Anda di halaman 1dari 3

Nama : Seprijal Saputra

NIM : 20.72.022465

Kelas :A

Mata Kuliah : Analisis Makanan Dan Minuman

Dosen Pengampu : Suratno, S.Pd., M.Sc

VALIDASI SPEKTROFOTOMETER UV-VIS PADA ANALISIS FORMALIN DI


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

1. Persiapan sampel

Sampel yang digunakan yaitu Asam sulfat pekat, asam kromatofat, aquadest, formalin
37%, formalin dengan berbagai konsentrasi (1000ppm, 100ppm, 10ppm, 5ppm, 4ppm, 3ppm,
2ppm, dan 1 ppm).

2. Pembuatan larutan deret standar dan reaksinya

Pembuatan larutan standar dengan cara manual kemudian dilakukan pengukuran


absorbansi formalin secara spektrofotometer, penentuan panjang gelombang maksimum,
pembuatan kurva standar (linearitas), pemeriksaan kadar formalin dalam sampel (standar
formalin).

Reagen yang diperlukan yaitu larutan asam Kromatofat 0.5% dengan larutan standar
Formalin 1000ppm, 100ppm, 10ppm, 5ppm, 4ppm, 3ppm, 2ppm, 1ppm, dan 0ppm. Panjang
gelombang maksimum ditentukan dengan cara larutan standar formalin 10ppm diukur dengan
spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang mulai dari 490nm sampai dengan 590nm
dengan rentang tiap 10nm yang dipersempit mengikuti nilai absorban. Panjang gelombang
maksimum merupakan nilai absorbansi yang paling tinggi.

Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menggunakan deretan standar formalin 0, 1,


2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10 ppm yang ditambah dengan pereaksi kemudian diukur nilai absorbansinya
dengan spektrofotometer uv-vis kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi sehinggga dapat ditarik secara linier. Kadar formalin didapatkan dari absorban dalam
sampel yang dihubungkan dengan menggunakan kurva dan rumus (absorban standar dibagi
absorban sampel dikali kadar standar).
3. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang maksimum dapat mengabsorbansi sampel secara maksimum,


pencarian gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur standar formalin konsentrasi 10
ppm dan panjang gelombang pada rentang 490 nm – 590 nm. Panjang gelombang maksimum
digunakan karena memiliki kepekaan yang maksimum, sehingga menghasilkan nilai absorban
yang maksimum. Selain itu pengukuran dengan panjang gelombang maksimum akan membentuk
kurva absorbansi yang linier untuk memenuhi kaidah hukum Lambert-Beer (Gandjar & Rohman,
2009).

Setelah dilakukan pengukuran standar formalin 10 ppm didapat panjang gelombang


maksimum pada 565 nm. Panjang gelombang ini berada pada daerah sinar tampak ungu, hal ini
menunjukkan sampel memenuhi syarat penggunaan untuk dianalisis.

4. Pengukuran Absorbansi larutan standar

Panjang gelombang maksimum digunakan karena memiliki kepekaan yang maksimum,


sehingga menghasilkan nilai absorban yang maksimum. Selain itu pengukuran dengan panjang
gelombang maksimum akan membentuk kurva absorbansi yang linier untuk memenuhi kaidah
hukum Lambert-Beer (Gandjar & Rohman, 2009).

Setelah dilakukan pengukuran standar formalin 10 ppm didapat panjang gelombang


maksimum pada 565 nm. Panjang gelombang ini berada pada daerah sinar tampak ungu, hal ini
menunjukkan sampel memenuhi syarat penggunaan untuk dianalisis.

5. Pembuatan kurva kalibrasi dan persamaan regresi linier

Uji linearitas terhadap spektrofotometer di Poltekkes Kemenkes Pontianak dengan cara


mengukur standar formalin konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7
ppm, 8 ppm, 9 ppm, 10 ppm dengan panjang gelombang maksimum 565 nm.

Berdasarkan pengukuran linearitas tersebut diperoleh persamaan garis regresi untuk


standar formalin yaitu: Y = 0.053x + 0.506 dengan koefisien korelasi (r = 0.918). Setelah
dilakukan uji linearitas dilanjutkan dengan melakukan uji sampel, yaitu mengukur sampel
(standar formalin) dengan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm.

6. Pembuatan larutan sampel

Pembuatan larutan standar dengan cara manual kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
formalin secara spektrofotometer, penentuan panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva
standar (linearitas), pemeriksaan kadar formalin dalam sampel (standar formalin).

7. Pengukuran Absorbansi larutan sampel

Limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah analit yang dapat terdeteksi, tetapi tidak
perlu terkuantisasi. Limit kuantitasi (LOQ) adalah konsentrasi terendah analit yang dapat
ditentukan degan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima (Riyanto, 2014).

Cara menentukan LOD dan LOQ melalui garis regresi linier kurva absorban y
berhubungan linier dengan konsentrasi sampel x. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan y =
bx + a (Riyanto, 2014). Dalam penelitian ini didapat kurva linearitas dengan persamaan Y =
0.053x + 0.506.

Dari persamaan tersebut dicari nilai LOD dan LOQ. Pengukuran sampel yang diperiksa
menghasilkan nilai absorbansi.

8. Perhitungan kadar formalin dalam larutan sampel

Kadar formalin terukur dihitung dengan membandingkan absorban sampel dan absorban
standar dikali dengan kadar formalin standar. Dari hasil tersebut didapat nilai LOD 4.98 ppm dan
nilai LOQ 16.60 ppm.

Anda mungkin juga menyukai