Anda di halaman 1dari 6

Rodentisida Nabati Papain Pepaya ... (Nova Pramestuti, et.

al)
DOI : 10.22435/vk.v10i2.1021

RODENTISIDA NABATI PAPAIN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI


ALTERNATIF PENGENDALI MENCIT

Nova Pramestuti*, Corry Laura J Sianturi*, Bina Ikawati*, Agus W Anggara**


*
Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara
Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
**
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jl. Merdeka No. 147, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email : nova.pramestuti87@gmail.com

PAPAYA PAPAIN (Carica papaya L.) AS A NATURAL RODENTICIDE FOR MICE


CONTROL
Naskah masuk : 06 Maret 2018 Revisi I : 30 Mei 2018 Revisi II : 19 Juli 2018 Naskah diterima : 31 Oktober 2018

Abstrak
Tikus merupakan reservoir beberapa penyakit yang bersifat zoonosis. Pengendalian tikus dengan rodentisida
sintetik banyak menimbulkan dampak negatif sehingga diperlukan alternatif penggunaan rodentisida nabati
yang ramah lingkungan. Kombinasi papain dan garam dapat menimbulkan kematian pada mencit dengan lebih
cepat. Tujuan penelitian untuk membuat proporsi yang tepat rodentisida nabati dengan bahan aktif papain
terhadap mencit. Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan post-test only with control
group design. Rodentisida yang diuji terdiri dari empat kelompok perlakuan yang terdiri dari perlakuan A
(papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), dan D (papain 40%). Proporsi pakan terdiri dari jagung,
gandum, kedelai, karamel, papain kemasan produk merk “X”(berisi papain, garam, gula), parafin, minyak
jagung dan gula halus. Rodentisida diberikan kepada mencit selama tujuh hari, dicatat jumlah pakan dan
kematian mencit setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kematian mencit semakin meningkat seiring
dengan semakin meningkatnya konsentrasi papain kemasan produk merk “X” yang ditambahkan ke dalam
pakan. Ada perbedaan signifikan kecepatan kematian mencit di antara berbagai perlakuan (p-value<0,05),
yaitu pada perlakuan A dan D. Proporsi pakan dengan konsentrasi papain kemasan produk merk “X” 40%
dapat dijadikan alternatif untuk membuat rodentisida nabati dengan kematian paling tinggi.

Kata Kunci: rodentisida nabati, papain pepaya, mencit

Abstract
Rats as reservoirs of zoonotic diseases. Rodenticides are commonly used for control of rats. They can be
extremely harmful to humans, not only kill rats and other rodents, but also kill their predators. Therefore, using
natural rodenticide may be a better alternative. Combination of papain and salt can kill rats more quickly. The
aim of this study was to make a proportion of natural rodenticide appropriately to control mice with papain as
active ingredient. A quasi-experiment with post-test only with control group design was used in the study. There
were four treatment used in this study i.e treatment A (papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), and D
(papain 40%). Each was mixed with corn, wheat, soy, caramel, papain product for the brand “X” (consist of
papain, salt, sugar), paraffin, corn oil and refined sugar. Rodenticides given to mice for seven days, feed intake
and death of mice were observed every day. The results showed that mice death were decreased in corcondant
with increasing the concentration of papain product for the brand “X”, after rodenticide treatment. There is a
significant difference in mortality rate of mice among various rodenticide formulations (p-value<0.05), with
the most significant differences in treatment A and D. Feed proportion which contains papain product for the
brand “X” 40% can be used as an alternative to make natural rodenticide with the highest mortality.

Keywords : natural rodenticide, papaya papain, mice


83
Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018: 83 - 88

PENDAHULUAN Rodentisida terdiri dari umpan dasar tikus, bahan


Kehidupan tikus sangat dekat dengan manusia. racun, dan bahan tambahan. Serealia seperti padi,
Interaksi di antara mereka seringkali menimbulkan jagung dan gandum merupakan bahan umpan terbaik
dampak negatif, terutama di bidang kesehatan bagi tikus. Bahan tambahan seperti gula, garam, Mono
(Priyambodo, 2003). Hewan ini berperan sebagai Sodium Glutamat (MSG), dan aroma tertentu dapat
reservoir beberapa penyakit zoonosis diantaranya menjadi faktor penentu konsumsi umpan oleh tikus.
angiostrongiliasis, babesiosis, leptospirosis, pes, Selain kualitas kimia, kualitas fisik (tekstur, bentuk luar
Sporothrix schenckii, demam gigitan tikus, salmonellosis, serta ukuran) juga dapat menentukan daya tarik umpan
murine thypus, rickettsial pox, scrub thypus, dan (Priyambodo, 2006).
toxoplasmosis (Soedarto, 2012; Ristiyanto et al., 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
Pengendalian tikus yang biasa dilakukan adalah dengan tertarik melakukan penelitian untuk membuat proporsi
pemasangan perangkap serta penggunaan rodentisida yang tepat rodentisida nabati dengan bahan aktif papain
sintetis. Penggunaan rodentisida sintetis menimbulkan terhadap mencit.
dampak negatif karena dapat menimbulkan keracunan
bagi manusia dan organisme lain bukan sasaran seperti BAHAN DAN METODE
ikan dan hewan peliharaan lainnya sehingga diperlukan Penelitian ini merupakan penelitian quasi
rodentisida alternatif yang ramah lingkungan dan eksperimen dengan rancangan post-test only with
tidak menyebabkan salah sasaran dalam aplikasinya control group design. Penelitian dilaksanakan Bulan
(Purwanto, 2009). Alternatif yang dapat dilakukan April-Desember 2016 di Instalasi Rodentologi Balai
adalah melalui penggunaan rodentisida nabati yang Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit
memiliki keuntungan antara lain relatif aman, ramah Bersumber Binatang (P2B2) Banjarnegara. Sampel
lingkungan, murah dan mudah didapatkan. Rodentisida penelitian adalah mencit (Mus musculus) albino yang
nabati memiliki kekurangan yaitu penggunaan yang terdapat di Instalasi Rodentologi Balai Litbang P2B2
harus berulang-ulang, tidak tahan lama dan daya kerja Banjarnegara dengan kriteria sehat, tidak bunting, umur
yang lambat (Priyadi, 2014). 1 bulan (dewasa muda) dan memiliki berat badan hampir
Salah satu tanaman yang telah digunakan sebagai seragam.
pengendali hama tikus dibidang pertanian adalah buah Penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak enam
pepaya (Carica papaya L.). Buah pepaya tua langsung kali. Mencit yang dipakai pada masing-masing
diberikan pada tikus dan berdampak pada kematian kelompok perlakuan maupun kontrol sebanyak tiga ekor.
tikus. Buah pepaya tua mempunyai potensi yang cukup Bahan aktif rodentisida adalah papain yang diperoleh
besar sebagai racun (enzim albuminose) atau kaloid dari produk yang dijual di pasaran merk “X” dengan
carpine dalam mengendalikan tikus karena buah pepaya komposisi papain, gula dan garam.
mengandung bahan aktif papain (Priyadi, 2014). Proporsi rodentisida dibuat dalam bentuk blok
Papain merupakan salah satu senyawa yang dengan dicetak pada cetakan es (estimasi berat 10 gram)
paling banyak ditemukan di dalam getah pepaya dengan bahan-bahan yaitu papain (A:16%, B:24%,
(5,3%) (Supriati et al., 2009). Enzim ini mempunyai C:32%, D:40%), karamel, jagung kuning, gandum,
kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul kedelai bubuk, parafin, minyak jagung, dan gula halus.
protein sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan Pakan yang sudah memadat, dikeluarkan dari cetakan
dipeptida. Enzim ini juga relatif lebih stabil terhadap kemudian dioven dengan suhu 40 0C sampai pakan
panas (Muhidin, 2003; Kalie, 2008). benar-benar kering (2-3 hari).
Papain dari buah memiliki aktivitas proteolitik Mencit untuk uji diaklimatisasi dalam kandang
atau memecah protein lebih besar dibandingkan dengan (satu ekor/kandang) selama tujuh hari. Rodentisida
papain dari batang dan daun. Papain dari batang dan daun diberikan selama tujuh hari (setiap hari satu blok) pada
hanya memiliki aktivitas proteolitik 200 Milk Clotting mencit perlakuan dan diberikan air minum secukupnya.
Units (MCU)/g sementara dari buah 400 MCU/g. Papain Perlakuan diberikan selama 7 hari karena awalnya
mempunyai efek toksik pada mencit secara oral pada diharapkan mendapatkan efek keracunan akut, tetapi
dosis LD 50 12.500 mg/kg (MBAP Limited, 2005). hasil yang didapatkan belum ada. Pemberian perlakuan
Pembuatan rodentisida nabati menggunakan kombinasi diperpanjang untuk melihat efek keracunan secara kronis.
papain dan garam dapat menimbulkan kematian pada Blok pakan tanpa papain diberikan pada mencit kontrol
mencit dengan lebih cepat. Hal ini didukung oleh selama tujuh hari dan diberikan air minum secukupnya.
penelitian Wahyuni & Astawan (1995) bahwa hipertrofi Jumlah pakan yang dikonsumsi dicatat setiap hari.
pada hampir seluruh organ tubuh tikus yang diberikan Tiap hewan uji diamati dan dicatat gejala keracunan
ikan asin yang tinggi kadar garamnya.
84
Rodentisida Nabati Papain Pepaya ... (Nova Pramestuti, et. al)

yang timbul dalam 24 jam pertama. Pengamatan ini D terlihat adanya penurunan konsumsi pakan (kecuali
dilanjutkan selama tujuh hari dan dicatat berapa ekor perlakuan D), kelemahan, dehidrasi yang ditandai
mencit yang mati. dengan menggumpalnya rambut dan penurunan turgor
Data tingkat konsumsi mencit dan kecepatan kulit. Nilai rata-rata konsumsi pakan mencit terhadap
kematian mencit (hari kematian mencit) setelah formula rodentisida yang digunakan dapat dilihat pada
perlakuan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk Tabel 1.
tabel distribusi frekuensi. Analisis varian dilakukan pada
data kecepatan kematian mencit. Jika data berdistribusi Tabel 1. Rata-rata konsumsi mencit terhadap
normal, uji yang digunakan untuk analisis perbedaan berbagai proporsi rodentisida per 30 gram
adalah one way ANOVA (parametrik). Jika data bobot mencit
berdistribusi tidak normal, uji yang digunakan adalah Jenis perlakuan ∑ Mencit Rerata (gram)
Kruskal-Wallis (non-parametrik). Apabila hasil yang Perlakuan A (papain 16%) 16 8,5
diperoleh ada perbedaan, dilanjutkan dengan post hoc Perlakuan B (papain 24%) 17 7,8
test. Data kematian mencit berdasarkan jenis kelamin Perlakuan C (papain 32%) 18 6,9
dianalisis menggunakan uji chi-square. Perlakuan D (papain 40%) 15 8,1
Kontrol (papain 0%) 6 8,6
HASIL
Kondisi mencit uji di laboratorium selama Kematian Mencit setelah Pemberian Berbagai
aklimatisasi cukup baik. Aktivitas sehari-hari stabil dan Proporsi Rodentisida
tingkat konsumsi terhadap pakan dan air minum yang Persentase kematian mencit semakin meningkat
diberikan terlihat normal. Selain itu, tidak ada mencit seiring dengan semakin tingginya dosis papain.
uji yang mati selama proses aklimatisasi berlangsung Kematian paling tinggi pada perlakuan D sebesar 60%
sampai menjelang perlakuan. dan terjadi mulai hari keempat. Kematian paling rendah
pada perlakuan A dengan kematian mencit sebanyak 1
Tingkat Konsumsi Mencit setelah Pemberian ekor. Mencit jantan lebih banyak yang mati daripada
Berbagai Proporsi Rodentisida mencit betina. Hasil uji statistik juga menunjukkan
Jumlah mencit uji masing-masing perlakuan ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin mencit
sebanyak 18 ekor. Pada saat penelitian berlangsung ada dan jumlah kematian mencit dengan nilai p-value<0,05
beberapa mencit yang kabur yaitu sebanyak 2 ekor dari (Tabel 2).
perlakuan A, 1 ekor dari perlakuan B dan 3 ekor dari Mencit yang diberikan pakan perlakuan A, memiliki
perlakuan C. Tingkat konsumsi mencit diketahui dari waktu kematian paling lama yaitu pada hari ke-7. Jumlah
selisih antara pakan yang diberikan dengan pakan yang yang mati pada perlakuan A sebanyak 1 ekor mencit.
tersisa 24 jam berikutnya. Pengamatan selama 7 hari Kematian mencit paling cepat pada kelompok
pemberian pakan pada perlakuan A tidak menunjukkan mencit yang diberikan perlakuan rodentisida proporsi C
gejala yang spesifik, tetapi pada perlakuan B, C, dan yaitu mulai hari ke-1 sampai ke-7 (Gambar 1).

Tabel 2. Hasil pengamatan terhadap kematian mencit setelah pemberian berbagai perlakuan
Variabel ∑ Mencit uji ∑ Mencit mati % Mencit mati p-value
Jenis perlakuan: 0,006*
- Perlakuan A (papain 16%) 16 1 6,7
- Perlakuan B (papain 24%) 17 4 41,2
- Perlakuan C (papain 32%) 18 8 55,6
- Perlakuan D (papain 40%) 15 9 60,0
- Kontrol ( papain 0%) 6 0 0,0
Jenis kelamin mencit: 0,010**
- Jantan 45 22 48,9
- Betina 27 5 18,5
*) : hasil uji Kruskal-Wallis H kecepatan kematian mencit diantara berbagai perlakuan
**) : hasil uji chi-square kecepatan kematian berdasarkan jenis kelamin mencit

85
Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018: 83 - 88

Gambar 1. Kecepatan kematian mencit setelah pemberian berbagai perlakuan

Normalitas data kecepatan kematian mencit dengan Hasil uji Kruskal-Wallis H menunjukkan ada
Shapiro-Wilk menunjukkan p-value pada masing-masing perbedaan signifikan kecepatan kematian mencit
kelompok perlakuan <0,05 yang berarti distribusi data diantara berbagai perlakuan dengan p-value<0,05
tidak normal sehingga dilakukan transformasi data. Hasil (Tabel 2). Uji dilanjutkan dengan post hoc test (Games-
uji normalitas data kedua menunjukkan p-value<0,05 Howell) menunjukkan kecepatan kematian kelompok
berarti distribusi data tidak normal sehingga uji mencit yang diberikan perlakuan A dan D berbeda
statistik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis H (non secara signifikan dengan nilai p-value 0,028 (< 0,05)
parametrik). (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji multiple comparison games-howell kematian mencit setelah pemberian berbagai perlakuan
Jenis Perlakuan (I) Jenis Perlakuan (J) Mean Difference (I-J) Sig.
Perlakuan A Perlakuan B -1,268 0,379
Perlakuan C -1,840 0,118
Perlakuan D -2,629* 0,028
Kontrol 0,438 0,851
Perlakuan B Perlakuan A 1,268 0,379
Perlakuan C -0,572 0,952
Perlakuan D -1,361 0,542
Kontrol 1,706* 0,042
Perlakuan C Perlakuan A 1,840 0,118
Perlakuan B 0,572 0,952
Perlakuan D -0,789 0,907
Kontrol 2,278* 0,010
Perlakuan D Perlakuan A 2,629* 0,028
Perlakuan B 1,362 0,542
Perlakuan C 0,789 0,907
Kontrol 3,067* 0,004
Kontrol Perlakuan A -0,438 0,851
Perlakuan B -1,706* 0,042
Perlakuan C -2,278* 0,010
Perlakuan D -3,067* 0,004
*Mean difference signifikan pada p-value<0,05

86
Rodentisida Nabati Papain Pepaya ... (Nova Pramestuti, et. al)

PEMBAHASAN Mencit dengan persentase kematian paling tinggi


Pemberian rodentisida nabati dengan bahan racun adalah mencit yang diberi konsentrasi papain paling
kombinasi papain dan garam mengakibatkan kematian besar. Herawati & Sudarmaji (2009) menyatakan
pada sebagian mencit uji. Kematian tersebut diduga akibat bahwa semakin besar konsentrasi rodentisida akan
racun yang terkandung dalam papain dan penambahan meningkatkan kematian pada tikus. Kematian mencit
garam ke dalam pembuatan pakan. Semua mencit pada tidak terjadi seketika setelah pemberian rodentisida
kelompok kontrol yang hanya diberikan pakan tanpa nabati, tetapi membutuhkan waktu satu hari bahkan tujuh
papain dan air minum dapat bertahan hidup sampai akhir hari setelah pemberian pakan yang mengandung racun.
pengamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kematian Meehan (1984) melaporkan waktu kematian mencit
memang diakibatkan oleh bahan racun tersebut. berkisar antara empat sampai sembilan hari setelah
Papain merupakan enzim yang bersifat proteolitik mengonsumsi rodentisida dengan dosis antikoagulan
(memecah protein). Enzim ini akan menyebabkan yang mematikan. Abou-Hashem (2012) melaporkan
kerusakan organel sel sehingga lama-kelamaan dapat waktu kematian tikus albino setelah pemberian ekstrak
menimbulkan kematian pada hewan uji. Terjadinya etanol dari tanaman Calendula membutuhkan waktu 6,5
kerusakan sel ini diawali dengan terlepasnya ribosom hari, tanaman Sumac dan Camphor selama 6,6 dan 6,9
dari reticulum endoplasmic granuler, polisom akan hari.
menyebar pada plasma sehingga menyebabkan Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat
sitoplasma lebih bersifat acidophil (Harjana, 2009). dampak pemberian rodentisida nabati papain pepaya
Garam yang ditambahkan dalam pembuatan dalam mengendalikan tikus skala lapangan. Kondisi
rodentisida nabati dapat mempercepat kerusakan pada lapangan seringkali mempengaruhi efikasi dari umpan,
organ tubuh mencit. Penelitian Wahyuni & Astawan terkadang memberikan efek yang lebih besar atau lebih
(1995) menyatakan bahwa hampir seluruh organ kecil daripada dalam skala laboratorium (Baldwin et al.,
tubuh tikus yang diberikan ikan asin yang tinggi kadar 2014). Pitt et al. (2011) menyatakan bahwa sulit untuk
garamnya terjadi hipertrofi. memprediksi keefektifan pemberian umpan rodentisida
Kelompok mencit uji yang diberi pakan dengan dalam studi lapangan berdasarkan hasil penelitian yang
konsentrasi papain yang semakin tinggi menunjukkan telah dilakukan dalam skala laboratorium karena banyak
penurunan tingkat konsumsi, kecuali pada kelompok faktor yang mempengaruhi daya tarik umpan termasuk
perlakuan D (konsentrasi papain 40%). Penurunan ketersediaan sumber makanan alternatif dan aplikasi
tingkat konsumsi ini merupakan salah satu indikasi metode pemberian umpan yang diterapkan.
mencit mengalami keracunan. Penurunan tingkat
konsumsi pakan diduga disebabkan oleh kejeraan mencit KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap efek keracunan akibat zat aktif yang terdapat
Kesimpulan
pada papain. Sifat jera ini dimiliki tikus dan merupakan
Proporsi pakan dengan konsentrasi papain kemasan
respon penolakan apabila menjumpai pakan baru yang
produk merk “X” 40% dapat dijadikan alternatif untuk
dirasa asing (Herawati & Sudarmaji, 2009). Aplikasi
membuat rodentisida nabati dengan kematian paling
pakan beracun perlu diberikan pakan pendahuluan yaitu
tinggi.
pakan yang tidak mengandung racun. Hal ini bertujuan
untuk mengundang tikus dengan pakan yang diberikan
sehingga ketika diberi pakan yang mengandung racun, Saran
tikus tersebut mau makan dalam jumlah yang cukup Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk
sampai pada dosis mematikan (Priyambodo, 2003). membuat proporsi rodentisida nabati yang tepat dengan
Peningkatan konsumsi pakan pada kelompok bahan aktif papain untuk mengendalikan tikus skala
perlakuan D diduga disebabkan oleh keinginan mencit lapangan dengan waktu kematian cepat dan tikus tidak
untuk mendetoksifikasi racun yang masuk ke dalam mati di sembarang tempat.
tubuh. Wiratno et al. (2011) menyatakan bahwa hama
akan berusaha memakan makanan dengan tujuan KONTRIBUSI PENULIS
mendetoksifikasi racun yang masuk ke dalam tubuh. NP sebagai kontributor utama bertanggungjawab
Tikus yang dapat melakukan detoksifikasi dengan baik dalam konsep, analisis data, menulis, mengkaji,
akan bertahan hidup akan tetapi mengalami pertumbuhan mengedit artikel, dan visualisasi. CLJS sebagai
yang tidak normal dengan terjadi pembengkakan pada kontributor pendukung mengkoordinir pengamatan dan
bagian perut dan leher, menurunnya nafsu makan dan tata laksana hewan uji. BI bertanggungjawab dalam
pergerakannya menjadi pasif (Zailani et al., 2015). mengkoordinir pembuatan proporsi rodentisida. AWA

87
Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018: 83 - 88

sebagai pendukung berperan dalam melakukan validasi Pitt W, Driscoll L & Sugihara R, 2011. Efficacy of
terhadap pelaksanaan eksperimen. Rodenticide Baits for the Control of Three Invasive
Rodent Species in Hawaii. Arch Environ Con Tox,
UCAPAN TERIMA KASIH 60, pp.533–542.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Priyadi I, 2014. Mengendalikan Hama Tikus Sawah
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, rekan-rekan peneliti dengan Pestisida Nabati. Available at: http://cybex.
dan teknisi khususnya di Instalasi Rodentologi Balai deptan.go.id/penyuluhan/mengendalikan-hama-
Litbang P2B2 Banjarnegara yang telah membantu tikus-sawah-dengan-pestisida-nabati. [Accessed
pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dibiayai dengan September 4, 2014].
dana DIPA Balai Litbang P2B2 Banjarnegara tahun Priyambodo S, 2003. Pengendalian Hama Tikus
2016. Terpadu, Jakarta: Penebar Swadaya.
Priyambodo S, 2006. Tikus. In S. H. Sigit & U. K. Hadi,
eds. Hama Permukiman Indonesia. Bogor: Unit
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Pengendalian Hama Permukiman Fakultas
Abou-Hashem AAM, 2012. Evaluation of the
Kedokteran Hewan IPB.
Rodenticidal Effects of Some Plant Extracts Under
Purwanto, 2009. Pengujian Tiga Jenis Rempah-Rempah
Laboratory and Field Conditions. The Journal of
sebagai Repelen terhadap Tikus Rumah (Rattus
Basic & Applied Zoology, 65(5), pp.282–288.
rattus diardii Linn.) dan Tikus Pohon (Rattus
Baldwin RA, Quinn N, Davis DH & Engeman RM,
tiomanicus Mill.). Institut Pertanian Bogor.
2014. Effectiveness of rodenticides for Managing
Ristiyanto, Handayani FD, Boewono DT & Heriyanto
Invasive Roof Rats and Native Deer Mice in
B, 2014. Penyakit tular rodensia, Yogyakarta:
Orchards. Environmental Science and Pollution
Gadjah Mada University Press.
Research, 21(9), pp.5795–5802.
Soedarto, 2012. Penyakit zoonosis manusia ditularkan
Harjana T, 2009. Pemanfaatan Daun Pepaya ( Carica
oleh hewan, Jakarta: Sagung Seto.
papaya L.) untuk Pertumbuhan dan Efeknya
Supriati R, Ranti K & Karyadi B, 2009. Pengaruh
pada Gambaran Histologi Usus Halus Tikus
Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Putih. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
terhadap Kemampuan Reproduksi Mencit (Mus
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas
musculus BALB/C) Betina. Konservasi Hayati,
Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. pp. 237–244.
5(2), pp.13–20.
Herawati NA & Sudarmaji, 2009. Efikasi Ekstrak Biji
Wahyuni M & Astawan M, 1995. Pengaruh Kadar
Jarak terhadap Mortalitas Tikus Sawah. In Seminar
Garam Ikan Asin terhadap Tikus Percobaan. Buletin
Nasional Padi 2008. pp. 511–519.
THP, 1(1).
Kalie MB, 2008. Bertanam Pepaya, Jakarta: Penebar
Wiratno, Rizal M & Laba IW, 2011. Potensi Ekstrak
Swadaya.
Tanaman Obat dan Aromatik Sebagai Pengendali
MBAP Limited, 2005. Papain. Available at: https://
Keong Mas. Bul. Littro., 22(1), pp.54–64.
www.mpbio.com/includes/msds/aust/en/100921-
Zailani HF, Sutjipto & Prastowo S, 2015. Uji Efektivitas
EN-AUST.pdf. [Accessed September 26, 2014].
Rodentisida Nabati Ekstrak Buah Bintaro (Cerbera
Meehan A, 1984. Rats and Mice: their Biology and
manghas Boiteau , PIERRE L .) terhadap Hama
Control, East Grinstead, Sussex: Rentokil Limited.
Tikus. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1).
Muhidin D, 2003. Agroindustri Papain dan Pektin,
Jakarta: Penebar Swadaya.

88

Anda mungkin juga menyukai