Anda di halaman 1dari 73

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan itu

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup

bulan, memalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuia dengan yang

diharapkan (Prawiroharjo, 2016).

Didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi ataum implementasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi mejadi 3 trimester dimana trimester satu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga 40 (Siwi

Walyani 2015)

Menurut Federasi Ginikelogi Internasional. Kehamilan didefinisikan

sebagai fertilitas atau bertemunya sel spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung saat fertilisasi sampai dengan

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlagsung degan dalam waktu 40

minggu (Prawirohardjo, 2016)


2. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

a) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) samapai persalinan.

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot,

sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersama dengan

hal itu terjadi akumulasi jaringan sel ikat dan elastic, terutama pada

lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan

dinding uterus. Daerah korpus pada bulan bulan pertama akan menebal,

tetapi seiring dengan bertambahnya usi kehamilan akan menipis. Pada

akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang

(Yulizawati 2017).

b) Serviks

Serviks merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang

mengalami perubahan yang luar biasa selama kahamilan dan persalinan.

Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin dalam

uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan (Yulizawati, 2017).

c) Indung telur (ovarium)

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematang folikel

baru juga terunta. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu

awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil


progesteron dalam jumlah yang realitive minimal (Yulizawati,2017)

d) Vagina dan vula

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hypermia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot diperinieum dan vulva, sehingga vagin akan

terlihat berwarna keunguaan perubahan ini meliputi lapisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipetropi pada sel-sel otot polos

(Yulizawati, 2017)

e) Payudara (mammae)

Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat.

Dapat teraba nodule-noduli, akibat hipenrovi kelenjar alveoli: bayangan

vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada puting susu dan

aerola payudara (Yulizawati, 2017)

f) Sistem endrokrin

Menurut siwi walyani (2015) hormon adalah zat kimia (biasa disebut

baan kimia pembawa pesan) yang secara langsung dikeluarkan ke dalam

aliran darah oleh kelenjar kelenjar, dan pada kehamilan hormon

memebawa berbagai perubahan, terpusat pada bebagai bagian tubuh

wanita. Hormon yang paling berkaitan dengan kehamilan adala :

perubahan perubahan hormonal selama kehamilan (trimester I sampai

trimester III)

1. Estrogen

Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan

pada akhir kehamilan kadarnya kira kira 100 kali sebelum hamil.
2. Progesteron

Produksi-produksi progesteron bahkan lebih banyak

dibandingkan estrogen, pada akhir kehamilan produksinya kira-

kira 250mg/hari.

3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah

konsepsi, fungsinya adalah untuk mmeperthankan korpus luteum

4. Human Placenta Lactogen (HPL)

Human ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm

mencapai 2 gram/hari. Ia bersifat diabetogenik, sehingga

kebutuhan insulin wanita hamil naik.

5. Pituitary Gonadotropin

Follicle stimulating hormone (FHS) dam Lutrinizing hormon

(LH) berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan

karena ditekan oleh ekstrogen dan progesteron plasenta.

6. Prolaktin

Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi

ekstrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh ekstrogen di

tingkat target organ.

g) Sistem kardiovaskuler

Peredarah darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor, anatara

lain meningktnya kebutuhan darah, terjadi hubungan langsung anatara

arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, dan pengaruh hormon


estrogen dan progesteron yang makin meningkat. Perubahan terjadi

pada volume darah yang meningkat sehingga jumlah serum darah lebih

besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah

(hemodilusi). Hemodilusi akan disertai dengan penurunan penurunan

konsentrasi hemoglobin hingga dibawah 11 gr/dl dan timbulah masalah

yang disebut dengan anemia defesiensi zat besi (Prowirohardjo , 2016)

h) Sistem pernapasan

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring petambahan ukuran

uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkaan

volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per

menit akan mecapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan

bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas

meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini

disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron (Prawirohardjo,

2016)

i) Sistem urinaria

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

menyebabkan penekanan uterus pada vasica urinaria. Keluhan sering

berkemih pun dapat muncul kembali (Prawirohardjo,2016)

j) Sistem muskulosklental

Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umunya wanita hamil

memeliki bentuk punggung cenderung lordosis. Mobilitas tersebut dapat

mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan


perasaan tidak nyaman pada bagian bawah pungunggung

(Prawirohardjo,2016)

k) Sistem pencernaan

Penurunan mobilitas usus memungkinkan penyerapan nutrisi lebih

banyak, tetapi dapat muncuk juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan

mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung (Prowirohardjo, 2016)

3. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh

ibu yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis.

Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami

ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap

perlu diberikan pencegahan dan perawatan. Beberapa ketidaknyaman

dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut (Romauli, 2012)

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada kehamilan dan cara mengatasinya

No Ketidaknyamanan Cara mengatasinya


1. Sering buang air Penjelasan tentang sebab terjadinya,
kecil. Trimester 1 kosongkan saat ada dorongan untuk
kencing, perbanyak minum pada siang
hari, jangan kurangi minum untuk
mencegah noktruria,batasi minum kopi,
teh, soda, jelaskan tentang bahaya
infeksi saluran kemih dengan menjaga
posisi tidur yaitu dengan berbaring
kekiri dan kaki ditinggikan untuk
mencegah dieresis
2. Kelelahan atau Yakinlah bahwa ini normal pada awal
fatigue pada kehamilan, dorong ibu untuk sering
trimester I beristirahat, hindari istirahat yang
berlebihan
3. Keputihan Tingkatkan kebersihan dengan mandi
bertambah secara setiap hari, memakai pakaian dalam
perlahan terus dari bahan katun dan mudah
meningkat sampai menyerap, tingkatkan daya tahan tubuh
akhir kehamilan. dengan makan buah dan sayur.
4. Keringat Pakailah pakaian yang tipis dan
bertambah secara longgar, tingkatan asupan cairn mandi
perlahan terus secara terratur
meningkat sampai
akhir kehamilan.
5. Mengidam atau Tidak perlu khawatir selama diet
(pica) trimester I memenuhui kebetuhannya, jelaskan
tentang bahaya makanan yang tidak
bisa diterima, mencakup gizi yang
diperlukan serta memuaskan rasa
mengidam atau kesukaan menurut
kultur.
6. Mual dan muntah Hindari bau atau fktor penyebabnya,
trimester I makan biskuit kering atau roti bakar
sesaat sebelum bangun dari tempat
tidur dipagi hari, makan sedikit tapi
sering, duduk tegak setiap kali selesai
makan.
7. Striae Graviarum Gunakan emolien topikal jika ada
tampak jelas pada indikasi, gunakan baju longgar yang
bulan 6-7 dapat menompang payudara dan
abdomen

4. Diagnosa Kehamilan

Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan


penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (yulizawati,

2017).

a. Tanda-tanda dugaan hamil

1) Amenorea (terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi

tidak terjadi. Lamanya amenore dapat diinformasikan dengan

memeastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan

untuk memeperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

Tetaoi amenorrhea juga dapat disesabkan oleh penyakit kronik

tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan,

malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan

akan kahamilan.

2) Mual (nausae) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan meimbulkan mual muntah

yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning

sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila

terlampaui sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hioermesisi gravidarium

3) Ngidam (menginginkan makanan khusus)

Wanita hamil menginginkan makanan khusus, keinginan

yang dimiliki disebut dengan ngidam. Ngidam sering terjadi bulan-


bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan

sendirinya atau dengan tuanya kehamilan.

4) Pingsan (syncope)

Jika berada pada tempat yang ramai dan biasanya akan

hilang setelah 16 minggu. Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah

kepada (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi pada ibu

hamil.

5) Kelelahan (fatigure)

Jika pada trimester pertama sering terjadi kelelahan akibat

dari penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme

rate-BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil

konsepsi.

6) Payudara tegang

Estrogen meningkatan perkembangan sitem duktus pada

payudara, sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan

sistem alveolar payudara. Bersama samatomamotropin, hormon-

hormon ini menimbulkan pembesaran pada payudara.

7) Sering miksi

Karena adanya desakan rahim kedepan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi

miksi yang sering terjadi pada triwulan pertama akibat desakan


uterus ke kandung kemih.

8) Konstipasi atau obstipasi

Karena pengaruh dari hormone progesteron dapat

menghambat tonus otot menurun sehingga kesulitan untuk BAB.

9) Prigmentasi kulit

Prigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih 12 minggu. Terjadi

akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang

menofor dan kulit

Prigmentasi ini meliputi tempat tempat berikut ini :

a) Sekitar pipi : closma gravidarum (pengjitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi, dan leher) sekitar leher tampak leih hitam.

b) Dinding perut: strie lividae/gravidarum (teerdapat pada

seorang primigravida, warnanya membiru), strie nigra, tampak

lebih hitam.

c) Sekitar payudara : hiperpigmentasi aerola mamae sehingga

terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda

pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit

putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada

wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol

dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.

d) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat

pembesaran bagian tersebut.

10) Epulis
Epulis sering terjadi di triwulan pertama pada hipertropi

papila ginggivae/gusi.

11) Varises

Varises terjadi karena adanya pengruh estrogen dan

progesteron. Terjadi pada sekitar genetalia eksterna, kaki dan

betis, serta payudara

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil (Probability sign)

Tanda kemungkinana adalah perubahan perubahan fisiologis

yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan

fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan i ni diantaranya yaitu:

1) Pembesaran perut

Terjadi akibat pemebesarn uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

2) Tanda hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya

isthimus uteri.

3) Tanda goodle

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak

hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita

hamil melunak seperti bibir.

4) Tanda chadwick

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.


5) Tanda piscaseck

Merupakan pemebesaran uterus yang tidak simetris.

Terjadi karena ovum berimplementasi pada daerah dekat

dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih

dulu.

6) Pada Kontraksi braxton hick

Merupakan pergerangan sel sel otot uterus, akibat

meningkatkan actomysin di dalam otot uterus. Kontaksi ini

tidak bermitrik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada

kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari

pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini

akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuataanya

sampai mendekati persalinan.

7) Teraba ballomttement

Kutukan yang mendadak pada uterus menyebabkan

janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan

oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan

kehamilan karena peradaban bagian seperti bentuk janin saja

tidak cukup karena dapat saja merupakan mymo uteri.

8) Pemerksaan tes biologis kehamilan (planotes) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya

human chorionis gonadtropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon direksi


peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekresi pada

urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari

setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke

30 sampai 60. Tingkat tertinggi pada hari 60 samapai 70 usia

gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100 hingga 130.

c. Tanda-tanda pasti kehamilan (positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung

keberadaan janin, yang dapat diligat langsung oleh pemeriksa.

Tanda-tanda pasti kehamilan diantaranya yaitu :

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas pleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

keamilan sekitar 18-20 minggu.

2) Denyut jantung janin

Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan

megguakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).

Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada

usia kehamilan 18-20 minggu.

3) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat

diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester

terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna ;agi


menggunakan USG (ultrasonografi).

4) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat degn foto rontgen maupun USG.

5. Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan (Asuhan Antenatal Care)

a. Pengertian Antenatal Care

Asuhan antenatal care adalah suatu prosedur pemeriksaan dan

pelayanan kesehatan pada ibu selama kehamilan yang dilakukan untuk

melihat perkembangan janin dan memantau kesehatan ibu dan janin (Jolly et

al, 2018, Putrono, 2016)

Pemeriksaan antenatal adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya resiko kehamilan yang merugikan seperti kematian maternal,

kelainan dan keguguran (Dharmayanti, Azhar, Hapsari, & H, 2019).

b. Tujuan Antenatal care

1. Memastikan kehamilan sehat baik ibu maupun janin

2. Meningkatkan kesehatan ibu baik dalam fisik maupun psiologis

3. Memebatu ibu dalam mengenali perkembangan bayi selama kehamilan

untuk mencegah terjadinya resiko

4. Membantu mempersiapkan prsalinan dengan baik

5. Membantu mempersiapkan ibu dalam pemberian ASI ekslusif setelah

peralinan

6. Membantu mempersiapkan ibu hamil menjadi ibu agar bisa merawat

bayi yang sudah dilahirkan.

c. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care


1. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui telambat haid.

2. Pemeriksaan ulang

a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 samapi 7 bulan

b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan

c) Setiao 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan samapi terjadi

persalinan.

Menurut Siwi Walyani (2015) frekuensi pelayanan antenatal

oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan

antenatal, selama dengan ketentuan sebagai berikut :

a) 1 kali pada trimester pertama ( K 1 )

b) 1 kali pada trimester dua

c) 2 kali pada trimester ketiga ( K 4 )

d. Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2018) Pelayanan asuhan antenatal care

terdiri dari 10 T, yaitu :

1. Ukur Berat Badan Dan Tinggi Badan (T1)

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran < 145 cm karena mempunyai resiko memiliki panggul

sempit. Tinggi badan diukur saar pertam kali ibu datang melakukan

kunjungan, sementara berat badan ditimbang setiap ibu datang atau

berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.

Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang menjadi bagian


pada proses kehamilan, dimana hal ini menggambarkan keadaan suatu

kehamilan seseorang. Penambahan berat badan pada kehamilan harus di

pantau dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator keadaan

kehamilan. Penambahan berat badan terjadi karena bertambahnya

komposisi uterus. Berkembangnya plasenta, janin dan cairan ketuban.

Selain itu, penambah berat badan diakibatkan karena bertambahnya

jumlah volume darah, peningatan retensi cairan serta produksi lemak

selama kehamilan (Husin, 2013).

Penambah berat badan selama kehamilan ditentukan dengan

menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) atau body Mass Index

(BMI). Dimana IMT dihitung dengan menggunakan rumus :

Rumus : BB sebelum hamil

TB (m)2

Tabel 2.2 Klasifikasi nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi

Rendah < 19,8 12,5-18

Normal 19,8-26 11,5-16

Tinggi 26-29 7-11,5

Obesitas >29 ≥7

Gemeli 16-20,5

Berat badan Wanita hamil akan mengalami, kenaikan sekitar

6,5-16 kg. kenaikan BB ibu yang dianjurkar sekitar 1-2,5 kg

pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap


minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang

dianjurkan tergantung status gizi awal ibu.

2. Pengukuran Tekanan Darah (T2)

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan darah

yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan

preeklamsi. Apabilan turun dibawah normal kita pikirkan kearah anemia.

Tekanan darah normal berkisar systole/diastole : 110/80 hingga 120/80

mmHg.

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)

Pengukuran lingkar legan atas dilakukan secara rutin setiap kali

ANC, diharapkan status gizi ibu hamil baik, tidak kekurangan energi

kronis (KEK) yang mana nilai LILA normalnya yaitu dari 23,5 cm.

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc. Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya dan bisa

dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT)

dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama

dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri dengan Umur Kehamilan

No Tinggi fundus uteri Umur kehamilan

1. 12 cm 12 minggu
2. 16 cm 16 minggu

3. 20 cm 20 minggu

4. 24 cm 24 minggu

5. 28 cm 28 minggu

6. 32 cm 32 minggu

7. 36 cm 36 minggu

8. 40 cm 40 minggu

(Walayani,2015)

5. Penentuan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung Janin (T5)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untu mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian

bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke pinggul

berati ada kalainan letak, panggul sempot atau ada masalah lain. Maka

untuk mengetahui keadaa janin didalam abdomen digunakan

pemeriksaan palpsi menggunakan maneuver leopod, meliputi :

a) Leopod I

Untuk mengukur tinggi fundus uteri dari simpisi untuk

mengetahui usia kehamilan (jika >12) atau cara Mc.Donald dengan

pita ukuran (jika >22mgg ) dan menetukan bagian janin yang ada

pada fundus uteri.

b) Leopod II
Untuk menetukan bagian janin yang teraba disebelah kiri

atau kanan dan menetukan letak janin memanjang atau melintang.

c) Leopod III

Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus

bagian bawah (presentasi).

d) Leopod IV

Untuk menentukan apakah bagian janin sudak masuk

panggul atau belum.

6. Pemberian Imunisasi TT (T6)

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara efektif terhadap suatu aktif terhadap suatu antigen.

Vaksinasi dengan Toksoid Tetanus (TT) dianjurkan untuk dapat

menurunkan angka kematian bayi karenainfeksi tetanus. Vaksinasi

toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil. Imunisasi TT sebaiknya

diberikan pada ibu hamil dengan umur kehamilan anatara tiga bulan

sampai satu bulan sebelum melahirkan dengn jarak minumal empat

minggu.

Table 2.4 Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxid

Imunisasi TT Selang waktu Minimal Lama perlindungan

pemberian Imunisasi TT

TT 1 Pada kunjungan pertama Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap


penyakit tetanus

TT 2 1 bualn setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 Bulan setelah TT 4 25 tahun/seumur hidup

(Sumber : Dewi dan Sunarsih, 2011)

7. Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe) (T7)

Pemberian tablet tambah darah dimulain dengan memberikan satu

tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang minimal 90

tablet selama kehamilan, untuk memenuhui kebeutuhan volume darah

pada ibu hamil, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin. Tablet Fe sebaiknya tidak diminum baersama

teh atau kpi akan mengganggu penyeapan.

8. Test Labolatorium (T8)

Tes lab pada ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit yang timbul selama masa kehamilan, seperti

anemia pada kehamilan, keracunan pada kehamilan dan penyakit

lainnya.

a) Memeriksa kadar Hb

Guna mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia). WHO

telah memberikan patoam berapa kadar Hb normal pada ibu hamil,

sekaligus memberikan batasan kategori untuk anemia ringan dan

berat selama kehamilan:


I. Normal Hb >11gr/dl

II. Anemia Ringan : Hb 8-11 gr/dl

III. Anemia Berat : Hb <8 gr/dl

b) Melakukan pemeriksaan urine (terutama protein)

Pemeriksaan protein urine pada ibu hamil dilakukan pada

trimester II dan III atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya protein uria pada ibu hamil. Protein uria

merupakan salah satu indikator terjadinya preeklamsi pada ibu

hamil.

c) Test golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

d) Pemeriksaan dara lainnya sesuai indikasi, seperti malaria HIV,

sifillis dan lain-lain.

9. Tata Laksana Kasus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan labolatorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus d tangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan

sistem rujukan.

10. Temu Wicara/Konseling (T10)


Temu wicara/konseling dilakukan pada setiap kunjungan antenaal

yang meliputi : kesehatan ibu, prilaku hidp bersih dan sehat, peran suami

/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya

pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi

komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak

menular, penawaran untuk melakukan tes HIV, inisiasi menyusui dini

dan pemberian ASI ekslusif, KB pasc persalinan, imunisasi, peningkatan

kesehatan pada kehamilan.

6. Pemeriksaan Fisik Masa Kehamilan

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi komplikasi komplikasi

persalinan.

a) Pemeriksaan fisik umum : tinggi bada, berat badan, tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi)

b) Kepala dan leher : odema di wajah, ikterus pada mata, bibir pucat,

leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkangkakan

tiroid.

c) Payudara : ukuran simetris, puting payudara menonjol/masuk,

keluarnya kolostrum atau ciran lain, retraksi massa, nodul axilla.

d) Abdomen : luka bekas operasi, tinggi fundus uteri (jika >12 minggu)

letak, presentasi, posisi dan peurunan kepala (>36 minggu),

mendengar denyut jantung janin (bila kehamilan lebih 18 minggu).

e) Genetalia luar (extrena) : varives, perdarahan, luka, cairan yang

keluar, kelejar batholini, bengkak. Genetalia dalam (interna) :


serviks meliputi cairan yag keluar, luka (lessi), kelunakan posisi,

mobilisasi, tertutup atau membuka : vagina meliputi cairan yang

keluar luku, darah , ukuran adnesksa, bentuk, posisi, mobilisasi,

kelunakan, masa (pada trimester pertama)

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah serangkai kejdian pengeluaran bayi yang sudah cukup

bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dan tubuh ibu

melalui jalan lahir atau melalui jalain lain, berlangsung dengan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam rahim melalui vagina ke dunia luar (Puspitasari, 2018).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup blan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, produk konsepsi dikeluarkan

sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat nampaknya tidak

saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi (Siwi

Walyani, 2019).

2. Etiologi Terjadinya Persalinan

Mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor yang

memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.

a) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,

setelah melewati batas tertentu, maka akan terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai (Rohani, Saswita & Marisah, 2014)

b) Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, di

mana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurnan sehingga


otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin akibatnya, otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tinglat penurunan progesteron tertentu (Rohani,

Saswita & Marisah 2014).

c) Teori Oksitosis Internal

Oksitosi dikerluarkan oleh kelenjar hifosis pars pasterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot

rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya

kontraksi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosis

meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai (Rohani, Sawita &

Marisah, 2014).

d) Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser

atau ditekan oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi (Mutmainah,

Johan & LIyod, 2017).

e) Teori Prostagladin

Konsentrasi prosdagladin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang

dikerluarkan oleh disidua. Pemberian prostagladin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga konsepsi dapat dikeuarkan.

Prostagladin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan (Rohani,

Saswita & Marisah, 2014).

3. Pembagian Terjadinya Persalinan

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena


serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal sari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka (Rohani, Saswita &

Marisah, 2014).

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, sehingga mencapai pembukaan lengkap (10cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a) Fase late dimana pembukaan serviks berlagsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3cm,

berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10cm), berlangsung selama 6

jam dan di bagi dalam 3 subfase

1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

2) Periode dilatasi maksimasl : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9cm.

3) Periode deselarasi : berlangsung lambat dalam 2 jam

pembukaan 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktip persalinan, freukensi dan lama kontaksi

uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi

tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40

detik atau lebih) dan terjadi penurunana bagian terbawah janin.


Berdasarkan kurve friedman, diperitungkan pembukaan primigravida

1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda anatara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri

internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar

dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit terbuka.

Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendtaran

serviks terjadi dalam waktu yang sama (Rohani, Saswita, & Marisah

2014).

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada

primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejla Kala II yaitu his semakin kuat, dengan interval 2

samapai 3 menit, ibu merasa ingin meneran bersama dengan

terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan

pada rektum dan/atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva-

vagina an sfingter ani terlihat membuka, peningktaan pengeluaran

lendir dan darah.

Diagnosa Kala II ditegakan atas dasar pemeriksaan dalam

yang menunjukan pembukaan serviks telah lengkap, terlihat bagian

kepala bayi introitus vagina (Rohani, Siswita & Marisah 2014).

3) Kala III
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani, Saswita

& Marisah, 2014).

4) Kala IV

a) Pengertian

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah

proses tersebut . dua jam pertama setelah persalinan merupakan sat

paling kritis bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan

adaptasi yang luar biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh

kembali stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap

perubahan lingkungan hidupnya. Kematian ibu terbanyak terjadi pada

kala ini.

b) Observasi dan Pemantaun Kala IV

1. Keadaan umum dan kesadaran

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi,

dan pernafasan.

3. Kontraksi uterus dan TFU.

4. Kandung kemih.

5. Perdarahan : Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

4. Asuhan Persalinan Normal

Menurut prawirohardjo (2016) terdapat 60 langkah asuhan persalinan


normal diantaranya yaitu :

1. Melihat tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vagina

c) Perineum menonjol

d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

2. Memeastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan sensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabun suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakan kembadi dipartus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa


yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, pernieneum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkan nya dengan seksama dengan cara meyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan terkontainasi).

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah , sedangkan

pembukaan sudah lengkap

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara menceupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan

terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama

10 menit. Mencuci kedua tangan.

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) Setelah kontaksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (

120-160x/menit)

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai kenginan untuk meneran.


b) Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyaman ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

dekontaminasikan temuan-temuan.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semngat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya

d) Meganjurkan ibu beristirahat di anatara kontaksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menilai DJJ setiap lima menit.

g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu

pimpinan atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mmpunyai keinginan untuk meneran

dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada

puncak kontaksi-kontaksi tersebut da beristirahat di anatara


kontaksi.

h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60

menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontaksi-kontaksi tersebut dan beristirahat anatar kontraksi.

i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

segera.

14. Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakan kaim yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum yang lain di kepala bayi dan lakukan

tekananyang lebut dan tidak menghambat pada kepalabayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

20. Memastikan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran

bayi.

a) Jika tali pusat melilit dileher janin dengar longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnyya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontaksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncur di

bawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perieum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati


membantu kelahiran kaki.

25. Menilain bayi dengan cepat (dalam 30 detik) kemudian meletakan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepada bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya ( bila tali pusat terlalu pendek , meletakan

bayi di tempat yang memungkinkan ) bila bayi mengalami

asfiksia , lakukan resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi.

27. Menjepit tali pusat mengunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melalukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang

sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dengan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dengan cara pemberian ASI jiks ibu

menghendakinya.

31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.


32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitoin

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntika

oksitosin 10 unit I.M di gluteus atan 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar , setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada diperut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunkan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat

dan klem degan tanga yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang

(dorsorkranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontaksi

berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengkuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.


a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10 c , dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung

kemih dengan menggunakan reknik aseptik jika perlu.

3) Meminta keluarganya untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak

kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat din introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan mengunakan dekua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut.

39. Segera seteelah plaseta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus melakukan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontaksi.

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa


palsenta dan selaput setuban lengkap dan utuh. Meletakan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perieum dan

segara menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontaksi dengan baik

43. Mencelupkan kedua tangannya memaki sarung tangan ke larutan

klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan

tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan

dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi steril atau

mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusar.

45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5 %.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalnanya

memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontaksi uterus dan perdarahan

perpaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.


c) Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.

d) Jika uterus tidak berkontaksi dengan, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalksaksana antonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahita, lakukan

penjahitan dengan anastesi dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50. Mengajarkan kepada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memastikan kontaksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan 30

menit selama jam kedua pasca persainan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua

jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

samapah yang sesuai.

55. Memebersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban lendir, dan darah. Membantu


ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makan

yang diinginkan.

57. Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0.5 % dan membilas dengan ai bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0.5 %

membalikan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60. Melengkapi partograf.

C. Asuhan Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandung kembali seperti keadaan sebelum hami. Masa nifas berlangsung kira-

kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu

kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta

keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil (Asih

& Riseni,2016).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan masa nifas adalah masa


pulihnya kembali organ reproduksi setelah melahirkan seperti sebelum hamil dan

membutuhkan waktu selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

a. Tujuan melakukan kunjungan nifas

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah terjadi pada masa nifas.

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu

kesehatan ibu dan bayi (Kementrian kesehatan r, 2016).

b. Kunjungan masa nifas

a) Kunjungan 1

Dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan, dengan tujuan yaitu:

1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota

keuarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena antonia uteri.

4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

5) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan anatara ibu dan

bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi


Kunjungan 1 terjadi perubahan seperti :

a. Uterus : saat plasenta lahir, TFU setinggi pusat berat 1000

gram

b. Lochea : lochea rubra ini muncul pada hari pertama samapai

hari ketiga postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah

kehitaman, terdiri dari darah segar jaringan sisa-sisa plasenta

dinding rahim, lemak bayi lanungo dan mekonium.

b) Kunjungan 2

Dilakukan pada 6 hari setelah persalinan dengan tujuan :

1) Memastikan involusia uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan

tidak bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca

melahirkan.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makaan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusi dengan baik dan tidak ada tana-tanda

penyulit.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.

Kunjungan 2 terjadi perubahan seperti :

a. Uterus : saat 1 minggu, TFU pertengahan pusat simfisis,

berat 500 gram.

b. Lochea : Lochea Sanguinolenta berlangsung dari hari


keempat sampai ketujuh. Cairan yang berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

c) Kunjungan 3

Dilakukan 2 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :

1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnornmal

dan tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan

pascamelahirkan.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui degan baik dan tidak ada tanda-

tanda penyulit.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agara tetap hangat.

Kunjungan 3 terjadi perubahan seperti :

a. Uterus : saat 2 minggu, TFU tidak teraba, berat 350 gram.

b. Lochea : Lochea Serosa muncul pada hari ketujuh samapai

hari keempat belas post partum. Cairan yang berwarna

kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan

robekan atau laserasi plasenta.

d) Kunjungan 4

Dilakukan 6 minggu setelah persalinan dengan tujuan :

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami


ibu maupun bayinya.

2) Memberikan konseling KB secara dini.

Kunjungan 4 terjadi perubahan seperti :

a. Uterus : saat 6 minggu, TFU normal 50 gram

b. Lochea : Lochea Alba berlangsung 2 minggu sampai 6

minggu. Cairan yang berwarna putih mengandung leukosit

sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan selaput

jaringan mati.

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi Pada Uterus, Vagina, Dan Perineum

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali sebelum hamil. Involusi terjadi karena masing-masing

sel menjadi lebih kecil, kare cytoplasma nya berlebihan di buang

(Walyani & Purwosturi,2017)

Involusio disebabkan oleh proses aoutolysis, pada mana zat protein

dinding rahim pecah, di obsorbsi dan kemudian dibuang dengan air

kencing.

Sebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen air kencing

sangat tinggi (Walyani & Purwostuti, 2017)

a) Bayi lahir funfus uteri setinggi pusat dengan uterus 1000 gr.

b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba dua jadi bawah

pusat dengan berat uterus 750 gr.


c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengaha pusat

simpisis dengan berat uterus 500 gr.

d) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba di atas

simpisis dengan berat uterus 300 gr.

e) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50 gr.

b. Lochea

Lochea adalah caira sekret yang bersasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Lochea tidak lain dari pada sekret luka, yang berasal

dari luka dalam rahim terutama luka plasenta.

Macam-macam lohea :

a) Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel desidua, verniks kaseosa, languno, dan mekonium selama 2 hari

postpasrtum

b) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir ,

hari ke 3-7 postpartum

c) Lochea serosa : berwarna kuning tidak berdarah lagi , pada hari ke 7-

14 postpartum

d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah bebau

busuk.

f) Lochea statis : lochea tidak lancar keluarnya.

c. Serviks
Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus setelah persalinan

ostium eksternal dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6

minggu persalinan serviks menutup.

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dlam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

mencul kembali semetara labia menjadi lebih menonjol (Walyani &

Purwostuti, 2017).

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perinem menjadi lebih kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

posnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonus nya sekali pun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan (Walyani&Purwoswanti, 2017).

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obesitas setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan

yang menyebabkan colon menjadi kosong. Pengeluaran cairan yang

berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid,

laserasi jalan lahir supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikaan
diit atau makanan yang mengandung serat dan memberikan cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong

dengan pemberian huknah atau gliserin spuid atau diberikan obat laksanaan

yang lain. (Walyani&Purwoswanti, 2017).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan.Urine dalam jumlah yang besarakan dihasilkan dalam waktu 12-

36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang

mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu. (Walyani&Purwoswanti, 2017).

4) Perubahan Sisten Muscoloskental

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dam mempercepat proses

involusio (Walyani&Purwoswanti, 2017).

5) Perubahan Endrokin

Kadar estrogen menurun 10% dalma waktu sekitar 3 jam post

partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam

darah berangsur-angsur hilang. (Walyani&Purwoswanti, 2017).

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu Badan
Dua puluh emapt postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0c-

38,50c) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi karena

aa pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah

karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi

pada endrometrium, mastitis, praktus, urogenitalis, atau sistem lain. Kita

anggap nifas terganggu kalau ada demam delih dari 36 0c pada 2 hari

berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum, kecuali hari

pertama dan suhu harus diambil sekurang kurangya 4x sehari.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/m . sehabis melahirkan

biasanya denyut nadi itu akan melebihi 100 adalah abnormal dan hal

mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang

tertunda.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

ibu melahirkan karena ada perdaraha. Tekanan darah tinggi pada

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.

d. Pernafasaan

Keadaan pernafasaan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga

akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran

pernafasan.
7) Perubahan Sistem Kardiovaskular

Persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc bila kelahiran

melalui sectio caesaria kehilangan darah 2x lipat. Perubahan terdiri dari

volume darah hemokonsentra. Apabila pada persalinan pervaginam

hemokonsentrasi akan naik dan pada sektion caesaria 4-6 minggu (Walyani

& Puswoastuti, 2017).

Setelah melahirkan shunut akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu

relatif akan bertambah keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung

dan dapat menimbulkan dekompensasi kondisi pada penderita vitium cordia.

Untuk keadaan ini dapat diaasi dengan mekanisme kompensasi dengan

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembalaiseperti sedia

kala. Umumnya hal ini terjdai pada hari ke 3 samapai ke 5 postpartum.

8) Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor-faktor pebukaan darah meningkat pada hari pertama post

partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

mengental dan peningkatan vikositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah

putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetapi tinggi dalam

beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumalah darah sel putih

tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah

hemoglobin, hematokrit dan eritosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal


masa postpartum sebagai akibar dari volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita

tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan

darah sekitar 200-500 ml. Peurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hemoatokrit dan hemoglobine

pada hari ke 3-7 post partum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu

post partum. (Walyani&Purwoswanti, 2017).

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Proses adaptasi psikologis menurut (Siwi Walyani,2017) yaitu :

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan dari hari prtama samapai

hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama

pada dirinya sendiri. Kelehlahan membuat ibu cukup istirahat untuk

mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi fasip terhadap lingkungannya bauk

sangat diperlukan pada fase ini.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taaking hold obu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu perasaannya sangan

sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-

hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam


merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c. Fase Latting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Dukungan suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istiraha masih

dibutuhkan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

5. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

a) Perdarahan hebat atau peningkatan darah secara tiba-tiba atau pembalut

penuh dalam waktu setengah jam telah mengganti 2 kali pembalut.

b) Pengeluaran cairam vaginal dengan bau busuk (infeksi)

c) Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung

d) Sakit kepala yang terus-menerus atau nyeri epigastrik atau masalah

penglihatan

e) Pembengkanan pada wajah dan tangan

f) Demam, muntah, raa sakit pada waktu pembuangan air seni atau merasa

tidak enak badan.

g) Payudara yang merah, panas, atau sakit

h) Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepajangan

i) Rasa sakit, warna merah, pebengkakan pada kaki

j) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi

k) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Rukiyah, 2012)


6. Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

a) Anamnesis

Anamnesis perlu dilakauka untuk mengetahui kondidi ibu dengan cara

menanyakan keluhan dan keadaan yang dirasakan ibu selama masa nifas.

Anamnesisi untuk mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan

keadaan ibu dapat ditanyaka juga kepada suami atau keluarga.

b) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningjatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara

spontan tekanan darah sebelum hamil selamam beberapa hari bidan

bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamisi pasca parum,

komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius jika peningktan tekanan

darah signifikan.

b. Suhu

Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama

priode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pasca

postpartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu sampai 38 derajat

pada hari ke 2 samapai hari ke 10 yang menunjukan adanya

modibilitas peurperalis.

c. Nadi

Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali

normal selama berapa jam pertama pasca postpartum, hemoragi,


demam persalinan. Nyeri akut atau persisten dapat memepengaruh

proses denyt nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut

abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi atau hemoragi

pasca postpartum lambat.

d. Pernafasaan

Fungsi pernafasan kembalai pada rentang normal wanita selamam

jam pertama pasca postpartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan

lain memelkam evaluasi adaya kondisi-kondisi seperti kelebihan

cairan seperti eksaserbasi asam dan emboli paru-paru. Kepala, wajah

dan leher perikksa ekspresi waja, adanya odema, sklera dan

konjungtiva, mata, mukosa mulut adanya pembesaran kimfe,

pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan vena jugularis.

e. Dada da payudara

Asukultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau

perubahan nayata pada penampilan atau tanda-tanda vital.

Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi

penampilan dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara.

Adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu dan adanya

sumbatan ductus, kongesti dan tanda-tanda mastitis dan potensial.

f. Abdomen dan uterus

Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus diatesis recti dan

kandung kemih. Untuk involusi uterus periksa kontaksi uterus posisi

dan tinggi fundus uteri.


g. Genetalia

pengkajian perineum terhadap memar, odema, hematoma,

penyembuhan setiap jahitan, imflamantasi, pemeriksaan bau lokhea.

Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.

h. Ekstremitas

Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya odema, nyeri tekan atau

panas pada betis adanya homan, refleks.

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

samapai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000 gram, dengan nilai

apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan ( Nurhasiyah, 2017).

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor

yang memepengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi,

adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling

dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernafasaan, sirkulasi,

kemapuan menghasilkan glukososa. (Nurhasiyah, 2017).

2. Perubahan Yang Segera Terjadi Setelah Kelahiran

a. Perubahan Sistem Pernafasan

Perubahan sistem ini diawali dari perkembangan organ paru itu

sendiri dengan perkembangan stuktur bronkus, bronkiolus serta alveoulus


yang terbentuk dalam kehamilan sehingga dapat menentukan proses

pematangan dalam sistem pernafasan. Terjadi tekanan rongga dada karena

kompresi paru selama persalinan sehingga merangsang masuknya udara

kedalam paru, kemudian timbulnya pernafasaan dapat terjadi akibat interaksi

sistem pernafasaan itu sendiri dengan sistem kardovaskular dan susunan

saraf.

b. Perubahan Metabolisme Karbohidrat

Oleh karena kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/100 ml

akan menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah

lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam

pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak

sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.

c. Perubahan Umum

Bila bayi ditempatkan di tempatkan yang suhunya lebih

rendah dari suhu tubuh bayi / suhu kamar (25 oC) maka bayi akan

kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, radiasi konduksi

sebanyak 200 kalori/kg BB/menit. Sedangkan pembentukan panas

yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut

diatas, dalam waktu yang bersamaan hal ini akanmenyebabkan

penurunan suhu tubuh sebanyak 2 oC dalam waktu 15 menit. Akibat

suhu tubuh yang rendah metabolisme jaringan akan meninggi dan

asidosis metabolik yang ada akan bertambah berat, sehingga

kebutuhan akan oksigen pun meningkat. Hipotermia ini juga akan


dapat menyebabkan hipoglikemia.

d. Perubahan Pengaturan Tubuh

Pada saat lingkungan dingin fisiologis pada bayi baru lahir

yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pegantaran oksigen

keseluruhan jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu

penutupan voramen ovale pada atrium jantung dan penutupan ductus

arterious anatara arteri paru aorta. Perubahan tekanan sistem

pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat dipotong, resitensinya

akan meningat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena

darah ke atrium berkurang yang dapat menyebabkan volume dan

tekanan atrium juga menurun.

e. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Prose menghisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai.

Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk Ketika bayi lahir.

Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas,

mengingat hubungan esophangus bawah dan lambung masih belum

sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat

terbatas kerrang lebih 30 cc.

f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Perkembanan sistem imunitas pada bayi juga mengalami

proses penyesuaian dengan perlindungan oleh kulit membrane

mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan kolini mikroba oleh kulit

dan usus serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.


Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akn

membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum

dan lambat akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembanga

usia.

3. Penilaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatan

Semua bayi harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan yang

menunjukan suatu penyakit. Bayi dikatan sakit apabila terdapat salah

satu tanda sebagai berikut :

a. Sesak nafas

b. Frekuensi pernafasan > 60x/ menit

c. Adanyagerak rektasi dada

d. Malas mentek

e. Panas atau suhu badan bayi rendah

f. Gerakan kurang aktif

g. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum

(Rukiyah, dkk, 2011).

Tanda-tanda bayi sakit berat atau mengalami kegawatan adalah

apabila pada bai baru lahir terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda

sebagai berikut :

a. Bayi sulit minum

b. Sianosis sentra (lidah biru)

c. Perut kembung

d. Periode apneu
e. Kejang/periode kejang kecil-kecil

f. Merintih

g. Pendarahan

h. Sangat kuning

i. Berat badan lahir kurang dari 1500 gram (Rukiyah, dkk, 2011).

Tabel 2.5 Penilaian APGAR Skor

Skor Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh

(warna kulit) tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse (Denyut Tidak ada <100 >100

Jantung)

Grimance (reaksi Tidak ada Sedikit gerak Menangis dan

terhadap keras

rangsangan)

Activity (tonus Lemah Ekstremitas sedikit Gerakan aktif

otot) fleksi

Repiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis kuat

(Usaha bernafas) teratur

(Rukiyah , dkk, 2011)

4. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini dimulai sendini mungkin. Segera setelah bayi

lahir setelah tali pusat dipotong letakan bayi tengkurep di dada ibu

dengan kulit ke kulit biarkan selama 1 jam/lebih samapai bayi menyusu


sendiri, selimuti dan beri topi. Suami dan keluarga beri dukungan dan

siap membantu selama proses menyusui. Pada jam pertama si bayi

menemukan payudara ibunya dan ini merupakan awal hubungan

menyusui yang berkelanjutan yang bisa mendukung kesekseesan ASI

ekslusif selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian bayi baru lahir yang

dipisahkan dari ibunya dapat meningkatkan hormone stress sekitar 50%

dan membut kekebalan tubuh bayi menjadi menurun.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilitasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan incubator

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi

noscolomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena

pengeluaran meconium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden

icterus bayi baru lahir. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga didapat pola tidur lebih baik (Sinta B,2019).

5. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda

sering tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi

lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit.

Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan

mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup :

a. Bayi tidak mau menyusu

b. Bayi kejang

c. Mengantuk atau tidak sadar


d. Frekuensi nafas < 20 kali/menit atau apneu

e. Frekuensi nafas > 60 kali/menit

f. Merintih, Demam atau tubuh merasa dingin

g. Pusar kemerahan

h. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

i. Kulit terlihat kuning.

(WHO, 2016).

6. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Terlebih dahulu lakukan penimbangan berat badan dengan cara

lekatkan kain atau kertas pelindung dan ataur skala penimbangan ke titik

nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan

pembungkus bayi, berat badan bayi lahir normal anatar 2500-4000 gram

kemudian ganti pembungkus bayi (Rukiyah, dkk, 2011).

a. Bagian kepala

Ungkur lingkar kepala, dilakukan dari dahi kemudian

melingkari kepala Kembali lagi ke dahi.

1) Cirkumferensial froto occipitalis ± 34 cm

2) Cirkumferensial mento occipitalis ± 35 cm

3) Cirkumferensial sub occipito bregmatika ± 32 cm

b. Pemeriksaan wajah

Kemudian periksaa wajah, wajah hrus tampak simetris

terkadang wajah bayi tampak asismetris hal ini dikarenakan posisi

bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti


sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga wajah

akibat trauma lahir seperti laserasi, peresi dan fasialis.

c. Pemeriksaan mata

Pada saat memeriksa mata, goyangkan kepala bayi secara

perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka, lakukan pemeriksaan

letak mata supaya adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang

belum sempuna, periksa adanya glaucoma kngenital, mulanya

akan tamapak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan

pada kornea.

d. Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan hidung dikaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi

cukup bula lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. bayi harus bernafas

dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan

kemungkinan ada obstruksi jalan nafas karena atresia koana

bilateral, frakur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke

nasofaring. Periksa adanya secret yang terkadang berdara, hal ini

kemungkinan adanya sifilis kongentital. Periksa adanya

pernafasan cuping hidung. Jika cuping hidung mengembang

menunjukan adanya gangguan pernadafsaan.

e. Pemeriksaan mulut

Perhatikan mult bayi, bibir harus berbentuk dan simetris,

ketidak simetrisan bibir menunjukan adanya palsi wajah, mulut

yang kecil menunjukan mikroganatia periksa adanya bibir


sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari

dasar mulut). Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada

persambungan anatara paatum keras dan lunak. Perhatikan

adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi

akibat gigi, periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak,

bayi dengan odema atau tekanan intracranial meninggi seringkali

lidahnya keluar masuk.

f. Pemeriksaan telinga

Pemeriksaan telinga diperiksa kanan dan kiri, pastikan

jumlah,, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang

rawan sudah matang daun telinga haru berbentuk sempurna

dengan lengkungan yang jelas di bagian atas perhatikan letak

daun tekliga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set easr)

terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu. Perhatikan

adanya kulit tambahan atau urikel hal ini dapat berhubungan

dengan abnormalities ginjal.

g. Leher dan dada

Pemeriksaan leher, biasanya leher bayi pendek dan harus

diperiksa kesimetrisannya, pergerakannyaharus baik jika terdapat

keterbatasan pergerakana kemungkinana ada kelainan tulang

leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menybabkan

kerusakan pada fleksus brakhialis, lakukan perabaan untuk

mengidentifikasi adanya pembengkanan periksa adanya


pemebesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya kulit

berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya

kemungkiana trisomy.

1) Pemeriksaan ekstremitas atas

Klavikula, raba seluruh klavikula untuk memastikan

keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi

bokong atau distosia bahu kemudian periksa kemungkinana

adanya frakur.

Tangan, kedua lengan harus sama Panjang periksa dengan

cara meluruskan kedua lengan bawah dan kedua lengan

harus bebas bergerak, jika Gerakan kurang kemingkinan

adanya kerusakan neurologis dan frakur. Periksa jumlah jari

perhatikan adanya polidaktil atau sindaktil terlapak tangan

harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah

berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomy 21.

Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi

atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan

2) Pemeriksaan dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung Kembali ke

dada (pengukuran dilakuka melalui kedua putting susu)

lingakaran bau normalnya kurang lebih 34 cm kemudian

periksa kesimetrisan Gerakan dada saat bernafas dan apabila

tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,


paralisis diafragma atau heria diafragma atau hernia

diafragmatika. Pernafasaan yang normal dinding dada dan

abdomen bergerak secara bersamaan, tarikan strerum atau

intercostal pada saat bernafas perlu diperhatikan pada bayi

cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan baik dan

tamapak simetris payudara dapat tampak membesar tetapi ini

merupakan keadaan yang normal.

h. Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara

bersamaan dengan Gerakan dada saat bernafas. Kaji adanya

pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat

hemia diafragmatika abdomen yang membuncit kemungkinan

karena hepatosplenomegaly atau tumor lainnya, jika perut

kembung kemungkinan adanya enterocolitis vesikalis, omfalokes

atau ductus omfaloentriskus parsisten.

i. Genitalia

Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 dan lebar 1-1,3 cm

periksa posisi lubang uretra preputisium tidak boleh ditarik karena

akan menyebabkan fimosis, periksa adanya hipospasdia dan

epispasdia skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah

testis ada dua. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora

menutupi labia minora lubang uretra terpisah dengan lubang

vagina, terkadang
j. Anus rectum

Periksa adanya kelainan atresia ani keudian kaji posisinya,

meconium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai

48 jam beleum keluar kemungkinan adanya mekonium plug

syndrome megacolon atau obstruksi saluran pencernaan.

k. Tungkai

Priksa kesimetrisan tungkai dan kaki kemudian periksa

panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan

bandingkan. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas

kurangnya Gerakan berkaitan dengan adanya trauma misalnya,

frakur periksa adanya polidaktil dan sindaktil pada jari kaki.

l. Pemeriksaan kulit

Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak

atau tanda lahir, periksa adaya pembengkakan, vernik kaseosa,

lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

Kemudian setelah pemeriksaan selesai jelaskan pada ibu atau

keluarga tentang hasil pemeriksaan, rapihkan bayi, bereskan alat

dan lakukan pendokumentasian Tindakan dan hasil pemeriksaan.

7. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

apabila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidk akan sakit
hanya sakit ringan (Hardianti dkk, 2015).

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak

diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit. Anak

kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belem tentu kebal

dengan penyakit lain (Hardianti dkk, 2015).

Tujuan Imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan

kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

(Kemenkes RI, 2014).

a. Macam-Macam Imunisasi

1) BCG

BCG adalah pemberian vaksin yang ditujukan untuk

mencegah penyakit TBC. TBC adalah penyakit menular berbahaya

yang bisa menyerang saluran pernapasan, bahkan menyebar ke

bagian tubuh lainnya jika tidak segera diobati.

Salah satu cara pencegahan TBC yang hisa dilakukan adalah

dengan memberikan vaksin BCG pada bayi. BCG hanya diberikan

sebanyak 1 kali sebelum bayi berusia 3 bulan.

Tugas vaksin BCG yakni untuk mencegah bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan

selaput otak.

2) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini


adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi

Hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia

6 tahun

3) Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit polio yang dapat menyebabkan

kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan

4) Campak

Campak dan rubella adalah penyakit infeksi menular melalui

saluran nafas yang disebabkan oleh virus. Anak dan orang dewasa

yang belum pernah mendapat imunisasi campak dan rubella atau

yang belum pernah mengalami penyakit ini beresiko tinggi tertular.

Tidak ada pengobatan untuk penyakit campak dan rubella

namun penyakit ini dapat dicegah. Imunisasi dengan vaksin MR

adalah pencegahan terbaik untuk penyakit campak dan rubella. Satu

vaksin mencegah dua penyakit sekaligus.

Vaksin MR adalah kombinasi vaksin campak atau measles

(M) dan rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit campak

dan rubella. Vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari

WHO dan izin edar dari Badan POM. Vaksin MR persen efektif untuk

mencegah penyakit campak dan rubella. Vaksin ini aman dan telah

digunakan dilebih dari 141 negara di dunia.


5) Pentavalen

Imunisasi pentavalen adalah gabungan vaksin DPT-HB

ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan

HB (DPT combo. Sesuai dengan kandungan vaksinnya, imunisasi

pentavalen mencegah beberapa jenis penyakit antara lain, difteri,

batuk rajan atua batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang

otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh

kumah Hb (Haemophylus influenzae tipe b) (IDAI, 2017).

b. Jadwal imunisasi

Table 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Jenis Penyakit Usia Jumlah Interval

imunisasi dicegah pemberian pemberian minimal

Hepatitis Hepatitis B 0-7 hari 1 -

BCG TBC 1 bulan 1 -

(Tuberkolusis

Polio Polio 1,23,4 bulan 4 4 minggu

DPT-Hb- Difteri, 2,3,4 bulan 3 4 minggu

Hib partusis,

tetanus,

Hepatitis B,

infeksi HIB

Campak Campak 9 bulan 1


(Sumber : Kemenkes RI 2013 dalam buku Mucktar dkk, 2015)

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah metoda kerja profesi dengan

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga

merupakan alur kerja dan pengorganisasian pemikiran dan langkah -

langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan bagi

pasien maupun bidan.

Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode

untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori dan

ilmiah (alur piker bidan dalam memecahkan masalah). Penemuan-

penemuan, keterlampiran dalam rangkaian atau tahapan yang logis

untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney,

2012). Proses manajemen kebidanan menurut Varney adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian (mengumpulkan semua data)

b. Melakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnose potensial

berdasarkan masalah atau diagnose yang sudah diidentifikasi

c. Mengantisipasi masalah diagnose potensial berdasarkan masalah

atau diagnose yang sudah diidentifikasi

d. Mengidentifikasi perlu adanya tindakan segera oleh bidan atau

dokter
e. Merencanakan asuhan dengan penje lasan yang sungguh

rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan

f. Mengharapkan atau melaksanakan rencana asuhan secara

efisien dan aman

g. Mengevaluasi keefektipan dari asuha

2. Langkah-langkah manajemen varney

a. Langkah I (pengumpulan data)

Pengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan

pasien

1) Termasuk Riwayat Kesehatan

2) Pemeriksaan fisik

3) Catatan terbaru atau catatan rumah sakit sebelumnya

4) Data laboratorium

b. Langkah II (identifikasi masalah, diagnose dan kebutuhan)

Data dasar diidentifikasi manejadi masalah diagnose sfesifik

1) Penggunaan yang digunakan kedalam suatu rencana asuan

masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang

diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.

2) Diagnose bidan.

c. Langka III (merumuskan diagnosis/masalah potensial yang

membutuhkan antisipasi masalah)

1) Langkah ketiga bidan melakukan identifikasi diagnosis atau

masalah potensial dan mengantisipasi penanganan.


2) Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan

dilakukan pencegahan

3) Bidan harus waspada menghadapi diagnosis/masalah

potensial yang benar-benar akan terjadi

d. Langkah IV (penetapan kebutuhan dan Tindakan segera)

Tindakan yang harus segera dilakukan apabila tidak dengan

segera akan meyebabkan kematian. Mencerminkan

keseimbangan(antenatal care peralinan) konsultasi atau

kolaborasi. Pengumpulan data baru dan dievaluasikan jika ada

kegawatan perlu :

1) Tindakan segera

2) Kolaborasi atau kolsuntasi

3) Rujukan

e. Langkah V (Penyusunan rencanaan)

Rencana asuhan :

1) Lanjutan dari masalah atau diagnose, informasi tambahan

2) Gambaran umum dan antisipasi

3) Konseling

4) Rujukan

f. Langakh IV (pelaksanaan asuhan)

Implementasi atau Tindakan seluruhnya dilakukan oleh bidan :

1) Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang diuraikan

pada Langkah kelima.


2) Realisasi perenanaan dapat dilakukan oleh bida, pasien atau

anggota keluarga

g. Langkah VII (mengevaluasi)

Evaluasi asuhan :

1) Pengecekan : penemuan kebutuhan akan bantuan efektif

dan tidak efektif

2) Kontinum : mengulang kembali

3) Revisit : review catatan, riwayat, keluhan-keluhan

pemeriksaan fisik

3. Manfaat Pendokumentasian Kebidanan

a. Berdasarkan aspek hukum

1) Semua catatan info tentang klien merupakan dokumentasi resmi

dan bernilai hokum

2) Dapat digunakan sebagai barang bukti pengadilan

b. Berdasarkan aspek komunikasi

1) Sebaga alat bagi tenaga kesehatan untuk berkomunikasi yang

bersifat permanen

2) Bisa mengurangi biaya komunikasi karena semua catatan tertulis

c. Berdasarkan aspek penelitian. Dokumentasi bermanfaat sebagai

sumber informasi yang berharga untuk penelitian

d. Berdasarkan aspek keuangan

1) Mempunyai nilai keuangan

2) Dapat digunakan sebagai acuan dalam biaya perawatan bagi klien


e. Berdasarkan aspek pendidikan

1) Me mpunyai nilai pendidikan

2) Digunakan sebagai bahan referensi pembelajaran

f. Berdasarkan aspek statistik. Dokumentasi dapat membantu suatu

instansi untuk mengantisipasi kebutuhan ketenagaan dan menyusun

rencana sesuai dengan kebutuhan.

g. Berdasarkan aspek jaminan mutu. Pencatatan data klien yang lengkap

dan akurat akan memberi kemudahan bagi bidan dalam membantu

masalah klien.

h. Berdasarkan aspek manajemen. Dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Dengan

demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan

pemberian asuhan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

4. Metode Pendokumentasian SOAP

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan

adalah SOAP.

a. Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anmanesa sebagai Langkah I

b. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil labolatorium dan tes diagnostic lain yang dirimuskan dalam

data focus untuk mendukung data assessment sebagai Langkah I.


c. Analisa

Menggunakan pendokumentasian hasil data Analisa dan

interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifiksi :

1) Diagnosa / masalah

2) Antisipasi diagnose lain/masalah potensial sebagai Langkah

II, III dan IV.

d. Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (I) dan

evaluasi ( E ) berdasrkan Analisa pengkaji Langkah V, VI, dan VII

Varney (Rukiyah, 2011).

Anda mungkin juga menyukai