BAB 9 → BAB 15
DIBUAT OLEH :
NAMA : MUHAMMAD AKHMAL AKBAR NURRIZKY
NRP : 3121521026
KELAS : 1 PD ITA-LA D3
BAB 9
IMAN KEPADA KITAB DAN IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
BAB 10
SYARIAT ISLAM DAN PENGERTIAN FIQIH
A. Pengertian Syariat
Kata syariat itu asalnya dari kata kerja ()ش رعsyara'a, yang artinya memulai, mengawali,
memasuki, memahami. Atau diartikan juga dengan membuat peraturan, undang-undang, hukum.
ثم جعلناك على شريعة من االمرArtinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama itu)”. (Al-Jatsiyah: 18)
B. Pengertian fiqih
pengertian fiqih, ulama menekankan bahwa fiqih adalah hukum syariat yang diambil dari
dalilnya. Nemun, menarik untuk diperhatikan adalah pernyataan Imam Haromain dan Al-Amidi yang
menegaskan bahwa fiqih adalah pengetahuan hukum syara' melalui penalaran (nadzar dan istidlal)
C. Perbedaan Syariat dan Fiqih
Perbedaan pokok antara syariah dan fiqih, adalah: 1. Syariat berasal dari Allah yaitu yang
terdapat dalam al-Quran dan al-Hadits sedangkan fiqih merupakan karya manusia. 2. Syariat hukumnya
bersifat qath'i (tidah berubah), sedangkan fiqih hukumnya bersifat dzanni (dapat berubah) 3. Hukum
syariatnya hanya satu (universal), sedangkan fiqih hukumnya banyak berbagai ragam. 4. Syariat langsung
dari Allah yang kini terdapat dalam al-Quran, sedangkan fiqih berasal dari ijtihad para ahli hukum
sebagai hasil pemahaman manusia yang dirumuskan oleh mujtahid.
BAB 11
IBADAH DALAM ISLAM
A. Pengertian Ibadah
Kata ibadah berasal dari bahasa Arab telah menjadi bahasa melayu yang terpakai dan dipahami
secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa melayu atau Indonesia. Kata ibadah berasal
dari kata )عب ادة يعب د عبدabada-ya'buu-ibadatan). Ibadah dalam istilah bahasa Arab diartikan taat
(ketaatan), tunduk (ketundukan), memperbudak, doa, memperhambakan diri, menyembah dan
sebagainya.
Dalam bahasa Indonesia yang umum ibadah diartikan menyembah. Karena itu di dalam
terjemahan al-Quran selalui ditemui kata “menyembah” ini untuk pengertian ibadah tersebut. Di dalam
al-Quran banyak sekali ditemui kata ibadah dalam berbagai bentuk perubahannya. Ada dalam
pengertiaan taat, ada yang tunduk, ada yang doa dan sebagainya.
B. Dalil-dalil Ibadah
Dalil-dalil ibadah yang memerintahkan manusia untuk beribadah diantaranya:
1. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 21
ياايھاالناس اعبدواربكم الذى خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya: “Wahai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang sebelum kamu, supya menjaikan kamu bertaqwa kepada-Nya”.
2. Firman Allah dalam surat al-Haji ayat 77
ياايھاالذين ءامنوااركعواواسجدواواعبدواربكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu sujudlah kamu dan beribadahlah
kamu kepada Tuhanmu”.
C. Pembagian Ibadah
Ibadah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ibadah Mahdah (murni) adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah SWT
dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh rasul-Nya serta terlaksana atau
tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari 4 masing-masing individu.
Adapun bentuk ibadah mahdah tersebut meliputi: thaharah, shalat, zakat, puasa, nadzar, dan
kafarah sumpah.
2. Ibadah Ghairu Mahdah adalah sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: Pertama, niat yang ikhlas sebagai titik tolak; kedua, keridohan
Allah sebagai titik tujuan; dan ketiga, amal soleh sebagai garis amal.
D. Ruang lingkup Ibadah
Agama Islam sangat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridohan-Nya serta dikerjakan
menurut cara-cara yang disyariatkan oleh-Nya. Islam tidak membataskan ruang lingkup ibadah kepada
sudut-sudut tertentu saja.
E. Tujuan Ibadah
1. Memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah
2. Memenuhi janji manusia kepada Allah
3. Memberi makan kepada rohani
4. Jalan kebahagiaan di dunia
5. Jalan kebahagiaan di akhirat
6. Syarat untuk memperoleh rahmat Tuhan
BAB 12
SHALAT
A. Pengertian Sholat
Asal makna sholat menurut bahasa Arab berarti “doa”. Sholat menurut istilah adalah ibadah
yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan
salam serta memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Disebut sholat, karena perkataan-perkataan
dan perbuatan-perbuatan itu memuat doa, dan juga karena doa merupakan bagian terbesar di
dalamnya.
B. Perintah kewajiban sholat
Perintah kewajiban sholat lima waktu sebagaimana firman Allah SWT
اتل مااوحى الیك من الكتاب واقم الصالة ان الصالة تنھى عن الفحشاء والمنكر ولذكر هللا اكبر وهللا يعلم ماتصنعونArtinya:
“Bacalah Kitab (Al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat.
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah
(sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Al- Ankabut: 45)
C. Keistimewaan Sholat
Kewajiban sholat bila dibandingkan dengan rukun Islam lainnya terdapat perbedaan. Diantara
keistimewaan sholat tersebut adalah:
1. Semua rukun Islam di fardhukan di bumi. Sedangkan sholat difardhukan di langit ketika Nabi
Muhammad SAW melakukan isra' mikraj bertemu dengan Allah SWT.
2. Sholat wajib dikerjakan lima kali setiap hari, sedangkan ibadah puasa setahun sekali, ibadah zakat
setahun sekali dan ibadah haji sekali seumur hidup.
3. Sholat wajib dikerjakan ketika sehat atau sakit. Bila sakit tidak mampu sholat dengan berdiri maka
dengan duduk, bila tidak mampu duduk maka dengan miring, jika tidak mampu miring maka
dengan berbaring, jika tidak mampu dengan berbaring maka dengan kedipan mata, jika tidak
mampu dengan mata maka dengan gerakan hati. Sedangkan ibadah puasa jika tidak mampu karna
sakit bisa di qodho (diganti) pada hari-hari lainnya, ibadah zakat jika tidak mampu maka tidak wajib
zakat, ibadah haji jika tidak mampu maka tidak wajib berhaji. Sholat harus dikerjakan sendiri tidak
boleh diwakilkan kepada orang lain, sedangkan ibadah zakat dan haji bisa diwakilkan pada orang
lain.
4. Amal ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak adalah sholat bukan amal ibadah puasa,
zakat dan haji.
D.Urgensi Sholat
1. Risalah Para Rasul.
2. Pilar Islam Kedua.
3. Pembeda antara Muslim dan non Muslim
4. Sendi Islam yang paling akhir terurai.
5. Tali Pengokoh Hubungan antara Hamba dan Tuhan-nya
6. Indikasi kebaikan seseorang
7. ciri Kepemimpinan Mukmin
E. Rukun-rukun
Sholat Terdapat 13 macam rukun sholat, diantaranya:
1. Niat.
2. Berdiri bagi orang yang kuasa (mampu).
3. Takbiratul Ihram (Membaca Allahu Akbar).
4. Membaca surat al-Fatihah.
5. Membaca surat al-Fatihah.
6. I'tidal serta tumakninah (diam sebentar).
7. Sujud dua kali serta tumakninah (diam sebentar).
8. Duduk diantara dua sujud serta tumakninah.
9. Duduk Akhir.
10. Membaca Tasyahud Akhir
11. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad saw
12. Memberi salam yang pertama (ke kanan).
13. Menertibkan rukun.
F. Hikmah Sholat
Dalam sholat terdapat banyak hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia, diantaranya:
1. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yaitu bahwa dirinya adalah seorang hamba
yang dikuasai Allah SWT.
2. Menanamkan dalam jiwa manusia bahwa tiada yang memberi pertolongan dan kenikmatan
yang hakiki kecuali Allah SWT.
3. Dari sholat itu manusia akan memperoleh kesempatan bertaubat dimana ia menyatakan
taubatnya atas doa-doa yang telah ia lakukan.
4. Sholat merupakan makanan yang tiada habis-habisnya bagi aqidah keimanan kepada Allah
dalam hati manusia.
BAB 13
IBADAH PUASA
A. Pengertian Puasa
Puasa dalam bahasa Arab “” )الص ومshaum), yang artinya menahan dari segala sesuatu.
Sedangkan puasa menurut istilah adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Allah SWT berfirman:
وكلواواشربواحتى يتبین لكم الخیط االبیض من الخیط االسودمن الفجر
Artinya: “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. (Al-
Baqarah: 187)
Nabi Muhammad saw bersabda:
)عن ابن عمرقال سمعت النبى صلى هللا عليه وسلم يقول اذااقبل اللیل وادبرالنھاروغابت الشمش فقدافطرالصائم (رواه البخارى ومسلم
Artinya: “Dari Ibnu Umar, ia berkata, “saya telah mendengar Nabi besar saw bersabda, 'Apabila malam
datang, siang lenyap, dan matahari telah terbenam, maka sesungguhnya telah datang waktu berbuka
bagi orang yang puasa”. (HR Bukhari & Muslim)
B. Macam-macam Puasa
Terdapat empat macam Puasa, yaitu:
1. Puasa Wajib, seperti puasa ramadhan, puasa kafarat dan puasa nazar.
2. Puasa Sunat seperti puasa Syawal (enam hari), puasa Arafah, puasa Tasu'a dan Asyura, puasa
Ayyamul bidh, puasa Senin dan Kamis, puasa Daud dan sebagainya.
3. Puasa makruh seperti mengkhusukan bulan Rajab untuk berpuasa, mengkhususkan hari jum'at
untuk berpuasa.
4. Puasa haram seperti puasa pada hari raya Iddul Fitri dan Iddul Adha dan puasa hari tasyrik.
C. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Puasa ramadhan diwajibkan
pada tahun ke dua hijriyah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Hukumnya fardhu ain atas setiap mukallaf (baligh dan berakal).
D. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa Ramadhan
Diantara syarat wajib puasa adalah:
1. Berakal. Orang yang gila tidak wajib puasa
2. Baligh (Laki-laki ditandai dengan keluar mani atau wanita ditandai dengan keluar haidh) atau
ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib berpuasa.
3. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak wajib puasa.
BAB 15
MUAMALAH DAN MUWARIS
A. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditentukan, seperti jual beli, sewa-menyewa, upah- mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat dan usaha lainnya.
B. Prinsip-prinsip Muamalah
Dalam prinsip umum muamalah terdapat empat hal yang utama, yaitu:
1. Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan (manfaat) dan
menghindarkan mudharat dalam masyarakat.
3. Pelaksanaan muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan (tawazun)
berbagai segi kehidupan, yang antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan material
dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.
4. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur- unsur
kezaliman.
MAWARIS
A. Pengertian Mawaris
Mawaris secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata tunggal miras artinya warisan. Dalam
hukum Islam dikenal adanya ketentuan-ketentuan tentang siapa yang termasuk ahli waris yang berhak
menerima warisan, dan ahli waris yang tidak berhak menerimanya. Istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan
ilmu fiqih yang mempelajari siapa- siapa ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak
berhak menerima warisan, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.
B. Syarat dan Rukun Pembagian Warisan
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian warisan. Sebagian mengikuti rukun, dan
sebagian berdiri-sendiri. Rukun pembagian warisan dibagi tiga, yaitu:
1. Al-Muwarris yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang mewariskan hartanya.
Syaratnya addalah al-muwarris benar-benar telah meninggal dunia. Apakah meninggal secara
hakiki, secara yuridis (hukmy/hukum) atau secara takdiry berdasarkan perkiraan. a. Mati hakiki
artinya tanpa melalui pembuktian dapat diketahui dan dinyatakan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. b. Mati hukmy artinya seseorang yang secara yuridis melalui keputusan hakim
dinyatakan telah meninggal dunia. Ini bisa terjadi seperti dalam kasusu seseorang yang dinyatakan
hilang (mafqud) tanpa diketahui di mana dan bagaimana keadaannya. Melalui keputusan hakim,
setelah melalui upaya- 9 upaya tertentu, ia dinyatakan meninggal. Sebagai keputusan hakim
memunyai kekuatan hukum yang mengikat. c. Mati Takdiry yaitu anggapan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Misalnya karena ia ikut ke medan perang, atau tujuan lain yang secara lahiriyah
mengancam dirinya. Setelah sekian tahun tidak diketahui kabar beritanya, dan melahirkan dugaan
kuat bahwa ia telah meninggal, maka dapat dinyatakan bahwa ia telah meninggal.
2. Al-Waris atau ahli Waris. Ahli waris adalah orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan, atau akibat
memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya, ahli waris pada saat meninggalnya al-muwarris dalam
keadaan hidup. Termasuk dalam pengertian ini adalah bayi di dalam kandungan (al-haml).
3. Al-Maurus atau al-miras yaitu harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat.
C. Halangan untuk Menerima Warisan
Halangan untuk menerima warisan atau disebut mawani' al-irs adalah hal-hal yang
menyebabkan gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dan harta 10 peninggalan al-muwarris.
Adapun hal-hal yang dapat menghalangi tersebut, yang disepakati ulama ada tiga, yaitu:
1. Pembunuhan
2. Berlainan agama
C. Sebab-sebab
Menerima warisan Dalam hukum Islam, sebab-sebab menerima warisan ada tiga yaitu:
1. Hubungan kekerabatan (al-qarabah)
2. Hubungan Perkawinan (al-Musyaharah)
3. Hubungan karena sebab al-wala'
--SELESAI--