Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN MATERI AGAMA

BAB 9 → BAB 15

DIBUAT OLEH :
NAMA : MUHAMMAD AKHMAL AKBAR NURRIZKY
NRP : 3121521026
KELAS : 1 PD ITA-LA D3
BAB 9
IMAN KEPADA KITAB DAN IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

A. Iman Kepada kitab


Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya wajib. Wajib beriman kepada kitab-kitab Allah
SWT yang pernah diturunkan kepada para rasul-Nya, maka pengingkaran terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya dengan pengingkaran terhadap kitab-kitab Allah. Mengingkari kitab Allah, sama pula
artinya mengingkari kepada Rasulullah, para Malaikat dan kepada Allah SWT. Orang yang mengaku Islam
tetapi mengingkari iman kepada kitab-kitab Allah termasuk murtad (keluar dari Islam).
Sebab itu, setiap orang muslim wajib beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada
para nabi dan rasulnya, seperti kitab Taurat yang diwahyukan kepada nabi Musa (Q.S. 5:44), Kitab Zabur
yang diturunkan kepada nabi Daud (Q.S. 17:55), Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa (Q.S. 5:44)
dan yang terakhir Kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw (Q.S. 3: 2-4).
Iman kepada kitab-kitab Allah dahulu berarti setiap orang muslim wajib percaya bahwa sebelum
al-Qur'an, Allah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya, iman yang tidak
mengharuskan untuk mengikuti dan patuh terhadap perundang-undangannya. Sebab perundang-
undangan kitab-kitab suci yang dahulu telah terhapus, telah digantikan dengan perundang-undangan al-
Qur'an. Maka al-Qur'an satu- satunya kitab yang sekarang diikuti dan diimani.
1. Dalil-dalil beriman kepada Kitab
Perintah Allah SWT untuk beriman kepada kitab-kitab-Nya dan penjelasan Allah tentang kitab-
kitab tersebut. Allah berfirman:
‫ ياايھاالذين امنوا امنوابا ورسوله والكتاب الذى نزل على رسوله والكتاب الذى انزل من قبل‬Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, tetalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya”. (An-Nisa: 136)
‫ نزل علیك الكتاب بالحق مصدق لمانین يدي ه وان زل الت وراة واالنجی ل من قب ل ھ دى للن اس وان زل الفرق ان‬Artinya: “Dia
menurunkan al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. Sebelum (Al-Quran), menjadi petunjuk bagi
manusia dan dia menurunkan Al-Furqan”. (Ali-Imran: 3-4).
2. Kelebihan Al-Qur'an atas Kitab-kiab sebelumnya
1. Dari segi turunnya: Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan haq (benar),
kemudian para sahabat memperolehnya dengan cara hafalan dan ditulis. (Lihat Al-Isra ayat 105)
2. Kandungan al-Quran sempurna, yaitu menjaddi pertimbangan kebenaran terhadap kitab-kitab
sebelumnya, apa-apa yang sesuai dengan al-Quran maka itulah yang haq. (Lihat Al Maidah ayat
48)
3. Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang selamat dari penyelewengan dan perubahan yang
dilakukan oleh pengikutnya yang tak bertanggung jawab. (Lihat Al Hijr ayat 9)
4. Bahasa yang dipakai di dalam al-Quran sangat indah, tidak akan ada yang mampu membuat ayat
seperti itu. (Lihat Al baqarah ayat 23-24)
5. Al-Quran adalah petunjuk dan sifaaun.(Lihat Yunus ayat 57)
6. Al-Quran adalah kitab yang paling sering dibaca manusia.
B. Iman Kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang ke enam dan harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Iman kepada qadha dan qadar dalam kehidupan
sehari-hari lebih populer dengan sebutan takdir. Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan
yakin bahwasannya Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas semua makhluk-Nya
termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia dan benda- benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik
atau buruk, kemunculan atau kemusnahan.
1. Pengertian Qadha dan Qadar
menurut ulama dari kalangan madzhab al-Maturidi, qadha adalah penciptaan sesuatu oleh Allah
dengan pasti dan qadar adalah penentuan segala makhluk oleh Allah pada azali dengan ketentuan-
ketentuan yang ada pada makhluk berupa baik dan buruk, manfaat dan mudharat dan lainnya. Dengan
demikian qadha merupakan sifat perbuatan dan sifat baharu, sedangkan qadar merupakan sifat zat yang
qadim, sebalik dari pendapat ulama dari kalangan madzhab al-Asy'ari.
2. Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar
Beriman kepada qadha dan qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah
SWT yang berlaku pada semua makhluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasaan Allah
SWT. Jadi, segala sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT pada azali.
3. Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar
 Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
 Menjauhkan diri dari sombong
 Menjauhkan diri dari putus asa dan bekerja keras
 Bersikap optimis dan giat bekerja
 Menenangkan Jiwa

BAB 10
SYARIAT ISLAM DAN PENGERTIAN FIQIH
A. Pengertian Syariat
Kata syariat itu asalnya dari kata kerja (‫)ش رع‬syara'a, yang artinya memulai, mengawali,
memasuki, memahami. Atau diartikan juga dengan membuat peraturan, undang-undang, hukum.
‫ ثم جعلناك على شريعة من االمر‬Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama itu)”. (Al-Jatsiyah: 18)
B. Pengertian fiqih
pengertian fiqih, ulama menekankan bahwa fiqih adalah hukum syariat yang diambil dari
dalilnya. Nemun, menarik untuk diperhatikan adalah pernyataan Imam Haromain dan Al-Amidi yang
menegaskan bahwa fiqih adalah pengetahuan hukum syara' melalui penalaran (nadzar dan istidlal)
C. Perbedaan Syariat dan Fiqih
Perbedaan pokok antara syariah dan fiqih, adalah: 1. Syariat berasal dari Allah yaitu yang
terdapat dalam al-Quran dan al-Hadits sedangkan fiqih merupakan karya manusia. 2. Syariat hukumnya
bersifat qath'i (tidah berubah), sedangkan fiqih hukumnya bersifat dzanni (dapat berubah) 3. Hukum
syariatnya hanya satu (universal), sedangkan fiqih hukumnya banyak berbagai ragam. 4. Syariat langsung
dari Allah yang kini terdapat dalam al-Quran, sedangkan fiqih berasal dari ijtihad para ahli hukum
sebagai hasil pemahaman manusia yang dirumuskan oleh mujtahid.
BAB 11
IBADAH DALAM ISLAM
A. Pengertian Ibadah
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab telah menjadi bahasa melayu yang terpakai dan dipahami
secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa melayu atau Indonesia. Kata ibadah berasal
dari kata ‫ )عب ادة يعب د عبد‬abada-ya'buu-ibadatan). Ibadah dalam istilah bahasa Arab diartikan taat
(ketaatan), tunduk (ketundukan), memperbudak, doa, memperhambakan diri, menyembah dan
sebagainya.
Dalam bahasa Indonesia yang umum ibadah diartikan menyembah. Karena itu di dalam
terjemahan al-Quran selalui ditemui kata “menyembah” ini untuk pengertian ibadah tersebut. Di dalam
al-Quran banyak sekali ditemui kata ibadah dalam berbagai bentuk perubahannya. Ada dalam
pengertiaan taat, ada yang tunduk, ada yang doa dan sebagainya.
B. Dalil-dalil Ibadah
Dalil-dalil ibadah yang memerintahkan manusia untuk beribadah diantaranya:
1. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 21
‫ياايھاالناس اعبدواربكم الذى خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون‬
Artinya: “Wahai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang sebelum kamu, supya menjaikan kamu bertaqwa kepada-Nya”.
2. Firman Allah dalam surat al-Haji ayat 77
‫ياايھاالذين ءامنوااركعواواسجدواواعبدواربكم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu sujudlah kamu dan beribadahlah
kamu kepada Tuhanmu”.
C. Pembagian Ibadah
Ibadah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ibadah Mahdah (murni) adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah SWT
dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh rasul-Nya serta terlaksana atau
tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari 4 masing-masing individu.
Adapun bentuk ibadah mahdah tersebut meliputi: thaharah, shalat, zakat, puasa, nadzar, dan
kafarah sumpah.
2. Ibadah Ghairu Mahdah adalah sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: Pertama, niat yang ikhlas sebagai titik tolak; kedua, keridohan
Allah sebagai titik tujuan; dan ketiga, amal soleh sebagai garis amal.
D. Ruang lingkup Ibadah
Agama Islam sangat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridohan-Nya serta dikerjakan
menurut cara-cara yang disyariatkan oleh-Nya. Islam tidak membataskan ruang lingkup ibadah kepada
sudut-sudut tertentu saja.
E. Tujuan Ibadah
1. Memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah
2. Memenuhi janji manusia kepada Allah
3. Memberi makan kepada rohani
4. Jalan kebahagiaan di dunia
5. Jalan kebahagiaan di akhirat
6. Syarat untuk memperoleh rahmat Tuhan

BAB 12
SHALAT

A. Pengertian Sholat
Asal makna sholat menurut bahasa Arab berarti “doa”. Sholat menurut istilah adalah ibadah
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan
salam serta memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Disebut sholat, karena perkataan-perkataan
dan perbuatan-perbuatan itu memuat doa, dan juga karena doa merupakan bagian terbesar di
dalamnya.
B. Perintah kewajiban sholat
Perintah kewajiban sholat lima waktu sebagaimana firman Allah SWT
‫ اتل مااوحى الیك من الكتاب واقم الصالة ان الصالة تنھى عن الفحشاء والمنكر ولذكر هللا اكبر وهللا يعلم ماتصنعون‬Artinya:
“Bacalah Kitab (Al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat.
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah
(sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Al- Ankabut: 45)
C. Keistimewaan Sholat
Kewajiban sholat bila dibandingkan dengan rukun Islam lainnya terdapat perbedaan. Diantara
keistimewaan sholat tersebut adalah:
1. Semua rukun Islam di fardhukan di bumi. Sedangkan sholat difardhukan di langit ketika Nabi
Muhammad SAW melakukan isra' mikraj bertemu dengan Allah SWT.
2. Sholat wajib dikerjakan lima kali setiap hari, sedangkan ibadah puasa setahun sekali, ibadah zakat
setahun sekali dan ibadah haji sekali seumur hidup.
3. Sholat wajib dikerjakan ketika sehat atau sakit. Bila sakit tidak mampu sholat dengan berdiri maka
dengan duduk, bila tidak mampu duduk maka dengan miring, jika tidak mampu miring maka
dengan berbaring, jika tidak mampu dengan berbaring maka dengan kedipan mata, jika tidak
mampu dengan mata maka dengan gerakan hati. Sedangkan ibadah puasa jika tidak mampu karna
sakit bisa di qodho (diganti) pada hari-hari lainnya, ibadah zakat jika tidak mampu maka tidak wajib
zakat, ibadah haji jika tidak mampu maka tidak wajib berhaji. Sholat harus dikerjakan sendiri tidak
boleh diwakilkan kepada orang lain, sedangkan ibadah zakat dan haji bisa diwakilkan pada orang
lain.
4. Amal ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak adalah sholat bukan amal ibadah puasa,
zakat dan haji.
D.Urgensi Sholat
1. Risalah Para Rasul.
2. Pilar Islam Kedua.
3. Pembeda antara Muslim dan non Muslim
4. Sendi Islam yang paling akhir terurai.
5. Tali Pengokoh Hubungan antara Hamba dan Tuhan-nya
6. Indikasi kebaikan seseorang
7. ciri Kepemimpinan Mukmin

E. Rukun-rukun
Sholat Terdapat 13 macam rukun sholat, diantaranya:
1. Niat.
2. Berdiri bagi orang yang kuasa (mampu).
3. Takbiratul Ihram (Membaca Allahu Akbar).
4. Membaca surat al-Fatihah.
5. Membaca surat al-Fatihah.
6. I'tidal serta tumakninah (diam sebentar).
7. Sujud dua kali serta tumakninah (diam sebentar).
8. Duduk diantara dua sujud serta tumakninah.
9. Duduk Akhir.
10. Membaca Tasyahud Akhir
11. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad saw
12. Memberi salam yang pertama (ke kanan).
13. Menertibkan rukun.

F. Hikmah Sholat
Dalam sholat terdapat banyak hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia, diantaranya:

1. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yaitu bahwa dirinya adalah seorang hamba
yang dikuasai Allah SWT.
2. Menanamkan dalam jiwa manusia bahwa tiada yang memberi pertolongan dan kenikmatan
yang hakiki kecuali Allah SWT.
3. Dari sholat itu manusia akan memperoleh kesempatan bertaubat dimana ia menyatakan
taubatnya atas doa-doa yang telah ia lakukan.
4. Sholat merupakan makanan yang tiada habis-habisnya bagi aqidah keimanan kepada Allah
dalam hati manusia.
BAB 13
IBADAH PUASA
A. Pengertian Puasa
Puasa dalam bahasa Arab “‫” )الص وم‬shaum), yang artinya menahan dari segala sesuatu.
Sedangkan puasa menurut istilah adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Allah SWT berfirman:
‫وكلواواشربواحتى يتبین لكم الخیط االبیض من الخیط االسودمن الفجر‬
Artinya: “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. (Al-
Baqarah: 187)
Nabi Muhammad saw bersabda:
)‫عن ابن عمرقال سمعت النبى صلى هللا عليه وسلم يقول اذااقبل اللیل وادبرالنھاروغابت الشمش فقدافطرالصائم (رواه البخارى ومسلم‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar, ia berkata, “saya telah mendengar Nabi besar saw bersabda, 'Apabila malam
datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka sesungguhnya telah datang waktu berbuka
bagi orang yang puasa”. (HR Bukhari & Muslim)

B. Macam-macam Puasa
Terdapat empat macam Puasa, yaitu:
1. Puasa Wajib, seperti puasa ramadhan, puasa kafarat dan puasa nazar.
2. Puasa Sunat seperti puasa Syawal (enam hari), puasa Arafah, puasa Tasu'a dan Asyura, puasa
Ayyamul bidh, puasa Senin dan Kamis, puasa Daud dan sebagainya.
3. Puasa makruh seperti mengkhusukan bulan Rajab untuk berpuasa, mengkhususkan hari jum'at
untuk berpuasa.
4. Puasa haram seperti puasa pada hari raya Iddul Fitri dan Iddul Adha dan puasa hari tasyrik.
C. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Puasa ramadhan diwajibkan
pada tahun ke dua hijriyah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Hukumnya fardhu ain atas setiap mukallaf (baligh dan berakal).
D. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa Ramadhan
Diantara syarat wajib puasa adalah:
1. Berakal. Orang yang gila tidak wajib puasa
2. Baligh (Laki-laki ditandai dengan keluar mani atau wanita ditandai dengan keluar haidh) atau
ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib berpuasa.
3. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa.

Sedangkan syarat sah puasa adalah:


1. Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.
2. Mumayyiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).
3. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).
4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya.
E. Rukun Puasa
Diantara rukun-rukun yang harus dikerjakan ketika hendak berpuasa adalah:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam pada bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
F. Yang Membatalkan Puasa
Yang membatalkan puasa ada enam perkara, yaitu:
1. Makan dan Minum. Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan
sengaja.
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam.
3. Bersetubuh
4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan).
5. Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari maka batallah puasanya.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau lainnya) karena
keluar mani itu adalah puncak yang di tuju orang pada persetubuhan, maka hukumnya
disamakan dengan beretubuh.
G. Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan
Terdapat beberapa hikmah ibadah puasa Ramadhan bagi mereka yang melaksanakannya, diantaranya:
1. Menggapai derajat taqwa.
2. Hikmah di balik meninggalkan syahwat dan kesenangna dunia.
3. Mulai beranjak menjadi lebih baik.
4. Kesempatan untuk saling berkasih sayang dengan si Miskin dan merasakan penderitaan mereka.
Puasa akan menyebabkan seseorang akan lenih menyayangi si miskin. Karena orang yang
berpuasa pasti merasakan penderitaan lapar dalam sebagian waktunya.
BAB 14
ZAKAT, HAJI DAN UMRAH
A. Pengertian Zakat
Zakat berari bersih, suci, berkat dan berkembang. Zakat menurut pengertian terminologi adalah
kadar atau sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan syarat yang tertentu.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan merupakan fardhu 'ain atas setiap orang
yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun ke dua hijriyah.
B. Orang yang berhak menerima zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah ditentukan Allah SWT dalam al-
Qur'an. Mereka itu terdiri atas 8 golongan (asnaf)
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil atau panitia yang menerima zakat dan membagi-bagikan zakat (pengurus zakat)
4. Muallaf
5. Hamba adalah yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya.
6. Berutang ada 3 macam: a) Orang yang berutang karena mendamaikan dua orang yang sedang
berselisih; b) Orang yang berutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada keperluan yang
mubah; c) Orang yang berutang karna menjamin utang orang lain, sedangkan dia dan orang
yang dijaminnya itu tidak dapat membayar utang.
7. Sabilillah adalah balatentara yang membantu dengan kehendaknya sendiri, sedangkan dia tidak
mendapat gaji yang tertentu dan tidak pula mendapat bagian dari harta yang disediakan untuk
keperluan peperangan dalam kesatuan balatentara.
8. musafir adalah musafir yang kehabisan bekal atau orang yang mengadakan perjalanan dari
negeri zakat atau melalui negeri zakat
HAJI DAN UMRAH
A. Pengertian Haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Haji menurut istilah adalah sengaja mengunjungi ka'bah
(Baitullah/ Rumah Allah) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat yang tertentu.

B. Syarat-syarat Wajib Haji


Syarat pertama, Islam (tidak wajib dan tidak sah haji orang kafir)
Kedua, Berakal (tidak wajib atas orang gila atau orang bodoh)
Ketiga, Baligh (tidak wajib haji atas kanak-kanak)
Keempat, Kuasa (tidak wajib haji atas orang yang tidak mampu)
C. Rukun Umrah
Rukun-rukun umrah meliputi lima macam, yaitu:
1. Ihram (berniat mulai mengerjakan umrah)
2. Tawaf (mengelilingi ka'bah sebanyak 7 kali)
3. Sa'i (berlari-lari kecil diantara bukit safa dan bukit marwah)
4. Bertahallul (Memotong rambut)
5. Tertib (menertibkan empat rukun di atas).
D. Hikmah Ibadah Haji dan Umrah
Hikmah adalah makna yang terkandung didalam sebuah peristiwa. Hikmah biasanya berupa
manfaat atau kandungan positif yang muncul dibalik sesuatu. Didalam setiap ibadah, pasti ada
terkandung himah yang luar biasa didalamnya. Apabila ibadah dalam Islam selain merupakan bentuk
pengabdian dan kepasrahan kepada Allah SWT juga merupakan proses pembinaan diri, peningkatan
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
1. Penyerahan diri kepada
2. Melatih disiplin
3. Mewujudkan persaudaraan
4. Memperoleh ketenangan batin
5. Menghayati perjalanan hidup
6. Manusia sama
7. Terikat dalam
8. Perjuangan mencari rejeki
9. Mengingat padang Mahsyar dan membersihkan sifat sombong
10. Selalu bersiap melawan godaan syetan
11. Siap berkurban untuk agama Allah

BAB 15
MUAMALAH DAN MUWARIS
A. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditentukan, seperti jual beli, sewa-menyewa, upah- mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat dan usaha lainnya.
B. Prinsip-prinsip Muamalah
Dalam prinsip umum muamalah terdapat empat hal yang utama, yaitu:
1. Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan (manfaat) dan
menghindarkan mudharat dalam masyarakat.
3. Pelaksanaan muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan (tawazun)
berbagai segi kehidupan, yang antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan material
dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur- unsur
kezaliman.
MAWARIS
A. Pengertian Mawaris
Mawaris secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata tunggal miras artinya warisan. Dalam
hukum Islam dikenal adanya ketentuan-ketentuan tentang siapa yang termasuk ahli waris yang berhak
menerima warisan, dan ahli waris yang tidak berhak menerimanya. Istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan
ilmu fiqih yang mempelajari siapa- siapa ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak
berhak menerima warisan, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.
B. Syarat dan Rukun Pembagian Warisan
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian warisan. Sebagian mengikuti rukun, dan
sebagian berdiri-sendiri. Rukun pembagian warisan dibagi tiga, yaitu:
1. Al-Muwarris yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang mewariskan hartanya.
Syaratnya addalah al-muwarris benar-benar telah meninggal dunia. Apakah meninggal secara
hakiki, secara yuridis (hukmy/hukum) atau secara takdiry berdasarkan perkiraan. a. Mati hakiki
artinya tanpa melalui pembuktian dapat diketahui dan dinyatakan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. b. Mati hukmy artinya seseorang yang secara yuridis melalui keputusan hakim
dinyatakan telah meninggal dunia. Ini bisa terjadi seperti dalam kasusu seseorang yang dinyatakan
hilang (mafqud) tanpa diketahui di mana dan bagaimana keadaannya. Melalui keputusan hakim,
setelah melalui upaya- 9 upaya tertentu, ia dinyatakan meninggal. Sebagai keputusan hakim
memunyai kekuatan hukum yang mengikat. c. Mati Takdiry yaitu anggapan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Misalnya karena ia ikut ke medan perang, atau tujuan lain yang secara lahiriyah
mengancam dirinya. Setelah sekian tahun tidak diketahui kabar beritanya, dan melahirkan dugaan
kuat bahwa ia telah meninggal, maka dapat dinyatakan bahwa ia telah meninggal.
2. Al-Waris atau ahli Waris. Ahli waris adalah orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan, atau akibat
memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya, ahli waris pada saat meninggalnya al-muwarris dalam
keadaan hidup. Termasuk dalam pengertian ini adalah bayi di dalam kandungan (al-haml).
3. Al-Maurus atau al-miras yaitu harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat.
C. Halangan untuk Menerima Warisan
Halangan untuk menerima warisan atau disebut mawani' al-irs adalah hal-hal yang
menyebabkan gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dan harta 10 peninggalan al-muwarris.
Adapun hal-hal yang dapat menghalangi tersebut, yang disepakati ulama ada tiga, yaitu:
1. Pembunuhan
2. Berlainan agama
C. Sebab-sebab
Menerima warisan Dalam hukum Islam, sebab-sebab menerima warisan ada tiga yaitu:
1. Hubungan kekerabatan (al-qarabah)
2. Hubungan Perkawinan (al-Musyaharah)
3. Hubungan karena sebab al-wala'
--SELESAI--

Anda mungkin juga menyukai