satu bangunan tersebut adalah Gudang Timur
Batavia yang sekarang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Gudang Timur Batavia yang terbengkalai dapat dilakukan revitalisasi melalui


pendekatan adaptive reuse dengan menggunakan kembali bangunan tersebut menjadi
fungsi baru serta upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan asing dan lokal. Pada
perancangan ini fungsi baru tersebut menjadi wadah atau ruang kreatif muda-mudi
yang didalamnya terdapat kafe, museum, dan galeri seni bagi para pelaku kreatif.
Adapun konsep yang digunakan adalah “The Senses of Heritage”. Konsep ini melibatkan
panca indra untuk dapat merasakan langsung sejarah dari Gudang Timur Batavia.
Menggunakan tema klasik dengan gaya interior Indische Empire dan tradisional
Indonesia yang memberikan kesan nostalgia, dan kehangatan, serta natural, menjadikan
tampilan ruangan hangat dan nyaman.

Perancangan ini menggunakan pendekatan fungsi, ergonomi, dan estetis.


Pendekatan-pendekatan tersebut dimaksudkan agar desain yang dicapai merupakan
desain yang tidak hanya estetis dan nyaman, namun juga berfungsi dengan maksimal
sehingga dapat mempermudah manusia saat beraktivitas di dalamnya. Pendekatan
ergonomi berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pengguna.
DAFTAR PUSTAKA

https://travel.kompas.com/read/2022/06/10/163100027/situs-sejarah-sisa-gudang-timur-ka
steel-batavia-kini-memprihatinkan?page=all

https://voi.id/memori/176598/gudang-timur-batavia-bangunan-cagar-budaya-di-jakarta-yan
g-tak-terpelihara

https://binus.ac.id/bandung/2021/07/apa-itu-adaptive-reuse/

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/view/3887/4356

Anda mungkin juga menyukai