Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohanis sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam dan ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad, Saw yang
telah membimbing kita dari tempat yang gelap gulita ketempat yang terang benderang seperti
saat ini.
Penyusun disini akhirnya merasa sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah
Penyakit Yang Terjadi Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Dalam Sistem Perkemihan ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya, sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu
Penyakit Dalam Pelaayanan Kebidanan. Ucapan terima kasih yang tak terhinggan juga kami
ucapkan kepada Dosen mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam Pelayanan Kebidanan yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Ilmu Penyakit Yang Terjadi Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Dalam Sistem Perkemihan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang
akan datang.

Palopo, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, dan nifas adalah kejadian dan pengalaman dalam

kehidupan wanita, pengalaman tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda bagi

setiap wanita ataupun keluarganya. Dalam siklus kehidupan, bagi wanita peristiwa

tersebut sangat bermakna dan menyenangkan ke tahap baru yang merupakan fase transisi.

Akan tetapi pada peristiwa tersebut juga dapat mengakibatkan stres hingga mengalami

kecemasan, kekecewaan dan perubahan fisiologis lainnya

Kehamilan dan persalinan adalah kondisi yang normal, alami dan sehat. Hampir

pada setiap wanita mengalami kehamilan dan itu adalah hal yang fisiologis. Namun

apabila tidak dilakukan pemantauan secara intensif dapat terjadi penyimpangan, karena

pada setiap kehamilan mempunyai resiko. Sehingga pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir merupakan salah satu dari unsur kesehatan dan membutuhkan perhatian lebih

dari tenaga kesehatan supaya mendapat kesejahteraan ibu dan bayi

Salah satu faktor resiko pada kehamilan yaitu sering menahan buang air kecil

yang dapat mengakibatkan resiko ISK (Infeksi Saluran Kemih). Penyakit infeksi

membunuh lebih dari 10 juta penduduk di negara berkembang setiap tahunnya. Banyak

diantara mereka meninggal dunia karena kegagalan awal dalam mencegah infeksi atau

karena penanganan yang kurang. Infeksi ini dimulai dari infeksi pada saluran kemih

(ISK) yang kemudian menjalar menuju organ-organ genetalia bahkan sampai ke ginjal

Adanya penyakit pada saluran kemih dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin,

dampak yang dapat ditimbulkan yaitu anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi

berat lahir rendah (BBLR) serta gangguan pertumbuhan janin dan preeklamsi. Sehingga

upaya identifikasi dini penyebabnya dan kemampuan memprediksi timbulnya infeksi

saluran kemih pada ibu hamil sangatlah penting untuk dasar pencegahan dan tatalaksana

Untuk itu, diperlukan asuhan yang tepat bagi ibu hamil, bersalin dan nifas dengan

penyakit pada saluran kemih, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang penyakit

tersebut beserta dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan dan nifas dengan

penyakit pada system perkemihan.


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan system perkemihan ?
2. Apa saja perubahan-perubahan anatomis saluran kemih pada ibu hamil ?
3. Apa saja jenis penyakit system perkemihan yang dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas ?
4. Apa etiologi dan tanda gejala dari penyakit saluran kemih ?
5. Bagaimana patofisiologi serta komplikasi dari penyakit saluran perkemihan terhadap
ibu dan janin ?
6. Bagaimana penanganan /asuhan yang dapat diberikan bagi ibu yang mengidap
penyakit pada saaluran kemih ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makaalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan system perkemihan
2. Untuk mengetahui perubahan-perubahan anatomis saluran kemih yang terjadi pada
ibu hamil
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit system perkemihan yang dapat terjadi padaa
masa kehamilan, persalinan dan nifas
4. Untuk mengetahui etiologi serta tanda dan gejala dari penyakit saluran kemih
5. Untuk mengetahui patofisiologi serta komplikasi dari penyakit saluran perkemihan
terhadap ibu dan janin
6. Untuk mengetahui penanganan/asuhan yang dapat diberikan kepada ibu dengan
penyakit system perkemihan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah, sehingga darah bebas dari zat-zat zang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan dalam bentuk urine (air kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
1. Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin
2. Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih)
3. Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan
4. Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika

B. Perubahan Sistem Anatomis Saluran Kemih


1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing.Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus
keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak
berubah, laju filtrasi glomelurusdan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan.Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan
pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu
akan merasa lebih sering ingin buangair kecil. Pada bulan pertama kehamilan
kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.Pada kehamilan normal
fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah
janin.Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-
1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidakefisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akanmenekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibudan frekuensi jantung janin menurun, begitu
juga dengan volume darah ginjal. 
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudahmulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan
keluar dari panggulsejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena
kandung kemih bergeserkearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan
oleh hyperemia kandung kemih danuretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat
mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih
dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemihsampai sekitar 1500
ml. Pada saaat yang sama, pembesaran uterus mennekan kandung
kemih,menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi
sedikit urine
3. Trimester III
Pada akhir kehaamilan, bila kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi, hal ini dikarenakan kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi yang menyebabkan metabolism
air menjadi lancar. Pada kehaamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat
terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis
dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambaat laju aliran urine.

C. Penyakit Pada Sistem Perkemihan


Adapun beberapa jenis penyakit pada sistem perkemihan yang akan kita bahas pada kali
ini, yaitu :
1) Penyakit Ginjal
Ginjal adalah organ berukuran sekepalan tangan yang berada di belakang rongga
perut. Ada dua buah ginjal, masing-masing berada di sisi tulang belakang. Fungsi
ginjal adalah menyaring limbah tubuh dan cairan berlebih dalam darah.
Setiap ginjal memiliki memiliki korteks ginjal luar, pelvis ginjal, dan medula
ginjal internal. Darah yang berasal arteri ginjal disaring oleh struktur kecil yang
disebut nefron yang terletak sebagian di bagian dalam piramida dan korteks ginjal.
Dalam nefron terdapat kelompok kapiler kecil (glomeruli) yang berfungsi menyaring
darah yang nantinya akan menjadi urin
Pada ibu hamil dengan penyakit ginjal kronis (PGK), struktur dan fungsi ginjal
mengalami kerusakan sehingga ginjal tidak dapat beradaptasi dengan kehamilan
seperti umumnya dan mengalami peningkatan risiko bagi ibu maupun janin, termasuk
dalam penurunan yang cepat dari fungsi ginjal sehingga dapat menyebabkan kematian
perinatal.
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu spektrum dari berbagai proses
patofisiologi yang berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal serta penurunan progresif
laju filtrasi glomerulus (LFG),12 yang pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
Selanjutnya gagal ginjal adalah keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel, diikuti dengan penimbunan sisa metabolism protein
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang pada derajat tertentu
memerlukan terapi pengganti ginjal permanen, berupa dialisis atau transplantasi ginjal
Penyakit ginjal pada kehamilan merupakan suatu kelainan medis yang penting yang
mengakibatkan semakin menurunnya fungsi ginjal dan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin
Wanita hamil dengan penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori:
a. Wanita hamil dengan insufisiensi renal ringan (kreatinin serum 2,8 mg/dl)
b. Wanita hamil dengan insufisiensi renal moderat/sedang (kreatinin serum 1,4-2,8
mg/dl)
c. Wanita hamil dengan insufisiensi renal berat (kreatinin serum > 2,8 mg/dl)

 Etiologi
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of National
Kidney Foundation (2016), ada dua penyebab utama dari penyakit ginjal kronis
yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang bertanggung jawab untuk sampai
dua- pertiga kasus. Diabetes terjadi ketika gula darah terlalu tinggi, menyebabkan
kerusakan banyak organ dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta
pembuluh darah, saraf dan mata
Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap
dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang terkontrol,
tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke dan
penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Sehingga secara garis besar etilogi dari penyakit ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1. Tekanan darah tinggi
2. Diabetes
3. Kebiasaan merokok
4. Mengkonsumsi alcohol
5. Kurang melakukan aktifitas fisik
6. Pola hidup tidak sehat
7. Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
8. Riwayat Pre Eklampsia sebelumnya
9. Usia tua

Untuk menemukan cara mendiagnosis PGK pada kehamilan dengan mudah dan
akurat.
Tabel 1.1. Stadium Penyakit Ginjal Kronis

Stadiu GFR (mL/min/1,73 m2)


Deskripsi
m

Kelainan morfologi atau fungsi renal dengan ≥ 90


I
GFR normal atau meningkat
Kelainan morfologi atau fungsi renal dengan 60 – 89
II
penurunan GFR ringan
III Penurunan GFR sedang 30 – 59
IV Penurunan GFR berat 15 – 29
V Penyakit ginjal tahap akhir < 15 (atau dependen dialisis)
 Patofisiologi
a) Penurunan GFR (Glomelulaar Filtration Rate)
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksa klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
(BUN) juga akan meningkat.
b) Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeri yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal )
c) Retensi cairan dan natrium Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan
cairan dan natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d) Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, difisiensi nutrisi, dan kecenderungan
untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
e) Ketidakseimbangan kalium dan fosfat Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,
yang lain akan turun,. Dengan menurunya GFR (Glomelulaar Filtration Rate),
maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi peratormon,
namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan
sekresi parathornom, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan
perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
f) Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormone

 Komplikasi
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gagal ginjal kronis dapat di alami oleh
ibu dan janin, yaitu :
Kompilkasi pada ibu
a) meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia sampai 10 kali lipat
b) Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung
akan mengakibatkan deklafisikasi matriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan
fraktur pathologis.
c) Penyakit Kardiovaskuler Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan
berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi
glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
d) Anemia Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroprotri yang mengalami difisiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
Komplikasi pada janin
a) Risiko kelahiran premature
b) PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat)
c) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
d) KJDR (Kematian Janin Dalam Rahim)

 Penanganan
Penyakit gagal ginjal kronis adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang
memiliki angka kesakita cukup tinggi, namun demikian penyakit ini dapat
dihindari melalui upaya sebagai berikut :
1. Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga penyakit
jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit
sekunder akibat dari penyakit primer yang mendasarinya. Oleh sebab
itulah, perlunya mengendalikan dan mengontrol penyakit primer agar tidak
komplikasi menjadi gagal ginjal.
2. Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis
makanan dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium yang tinggi
bukan hanya biasa menyebabkan tekanan darah tinggi, namun juga akan
memicu terjadinya proses pembentukan batu ginjal.
3. Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah suatu komponen makanan
yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidraasi. Selain itu, air
juga bisa berguna dalam membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Dan juga akan membantu untuk mmpertahankan volume serat konsentrasi
darah. Selain itu juga bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan
dan membantu mengendalikan suhu tubuh. Jadi jangan sampai tubuh anda
mengalami dehidrasi.
4. Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan fungsi
yang paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses penyaringan
berlangsung, maka jumlah dari hasil kelebihan cairan akan tersimpan di
dalam kandung kemih dan setelah itu harus segera di buang. Walaupun
kandung kemih mampu menampung lebih banyak urin, tetapi rasa ingin
buang air kecil akan dirasakan disaat kandung kemih sudah mulai penuh
skitar 120-250 ml urin. Sebaiknya jangan pernah menahan buang air kecil.
Hal ini akan berdampak besar dari terjadinya proses penyaringan ginjal.
5. Makan makanan yang baik. Makan yang baik adalah makan dengan
kandungan utrisi serta gizi yang lebih baik. Hindari makan junk food.
6. Pada ibu yang ingin melakukan rencana kehamilan, pemeriksaan tekanan
darah, gula darah, dan urin diperlukan untuk mengetahui dan
menatalaksana komorbid pada pasien. Tata laksana hipertensi sangat
diperlukan sebelum dan saat kehamilan.
7. Evaluasi mengenai obat-obatan yang digunakan pasien juga diperlukan.
Beberapa obat imunosupresan, seperti prednisolon dan azathioprine,
diperbolehkan digunakan pada kehamilan dengan perhatian khusus.
Pemberian asam folat 400 μg dapat diberikan setiap harinya sampai umur
kehamilan 12 minggu. Pemberian aspirin dosis rendah (50-150 mg/hari)
sebagai profilaksis preeklampsia juga direkomendasikan
8. Monitor kehamilan dengan perhatian khusus diperlukan untuk ibu hamil
dengan PGK. Pemeriksaan rutin, seperti urin, tekanan darah, fungsi ginjal,
darah lengkap, dan ultrasonografi dapat dilakukan seperti umumnya
kehamilan normal
9. Risiko preeklampsia dan PJT dapat diketahui dengan pemeriksaan aliran
darah arteri uterina pada umur kehamilan 20 – 24 minggu menggunakan
ultrasonografi Doppler.
10. Evaluasi ketat keadaan ibu, seprerti cairan, tekanan darah, dan fungsi renal
pada ibu post partum harus tetap dilakukan. Menyusui bayi sangat
disarankan untuk ibu post partum dengan PGK, terutama pada kelahiran
prematur. Kebanyakan obat imunosupresan dan antihipertensi sudah
dinyatakan aman digunakan pada saat menyusui.

2) Glomerulonefritis Acute

Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus. Glomerulus adalah bagian


ginjal yang berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan serta elektrolit
berlebih dari tubuh.
Glomerulonefritis bisa terjadi dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang
(kronis). Kondisi ini juga juga bisa berkembang dengan cepat dan menyebabkan
kerusakan ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).
Glomerulonefritis merupakan kondisi yang bisa disebabkan oleh infeksi, penyakit
autoimun, atau akibat peradangan pada pembuluh darah. Kondisi ini perlu ditangani
karena bisa menyebabkan komplikasi, seperti gagal ginjal akut atau gagal ginjal
kronis.
 Etiologi
Glomerulonefritis dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti infeksi, penyakit
autoimun, dan gangguan pembuluh darah. Umumnya, glomerulonefritis akut
memiliki penyebab yang lebih jelas dibanding glomerulonefritis kronis.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan glomerulonefritis akut adalah:
1. Infeksi bakteri atau virus
Infeksi bakteri atau virus dapat memicu reaksi kekebalan tubuh yang
berlebihan, sehingga mengakibatkan peradangan pada ginjal. Contoh infeksi
yang dapat menyebabkan glomerulonefritis, adalah infeksi
bakteri Streptococcus di tenggorokan, infeksi gigi, HIV, dan hepatitis.
2. Endokarditis bakteri, atau radang endokardium atau lapisan dalam jantung
3. Vaskulitis, atau radang pembuluh darah
4. Tekanan darah tinggi
5. Penyakit ginjal diabetes - Diabetes adalah kelainan metabolik yang dapat
mencegah tubuh menghasilkan cukup insulin atau mengganggu kemampuan
tubuh untuk menggunakan insulin dengan tepat. Diabetes adalah salah satu
penyebab utama masalah ginjal.
6. Kanker tertentu, termasuk kanker paru-paru, multiple myeloma, dan leukemia
limfositik kronis
7. Amyloidosis, atau penumpukan protein yang berbahaya di organ dan jaringan

 Tanda dan Gejala


a. Wajah bengkak di pagi hari
b. Buang air kecil lebih jarang
c. Terdapat darah pada urine/hematuria (air seni berwarna gelap atau
kecokelatan).
d. Terdapat protein dalam urine (proteinuria) yang membuat urine
berbusa/berbuih
e. Cairan berlebih pada paru-paru. Kondisi ini bisa menyebabkan batuk.
f. Tekanan darah tinggi
Untuk penegakan diagnosis glomerulonefritis akut dapat dilakukan dengan
pemeriksaan berikut:
 Pemeriksaan urine, untuk mendeteksi keberadaan sel darah merah, sel darah
putih, dan protein di dalam urine
 Tes darah, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan kadar hemoglobin
(anemia) dan protein albumin, serta peningkatan kadar zat sisa seperti ureum
dan kreatinin
 Tes imunologi, untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit autoimun dengan
meningkatnya kadar  antinuclear antibodies (ANA),
komplemen, antineutrophil cytoplasmic antibody  (ANCA),
atau antiglomerular basement membrane (anti-GBM)
 Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau USG, untuk melihat kondisi
ginjal secara lebih detail
 Biopsi ginjal dengan mengambil sampel jaringan ginjal, untuk memastikan
apakah jaringan yang abnormal dan memastikan glomerulonefritis

 Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan optimal, dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut :
a) Gagal ginjal akut
b) Penyakit ginjal kronis
c) Ketidakseimbangan elektrolit, seperti kadar natrium atau kalium yang tinggi
d) Infeksi saluran kemih kronis
e) Gagal jantung kongestif karena retensi cairan atau kelebihan cairan
f) Edema paru akibat retensi cairan atau kelebihan cairan
g) Tekanan darah tinggi
h) Hipertensi maligna, yang dengan cepat meningkatkan tekanan darah tinggi
i) Peningkatan risiko infeksi/rentan terhadap infeksi
Yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya abortus, partus prematurus dan
kematian janin.

 Penanganan
Penanganan glomerulonefritis dapat dibagi menjadi tahap pencegahan dan tahap
pengobatan, yaitu sebagai berikut :
A. Pencegahan
Cara mencegah glomerulonefritis akut belum tersedia hingga penyebabnya
diketahui. Namun Anda bisa melakukan sederet langkah di bawah ini untuk
mengurangi risikonya:
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menjaga berat badan
ideal, menghentikan kebiasaan merokok, mengatur pola makan dengan
mengurangi asupan kalium, protein, dan garam.
2. Segera mencari perawatan jika mengalami infeksi bakteri Streptococcus di
tenggorokan.
3. Menghindari obat-obatan intravena (infus) yang diberikan tanpa
pengawasan tenaga medis. Langkah ini bertujuan mencegah infeksi virus,
seperti HIV dan hepatitis, yang dapat menyebabkan penyakit ini.
4. Tidak berganti-ganti pasangan.
5. Melakukan hubungan seks yang aman, misalnya menggunakan kondom.
6. Mengendalikan kadar gula darah untuk mencegah diabetes.
B. Pengobatan
Tujuan utama pengobatan glomerulonefritis adalah untuk mencegah kerusakan
ginjal yang lebih parah. Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh dengan
sendirinya tanpa membutuhkan penanganan tertentu.
Beberapa jenis pengobatan glomerulonefritis yang dapat diberikan, antara lain:
 Obat imunosupresan, untuk menangani glomerulonefritis akibat penyakit
autoimun, contohnya  kortikosteroid, cyclophosphamide, ciclosporin,
mycophenolate mofetil, dan azathioprine
 Obat antihipertensi, untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut akibat
peningkatan tekanan darah, contohnya adalah ACE
inhibitors (captropil dan lisinopril) dan ARB (losartan dan valsartan)
 Plasmapheresis, yaitu metode untuk membuang plasma yang memiliki
sifat merusak dengan plasma sehat
 Obat-obatan lain, seperti obat diuretik untuk meredakan bengkak dan
suplemen kalsium

3) Typus Abdominal
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran.
Thypus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005 ;
Nursalam, 2005).
Tifus abdominalis merupakan infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhii (Hidayat, 2007).
 Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut
(oris), tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak di luar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.

 Etiologi
Penyebab typhoid adalah salmonella typhii. Salmonella para typhii A, B dan C.
Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid
dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid
dan masih terus mengekskresi salmonella typhii dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun, ini akan dapat menginfeksi orang lain.
 Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid
dan berkembang biak menyerang vili usus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer ), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa
dan organ-organ lainnya.

Dampak types pada ibu hamil terhadap janin


Beberapa penelitian melaporkan bahwa infeksi ini dapat menyelinap ke dalam
plasenta sehingga memengaruhi kesehatan bayi.Penelitian terbitan jurnal
Obstetric Medicine menyebutkan bahwa tipes saat hamil menjadi faktor yang
meningkatkan risiko keguguran atau melahirkan bayi yang juga mengalami
demam tifoid.Tipes pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko melahirkan
prematur dan bayi dengan berat badan rendah.Namun, belum ada cukup bukti
ilmiah yang dapat memastikan pengaruh sakit tipes saat hamil pada bayi dalam
kandungannya.Jadi, sangat sulit untuk menyimpulkan apakah tipes saat sedang
mengandung benar bisa membahayakan kehamilan ibu atau tidak.Meski begitu,
berbagai kemungkinan risiko ini dapat ibu cegah dan tertangani dengan baik.

 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan kepada pasien typhoid adalah sebagai berikut :


1. Penatalaksanaan terapeutik.
a. Isolasi, desinfeksi.
b. Istirahat saat demam tinggi selama dua minggu.
c. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat.
d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi.
2. Penatalaksanaan keperawatan. Penyakit thypus abdominalis adalah penyakit
menular yang sumber infeksinya berasal dari feses dan urin, sedangkan lalat
sebagai pembawa atau penyebar dari kuman tersebut. Pasien tifoid harus
dirawat di kamar isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk merawat
pasien yang menderita penyakit menular, seperti desinfektan untuk mencuci
tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakai pasien. Yang
melakukan perawatan pada pasien harus memakai celemek.
3. Penatalaksaan medik Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus
abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus
abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
a. Perawatan yang baik untuk menghindari terjadinya komplikasi, mengingat
proses sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
b. Istirahat selama ±2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),
kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan.
c. Diet, makanan harus mangandung cukup cairan, tinggi kalori dan tinggi
protein, tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien
menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak
d. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak serasi dapat
diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol
dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg/hari (maksimum 2 gram per hari),
diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol
dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan. Efek
negatifnya adalah mungkin penbentukan zat anti kurang, karena basil terlalu
cepat dimusnahkan.
e. Bila terjadi komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.

4) Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab seperti virus sampai
dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di
antara penyakit – panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama
disebabkan oleh virus dan ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata
(sclera) menjadi kekuningan. Warna kuning tersebut timbul karena adanya
pengendapan pigmen bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing
penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh.
  Gejala
Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul
ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus.
Penyakit hepatitis biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam
ringan, mata kunang. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan
hepatomegali, sedangkan splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita.
Gejala dan tanda penyakit hepatitis-B adalah sebagai berikut  :

a.        Selera makan hilang


b.        Rasa tidak enak di perut
c.        Mual sampai muntah
d.       Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
e.        Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
f.         Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
g.        Kulit seluruh tubuh tampak kuning
h.        Air seni berwarna coklat
 Pengaruh hepatitis virus pada kehamilan dan janin
a.    Pengaruh hepatits virus pada kehamilan
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka
gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis virus pada wanita tidak
hamil. Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan
gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-
gejala fulminant.
b.    Pengaruh hepatitis pada janin
Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero
maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu :
a.    Melewati placenta
b.    Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c.    Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d.    Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

  Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan.
Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu
hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya
diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat
setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah
kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan
pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan
kemudian.

 Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus
hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan
sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-
obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi
penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai
risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin
K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan trans aminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus anti
gen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila
tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Daftar pustaka
(Ngastiyah, 2005 ; Nursalam, 2005).
M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid Press.
Yogyakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan). Trans Info
Media.  Jakarta

Anda mungkin juga menyukai