Anda di halaman 1dari 7

“Program Pemberdayaan Wanita Berbasis Aplikasi dan Media

Sosial dalam Mewujudkan SDGs Kesetaraan Gender”

Disusun oleh:
Prita Annisa Dyah Rayhan
205020300111010

Program Studi Akuntansi


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2020
Akhir-akhir ini, topik mengenai kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan
atau biasa disebut dengan kesetaraan gender lebih sering diperbincangkan. Pada
dasarnya, laki-laki dan perempuan memanglah berbeda. Hal ini dapat dilihat dari ciri-
ciri fisiknya. Sebetulnya, perbedaan gender ini bukan merupakan sebuah masalah,
asalkan tidak ada ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender adalah sebuah sistem
yang di dalamnya baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sistem
tersebut. Salah satu contoh dari ketidakadilan gender ini adalah banyak perempuan
yang dipaksa menikah muda sehingga kesempatan bekerja untuk para perempuan
sangat rendah.
Berbicara mengenai gender, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa
yang dimaksud dengan gender. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gender
berarti jenis kelamin. Jenis kelamin sendiri berarti sifat jantan atau betina. Konsep
gender diperkenalkan oleh para ilmuwan untuk menjelaskan perbedaan antara
perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Kata gender
dapat berarti sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggung jawab pada laki-
laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial.
Di negara Indonesia memang tidak ada peraturan yang membahas tentang
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki status, hak, serta kewajiban
yang sama di masyarakat. Namun, di Indonesia masih ditemukan anggapan bahwa
salah satu pihak lebih tinggi derajatnya daripada pihak yang lain. Masih banyak
wanita yang terabaikan karena kurang menyadari kedudukannya sebagai seorang
warga negara. Hal ini disebabkan oleh nilai laki-laki dan perempuan yang masih
kental di masyarakat. Nilai di masyarakat menetapkan bahwa sudah kodratnya
perempuan untuk mengurus rumah tangga, sehingga wanita yang melakukan aktivitas
di luar rumah dianggap menyalahi kodrat (Tjandraningsih, 1996).
Untuk mengatasi ketidakadilan gender ini, perlu dilakukan pemberdayaan
perempuan. Pemberdayaan perempuan adalah upaya memperbaiki status dan peran
perempuan dalam pembangunan bangsa (Hubeis, 2010). Hal ini sejalan dengan SDGs
(Sustainable Goals Development) yang telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang memuat 17 tujuan dan 165 target. Salah satu tujuan dari SDGs
ini adalah untuk mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan
dan anak perempuan.
Mahasiswa memiliki 3 peran penting dalam masyarakat, yaitu sebagai agent
of change, social control, dan iron stock. Mahasiswa sebagai agent of change harus
memperjuangkan perbaikan di bidang sosial dalam kehidupan masyarakat. Agent of
change sendiri berarti pihak yang berperan sebagai pemicu terjadinya sebuah
perubahan yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Salah satu peran
mahasiswa sebagai agent of change adalah berupaya maksimal agar dapat
memberikan perubahan positif bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam kasus ini,
mahasiswa berperan untuk mencapai kesetaraan gender serta memberdayakan para
wanita.
Untuk merealisasikan hal tersebut, penulis berkeinginan untuk menyebarkan
kesedaran akan kesetaraan gender melalui pembuatan aplikasi serta media sosial
Instagram yang akan membantu masyarakat memahami dan merubah pandangan
mereka terhadap kodrat perempuan.
Aplikasi yang bernama WOCA atau Woman Care ini dapat dimanfaatkan oleh
para wanita untuk mengembangkan kemampuan hardskill beserta softskill melalui
pelatihan yang dilaksanakan secara daring maupun luring. Contohnya pelatihan
pengolahan bahan pangan, pengembangan kewirausahaan menuju ekonomi kreatif,
dan lain-lain. Di aplikasi ini juga dapat berbagi kisah inspiratif sesama wanita. Jadi,
para perempuan dapat berbagi cerita mengenai cara mereka mengembangkan
kemampuan diri. Melalui media sosial Instagram, penulis berkeinginan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesetaraan gender. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengunggah foto maupun video mengenai isu-isu feminis,
membenarkan persepsi masyarakat yang salah terhadap kodrat perempuan, dan
sebagainya. Media sosial ini juga berfungsi sebagai layanan pengaduan apabila
mengalami hal seperti pelecehan seksual dan lainnya.
Melalui aplikasi dan media sosial ini, diharapkan dapat mempersiapkan para
wanita dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2030. Keberadaan fitur-fitur
ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemberdayaan perempuan di seluruh
Indonesia, serta membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju.
Daftar Pustaka
Wibowo, D.E., 2011. Peran ganda perempuan dan kesetaraan gender. Jurnal
Muwazah, 3(1), pp.356-364.
Hermawati, T., 2007. Budaya Jawa dan kesetaraan gender. Jurnal Komunikasi
Massa, 1(1), pp.18-24.
Hastuti, E.L., 2004. Hambatan sosial budaya dalam pengarusutamaan gender di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departememen Pertanian. Bogor.
Istichomaharani, I.S. and Habibah, S.S., 2016. Mewujudkan Peran Mahasiswa
sebagai “Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock”. In Prosiding Seminar
Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Puspitawati, H., 2013. Konsep, teori dan analisis gender. Bogor: Departe-men Ilmu
Keluarga dan Kon-sumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian.
Saugi, W. and Sumarno, S., 2015. Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan
pengolahan bahan pangan lokal. JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat), 2(2), pp.226-238.
Analisis Kesalahan Ejaan dan Diksi Pada Esai “Program Pemberdayaan
Wanita Berbasis Aplikasi dan Media Sosial dalam Mewujudkan SDGs
Kesetaraan Gender”

Ejaan
Alasan
No. Kesalahan Pembetulan
kesalahan
1 Hal ini sejalan dengan SDGs Bahasa asing Hal ini sejalan dengan
(Sustainable Goals tidak ditulis SDGs (Sustainable
Development) yang telah miring. Goals Development)
disahkan oleh Perserikatan yang telah disahkan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang oleh Perserikatan
memuat 17 tujuan dan 165 Bangsa-Bangsa (PBB)
target. yang memuat 17
tujuan dan 165 target.
2 Untuk merealisasikan hal Bentuk dari Untuk merealisasikan
tersebut, penulis berkeinginan gabungan hal tersebut, penulis
untuk menyebarkan kesedaran imbuhan me- berkeinginan untuk
akan kesetaraan gender melalui dengan kata menyebarkan
pembuatan aplikasi serta media rubah adalah kesadaran akan
sosial Instagram yang akan mengubah dan kesetaraan gender
membantu masyarakat kesalahan melalui pembuatan
memahami dan merubah penulisan kata aplikasi serta media
pandangan mereka terhadap “kesadaran” sosial Instagram yang
kodrat perempuan. akan membantu
masyarakat memahami
dan mengubah
pandangan mereka
terhadap kodrat
perempuan.

3 Ketidakadilan gender adalah Tanda koma Ketidakadilan gender


sebuah sistem yang di dalamnya seharusnya adalah sebuah sistem
baik laki-laki maupun dipakai untuk yang di dalamnya,
perempuan menjadi korban dari mengapit baik laki-laki maupun
sistem tersebut. keterangan perempuan, menjadi
tambahan korban dari sistem
tersebut.
4 Salah satu peran mahasiswa Bahasa asing Salah satu peran
sebagai agent of change adalah tidak ditulis mahasiswa sebagai
berupaya maksimal agar dapat miring. agent of change adalah
memberikan perubahan positif berupaya maksimal
bagi masyarakat di sekitarnya. agar dapat
memberikan
perubahan positif bagi
masyarakat di
sekitarnya.

Diksi
Alasan
No. Kesalahan Pembetulan
kesalahan
1 Akhir-akhir ini, topik mengenai Penggunaan Akhir-akhir ini, topik
kesetaraan antara laki-laki kata lebihmengenai kesetaraan
dengan perempuan atau biasa seharusnya antara laki-laki dengan
disebut dengan kesetaraan diiringi dengan perempuan atau biasa
gender lebih sering sebuah disebut dengan
diperbincangkan. perbandingan. kesetaraan gender
sering
diperbincangkan.
2 Salah satu contoh dari Terjadi Salah satu contoh dari
ketidakadilan gender ini adalah pengulangan ketidakadilan gender
banyak perempuan yang kata ini adalah banyak
dipaksa menikah muda sehingga perempuan, perempuan yang
kesempatan bekerja untuk para bisa digantikan dipaksa menikah muda
perempuan sangat rendah. oleh kata ganti sehingga kesempatan
“mereka” bekerja untuk mereka
sangat rendah.

3 Berbicara mengenai gender, Kalimat tidak Berbicara mengenai


sebaiknya kita mengetahui efektif karena gender, sebaiknya kita
terlebih dahulu apa yang terjadi mengetahui terlebih
dimaksud dengan gender. pengulangan dahulu apa arti kata
kata. tersebut.
4 Melalui aplikasi dan media Kalimat tidak Aplikasi dan media
sosial ini, diharapkan dapat efektif karena sosial ini diharapkan
mempersiapkan para wanita penggunaan dapat mempersiapkan
dalam menghadapi bonus kata “melalui” para wanita dalam
demografi pada tahun 2030. menghadapi bonus
demografi pada tahun
2030.

Anda mungkin juga menyukai