Anda di halaman 1dari 14

DEFINISI

Pada ibu hamil dengan penyakit ginjal kronis (PGK), struktur dan fungsi ginjal mengalami kerusakan
sehingga ginjal tidak dapat beradaptasi dengan kehamilan seperti umumnya dan mengalami
peningkatan risiko bagi ibu maupun janin, termasuk dalam penurunan yang cepat dari fungsi ginjal
sehingga dapat menyebabkan kematian perinatal. Frekuensi kelahiran hidup sekarang telah melibihi
90%, akan tetapi risiko yang muncul untuk kelahiran premature, IUFD, kematian perinatal dan
preeklamsia menjadi tinggi secara signifikan. Secara empiris, kehamilan pada ibu yang mengalami
kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh
kehamilan yang memiliki kelainan-kelainan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan
lain sebagainya.
Perempuan menghadapi banyak tantangan kesehatan, khususnya ibu hamil penderita PGK memiliki
risiko kesehatan yang tinggi, baik untuk diri sendiri, maupun bayi dalam kand-
==0000000000Pungan. Ibu hamil dengan penyakit ginjal berisiko mengalami komplikasi selama
kehamilan. Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah perburukan fungsi ginjal ibu hamil.
Ibu hamil dengan PGK juga dapat mengalami preeklamsia atau komplikasi pada kehamilan yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria). Pemeriksaan tekanan darah diperlukan untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki
tensi yang normal atau hipertensi. Tekanan darah normal pada ibu hamil 120/80 mmHg. Hal ini
menandakan bahwa sistolik 120 dan diastolik 80, sedangkan apabila ibu hamil mengalami sistolik
121-139 mmHg dan diastolik 81-89 mmHg ibu hamil harus waspada karena memasuki pra
hipertensi. Hipertensi dapat terjadi pertama kalinya pada usia kehamilan 20 minggu atau selama
persalinan berlangsung bahkan 48 jam setelah melahirkan. Selain berdampak pada ibu, keberadaan
PGK juga dapat menimbulkan komplikasi pada janin. Komplikasi yang umum ditemukan adalah
terjadinya kecil masa kehamilan (KMK),  bayi berat lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin
terhambat (PJT) dan resiko bayi lahir prematur dimana bayi dilahirkan sebelum waktunya atau
sebelum ibu hamil melewati kehamilan minggu ke-36.

Keberhasilan penanganan kehamilan dengan PGK membutuhkan kerja sama antara dokter umum,
spesialis, dan pasien sendiri. Wanita dengan gangguan ginjal harus melakukan perencanaan
matang saat ingin hamil dengan memperhatikan usia, kondisi kesehatan, tekanan darah, sejarah
diabetes atau hati, juga seberapa parah kondisi ginjalnya. Untuk mengurangi risiko gangguan ginjal,
sebaiknya lakukan pola hidup sehat, hindari lingkungan dengan asap rokok, lakukan deteksi dini
serta rajin memeriksakan ke dokter untuk mengontrol kesehatan ibu hamil. Upaya-upaya ini dapat
membantu ibu hamil untuk menurunkan risiko komplikasi selama kehamilan akibat gangguan fungsi
ginjal. Sedangkan bagi ibu hamil dengan PGK, perlu diadakan pengawasan dengan melestarikan
fungsi ginjal ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan, memastikan asupan nutrisi yang cukup
baik untuk ibu dan janin, serta bekerjasama dengan dokter kandungan untuk melakukan
pemantauan ketat terhadap kesehatan janin setelah masa 24 minggu kehamilan yang merupakan
masa sangat penting. Ketika bayi dari ibu hamil dengan PGK lahir, perlu dilakukan kontrol dan
pemeriksaan rutin bersama dokter anak hingga anak beranjak dewasa

ETIOLOGI

1. Tekanan darah tinggi


2. Diabetes
3. Kebiasaan merokok
4. Mengkonsumsi alcohol
5. Kurang melakukan aktifitas fisik
6. Pola hidup tidak sehat
7. Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
8. Riwayat Pre Eklampsia sebelumnya
9. Usia tua

http://eprints.umpo.ac.id/6148/3/BAB%202.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/penyakit-ginjal-kronis/patofisiologi
A Fakhruddin, S Chasani, A Ismail - 2013 - eprints.undip.ac.id http://eprints.undip.ac.id/43709/
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/1060
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/1060/974
https://www.alomedika.com/risiko-kehamilan-pada-wanita-dengan-penyakit-ginjal-kronis

Saat hamil, tubuh menjadi lebih rentan terhadap risiko terkena penyakit. Bakteri yang biasanya
tidak berbahaya, dapat menjadi sangat berisiko menyerang kesehatan. 
Perubahan bentuk tubuh dan hormon yang ada dalam tubuh menjadi penyebab utama ibu hamil
menjadi rentan untuk mengalami infeksi. Termasuk infeksi pada ginjal saat hamil.
Infeksi pada bagian uretra yang menyebar hingga ke kandung kemih ini dapat menyebabkan
infeksi pada ginjal mama.
Agar lebih waspada, berikut Popmama.com rangkum gejala dan penyebab infeksi pada ginjal
saat hamil, beserta pencegahannya.
Infeksi ginjal atau yang disebut dengan pielonefritis akut merupakan infeksi
bakteri pada ginjal. Infeksi ini biasanya pertama kali terjadi dari saluran kemih
bagian bawah. Jika tidak diobati dengan benar, penyakit ini akan dapat
mudah menyebar dari uretra ke kandung kemih hingga ke ginjal.
Melansir dari healthline.com, infeksi ginjal saat hamil disebabkan oleh hormon
progesteron yang lebih tinggi daripada biasanya. 
Perubahan hormon tersebut dapat menjadi penyebab masalah pada sistem
aliran urine dari ginjal ke kandung kemih yang melalui uretra.
Tingginya hormon membuat tabung antara ginjal dengan kandung kemih atau
bagian otot ureter menurun. Sehingga, aliran urine akan melambat.
Pembesaran rahim juga memberikan tekanan yang lebih besar pada ureter.
Kerja kandung kemih pun menjadi lebih lambat pada saat hamil. Itulah yang
membuat lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih sampai tuntas. 
Kondisi ini membuat urine yang sudah keluar mengalir kembali ke arah ginjal
melalui ureter. Bakteri akan mudah berkembang biak dan tumbuh jika proses
pengeluaran urine terhambat. 
Saat hamil, keasaman pada urine berkurang dan urine memiliki lebih banyak
kandungan glukosa. Akibatnya, bakteri yang tumbuh tersebut menjadi mudah
menyebar ke ginjal dan dapat menyebabkan infeksi pada ginjal.

Mama bisa mengenali gejalanya untuk mengantisipasi terjadinya infeksi


ginjal.. Sehingga, Mama bisa langsung segera memeriksakan diri mama ke
dokter. Berikut gejala infeksi ginjal saat hamil:

 Mengalami nyeri punggung di bagian bawah, Mama dapat merasakan


nyeri di sisi kanan atau kiri bawah rusuk atau kedua sisi. Diikuti dengan
rasa sakit pada bagian perut.
 Mual atau muntah-muntah.
 Mengalami demam tinggi hingga menggigil serta keluar keringat dingin.
 Adanya darah pada urine seperti gejala infeksi kandung kemih dan rasa
ingin buang air kecil terus menerus. Akan tetapi gejala ini tidak selalu
muncul.

Infeksi pada ginjal saat hamil dapat dicegah dengan berbagai cara. Di
antaranya dengan mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup untuk
tubuh. Mama harus menghindari terjadinya dehidrasi saat sedang hamil.
Terutama ketika berkegiatan di ruang terbuka.
Selanjutnya, Mama juga harus untuk membiasakan buang air kecil hingga
tuntas secara teratur. Agar tidak ada sisa air kencing pada kandung kemih
yang dapat menyebabkan infeksi serta tidak menahan jika ingin buang air
kecil.
Nah, Mama juga harus memerhatikan saat membersihkan area intim setelah
buang air kecil. Pastikan cara membersihkannya dari bagian depan ke arah
belakang area genital ya, Ma.
Segera periksakan ke dokter jika Mama mengalami gejalanya. Hal ini agar
dapat mencegah komplikasi yang terjadi akibat infeksi pada ginjal.
Bila tidak ditangani secara cepat dan tepat, infeksi pada ginjal akan
membahayakan kehamilan dan komplikasi serius pada bayi dalam
kandungan.
Risiko kelahiran bayi prematur juga menjadi lebih besar, Ma. Itu sebabnya,
sangat penting untuk segera konsultasi dan melakukan pemeriksaan. Perlu
untuk mengetahui kadar bakteri yang ada di ginjal.
Nah, itulah penjelasan mengenai infeksi pada ginjal saat hamil beserta gejala
dan cara mencegahnya. Semoga informasi ini bermanfaat. Tetap jaga
kesehatan mama dan si Kecil ya.
Baca juga:

Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus. Glomerulus adalah bagian ginjal yang
berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan serta elektrolit berlebih dari tubuh.
Glomerulonefritis bisa terjadi dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang (kronis).
Kondisi ini juga juga bisa berkembang dengan cepat dan menyebabkan kerusakan
ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).

Glomerulonefritis merupakan kondisi yang bisa disebabkan oleh infeksi, penyakit


autoimun, atau akibat peradangan pada pembuluh darah. Kondisi ini perlu ditangani
karena bisa menyebabkan komplikasi, seperti gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis.

Penyebab dan Faktor Pemicu Glomerulonefritis


Glomerulonefritis dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti infeksi, penyakit
autoimun, dan gangguan pembuluh darah. Umumnya, glomerulonefritis akut memiliki
penyebab yang lebih jelas dibanding glomerulonefritis kronis.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan glomerulonefritis akut adalah:

Infeksi bakteri atau virus


Infeksi bakteri atau virus dapat memicu reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan,
sehingga mengakibatkan peradangan pada ginjal. Contoh infeksi yang dapat
menyebabkan glomerulonefritis, adalah infeksi bakteri Streptococcus di
tenggorokan, infeksi gigi, endokarditis bakteri, HIV, dan hepatitis.
https://www.alodokter.com/glomerulonefritis

Penyakit Lainnya

Glomerulonefritis Akut
25 May 2021 | Popy Hervi PutriDitinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Glomerulonefritis akut merupakan peradangan pada glomerulus


Pengertian glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut adalah respons terhadap infeksi seperti radang
tenggorokan atau gigi yang abses. Kondisi ini terjadi secara mendadak karena
adanya masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan
terhadap infeksi.Glomerulonefritis merupakan peradangan yang terjadi pada
glomerulus, yaitu sebuah struktur dalam ginjal yang berfungsi menyaring
darah dan membuang komponen yang tidak diperlukan. Zat yang perlu
dibuang berupa elektrolit, cairan berlebih, dan zat lain ke dalam
urine.Terjadinya glomerulonefritis bisa merupakan penyakit yang berdiri
sendiri atau juga bisa menjadi salah satu bagian dari penyakit lain, misalnya
lupus atau diabetes. Peradangan parah atau berkepanjangan yang terkait
dengan glomerulonefritis dapat menyebabkan sakit ginjal.Selain akut,
glomerulonefritis juga bisa bersifat kronis atau berlangsung lama dan
bertahap. Glomerulonefritis kronis dapat terjadi selama bertahun-tahun tanpa
ada gejala sama sekali. Kondisi ini dapat memicu kerusakan ginjal permanen
dan gagal ginjal total. 

Glomerulonefritis Akut

Dokter spesialis Ginjal

Gejala Bengkak pada wajah, buang air kecil lebih jarang dari biasanya. darah pada urine

Faktor risiko infeksi bakteri Streptococcus,  autoimun, amiloidosis

Metode diagnosis Wawancara, pemeriksaan fisik, tes urinalisis

Pengobatan Obat-obatan 

Obat Plasmaferesis

Komplikasi Gagal ginjal

Kapan harus ke dokter? Mengalami gejala

Tanda dan gejala glomerulonefritis akut


Gejala glomerulonefritis akut dapat berupa:

 Wajah bengkak di pagi hari


 Buang air kecil lebih jarang
 Darah pada urine (air seni berwarna gelap atau kecokelatan).
 Cairan berlebih pada paru-paru. Kondisi ini bisa menyebabkan batuk.
 Tekanan darah tinggi
 
Penyebab glomerulonefritis akut
Penyebab utama glomerulonefritis akut adalah infeksi bakteri
Streptococcus  pada tenggorokan.  Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh
radang tenggorokan. 

Faktor risiko glomerulonefritis akut


Beberapa faktor risiko glomerulonefritis akut meliputi:

 Penyakit autoimun, seperti systemic lupus erythematosus  atau sering


disebut lupus dan  Goodpasture syndrome
 Amiloidosis, yaitu ketika protein abnormal yang dapat menyebabkan
kerusakan menumpuk di organ dan jaringan Anda
 Granulomatosis dengan polyangiitis (penyakit langka yang
menyebabkan peradangan pembuluh darah)
 Polyarteritis nodosa, penyakit dimana sel menyerang arteri
 Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
seperti ibuprofen dan naproxen, dalam jangka waktu yang lama atau
tidak sesuai dengan rekomendasi dokter
 
Diagnosis glomerulonefritis akut
Diagnosis glomerulonefritis akut dilakukan dengan pemeriksaan berikut:

 Tes urine

Tes urine berguna untuk melihat protein total dalam darah, sel darah merah
pada urine, sel darah putih, dan konsentrasi (kepekatan) urine.

 Tes darah
Tes darah bermanfaat untuk mengetahui kerusakan ginjal dan kerusakan
glomerulus dengan mengukur tingkat kreatinin dan nitrogen urea dalam
darah.

 Tes imunologi 

Berguna untuk melihat adanya kemungkinan sistem kekebalan tubuh yang


merusak ginjal seperti pada penyakit autoimun.

 Biopsi ginjal 

Biopsi ginjal mungkin diperlukan dengan mengambil sedikit jaringan


ginjal.Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan
pemeriksaan penunjang, yaitu tes pencitraan, seperti CT scan, USG, dan
rontgen. 
Cara mengobati glomerulonefritis akut
Pengobatan glomerulonefritis akut berbeda-beda, tergantung penyebabnya.
Berikut beberapa contoh perawatan yang mungkin diberikan:

 Mengendalikan tekanan darah tinggi jika glomerulonefritis disebabkan


karena hipertensi. Obat yang mungkin diberikan oleh dokter
berupa captopril, lisinopril, dan perindopril.
 Mengurangi peradangan pada glomerulus dengan plasmaferesis. Proses
ini dilakukan dengan menghilangkan plasma darah dan menggantinya
dengan cairan atau plasma yang tidak mengandung antibodi. Plasma
dimasukkan ke tubuh pasien melalui infus ke pembuluh darah
(intravena).
 Jika kondisi ginjal semakin parah dan menyebabkan gagal ginjal, Anda
mungkin perlu menjalani cuci darah atau bahkan transplantasi ginjal.
 
Komplikasi glomerulonefritis akut
Jika tidak ditangani dengan optimal, dapat menyebabkan komplikasi
glomerulonefritis akut:

 Gagal ginjal akut


 Penyakit ginjal kronis
 Ketidakseimbangan elektrolit, seperti kadar natrium atau kalium yang
tinggi
 Infeksi saluran kemih kronis
 Gagal jantung kongestif karena retensi cairan atau kelebihan cairan
 Edema paru akibat retensi cairan atau kelebihan cairan
 Tekanan darah tinggi
 Hipertensi maligna, yang dengan cepat meningkatkan tekanan darah
tinggi
 Peningkatan risiko infeksi
 
Cara mencegah glomerulonefritis akut
Cara mencegah glomerulonefritis akut belum tersedia hingga penyebabnya
diketahui. Namun Anda bisa melakukan sederet langkah di bawah ini untuk
mengurangi risikonya:

 Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 


 Segera mencari perawatan jika mengalami infeksi
bakteri Streptococcus  di tenggorokan.
 Menghindari obat-obatan intravena (infus) yang diberikan tanpa
pengawasan tenaga medis. Langkah ini bertujuan mencegah infeksi
virus, seperti HIV dan hepatitis, yang dapat menyebabkan penyakit ini.
 Tidak berganti-ganti pasangan.
 Melakukan hubungan seks yang aman, misalnya menggunakan kondom.
 Mengendalikan kadar gula darah untuk mencegah diabetes.
 
Kapan harus berkonsultasi dengan dokter
Anda perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala
glomerulonefritis akut. Misalnya, kencing berdarah atau frekuensi berkemih
lebih jarang dari biasanya. 
Apa yang perlu dipersiapkan sebelum berkonsultasi dengan dokter
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di
bawah ini:

 Buat daftar seputar gejala yang Anda rasakan.


 Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang Anda alami. Demikian
pula dengan riwayat medis keluarga.
 Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang Anda
konsumsi.
 Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter.
 Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat
berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral
maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan
oleh dokter.
 
Apa yang akan dilakukan dokter pada saat konsultasi
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:

 Apa saja gejala yang Anda rasakan?


 Kapan gejala pertama kali Anda alami?
 Apakah Anda memiliki faktor risiko terkait glomerulonefritis akut?
 Apakah Anda rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu?
 Apakah Anda pernah mencari bantuan medis? Bila iya, apa saja
pengobatan yang telah Anda coba?
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan
pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis
glomerulonefritis akut agar penanganan yang tepat bisa diberikan.

Vaskulitis
Vaskulitis dapat terjadi pada berbagai organ, termasuk ginjal. Contoh penyakit vaskulitis
yang menyerang pembuluh darah ginjal dan mengakibatkan glomerulonefritis adalah
poliarteritis dan granulomatosis Wegener.

Kelainan sistem imun


Penyakit lupus adalah salah satu jenis penyakit autoimun yang bisa menyebaban
peradangan pada semua organ tubuh, termasuk ginjal dan gromerulus. Selain lupus,
gangguan sistem imun yang juga bisa menyebabkan terjadinya peradangan pada
glomerulus adalah:

 Sindrom Goodpasture, yaitu kondisi yang menyerupai pneumonia dan bisa


menyebabkan perdarahan di paru-paru dan ginjal
 Nefropati IgA, yaitu kondisi yang menyebabkan endapan salah satu protein yang
merupakan bagian sistem imun (IgA) pada glomerulus ginjal

Glomerulonefritis kronis sering kali tidak memiliki penyebab yang khusus. Salah satu
penyakit genetik, yaitu sindrom Alport, dapat menyebabkan glomerulonefritis kronis.
Paparan zat kimia pelarut hidrokarbon dan riwayat kanker juga diduga memicu
terjadinya glomerulonefritis kronis.

Gejala Glomerulonefritis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis tergantung pada jenis
penyakitnya, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul antara lain:

 Urin berwarna kemerahan (hematuria)


 Urine yang berbuih
 Tekanan darah tinggi atau hipertensi
 Wajah, tangan, kaki, dan perut yang bengkak
 Mudah lelah
 Frekuensi buang air kecil berkurang
Glomerulonefritis kronis sering kali sulit terdeteksi karena dapat berkembang tanpa
menimbulkan gejala. Apabila muncul gejala, gejalanya dapat menyerupai gejala
glomerulonefritis akut. Namun, berbeda dengan glomerulonefritis akut, glomerulonefritis
kronik membuat frekuensi buang air kecil meningkat di malam hari.

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan atau gejala seperti yang
disebutkan di atas. Segera ke dokter jika muncul darah di urin atau Anda tidak bisa
buang air kecil.
Jika Anda memiliki kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan glomeruloneftritis,
seperti lupus, lakukan pemeriksaan rutin dan ikuti pengobatan yang diberikan oleh
dokter.

Diagnosis Glomerulonefritis
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami dan riwayat kesehatan
pasien. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terjadi
hipertensi dan pembengkakan pada tungkai atau wajah.
Untuk menegakkan diagnosis sekaligus menentukan penyebab yang mendasari 
glomerulonefritis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan, meliputi:

 Pemeriksaan urine, untuk mendeteksi keberadaan sel darah merah, sel darah putih, dan
protein di dalam urine
 Tes darah, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan kadar hemoglobin (anemia) dan
protein albumin, serta peningkatan kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin
 Tes imunologi, untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit automun dengan meningkatnya
kadar antinuclear antibodies (ANA), komplemen, antineutrophil cytoplasmic
antibody (ANCA), atau antiglomerular basement membrane (anti-GBM)
 Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau USG, untuk melihat kondisi ginjal
secara lebih detail
 Biopsi ginjal dengan mengambil sampel jaringan ginjal, untuk memastikan apakah
jaringan yang abnormal dan memastikan glomerulonefritis

Pengobatan Glomerulonefritis
Langkah pengobatan untuk tiap penderita glomerulonefritis berbeda-beda, tergantung
jenis glomerulonefritis yang diderita (kronis atau akut), penyebabnya, serta tingkat
keparahan gejala yang dialami.
Tujuan utama pengobatan glomerulonefritis adalah untuk mencegah kerusakan ginjal
yang lebih parah. Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh dengan sendirinya
tanpa membutuhkan penanganan tertentu.
Beberapa jenis pengobatan glomerulonefritis yang dapat diberikan, antara lain:
 Obat imunosupresan, untuk menangani glomerulonefritis akibat penyakit autoimun,
contohnya kortikosteroid, cyclophosphamide, ciclosporin, mycophenolate
mofetil, dan azathioprine
 Obat antihipertensi, untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut akibat peningkatan
tekanan darah, contohnya adalah ACE inhibitors (captropil dan lisinopril) dan ARB
(losartan dan valsartan)
 Plasmapheresis, yaitu metode untuk membuang plasma yang memiliki sifat merusak
dengan plasma sehat
 Obat-obatan lain, seperti obat diuretik untuk meredakan bengkak dan suplemen kalsium

Jika glomerulonefritis diketahui sejak awal, kerusakan ginjal bisa disembuhkan. Jika
glomerulonefritis bertambah parah dan menyebabkan gagal ginjal, penderita harus
menjalani hemodialisis (cuci darah) atau operasi cangkok ginjal.
Agar kerusakan ginjal tidak bertambah parah, penderita glomerulonefritis disarankan
melakukan beberapa langkah, seperti menjaga berat badan ideal, menghentikan
kebiasaan merokok, mengatur pola makan dengan mengurangi asupan kalium, protein,
dan garam.

Komplikasi Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu. Namun,
glomerulonefritis yang tidak ditangani dengan benar bisa bertambah parah dan memicu
penyakit lain. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

 Hipertensi
 Sindrom nefrotik
 Gagal ginjal akut
 Penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis
 Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang menumpuk dalam tubuh
 Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium
 Rentan terhadap infeksi

https://www.sehatq.com/penyakit/glomerulonefritis-akut

https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/glomerulonefritis/diagnosis

https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Konsensus-Glomerulonefritis-
Akut.pdf

https://www.academia.edu/34989076/
Makalah_Perubahan_Sistem_Perkemihan_Pada_Ibu_Hamil

https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/tipes-pada-ibu-hamil/

Anda mungkin juga menyukai