Anda di halaman 1dari 6

1. Cuadrado-Ballesteros, Beatriz (2014).

The Impact of Functional Decentralization and


Externalization on Local Government Transparency. Government Information Quarterly, 31:
265-277.

Motivasi dan - Sebagai penyedia sumber daya, masyarakat semakin membutuhkan


tujuan informasi dan akuntabilitas (Scott, 2006) sehubungan dengan kegiatan
Penelitian yang dibiayai oleh sumber daya mereka. Informasi mengenai hal ini juga
akan membantu masyarakat untuk mengetahui dimana dan berapa banyak
sumber daya keuangan sedang dialokasikan (Jorge, Moura e Sá, Pattaro, &
Lourenço 2011). Dalam hal ini, transparansi dapat memberikan
pemahaman atas kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, dan dapat
mendorong masyarakat untuk mengambil bagian dalam pengambilan
keputusan (Guillamón, Rios-Martínez, & Vicente-Oliva, 2011).
- The OECD (2001) mendefinisikan transparansi sebagai "keterbukaan
tentang tujuan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan". Penulis lain
mendefinisikan transparansi sebagai akses publik terhadap informasi yang
tepat waktu dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan dan menilai
kinerja sektor publik (Armstrong, 2005). Sedangkan Piotrowski dan
Bertelli (2010) mengemukakan bahwa transparansi adalah sejauh mana
akses terhadap informasi pemerintah tersedia.
- Beberapa peneliti telah memusatkan perhatian mereka pada hubungan
antara transparansi dengan faktor-faktor sosial-ekonomi dan politik. Salah
satunya berhubungan dengan desentralisasi, yang mana dengan
desentralisasi telah memberikan otonomi yang lebih besar dalam
pencapaian tujuan mereka suatu organisasi. Politisi dan birokrat menjadi
lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka dan perilaku etis mereka
dapat ditingkatkan (Persson & Tabellini 2000). Oleh karena itu,
desentralisasi diyakini dapat meningkatkan transparansi karena dapat
menyebabkan pengambil keputusan (politisi) lebih bertanggung jawab
kepada warga atas tindakan mereka, termasuk juga untuk meningkatan
respon mereka (Regmi, Samosir, Greer, & Pilkington, 2010; Vrangbaek
2007).
- Terkait dengan outsourcing, meskipun keuntungan dari outsourcing terkait
dengan efisiensi dan kualitas layanan, beberapa pihak berpendapat bahwa
outsourcing yang dapat menyebabkan penipuan (Frederickson, 1999;
Kettl, 1993; Pessoa, 2009), salah satunya disebabkan karena keterlibatan
politisi yang terlalu sering ikut campur dalam seleksi penyedia layanan ini,
dengan kasus pilih kasih dalam penugasan kontrak (Fernández, 2007;
González, GASCO, & Llopis 2011). Pemerintah daerah cenderung kurang
transparan untuk menghindari keterlibatan masyarakat dalam proses ini.
- Eksternalisasi pelayanan publik semacam ini umumnya bermotif untuk
keuntungan semata bukan akuntabilitas publik (Regmi et al., 2010). Untuk
itu, walaupun ada banyak perdebatan tentang etika outsourcing terkait
dengan akuntabilitas dalam pelayanan publik (Johnson, 1995; Moss,
1997), walaupun terbukti bahwa sektor swasta lebih akuntabel untuk hasil,
namun cenderung kurang transparansi dalam hal proses (Mulgan 2002).
- Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis
sejauhmana keterkaitan antara desentralisasi fungsional dan ekternalisasi
dengan level transparansi pemerintah daerah, khususnya di Spanyol.
Pertanyaan Sejauhmana pengaruh desentralisasi fungsional dan eksternalisasi terhadap
Penelitian level transparansi publik?
Hipotesis/ H1. Desentralisasi fungsional berpengaruh positif terhadap level transparansi
Proposisi publik.
H2. Eksternalisasi berpengaruh negatif terhadap level transparansi publik.
2

Data/Sampel Sampel yang dipilih adalah 110 kota terbesar, termasuk didalamnya ibukota
provinsi dan hampir keseluruhan kota-kota tersebut memiliki jumlah
penduduk diatas 50.000 jiwa. Periode pengamatan dilakukan selama 3 tahun,
yaitu dari tahun 2008-2010.
Pengukuran Pengukuran variable utama dilakukan sebagai berikut:
variabel dan - Variabel transparansi digunakan index yang dipublikasikan oleh
metode Transparansi International Spanyol, dengan score 0-100 yang disebut
Analisis dengan IT Index. Sementara sub-index dibagi kedalam 5 bagian, yaitu:
(A) transaparansi perusahaan kota;
(B) transparansi hubungan dengan warga negara dan masyarakat;
(C) transparansi ekonomi dan keuangan;
(D) transparansi terkait dengan penawaran kontrak jasa kota;
(E) transparansi dalam perencanaan kota dan pekerjaan umum.
- Variabel desentralisasi adalah variabel numerik yang mewakili jumlah
lembaga desentralisasi (perusahaan, organisasi otonom organisasi, badan
usaha publik dan yayasan) masing-masing kota.
- Variabel Eksternalisasi adalah variabel numerik yang mewakili jumlah
lembaga swasta yang telah memperoleh hak untuk memberikan jasa
kepada masyarakat di setiap kota.
Metode analisis digunakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif
dan analisis eksplanatori. Dalam hal eksplanatori, peneliti mencoba
melakukan tes untuk indeks dan subindeks khususnya untuk mengetahui
dengan pasti level transparansi yang paling dipengaruhi oleh desentralisasi
dan eksternalisasi.
Temuan/ - Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota yang paling transparan adalah
Interpretasi kota yang telah melakukan proses desentralisasi fungsional untuk
pelayanan publik, terutama melalui pembentukan perusahaan publik dan
yayasan. Yayasan adalah badan non-profit yang terikat pada administrasi
publik, dan menerima dana moneter dari negara. Karena entitas ini secara
berkala diaudit untuk menjamin penggunaan dana publik secara memadai
maka hal ini mendukung transparansi informasi.
- Selain itu, proses desentralisasi meningkatkan transparansi pada kota-kota
yang ada di Spanyol karena politisi dan agen yang terlibat lainnya
langsung berhubungan pelayanan dan lebih bertanggung jawab atas
tindakan mereka (Persson & Tabellini 2000), sehingga menyebabkan
perilaku yang lebih etis dan dapat membatasi perilaku predator di
pemerintah (Bjedov et al., 2010). Dengan demikian, adanya desentralisasi
menyebabkan pelayanan yang lebih berorientasi pada publik, sehingga
cenderung mengungkapkan informasi yang lebih tinggi dan memperkuat
hubungan dengan stakeholder, sehingga mendorong meningkatnya
partisipasi warga (Justice et al., 2006) dan terwujudnya akuntabilitas
dalam pemerintahan ( Regmi et al, 2010; Willis et al, 1999.).
- Sementara itu, terkait dengan keterlibatan perusahaan swasta dalam bentuk
outsourcing dan perusahaan campuran (mixed companies) Hasilnya
aktivitas tersebut tidak mempengaruhi tingkat transparansi publik pada
kota-kota di Spanyol. Hal ini membuktikan pernyataan Mulgan (2002)
yang menyatakan bahwa meskipun sektor swasta cenderung lebih
akuntabel untuk hasil, namun cenderung kurang transparan dalam proses.
- Walaupun demikian, eksternalisasi tidak boleh dipahami sebagai
mekanisme untuk menyembunyikan informasi, karena berdasarkan hasil
penelitian juga dapat dilihat bahwa ternyata perusahaan-perusahaan swasta
tersebut telah mengungkapkan informasi aktivitasnya pada website mereka
masing-masing, sehingga informasi atas aktivitas ekseternalisasi tersebut
tidak lagi disediakan oleh Pemerintah Daerah. Hal inilah yang mungkin

Universitas Indonesia
3

menyebabkan eksternalisasi tidak berpengaruh terhadap tingkat


transparansi publik.
Komentar Penelitian ini telah memberikan gambaran atas dampak dari desentralisasi dan
Terhadap eksternalisasi pelayanan publik terhadap tingkat transparansi, namun beberapa
Artikel hal yang menjadi pertanyaan adalah:
1. Dalam melakukan pengukuran variabel desentralisasi dan eksternalisasi,
peneliti menggunakan variabel numerik angka jumlah organisasi yang
terlibat dalam pelayanan publik tersebut. Hal ini patut dipertanyakan
karena jumlah organisasi tersebut belum dapat menggambarkan seberapa
besar cakupan pelayanan publik yang diberikan. Bisa jadi dengan cakupan
pelayanan publik yang sama pada suatu daerah, dilakukan dengan jumlah
organisasi yang berbeda di daerah lainnya.
2. Seperti yang dinyatakan oleh peneliti, bahwa mungkin saja penyebab dari
tidak adanya pengaruh antara eksternalisasi dengan level transparansi
diakibatkan karena perusahaan-perusahaan swasta tersebut hanya
melakukan transparansi melalui saluran informasi mereka sendiri dan
tidak menggunakan saluran informasi yang disiapkan oleh Pemerintah.
Hal ini mengisyaratkan diperlukannya variabel kontrol untuk menjelaskan
lebih rinci hal tersebut.
Peluang Berdasarkan penelitian ini maka beberapa penelitian yang dapat dilakukan di
Penelitian masa mendatang adalah sebagai berikut:
Selanjutnya 1. Seperti halnya yang terjadi di Spanyol, pada Pemerintahan daerah di
Indonesia juga memungkinkan dilakukannya kerjasama dengan pihak
ketiga (pihak swasta) untuk memberikan pelayanan publik, selain
dilakukan oleh BUMD ataupun BLUD. Penelitian ini bisa di replikasi
dengan membandingkan sampai sejauhmana pengaruh pengalihan
pelayanan publik tersebut terhadap tingkat transparansi dan akuntabilitas
suatu pemerintah daerah.
2. Selain tingkat transparansi dan akuntabilitas, penelitian ini dapat
dikembangkan dengan melihat sejauhmana pengaruh desentralisasi dan
eksernalisasi tersebut terhadap profesionalitas serta tingkat ekonomis,
efektifitas dan efisiensi pelayanan publik.

Universitas Indonesia
4

2. Justice, Jonathan B. and Cumhur Dulger. (2009). Fiscal Transparency and Authentic Citizen
Participation in Public Budgeting: The Role of Third-Party Intermediation. Journal of Public
Budgeting, Accounting and Financial Management, 21 (2-Summer): 254-288.

Motivasi - Anggaran (publik) pemerintah merupakan sesuatu yang sangat penting,


Penulisan karena di sebagian besar negara saat ini, setidaknya telah mengalokasikan
Paper. hampir sepertiga atau bahkan lebih dari semua output ekonominya.
Tetapi yang terjadi adalah bahkan di sebagian besar Negara yang
demokrasinya stabil dan seolah-olah sukses sekalipun, relatif sedikit
keterlibatan warga dalam proses penganggaran pemerintah.
- Proses penganggaran yang tepat sangat diperlukan karena kelangkaan
sumber daya fiskal dan adanya norma-norma yang berlaku umum dari
demokrasi yang bersifat administrasi bagi administrator dan pejabat
terpilih untuk memastikan bahwa alokasi anggaran responsif terhadap
kepentingan rakyat. Terkait dengan hal tersebut, partisipasi warga dalam
alokasi sumber daya publik diduga menjadi sarana penting untuk
memastikan terselenggaranya proses penganggaran yang tepat.
Permasalahan ini sebenarnya telah menjadi subyek dari literatur
akademik yang berkembang di jurnal administrasi publik AS, telah
memberikan wawasan, tetapi masih bersifat teoritis (Ebdon & Franklin,
2006), terisolasi dan mengabaikan penelitian komparatif. Keterbatasan ini
merupakan suatu kelalaian karena terbatas dalam memberikan penjelasan
secara baik tentang kegunaan normatifnya.
- Ebdon & Franklin (2006) sebenarnya telah mengusulkan suatu model
keterlibatan/partisipasi masyarakat secara langsung dalam penyusunan
anggaran, dan menyediakan beberapa petunjuk untuk merancang proses
dan mekanisme yang dapat mengurangi hambatan partisipasi tersebut,
namun model tersebut juga masih bersifat normatif dan belum mampu
untuk memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang
timbul dengan adanya partisipasi masyarakat secara langsung dalam
penyusunan anggaran. Karena pada kenyataannya, walaupun secara
normatif, pemerintah telah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi secara langsung dalam proses penganggaran, yang terjadi
adalah masih banyak proses penganggaran yang mengabaikan
keterlibatan masyarakat tersebut.
- Oleh karena itu, paper ini bertujuan untuk mengidentifikasi gap dalam
literatur atas fiksasi terhadap keterlibatan masyarakat secara langsung
dalam proses penganggaran yang sering luput dari perhatian.
- Dengan membahas secara mendalam tentang transparansi fiskal,
partisipasi masyarakat dan peran intermediasi pihak ketiga dalam
penganggaran, diharapkan dapat berkontribusi kepada praktisi dan
peneliti agar dapat menyadari bahwa selain untuk mengatasi kelangkaan
sumber daya fiskal, proses penganggaran juga dilatarbelakangi oleh
kelangkaan sumber daya dan partisipasi masyarakat, termasuk
keterbatasan waktu, keahlian, dan perhatian.
Pertanyaan 1. Mengapa dalam penyusunan anggaran pemerintah, transparansi fiskal
Penelitian dan partisipasi masyarakat masih sering dikesampingkan, bukannya
anggaran pemerintah sangat penting untuk kesejahteraan sosial
(masyarakat umum)?
2. Selain kelangkaan sumber daya fiskal, faktor-faktor penting apa saja
yang melatarbelakangi diperlukannya proses penganggaran secara
tepat?
3. Bagaimana keterkaitan pihak ketiga dalam memediasi proses
penganggaran secara tepat?

Universitas Indonesia
5

Hipotesis/ Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit proposisi pada paper ini, penulis
Proposisi berasumsi bahwa keberhasilan proses penganggaran publik (pemerintah),
selain untuk mengatasi kelangkaan sumber daya juga sangat dipengaruhi
oleh transparansi fiskal, partisipasi masyarakat dan intermediasi oleh pihak
ketiga, seperti akademisi dan organisasi masyarakat lainnya.
Data/Sampel Data yang digunakan dalam penyusunan paper ini adalah data sekunder
yang berupa literatur (sumber kepustakaan), terutama terkait dengan hasil
kajian teoritis dan studi kasus dalam proses penganggaran, misalnya yang
dipublikasikan oleh New York Bureau of Municipal Research (BMR) dan
karya kontemporer Developing Initiatives For Social and Human Action
(DISHA) di Gujarat, India.
Metode Metode analisis menggunakan metode kualitatif-interpretatif (general
Analisis review).
Temuan/ Beberapa temuan/hasil penelitian ini adalah:
Interpretasi 1. Walaupun secara normatif telah terbuka kesempatan untuk
berpartisipasi secara langsung dalam proses penganggaran, namun
sering ditemukan bahwa sebagian besar warga tidak memiliki
informasi, tidak memiliki waktu untuk melakukan kajian-kajian
terhadap isu-isu yang kompleks dan juga tidak memiliki kemampuan
dalam menghadapi keputusan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah,
termasuk keputusan anggaran pemerintah (Simonsen & Robbins,
2000).
2. Untuk mengatasi masalah tersebut, setidaknya diperlukan dua variable,
yaitu pertama, mengefektifkan transparansi fiskal, bersamaan dengan
partisipasi dan akuntabilitas sebagai prasyarat untuk mencapai hasil
yang reponsif dan meningkatkan legitimasi masyarakat terhadap
Pemerintah. Kedua, intermediasi pihak ketiga. Hal ini dibutuhkan
untuk masalah biaya transaksi, batasan rasionalitas, asimetri informasi
dan oportunistik pemerintah, baik yang disebabkan oleh ketidakaktifan
masyarakat maupun kompleksitas yang melekat untuk mendapatkan
informasi yang relevan akibat keterbatasan spesialisasi dan keahlian
yang dimiliki oleh masyarakat.
3. Belajar dari praktik intermediasi pihak ketiga yang dilakukan di AS dan
India maka keberadaan pihak ketiga sebagai intermediasi, selain dapat
memediasi dalam advokasi anggaran (memastikan anggaran yang
responsif terhadap kebutuhan masyarakat), keberadaan pihak ketiga
juga dapat membantu dalam monitoring (pemantauan) penganggaran
dari tindakan korupsi atau perilaku oportunistik lainnya, serta dapat
berkontribusi dalam memberikan edukasi bagi masyarakat tentang
proses dan pemantauan penganggaran pemerintah (publik).
4. Selain itu, walaupun pihak ketiga tidak mendapatkan insentif ekonomi
(keuntungan pribadi) yang memadai atas intermediasi penganggaran
publik ini, bukti kontemporer telah menunjukkan bahwa masyarakat
sipil pejuang reformasi dan kelompok masyarakat lainnya cukup
termotivasi untuk melakukan intermediasi penganggaran yang
belakangan kemudian berkembang dengan sebutan “civil-society
budget work”.
Komentar Secara umum penulis menggarisbawahi pentingnya keberadaan “civil-
Terhadap society budget work” sebagai pihak ketiga yang berfungsi sebagai
Artikel intermediasi untuk mengatasi permasalahan partisipasi masyarakat dan
transparansi fiskal dalam proses penganggaran pemerintah (publik), namun
beberapa catatan penting atas keberadaan pihak ketiga tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan bagaimana seharusnya
strategi yang dijalankan oleh masyarakat untuk membentuk civil-

Universitas Indonesia
6

society tersebut agar dapat bekerja efektif?


2. Dalam perjalanannya, apakah civil-society ini tidak akan menghadapi
perilaku opportunistik dari personilnya? Dan jikapun ada, bagaimana
mengatasi permasalahan tersebut agar fungsi sebagai intermediasi
dalam mengadvokasi, monitoring dan mengedukasi tetap berjalan
secara efektif?
Kedua hal ini tidak dijelaskan secara lebih mendetail.
Peluang Di Indonesia, pihak ketiga yang berfungsi sebagai intermediasi proses
Penelitian penganggaran telah banyak didapatkan, antara lain: FITRA, ICW dan
Selanjutnya lainnya. Sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, isu penting yang
dapat dijadikan topik penelitian di masa yang akan datang adalah sebagai
berikut:
1. Sejauhmana peran pihak ketiga tersebut dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas penanggaran publik di Indonesia?
2. Sejauhmana peran pihak ketiga tersebut dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam penanggaran publik di Indonesia?
3. Jika dibandingkan antara fungsinya dalam mengadvokasi anggaran,
monitoring dan edukasi, fungsi apa saja yang paling dominan dilakukan
oleh pihak ketiga tersebut dalam intermediasi penganggaran publik di
Indonesia?

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai