al)
DOI : 10.22435/vk.v10i2.1021
Abstrak
Tikus merupakan reservoir beberapa penyakit yang bersifat zoonosis. Pengendalian tikus dengan rodentisida
sintetik banyak menimbulkan dampak negatif sehingga diperlukan alternatif penggunaan rodentisida nabati
yang ramah lingkungan. Kombinasi papain dan garam dapat menimbulkan kematian pada mencit dengan lebih
cepat. Tujuan penelitian untuk membuat proporsi yang tepat rodentisida nabati dengan bahan aktif papain
terhadap mencit. Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan post-test only with control
group design. Rodentisida yang diuji terdiri dari empat kelompok perlakuan yang terdiri dari perlakuan A
(papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), dan D (papain 40%). Proporsi pakan terdiri dari jagung,
gandum, kedelai, karamel, papain kemasan produk merk “X”(berisi papain, garam, gula), parafin, minyak
jagung dan gula halus. Rodentisida diberikan kepada mencit selama tujuh hari, dicatat jumlah pakan dan
kematian mencit setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kematian mencit semakin meningkat seiring
dengan semakin meningkatnya konsentrasi papain kemasan produk merk “X” yang ditambahkan ke dalam
pakan. Ada perbedaan signifikan kecepatan kematian mencit di antara berbagai perlakuan (p-value<0,05),
yaitu pada perlakuan A dan D. Proporsi pakan dengan konsentrasi papain kemasan produk merk “X” 40%
dapat dijadikan alternatif untuk membuat rodentisida nabati dengan kematian paling tinggi.
Abstract
Rats as reservoirs of zoonotic diseases. Rodenticides are commonly used for control of rats. They can be
extremely harmful to humans, not only kill rats and other rodents, but also kill their predators. Therefore, using
natural rodenticide may be a better alternative. Combination of papain and salt can kill rats more quickly. The
aim of this study was to make a proportion of natural rodenticide appropriately to control mice with papain as
active ingredient. A quasi-experiment with post-test only with control group design was used in the study. There
were four treatment used in this study i.e treatment A (papain 16%), B (papain 24%), C (papain 32%), and D
(papain 40%). Each was mixed with corn, wheat, soy, caramel, papain product for the brand “X” (consist of
papain, salt, sugar), paraffin, corn oil and refined sugar. Rodenticides given to mice for seven days, feed intake
and death of mice were observed every day. The results showed that mice death were decreased in corcondant
with increasing the concentration of papain product for the brand “X”, after rodenticide treatment. There is a
significant difference in mortality rate of mice among various rodenticide formulations (p-value<0.05), with
the most significant differences in treatment A and D. Feed proportion which contains papain product for the
brand “X” 40% can be used as an alternative to make natural rodenticide with the highest mortality.
yang timbul dalam 24 jam pertama. Pengamatan ini D terlihat adanya penurunan konsumsi pakan (kecuali
dilanjutkan selama tujuh hari dan dicatat berapa ekor perlakuan D), kelemahan, dehidrasi yang ditandai
mencit yang mati. dengan menggumpalnya rambut dan penurunan turgor
Data tingkat konsumsi mencit dan kecepatan kulit. Nilai rata-rata konsumsi pakan mencit terhadap
kematian mencit (hari kematian mencit) setelah formula rodentisida yang digunakan dapat dilihat pada
perlakuan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk Tabel 1.
tabel distribusi frekuensi. Analisis varian dilakukan pada
data kecepatan kematian mencit. Jika data berdistribusi Tabel 1. Rata-rata konsumsi mencit terhadap
normal, uji yang digunakan untuk analisis perbedaan berbagai proporsi rodentisida per 30 gram
adalah one way ANOVA (parametrik). Jika data bobot mencit
berdistribusi tidak normal, uji yang digunakan adalah Jenis perlakuan ∑ Mencit Rerata (gram)
Kruskal-Wallis (non-parametrik). Apabila hasil yang Perlakuan A (papain 16%) 16 8,5
diperoleh ada perbedaan, dilanjutkan dengan post hoc Perlakuan B (papain 24%) 17 7,8
test. Data kematian mencit berdasarkan jenis kelamin Perlakuan C (papain 32%) 18 6,9
dianalisis menggunakan uji chi-square. Perlakuan D (papain 40%) 15 8,1
Kontrol (papain 0%) 6 8,6
HASIL
Kondisi mencit uji di laboratorium selama Kematian Mencit setelah Pemberian Berbagai
aklimatisasi cukup baik. Aktivitas sehari-hari stabil dan Proporsi Rodentisida
tingkat konsumsi terhadap pakan dan air minum yang Persentase kematian mencit semakin meningkat
diberikan terlihat normal. Selain itu, tidak ada mencit seiring dengan semakin tingginya dosis papain.
uji yang mati selama proses aklimatisasi berlangsung Kematian paling tinggi pada perlakuan D sebesar 60%
sampai menjelang perlakuan. dan terjadi mulai hari keempat. Kematian paling rendah
pada perlakuan A dengan kematian mencit sebanyak 1
Tingkat Konsumsi Mencit setelah Pemberian ekor. Mencit jantan lebih banyak yang mati daripada
Berbagai Proporsi Rodentisida mencit betina. Hasil uji statistik juga menunjukkan
Jumlah mencit uji masing-masing perlakuan ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin mencit
sebanyak 18 ekor. Pada saat penelitian berlangsung ada dan jumlah kematian mencit dengan nilai p-value<0,05
beberapa mencit yang kabur yaitu sebanyak 2 ekor dari (Tabel 2).
perlakuan A, 1 ekor dari perlakuan B dan 3 ekor dari Mencit yang diberikan pakan perlakuan A, memiliki
perlakuan C. Tingkat konsumsi mencit diketahui dari waktu kematian paling lama yaitu pada hari ke-7. Jumlah
selisih antara pakan yang diberikan dengan pakan yang yang mati pada perlakuan A sebanyak 1 ekor mencit.
tersisa 24 jam berikutnya. Pengamatan selama 7 hari Kematian mencit paling cepat pada kelompok
pemberian pakan pada perlakuan A tidak menunjukkan mencit yang diberikan perlakuan rodentisida proporsi C
gejala yang spesifik, tetapi pada perlakuan B, C, dan yaitu mulai hari ke-1 sampai ke-7 (Gambar 1).
Tabel 2. Hasil pengamatan terhadap kematian mencit setelah pemberian berbagai perlakuan
Variabel ∑ Mencit uji ∑ Mencit mati % Mencit mati p-value
Jenis perlakuan: 0,006*
- Perlakuan A (papain 16%) 16 1 6,7
- Perlakuan B (papain 24%) 17 4 41,2
- Perlakuan C (papain 32%) 18 8 55,6
- Perlakuan D (papain 40%) 15 9 60,0
- Kontrol ( papain 0%) 6 0 0,0
Jenis kelamin mencit: 0,010**
- Jantan 45 22 48,9
- Betina 27 5 18,5
*) : hasil uji Kruskal-Wallis H kecepatan kematian mencit diantara berbagai perlakuan
**) : hasil uji chi-square kecepatan kematian berdasarkan jenis kelamin mencit
85
Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018: 83 - 88
Normalitas data kecepatan kematian mencit dengan Hasil uji Kruskal-Wallis H menunjukkan ada
Shapiro-Wilk menunjukkan p-value pada masing-masing perbedaan signifikan kecepatan kematian mencit
kelompok perlakuan <0,05 yang berarti distribusi data diantara berbagai perlakuan dengan p-value<0,05
tidak normal sehingga dilakukan transformasi data. Hasil (Tabel 2). Uji dilanjutkan dengan post hoc test (Games-
uji normalitas data kedua menunjukkan p-value<0,05 Howell) menunjukkan kecepatan kematian kelompok
berarti distribusi data tidak normal sehingga uji mencit yang diberikan perlakuan A dan D berbeda
statistik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis H (non secara signifikan dengan nilai p-value 0,028 (< 0,05)
parametrik). (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil uji multiple comparison games-howell kematian mencit setelah pemberian berbagai perlakuan
Jenis Perlakuan (I) Jenis Perlakuan (J) Mean Difference (I-J) Sig.
Perlakuan A Perlakuan B -1,268 0,379
Perlakuan C -1,840 0,118
Perlakuan D -2,629* 0,028
Kontrol 0,438 0,851
Perlakuan B Perlakuan A 1,268 0,379
Perlakuan C -0,572 0,952
Perlakuan D -1,361 0,542
Kontrol 1,706* 0,042
Perlakuan C Perlakuan A 1,840 0,118
Perlakuan B 0,572 0,952
Perlakuan D -0,789 0,907
Kontrol 2,278* 0,010
Perlakuan D Perlakuan A 2,629* 0,028
Perlakuan B 1,362 0,542
Perlakuan C 0,789 0,907
Kontrol 3,067* 0,004
Kontrol Perlakuan A -0,438 0,851
Perlakuan B -1,706* 0,042
Perlakuan C -2,278* 0,010
Perlakuan D -3,067* 0,004
*Mean difference signifikan pada p-value<0,05
86
Rodentisida Nabati Papain Pepaya ... (Nova Pramestuti, et. al)
87
Vektora Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018: 83 - 88
sebagai pendukung berperan dalam melakukan validasi Pitt W, Driscoll L & Sugihara R, 2011. Efficacy of
terhadap pelaksanaan eksperimen. Rodenticide Baits for the Control of Three Invasive
Rodent Species in Hawaii. Arch Environ Con Tox,
UCAPAN TERIMA KASIH 60, pp.533–542.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Priyadi I, 2014. Mengendalikan Hama Tikus Sawah
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, rekan-rekan peneliti dengan Pestisida Nabati. Available at: http://cybex.
dan teknisi khususnya di Instalasi Rodentologi Balai deptan.go.id/penyuluhan/mengendalikan-hama-
Litbang P2B2 Banjarnegara yang telah membantu tikus-sawah-dengan-pestisida-nabati. [Accessed
pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dibiayai dengan September 4, 2014].
dana DIPA Balai Litbang P2B2 Banjarnegara tahun Priyambodo S, 2003. Pengendalian Hama Tikus
2016. Terpadu, Jakarta: Penebar Swadaya.
Priyambodo S, 2006. Tikus. In S. H. Sigit & U. K. Hadi,
eds. Hama Permukiman Indonesia. Bogor: Unit
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Pengendalian Hama Permukiman Fakultas
Abou-Hashem AAM, 2012. Evaluation of the
Kedokteran Hewan IPB.
Rodenticidal Effects of Some Plant Extracts Under
Purwanto, 2009. Pengujian Tiga Jenis Rempah-Rempah
Laboratory and Field Conditions. The Journal of
sebagai Repelen terhadap Tikus Rumah (Rattus
Basic & Applied Zoology, 65(5), pp.282–288.
rattus diardii Linn.) dan Tikus Pohon (Rattus
Baldwin RA, Quinn N, Davis DH & Engeman RM,
tiomanicus Mill.). Institut Pertanian Bogor.
2014. Effectiveness of rodenticides for Managing
Ristiyanto, Handayani FD, Boewono DT & Heriyanto
Invasive Roof Rats and Native Deer Mice in
B, 2014. Penyakit tular rodensia, Yogyakarta:
Orchards. Environmental Science and Pollution
Gadjah Mada University Press.
Research, 21(9), pp.5795–5802.
Soedarto, 2012. Penyakit zoonosis manusia ditularkan
Harjana T, 2009. Pemanfaatan Daun Pepaya ( Carica
oleh hewan, Jakarta: Sagung Seto.
papaya L.) untuk Pertumbuhan dan Efeknya
Supriati R, Ranti K & Karyadi B, 2009. Pengaruh
pada Gambaran Histologi Usus Halus Tikus
Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Putih. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
terhadap Kemampuan Reproduksi Mencit (Mus
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas
musculus BALB/C) Betina. Konservasi Hayati,
Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. pp. 237–244.
5(2), pp.13–20.
Herawati NA & Sudarmaji, 2009. Efikasi Ekstrak Biji
Wahyuni M & Astawan M, 1995. Pengaruh Kadar
Jarak terhadap Mortalitas Tikus Sawah. In Seminar
Garam Ikan Asin terhadap Tikus Percobaan. Buletin
Nasional Padi 2008. pp. 511–519.
THP, 1(1).
Kalie MB, 2008. Bertanam Pepaya, Jakarta: Penebar
Wiratno, Rizal M & Laba IW, 2011. Potensi Ekstrak
Swadaya.
Tanaman Obat dan Aromatik Sebagai Pengendali
MBAP Limited, 2005. Papain. Available at: https://
Keong Mas. Bul. Littro., 22(1), pp.54–64.
www.mpbio.com/includes/msds/aust/en/100921-
Zailani HF, Sutjipto & Prastowo S, 2015. Uji Efektivitas
EN-AUST.pdf. [Accessed September 26, 2014].
Rodentisida Nabati Ekstrak Buah Bintaro (Cerbera
Meehan A, 1984. Rats and Mice: their Biology and
manghas Boiteau , PIERRE L .) terhadap Hama
Control, East Grinstead, Sussex: Rentokil Limited.
Tikus. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1).
Muhidin D, 2003. Agroindustri Papain dan Pektin,
Jakarta: Penebar Swadaya.
88