Pada ibu hamil dengan penyakit ginjal kronis (PGK), struktur dan fungsi ginjal mengalami kerusakan
sehingga ginjal tidak dapat beradaptasi dengan kehamilan seperti umumnya dan mengalami
peningkatan risiko bagi ibu maupun janin, termasuk dalam penurunan yang cepat dari fungsi ginjal
sehingga dapat menyebabkan kematian perinatal. Frekuensi kelahiran hidup sekarang telah melibihi
90%, akan tetapi risiko yang muncul untuk kelahiran premature, IUFD, kematian perinatal dan
preeklamsia menjadi tinggi secara signifikan. Secara empiris, kehamilan pada ibu yang mengalami
kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh
kehamilan yang memiliki kelainan-kelainan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan
lain sebagainya.
Perempuan menghadapi banyak tantangan kesehatan, khususnya ibu hamil penderita PGK memiliki
risiko kesehatan yang tinggi, baik untuk diri sendiri, maupun bayi dalam kand-
==0000000000Pungan. Ibu hamil dengan penyakit ginjal berisiko mengalami komplikasi selama
kehamilan. Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah perburukan fungsi ginjal ibu hamil.
Ibu hamil dengan PGK juga dapat mengalami preeklamsia atau komplikasi pada kehamilan yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria). Pemeriksaan tekanan darah diperlukan untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki
tensi yang normal atau hipertensi. Tekanan darah normal pada ibu hamil 120/80 mmHg. Hal ini
menandakan bahwa sistolik 120 dan diastolik 80, sedangkan apabila ibu hamil mengalami sistolik
121-139 mmHg dan diastolik 81-89 mmHg ibu hamil harus waspada karena memasuki pra
hipertensi. Hipertensi dapat terjadi pertama kalinya pada usia kehamilan 20 minggu atau selama
persalinan berlangsung bahkan 48 jam setelah melahirkan. Selain berdampak pada ibu, keberadaan
PGK juga dapat menimbulkan komplikasi pada janin. Komplikasi yang umum ditemukan adalah
terjadinya kecil masa kehamilan (KMK), bayi berat lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin
terhambat (PJT) dan resiko bayi lahir prematur dimana bayi dilahirkan sebelum waktunya atau
sebelum ibu hamil melewati kehamilan minggu ke-36.
Keberhasilan penanganan kehamilan dengan PGK membutuhkan kerja sama antara dokter umum,
spesialis, dan pasien sendiri. Wanita dengan gangguan ginjal harus melakukan perencanaan
matang saat ingin hamil dengan memperhatikan usia, kondisi kesehatan, tekanan darah, sejarah
diabetes atau hati, juga seberapa parah kondisi ginjalnya. Untuk mengurangi risiko gangguan ginjal,
sebaiknya lakukan pola hidup sehat, hindari lingkungan dengan asap rokok, lakukan deteksi dini
serta rajin memeriksakan ke dokter untuk mengontrol kesehatan ibu hamil. Upaya-upaya ini dapat
membantu ibu hamil untuk menurunkan risiko komplikasi selama kehamilan akibat gangguan fungsi
ginjal. Sedangkan bagi ibu hamil dengan PGK, perlu diadakan pengawasan dengan melestarikan
fungsi ginjal ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan, memastikan asupan nutrisi yang cukup
baik untuk ibu dan janin, serta bekerjasama dengan dokter kandungan untuk melakukan
pemantauan ketat terhadap kesehatan janin setelah masa 24 minggu kehamilan yang merupakan
masa sangat penting. Ketika bayi dari ibu hamil dengan PGK lahir, perlu dilakukan kontrol dan
pemeriksaan rutin bersama dokter anak hingga anak beranjak dewasa
ETIOLOGI
http://eprints.umpo.ac.id/6148/3/BAB%202.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/penyakit-ginjal-kronis/patofisiologi
A Fakhruddin, S Chasani, A Ismail - 2013 - eprints.undip.ac.id http://eprints.undip.ac.id/43709/
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/1060
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/1060/974
https://www.alomedika.com/risiko-kehamilan-pada-wanita-dengan-penyakit-ginjal-kronis
Saat hamil, tubuh menjadi lebih rentan terhadap risiko terkena penyakit. Bakteri yang biasanya
tidak berbahaya, dapat menjadi sangat berisiko menyerang kesehatan.
Perubahan bentuk tubuh dan hormon yang ada dalam tubuh menjadi penyebab utama ibu hamil
menjadi rentan untuk mengalami infeksi. Termasuk infeksi pada ginjal saat hamil.
Infeksi pada bagian uretra yang menyebar hingga ke kandung kemih ini dapat menyebabkan
infeksi pada ginjal mama.
Agar lebih waspada, berikut Popmama.com rangkum gejala dan penyebab infeksi pada ginjal
saat hamil, beserta pencegahannya.
Infeksi ginjal atau yang disebut dengan pielonefritis akut merupakan infeksi
bakteri pada ginjal. Infeksi ini biasanya pertama kali terjadi dari saluran kemih
bagian bawah. Jika tidak diobati dengan benar, penyakit ini akan dapat
mudah menyebar dari uretra ke kandung kemih hingga ke ginjal.
Melansir dari healthline.com, infeksi ginjal saat hamil disebabkan oleh hormon
progesteron yang lebih tinggi daripada biasanya.
Perubahan hormon tersebut dapat menjadi penyebab masalah pada sistem
aliran urine dari ginjal ke kandung kemih yang melalui uretra.
Tingginya hormon membuat tabung antara ginjal dengan kandung kemih atau
bagian otot ureter menurun. Sehingga, aliran urine akan melambat.
Pembesaran rahim juga memberikan tekanan yang lebih besar pada ureter.
Kerja kandung kemih pun menjadi lebih lambat pada saat hamil. Itulah yang
membuat lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih sampai tuntas.
Kondisi ini membuat urine yang sudah keluar mengalir kembali ke arah ginjal
melalui ureter. Bakteri akan mudah berkembang biak dan tumbuh jika proses
pengeluaran urine terhambat.
Saat hamil, keasaman pada urine berkurang dan urine memiliki lebih banyak
kandungan glukosa. Akibatnya, bakteri yang tumbuh tersebut menjadi mudah
menyebar ke ginjal dan dapat menyebabkan infeksi pada ginjal.
Infeksi pada ginjal saat hamil dapat dicegah dengan berbagai cara. Di
antaranya dengan mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup untuk
tubuh. Mama harus menghindari terjadinya dehidrasi saat sedang hamil.
Terutama ketika berkegiatan di ruang terbuka.
Selanjutnya, Mama juga harus untuk membiasakan buang air kecil hingga
tuntas secara teratur. Agar tidak ada sisa air kencing pada kandung kemih
yang dapat menyebabkan infeksi serta tidak menahan jika ingin buang air
kecil.
Nah, Mama juga harus memerhatikan saat membersihkan area intim setelah
buang air kecil. Pastikan cara membersihkannya dari bagian depan ke arah
belakang area genital ya, Ma.
Segera periksakan ke dokter jika Mama mengalami gejalanya. Hal ini agar
dapat mencegah komplikasi yang terjadi akibat infeksi pada ginjal.
Bila tidak ditangani secara cepat dan tepat, infeksi pada ginjal akan
membahayakan kehamilan dan komplikasi serius pada bayi dalam
kandungan.
Risiko kelahiran bayi prematur juga menjadi lebih besar, Ma. Itu sebabnya,
sangat penting untuk segera konsultasi dan melakukan pemeriksaan. Perlu
untuk mengetahui kadar bakteri yang ada di ginjal.
Nah, itulah penjelasan mengenai infeksi pada ginjal saat hamil beserta gejala
dan cara mencegahnya. Semoga informasi ini bermanfaat. Tetap jaga
kesehatan mama dan si Kecil ya.
Baca juga:
Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus. Glomerulus adalah bagian ginjal yang
berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan serta elektrolit berlebih dari tubuh.
Glomerulonefritis bisa terjadi dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang (kronis).
Kondisi ini juga juga bisa berkembang dengan cepat dan menyebabkan kerusakan
ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).
Penyakit Lainnya
Glomerulonefritis Akut
25 May 2021 | Popy Hervi PutriDitinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Glomerulonefritis Akut
Gejala Bengkak pada wajah, buang air kecil lebih jarang dari biasanya. darah pada urine
Pengobatan Obat-obatan
Obat Plasmaferesis
Tes urine
Tes urine berguna untuk melihat protein total dalam darah, sel darah merah
pada urine, sel darah putih, dan konsentrasi (kepekatan) urine.
Tes darah
Tes darah bermanfaat untuk mengetahui kerusakan ginjal dan kerusakan
glomerulus dengan mengukur tingkat kreatinin dan nitrogen urea dalam
darah.
Tes imunologi
Biopsi ginjal
Vaskulitis
Vaskulitis dapat terjadi pada berbagai organ, termasuk ginjal. Contoh penyakit vaskulitis
yang menyerang pembuluh darah ginjal dan mengakibatkan glomerulonefritis adalah
poliarteritis dan granulomatosis Wegener.
Glomerulonefritis kronis sering kali tidak memiliki penyebab yang khusus. Salah satu
penyakit genetik, yaitu sindrom Alport, dapat menyebabkan glomerulonefritis kronis.
Paparan zat kimia pelarut hidrokarbon dan riwayat kanker juga diduga memicu
terjadinya glomerulonefritis kronis.
Gejala Glomerulonefritis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis tergantung pada jenis
penyakitnya, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul antara lain:
Diagnosis Glomerulonefritis
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami dan riwayat kesehatan
pasien. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terjadi
hipertensi dan pembengkakan pada tungkai atau wajah.
Untuk menegakkan diagnosis sekaligus menentukan penyebab yang mendasari
glomerulonefritis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan, meliputi:
Pemeriksaan urine, untuk mendeteksi keberadaan sel darah merah, sel darah putih, dan
protein di dalam urine
Tes darah, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan kadar hemoglobin (anemia) dan
protein albumin, serta peningkatan kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin
Tes imunologi, untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit automun dengan meningkatnya
kadar antinuclear antibodies (ANA), komplemen, antineutrophil cytoplasmic
antibody (ANCA), atau antiglomerular basement membrane (anti-GBM)
Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau USG, untuk melihat kondisi ginjal
secara lebih detail
Biopsi ginjal dengan mengambil sampel jaringan ginjal, untuk memastikan apakah
jaringan yang abnormal dan memastikan glomerulonefritis
Pengobatan Glomerulonefritis
Langkah pengobatan untuk tiap penderita glomerulonefritis berbeda-beda, tergantung
jenis glomerulonefritis yang diderita (kronis atau akut), penyebabnya, serta tingkat
keparahan gejala yang dialami.
Tujuan utama pengobatan glomerulonefritis adalah untuk mencegah kerusakan ginjal
yang lebih parah. Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh dengan sendirinya
tanpa membutuhkan penanganan tertentu.
Beberapa jenis pengobatan glomerulonefritis yang dapat diberikan, antara lain:
Obat imunosupresan, untuk menangani glomerulonefritis akibat penyakit autoimun,
contohnya kortikosteroid, cyclophosphamide, ciclosporin, mycophenolate
mofetil, dan azathioprine
Obat antihipertensi, untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut akibat peningkatan
tekanan darah, contohnya adalah ACE inhibitors (captropil dan lisinopril) dan ARB
(losartan dan valsartan)
Plasmapheresis, yaitu metode untuk membuang plasma yang memiliki sifat merusak
dengan plasma sehat
Obat-obatan lain, seperti obat diuretik untuk meredakan bengkak dan suplemen kalsium
Jika glomerulonefritis diketahui sejak awal, kerusakan ginjal bisa disembuhkan. Jika
glomerulonefritis bertambah parah dan menyebabkan gagal ginjal, penderita harus
menjalani hemodialisis (cuci darah) atau operasi cangkok ginjal.
Agar kerusakan ginjal tidak bertambah parah, penderita glomerulonefritis disarankan
melakukan beberapa langkah, seperti menjaga berat badan ideal, menghentikan
kebiasaan merokok, mengatur pola makan dengan mengurangi asupan kalium, protein,
dan garam.
Komplikasi Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu. Namun,
glomerulonefritis yang tidak ditangani dengan benar bisa bertambah parah dan memicu
penyakit lain. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
Hipertensi
Sindrom nefrotik
Gagal ginjal akut
Penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal kronis
Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang menumpuk dalam tubuh
Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium
Rentan terhadap infeksi
https://www.sehatq.com/penyakit/glomerulonefritis-akut
https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/glomerulonefritis/diagnosis
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Konsensus-Glomerulonefritis-
Akut.pdf
https://www.academia.edu/34989076/
Makalah_Perubahan_Sistem_Perkemihan_Pada_Ibu_Hamil
https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/tipes-pada-ibu-hamil/