Anda di halaman 1dari 7

KETAHANAN BISNIS SYARIAH PASCA PANDEMI COVID 19 PERSPEKTIF

USHUL FIQIH
Oleh
Shela Tria Amanda
Innayatuz Zahroh
Muhammad Syahru Adzin
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kediri
E-mail: shelaamanda33@gmail.com innayatuzzahroh@gmail.com
adzinsyahru@gmail.com

Abstract
Corona virus has become a very serious problem in all countries in the world. It is
not only a problem in the health sector but also has an impact on the economic sector. This
paper aims to describe the challenges and economic opportunities, especially in the field of
sharia business after the Covid-19 pandemic in Indonesia. This study used descriptive
qualitative method. The results of this study show the impact of Covid-19 on the resilience of
sharia business.
As we know that the Covid-19 pandemic has had a major impact on an economy
around the world. One of the impacts is the decline in demand and the inhibition of sharia
production. This pandemic also has an impact on delaying the realization of investment ,
including for investors who plan to invest in sharia businesses. The results of this study are
the discovery of a way to overcome economic externalities originating from Covid-19 by
implementing three policies, namely allocation, distribution and stabilization policies in
order to achieve sharia goals (maqashid sharia).
Keywords : Impact of Covid-19, Challenges, Opportunities, Islamic Economy and Business

Abstrak
Virus Corona sudah menjadi masalah yang sangat serius diseluruh negara di dunia.
Tidak hanya menjadi permasalahan dibidang kesehatan namun juga berdampak kedalam
sektor perekonomian. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tantangan dan peluang
ekonomi terutama dibidang bisnis syariah pasca pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak
Covid-19 terhadap ketahanan bisnis syariah.
Seperti yang kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak besar terhadap
suatu perekonomian di seluruh dunia. Salah satu dampaknya yaitu turunnya permintaan dan
terhambatnya produksi syariah. Pandemi ini juga berdampak pada tertundanya realisasi
investasi, tak terkecuali bagi para investor yang berencana menanamkan modalnya pada
usaha-usaha syariah. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukannya suatu cara
menanggulangi eksterbalitas ekonomi berasal dari Covid-19 dengan menerapkan tiga
kebijakan yakni kebijakan alokasi, distribusi dan kebijakan stabilisasi demi mencapai tujuan
syariah (maqashid syariah).
Kata kunci : Dampak Covid-19, Tantangan, Peluang, Ekonomi Syariah dan Bisnis

i
PENDAHULUAN
Melihat kondisi saat ini di tengah pandemi virus corona, kondisi moneter kita yang
memburuk dengan permintaan penguncian dan PSBB oleh pionir negara membuat kelas
pekerja bawah kehilangan mata pencaharian mereka yang mengakibatkan melemahnya daya
jual beli individu yang membuat banyak bisnis yang menurun angka penjualannya dan
dengan adanya penerapan new normal yang masih membatasi kegiatan masyarakat di
berbagai sektor yang membuat tingkat konsumsi rumah tangga turun dengan drastis dengan
menurunnya konsumsi rumah tangga akan sangat berpengaruh pada ketahanan bisnis yang
ada di Indonesia.
Virus Corona juga menyebabkan kegiatan produksi di China menurun padahal China
merupakan negara pusat produksi di dunia dan Indonesia merupakan salah satu negara yang
bergantung pada import dari China contohnya bahan baku tekstil, furniture, plastik, dan
kebutuhan elektronik. Hal ini memaksa Indonesia untuk mencari importir dari negara lain
yang pastinya akan jauh lebih mahal dibandingkan import dari China, tapi kita harus tetap
melakukannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sektor perdangan atau bisnis bisnis kecil yang sangat terkena imbas dari Covid-19
tersendiri dikarenakan menurun nya jual beli di masyarakat. Dengan mewabahnya virus
Corona ini kegiatan jual beli di masyarakat tidak bisa di lakukan secara offline dan hanya
bisa dilakukan secara online itu pun hanya sedikit dari pedagang di Indonesia yang dapat
melakukan nya karena di masyarakat kita masih banyak yang belum mengerti tentang
teknologi dan cara pemasaran yang tepat untuk menjual produk secara online.

METODE PENELITIAN
Dalam artikel ini penelitian yang dibuat adalah penelitian pustaka (library research)
yaitu penelitian yang ditekankan pada penelusuran dan penelaah sumber-sumber tertulis dan
bahan bacaan lain yang ada kaitannya dengan tema yang dibahas untuk selanjutnya dikaji
dan ditelaah secara mendalam.
Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Deskriptif adalah
menjelaskan suatu gejala atau fakta untuk memberikan data-data dengan sangat teliti tentang
gejala atau fakta-fakta tersebut. Sedangkan analisis adalah sebuah usaha untuk mencari dan
menata secara sistematis data-data penelitian untuk kemudian diadakan penelaahan guna
mencari makna.
Didalam penelitian deskriftif kualitatif ini, peneliti disini menggunakan kajian studi
pustaka mencari informasi lewat buku, majalah, koran, dan literature lainnya untuk
membentuk sebuah landasan teori. Penelitian ini juga untuk menelaah sumber-sumber
tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi, literature, ensiklopedia, karangan ilmiah, karya
ilmuah serta sumber-sumber lain baik dalam bentuk tulisan atau dalam format digital yang
relevan.
Metode ini digunakan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang
dimunculkan terhadap problematika yang ada sekaligus untuk mengetahui keterkaitan kasus
dengan ketahanan bisnis syariah

ii
PEMBAHASAN
Survei awal, lebih dari 50% UMKM mengindikasikan bahwa akan terjadi gulung tikar
dalam beberapa bulan ke depan. Dampak dari pandemi COVID-19 terhadap sektor UMKM
tentu mempengaruhi kondisi perkenomian Indonesia yang mana kontribusi UMKM terhadap
perekonomian Indonesia sangat besar pada berbagai bidang antara lain :
1. Jumlah Unit Usaha di Indonesia per 2018 total 64,2 Juta unit usaha, dengan jumlah
unit usaha UMKM sebesar 64,1 Juta (99,9%).
2. Kontribusi pada jumlah Tenaga Kerja, Jumlah tenaga kerja di Indonesia per 2018
total 120,6 Juta orang, dengan jumlah tenaga kerja di UMKM sebesar 116,9 Juta
(97%).
3. Kontribusi pada PDB, Jumlah kontribusi PDB dunia usaha di Indonesia per 2018
total 14.038.598 Milyar, dengan kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar 8.573.895
Milyar (61,07%).
4. Kontribusi terhadap Ekspor Non Migas Jumlah ekspor non migas Indonesia per 2018
total 2.044.490 Milyar, dengan kontribusi UMKM terhadap ekspor non migas
sebesar 293.840 Milyar (14,37%).
5. Kontribusi terhadap Investasi, Jumlah investasi di Indonesia per 2018 total 4.244.685
Milyar, dengan kontribusi UMKM terhadap investasi sebesar 2.564.549 Milyar
(60,42%). 1
Berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para pebisnis buat menuntas kan duduk
perkara Covid-19 ini karena berpengaruh terhadap perekonomian dan bisnis pada Indonesia.
Hal ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan bahwa akibat Pandemi Covid-19
yang terjadi pada perekonomian dunia termasuk perekonomian pada Indonesia, penurunan
permintaan yang drastis serta terhambat nya produksi terhadap produk-produk syariah
dikarenakan bahan standar berasal dari negara luar. Serta pula mempengaruhi realisasi
penanaman kapital yang sangat lambat tidak terkecuali, investor yang berencana
menanamkan modalnya di usaha-usaha syariah, sebab meningkatnya risiko forum-forum
keuangan syariah dari tantangan ini seni manajemen ekonomi dan usaha syariah mampu
mengatasi akibat pademik Covid-19 ini dibutuhkan para pelaku ekonomi dan usaha syariah
membagikan ikut merasakan serta solidaritas pada para pemangku kepentingan. Pelaku
bisnis syariah menyusun seni manajemen perjuangan yang lebih menguntungkan. Pelaku
usaha syariah memanfaatkan dan mendukung acara stimulus berasal pemerintah, perbankan
syariah serta lembaga keuangan lainnya wajib mulai merevisi kembali sasaran
pertumbuhan, penerapan teknologi digital transaksi pada satu solusi. Ekonomi dan bisnis
syariah bisa berperan memulihakan guncangan ekonomi menggunakan mengedepankan
pencapaian tujuan–tujuan syariah.2
Tentu Jika berdampak di sector perekonomian maka perlu suatu konsep kebijakan
strategis pada menangani ekonomi asal Covid-19 khususnya bagi rakyat rentan pada
Indonesia. Hal senada menggunakan penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa ada tiga
kebijakan stratetis dalam menanggulangi eksternalitas ekonomi berasal dari Covid-19 yakni:
1. Kebijakan Alokasi
Alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian. Melalui fungsi alokasi, maka APBN terutama

1
Thaha A. F, “Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia”, Jurnal Brand, Vol.2 No.1 (2020), 147–153.
2
Yenti Sumarni, “Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis”, Jurnal Ekonomi Dan Perbankan
Syariah, Vol.6 No.2 (2020), 46–58.

1
sisi pengeluaran ditujukan untuk sektor-sektor pembangunan. Misalnya untuk dekade
sekarang, masalah pengangguran menjadi sangat penting sehingga menjadi muatan
normatif dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Padahal, masalah
pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Fungsi alokasi tidak hanya ditujukan untuk masalah pengangguran saja tetapi
juga akan disesuaikan dengan tujuan-tujuannya atau «sesuai dengan apa yang
seharusnya». Dengan demikian fungsi alokasi akan mengarahkan pengeluaran
anggaran pemerintah pada orientasi peran yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Melalui fungsi alokasi ini maka untuk Indonesia, saat ini investasi pendidikan
melalui pengembangan SDM menjadi keharusan. Gagasan investasi pada SDM saat
ini masih dikaitkan dengan upaya mendorong proses pertumbuhan ekonomi yang
lazimnya lebih ditekankan pada pentingnya akumulasi modal fisik.
Kebijakan alokasi juga menggunakan Realokasi anggaran terhadap proyek-
proyek negara yang masih mampu ditunda. Mutilasi honor para pejabat
menggunakan skema mengurangi di poin-poin pada luar gaji pokok yang bisa
dijadikan dana talangan penanggulan covid, khususnya aturan subsidi pemerintah
terhadap kebutuahn pokok masyarakat.
2. Kebijakan Distribusi
Distribusi merupakan kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan. Melalui fungsi distribusi, komponen pengeluaran dalam
anggaran mempunyai dimensi pemerataan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya, pengeluaran untuk membangun infrastruktur ekonomi seperti
jalan, bendungan, dan lain-lain, akan memberikan manfaat kepada semua pihak.
Atau, pembukaan daerah terisolasi akan cenderung menguatkan terms of trade
kelompok masyarakat terpencil. Fungsi ini berjalan secara paralel dengan aspek
penerimaan dimana dengan sistem pajak yang progresif akan memberikan beban
pajak yang “fair” sesuai dengan pendapatan yang diterima oleh masing-masing
kelompok pendapatan dan kemudian disalurkan melalui pengeluaran pemerintah.
Distribusi juga dilakukan untuk pembangunan daerah tertinggal. Walaupun
secara teori subsidi baik BBM maupun non BBM merupakan distorsi di dalam
perekonomian, namun pemerintah tetap menganggarkannya di dalam APBN.
Kebijakannya bisa dilakukan melalui skema pembagian bantuan tunai dan bahan
pokok (sembako) per bulan minimum 1.2 juta, jika satu orang korban PHK
menanggung 2 orang anggota keluarga, sembari memberi stimulasi pada UMKM.
Selain itu, subsidi pada domain eksklusif pula diberikan pada warga sehingga antara
pemerintah dan masyarakat gerombolan sasaran menggunakan UMKM saling
membutuhkan, dan negara hadir memberi stimulasi pada keduanya, maka daya beli
mayarakat ditopang oleh distribusi input yang dilakukan sang pemerintah pada
tengah pandemi ini.
3. Kebijakan Stabilisasi
Kebijakan stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian. Melalui fungsi stabilisasi, APBN sebagai alat stabilisasi
perekonomian agar berjalan dalam kapasitasnya. Dalam stabilisasi tersebut pada
dasarnya dilihat dari dua hal, yaitu alat pengendali inflasi dan penstabil pertumbuhan
ekonomi. APBN juga dapat mengurangi dampak inflasioner dengan melakukan
sterilisasi anggaran, yaitu meningkatkan simpanan pemerintah pada Bank Indonesia
atau mempercepat pembayaran beban utang luar negeri. Dengan demikian dalam
penetapan APBN, mengacu kepada UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

2
sebagaimana yang telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004, Bank Indonesia
memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah mengenai RAPBN.
Kebijakannya yakni dengan menjaga ketahanan pangan menggunakan
menaikkan donasi sembako minimum Rp 100-200 Trilyun untuk menyediakan
bantuan pangan sampai akhir tahun. Selain itu, secara makro pemerintah mampu
melakukan kebijakan menurunkan bunga acuan BI 25-50 basis poin buat membantu
meringankan beban pelaku perjuangan kecil, bahkan pemerintah bisa berikan subsidi
bunga.3
Tetapi bila dikaitkan menggunakan stabilitas moneter tentu perlu adanya aneka
macam kebijakan yang harus dilakukan, dimulai asal kebijakan pemerintah menggunakan
pemberlakuan lockdown, PSBB bahkan sampai pada akhirnya suatu perusahaan pun
merogoh sebuah kebijakan dengan melakukan putusan hubungan kerja (PHK). Pada
Webinar fakultas ekonomi Universitas Negeri Medan yang bertemakan seni manajemen
global usaha menyikapi status Indonesia menjadi Negara maju pra dan pasca Covid-19,
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat asal Covid-19 bagi perekonomian
Indonesia waktu ini yang lebih komprehensif asal banyak sekali cara lain skenario
penanganan pandemi Covid-19, Virus ini tidak hanya mengakibatkan tingginya angka
kematian di seluruh dunia namun pula mengakibatkan kemerosotan ekonomi yang perlahan-
lahan "membunuh" negara negara pada seluruh dunia. Kepanikan pada kalangan konsumen
serta perusahaan sudah mendistorsi pola konsumsi yang biasa serta menciptakan anomali
pasar, bila pandemi ini terus meningkat maka banyak orang yang ketakutan pandemi ini
akan menghambat ekonomi dan juga sisi sosial mereka. Pengangguran pada Indonesia yang
menurun dalam lima tahun terakhir akan mengalami kenaikan yang begitu tinggi, oleh karna
itu kiprah upaya serta kebijakan asal pemerintah lah yang dibutuhkan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak besar terhadap
suatu perekonomian di seluruh dunia. Salah satu dampaknya yaitu turunnya permintaan dan
terhambatnya produksi syariah. Pandemi ini juga berdampak pada tertundanya realisasi
investasi, tak terkecuali bagi para investor yang berencana menanamkan modalnya pada
usaha-usaha syariah. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukannya suatu cara menanggulangi
eksterbalitas ekonomi berasal dari Covid-19 dengan menerapkan tiga kebijakan yakni
kebijakan alokasi, kebijakan distribusi, dan kebijakan stabilisasi.
Berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para pebisnis buat menuntas kan duduk
perkara Covid-19 ini karena berpengaruh terhadap perekonomian dan bisnis pada Indonesia.
Hal ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan bahwa akibat Pandemi Covid-19
yang terjadi pada perekonomian dunia termasuk perekonomian pada Indonesia, penurunan
permintaan yang drastis serta terhambat nya produksi terhadap produk-produk syariah
dikarenakan bahan standar berasal dari negara luar. Tentu Jika berdampak di sector
perekonomian maka perlu suatu konsep kebijakan strategis pada menangani ekonomi asal
Covid-19 khususnya bagi rakyat rentan pada Indonesia.

3
Kurniawan, H. H., Salahuddin, A. M., Muslim, & Sri, N., “Konsep Kebijakan Strategis Dalam Menangani
Eksternalitas Ekonomi Dari Covid - 19 Pada Masyarakat Rentan Di Indonesia”, Indonesian Journal of Social
Sciences and Humanities, Vol. 1 No.2 (2020), 130–139.

3
Hal senada menggunakan penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa ada tiga
kebijakan stratetis dalam menanggulangi eksternalitas ekonomi berasal Covid-19 yakni
Kebijakan Alokasi menggunakan Realokasi anggaran terhadap proyek-proyek negara yang
masih mampu ditunda. Mutilasi honor para pejabat menggunakan skema mengurangi di poin-
poin pada luar gaji pokok yang bisa dijadikan dana talangan penanggulan covid, khususnya
aturan subsidi pemerintah terhadap kebutuahn pokok masyarakat. Selain itu, secara makro
pemerintah mampu melakukan kebijakan menurunkan bunga acuan BI 25-50 basis poin buat
membantu meringankan beban pelaku perjuangan kecil, bahkan pemerintah bisa berikan
subsidi bunga.
Tetapi bila dikaitkan menggunakan stabilitas moneter tentu perlu adanya aneka
macam kebijakan yang harus dilakukan, dimulai asal kebijakan pemerintah menggunakan
pemberlakuan lockdown, PSBB bahkan sampai pada akhirnya suatu perusahaan pun merogoh
sebuah kebijakan dengan melakukan putusan hubungan kerja .

4
DAFTAR PUSTAKA
Thaha, A. F. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Brand, Vol. 2,
No. 1
Sumarni, Yenti. (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Jurnal Ekonomi
Dan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2
Kurniawan, H. H., Salahuddin, A. M., Muslim, & Sri, N. (2020). Konsep Kebijakan Strategis
Dalam Menangani Eksternalitas Ekonomi Dari Covid - 19 Pada Masyarakat Rentan Di
Indonesia. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, Vol. 1, No. 2

Anda mungkin juga menyukai