Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Akmal Firdaus

NIM : 205020300111017
Matkul : Hukum Komersial
Kelas : CA
Tugas : Individu 6
A. Kasus Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel
Berdasarkan hasil dari analisis yang telah saya lakukan, terdapat dua pihak yang
bersengketa pada kasus ini. Yang pertama Yaitu Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel dan
yang kedua Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. Terjadi Dualisme kepengurusan,
sehingga terjadi sengketa terkait pengelolaan Masjid Agung Sunan Ampel. Muncul dugaan
terjadinya penyalahgunaan kewenangan dan pemalsuan akte. Lalu dalam pembentukan
Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya yang didaftarkan ke Kemenkumham pada
2019, ada dugaan pelanggaran terhadap UU KUHPer Pasal 1320 yaitu :
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.
Nama Gus Hifni dimasukkan dalam dokumen padahal beliau tidak pernah diajak
koordinasi dalam pendirian yayasan ini. Hal ini menunjukkan bahwa nama beliau dicatut
tanpa sepengetahuan dan diluar dari keinginannya.
Lalu ada pula dugaan pelanggaran perjanjian yang dibuat antara Yayasan Masjid
Agung Sunan Ampel dengan A. Sjoekoer Hamid sebagai penyewa tanah bahwa “Penyewa
wajib memberikan kontribusi kepada Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel dan wajib
menyerahkan kembali tanah yang disewanya apabila diperlukan untuk kepentingan
Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel”. Pada kenyataannya pihak Ahli Waris dari A.
Sjoekoer Hamid justru menerbitkan Sertifikat Tanah baru dengan tujuan menguasai tanah
yang hanya disewa tersebut. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap sebuah perikatan dan
dapat dikenakan pasal 1239 KUHPer yaitu : “Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau
untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian
biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.”
B. Kasus Universitas Ahmad Yani
Kasus ini sekilas mirip dengan Kasus Sengketa Yayasan Masjid Agung Sunan Ampel,
yaitu terjadinya dualism pengelola. Ada Yayasan Pendidikan Universitas Achmad Yani
melawan Yayasan Pendidikan Haji Muhammad Roesli. Dua yayasan ini memperebutkan akta
kepemilikan Kampus Achmad Yani.
Berdasarkan analisis saya, kasus ini bermula saat terjadi perubahan terhadap akta
pendirian Universitas Achmad Yani oleh pihak yang berusaha mengambil alih. Menurut saya,
pasal KUHPer yang dilanggar adalah pasal 1321 yaitu : “Tiada suatu persetujuan pun
mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan
atau penipuan.” Hal ini dikarenakan kuat dugaan bahwa pihak Yayasan Pendidikan Haji
Muhammad Roesli telah melakukan perubahan terhadap akta pendirian tersebut, padahal
perubahan tersebut berada di luar hak dan kewenangannya sehingga dapat kita lihat bahwa
pihak Yayasan Haji Muhammad Roesli melakukan penipuan untuk melakukan perubahan
terhadap akta tersebut.
C. Kasus Fenomena Koperasi Gagal Bayar
Berdasarkan analisis saya, kasus koperasi gagal bayar yang sangat marak ini dapat
dikenakan pasal di KUHPer yaitu pasal 1236 “Debitur wajib memberi ganti biaya,
kerugian dan bunga kepada kreditur bila ia menjadikan dirinya tidak mampu untuk
menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya dengan sebaik-baiknya untuk
menyelamatkannya.” Karena di awal perikatan, pihak koperasi sebagai debitur menjanjikan
keuntungan-keuntungan, namun pada kenyataannya mereka tidak dapat memberikannya
kepada kreditur. Sehingga kreditur berhak untuk meminta ganti rugi dari pihak koperasi atas
modal yang telah mereka tanamkan.
D. Kasus KSP Indosurya
Inti dari kasus ini adalah ketidakmampuan Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
membayar dana nasabahnya yang jatuh tempo. Hal ini dengan jelas pelanggaran terhadap
sebuah perikatan dan dapat dikenakan pasal 1236 KUHPer yaitu “Debitur wajib memberi
ganti biaya, kerugian dan bunga kepada kreditur bila ia menjadikan dirinya tidak
mampu untuk menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya dengan sebaik-baiknya
untuk menyelamatkannya.” KSP Indosurya yang mengumpulkan dana masyarakat tidak
dapat mengembalikan dana tersebut sesuai perjanjian yang telah ada di awal, sehingga KSP
Indosurya wajib melakukan ganti rugi atas pelanggaran perjanjian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai