Anda di halaman 1dari 214

• FILSAFAT ESTETIKA

STFK LEDALERO 2021


BABA I:
INTRODUKSI
(Tujuan kuliah Filsafat Estetika)

1. Nilai Keindahan Dalam Hidup


Manusia

2. Keindahan dan Pendidikan


Karakter

3. Mengolah Kemanusiaan
II. PROLOG

1. THE PROPHET
(Kahlil Gibran)
Where shall you seek the beauty,
and how shall you find her
Unless she herself be your way and your
guide?

And how shall you speak of her,


except she be the weaver of your speech?
Kemana kau hendak menemukan
keindahan,
dan bagaimana cara kau
mendapatkannya,
kalau bukan dia sendiri yang menjadi
jalan dan penunjuk-mu?

Demikian juga, bagaimana kau akan


berkata tentang dia, jikalau dia sendiri
adalah perangkai kata-katamu.
2. THE GLORY OF THE LORD
(HANS URS VON BALTHASAR)

“Beauty is the word that shall be our first.


Beauty is the last thing which the thinking
intellect dares to approach, since only it dances
as an uncontained splendour around the
double constellation of the true and the good
and their inseparable relation to one another.”
3. DALAM SEGALA KEABADIAN
(Nietzsche: Zarathustra)

Wahai manusia, berjagalah!


Apa yang telah dikatakan oleh suara tengah malam?
“aku tidur, aku tidur,
dan dari mimpi yang dalam, aku terjaga:
dunia begitu dalam,
lebih dalam dari pada yang terpikirkan siang.
Dukanya begitu dalam,
Tapi sukacita masih lebih dalam dari pada duka,
Sebab duka berkata: pergilah!
Tapi semua sukacita menginginkan keabadian,
Keabadian yang dalam.”
4. BEAUTY WILL SAVE THE WORLD
(Dostoevsky)
“The awful thing is that beauty is mysterious as well as terrible. God
and the devil are fighting there and the battlefield is the hearth of man.”
(The Brothers of Karamazov)

“Beauty will save the world” (The Idiot)

“Look around you - the clear sky, the pure air, the tender grass, the
birds; nature is beautiful and sinless, and we, only we, are foolish and
we don’t understand that life is heaven, for we have only to understand
that and it will at once be fulfilled in all its beauty, we shall embrace
each other and weep.” (Th brothers of Karamazov)

“Such beauty has power,” “you can overturn the world with such beauty.”
(The Idiot)
1. Kahlil Gibran: Keindahan dan kenabian

2. Hans Urs von Balthasar: Keindahan dan


kemuliaan Allah

3. Nietzsche : Keindahan: keabadian yang


mendalam

4. Dostoevsky: Keindahan itu misteri


namun hadir di dalam segala.
KEINDAHAN
1. Etika (Tindakan profetis)

2. Metafisika (Kemuliaan Allah)

3. Ontologi (Ada di dalam keduniawian kita)


• BAB II
• KEINDAHAN SEBAGAI PEMBERIAN
• Situasi dewasa ini: mengabaikan keindahan.
Sikap ambigu terhadap keindahan. Kita sering
terjerumus ke dalam kejelekan/keburukan (the
ugly)
• Kehilangan rasa tentang keindahan. Mati rasa
terhadap keindahan. (bland beauty is the death
of originality)

• Keindahan sebagai ‘surprise’

• Situasi paradoksal: merasa nyaman dengan diri,


namun pada saat yang sama kita merasa seolah
digerakkan untuk keluar dari diri sendiri.
Sikap terhadap KEINDAHAN
• Kita pertama-tama adalah ‘pasien, penerima
dari yang lain’ (a patience (patientia), a receptivity to
what is other)

• Belajar menerima sebelum berjuang untuk


menjadi diri (We are patience of being before we are an
endeavour to be)

• PASSIO ESSENDI: passion of being, kerinduan


untuk berada.

• Berada pada batas antara ‘menerima’ dan


‘menjawab’ (receiving and responding)
• Menjawab: kesempatan untuk menjadi
kreatif dalam mengekspresikan
keberadaan kita lewat seni hidup.

• Kreativitas adalah kesempatan untuk


‘melahirkan’ yang baru sebagai akibat dari
sikap yang reseptif.
Kritik
• Tendensi seni modern: para seniman hanya
mencintai apa yang mereka ciptakan/
hasilkan ketimbang memiliki kesadaran
tentang apa yang mereka terima.

• Bergembira hanya pada apa yang


diciptakan bukan pada apa yang telah
diterima/diberi/dihadiahkan.
• Keindahan adalah pemberian, dan kita perlu
memiliki sikap untuk menjaga keindahan
sebagai pemberian.

• Kalau Heidegger berkata “manusia adalah


penjaga sang Ada (the shepherd of Being),
maka dalam konteks ini, kita adalah penjaga
Sang keindahan (the shepherd of the Beauty)

• Ada sesuatu yang perlu kita sadari sebagai


pemberian Allah di dalam keindahan. ’Sesuatu’
itu bukan ‘fashion’ untuk dipertontonkan.
• Esensi keindahan bukan untuk ’fashion.’
Esensi keindahan adalah kebenaran.
Keindahan menghadirkan kebenaran.

• Secara metafisis, keindahan mengangkat jiwa


kita ke atas (an ascending movement),
menuju yang mahatinggi.

• Namun, keindahan juga dapat menggerakkan


jiwa kita ke bawah (a descending movement),
ke dunia, ke bumi, ke suatu wilayah yang
boleh jadi tidak kita akrabi atau tidak kita
sukai (penderitaan, duka, benci).
• Kita hidup di dunia, di tengah realitas, di
muka bumi, dan kita selalu berhadapan
dengan ‘perwujudan konkret’ realitas apa
adanya. Perwujudan itu, the surface of
things, berada dalam kenyataan yang
konkret dan melaluinya kita temukan
pengalaman keindahan.

• Berada di dunia dan mengalami dunia,


dapat menyebabkan bahwa konsep kita
tentang keindahan bersifat subjektif atau
objektif. Ini adalah bagian dari imanensi diri
kita.
Hidup yang dijalani di dunia ini, dan kita
menerimanya sebagai berkat dan pemberian.
Namun, hidup ini tidak saja mendunia.
Hidup berorientasi pada yang transenden
melalui relasi diri yang imanen itu.
• Panggilan filosofis yang benar harus
dilewati melalui imanensi hidup ini,
dijalani di tengah realitas dunia apa
adanya, yaitu di dalam kesementaraannya.

• Keindahan menjadi nyata dan berharga


ketika kita mengalaminya di tengah
realitas, di dalam kesementaraan, yaitu
keduniawian dunia.
• Keindahan memediasi, mengantarai antara
apa yang tidak dapat kita objekkan secara
tuntas dan apa yang melampaui tiap relasi
diri kita yang imanen.
Kritik
• Sikap ilmu pengetahuan terhadap ciptaan,
alam: reduktif

• Sikap postmodernis terhadap alam,


ciptaan: dekonstruktif.
• Karena itu, pengalaman akan keindahan
sebagai pemberian menjadi problematis
dan manusia melihat dan menghadapi
realitas dengan sikap kecurigaan
epistemik-ontologis.
Fokus kita

• Kita memberi perhatian pada relasi antara


keindahan sebagai pemberian (given-
beauty) dan tata aturan ciptaan (the order
of creation)
• Makna ciptaan tidak dapat dipisahkan dari
asal-muasal tata aturan, namun tata aturan
itu terjadi karena bersumber pada dasar
yang terdalam, yaitu keindahan yang
mahaindah (originating sources) sebagai
sumber segalabentuk keindahan yang
menerangi, memberi cahaya. Ia
mengagumkan dan bercahaya. sumber itu
bukan berasal dari manusia. Sumber itu
memiliki self-determination.
Persoalan
• Segala ciptaan bercahaya, ada pancaran pada
yang material. Ada cahaya pada segala yang
ada.
• Persoalannya: apa yang mencahayai segala
sesuatu ketika kita mengatakan sesuatu itu
indah? Apakah itu sekedar persaan kita?
Apakah itu adalah cahaya benda-benda itu?
Atau cahaya yang berasal dari materi itu? Atau,
apakah itu suata pancaran pada benda (a
shine on things) dan pancaran itu datang dari
luar?
MAKNA CIPTAAN
BAB III
KEINDAHAN DAN PASSIO ESSENDI
• Kita pertama-tama adalah ‘pasien, penerima
dari yang lain’ (a patience (patientia), a receptivity to
what is other)

• Belajar menerima sebelum berjuang untuk


menjadi diri (We are patience of being before we are an
endeavour to be)

• PASSIO ESSENDI: passion of being, kerinduan


untuk berada.

• Berada pada batas antara ‘menerima’ dan


‘menjawab’ (receiving and responding)
• Keindahan selalu memberi sesuatu yang
khas. Ada unsur lebih (daya tarik).

• Ia menghadirkan sesuatu dari realitas/


alam secara paling unik. Ada keindahan di
dalam hal-hal yang jelek, buruk, misalnya
penyakit, perang, penderitaan, sakit,
kematian dll.
• Keindahan berbicara tentang hubungan
yang paling dasariah antara diri kita
dengan sesuatu yang lain. Ia berbicara dan
membuat kita terkejut (surprise). Kita
digerakkan keluar dari diri kita. Kita
terpukau denganya karena ia mengundang
kita.

• Pengelihatan/pandangan kita tentang


keindahan datang dari keindahan itu sendiri.
• Ada sesuatu yang datang dari keindahan,
bercahaya di depan kita. Sesuatu itu tak
terduga dan ia datang menyapa kita
sebelum kita mengambil sikap
terhadapnya.

• Kita pertama-tama adalah penerima


(receivers).
• Kedatangannya membuat kita tidak
berdaya. Kita seolah tidak mempunyai
pertahanan diri. Ia membuka hati kita
karena ia datang sebagai pemberian.
Surprise.

• Kita tidak menghendaki kedatangannya.


Kita tidak merencanakan juga. Kita
menjadi reseptif.
• Untuk menjadi reseptif, karena itu kita
butuh kesabaran dan kepasrahan dalam
berhadapan dengan keindahan.

• Kita ditantang untuk berhadapan dengan


sesuatu yang terberi, dan sesuatu itu
secara paradoksal bercahaya.
“Beauty is shown to be a matter of
manifestation, and manifestation is
indicated only in response, while
response is figured out as praise.”
(Kevin Hart)
KEINDAHAN = KOMUNIKASI

• Ada sesuatu yang mengkomunikasikan


dirinya kepada kita, dan komunikasi itu
membuat kita lebih hidup dengan cara
yang baru.
• Komunikasi keindahan menimbulkan
harmoni, dan harmoni itu datang dari
sesuatu yang lain. Kedatangannya
membuat kita menjadi baru (surprise).

• Berhadapan dengan keindahan, kita bisa


saja terganggu, tersakiti, tidak aman.
St Tomas Aquinas
• Consonantia: keindahan berbicara lewat
cara/jalan yang tidak terduga. Ia
mengkomunikasikan diri melalui cara
tertentu.
• Di depan keindahan, kita pertama-tama
adalah penerima sebelum menjadi
penginisiatif (kreatif).
MANUSIA
Manusia: A Patience of being
• Kita, manusia, pertama-tama menyadari
diri kita sebagai ‘penerima’ (a patience of
being. A being receiving in being) sebelum
kita sadar dan bangkit untuk menjadi
penginisiatif.
PROSES
MENJAGA KEINDAHAN
• Sebagai penerima, manusia adalah juga
penjaga keindahan (the shepherd of
beauty). Menjaga apa yang dikaruniai.

• Manusia tidak menentukan, tetapi ia


ditentukan (determined) oleh keindahan.
Namun, kita menerimanya dengan cara
yang sangat bebas.
The Erotics of being
Surplus makna
• Keindahan datang dan menyentuh. Kita
disapat dan mencipta. Kita mencipta
karena kita disentuh oleh keindahan.
Karater EROS
• Plato: asa muasal eros adalah poros dan
penia

• Poros: kekayaan, kelimpahan, surplus

• Penia: kemiskinan, kekosongan, minus


• Kelahiran eros adalah kelahiran dari
kakayaan dan kemiskinan. Kelahiran itu
mendatang surplus yang baru.
Symposium 210d
“The lover is turned to the great sea of
beauty, and, gazing upon this, he gives birth
to many gloriously beautiful ideas and
theories, in unstinting love of wisdom, until,
having grown and been strengthened there,
he catches sight of such knowledge, and it
is the knowledge of such beauty.”
• Kita terbuka terhadap Samudra maha luas
dari keindahan (the great sea of the beauty).

• Keindahan menempatkan kita dalam


Samudra maharaya, dan ia membawa kita
kepada yang tak berhingga (infinity), kepada
lautan kerinduan yang intim dan tak
terbatas.
• Kejutan dari keindahan bisa datang
sebagai tak diharapkan dari Samudra
maharaya itu. Bisa juga juga ia datang
sebagai MONSTER dari suatu kedalaman.
Kedalaman kerinduan yang menimbulkan
monster.
• Monster itu mendatangkan rasa heran dan
terror.
• Ingat! Monster juga sacral
• MONSTER – MONSTRANCE – MONSTRARE
• Monstrare+ menunjukkan yang sacral.

• A show of the sacred. There is sacred show


in the monstrance.

• Tubuh Kristus pada monstrans: suatu


pewartaan. Anak domba yg dikorbankan. Di
arahkan.
• Dalam keindahan, ada sesuatu yang pantas
dikagumi, dirayakan (festive beauty) karena
membangkitkan kesadaran.

• Pada keindahan ada sesuatu yg sangat


enigmatik karena ia datang sebagai
sesuatu yg ajaib tapi juga tenang (mysterius
serenity). Ketenangan yg misterius.
Ketenangan yg ajaib.
• Di depan keindahan, kita harus berhenti
sejenak, tinggal dalam apresiasi yang
kontemplatif.

• Keindahan itu tenang dan serentak


membawa kita ke sesuatu yang lain/
transenden. Kita diarahkan untuk
menyeberang: a movement beyond.
• Kita berada di antara:
1. Sejenak (pause) dan melampaui
(surpassing)
2. Istirahat (resting) dan tak tenang
(restlessness)
• Jika KEINDAHAN dan KERINDUAN dilihat
sebagai pasangan, maka KERINDUAN tak
dapat dipisahkan dari ketidakpuasan
tanpa akhir (unsatisfied restlessness)
• Berhadapan dengan keindahan sebagai
pemberian (surprise), kita harus terbuka,
membiarkan diri masuk dalam situasi
disapa. Terbuka berarti siap mengambil
bagian dalam sapaan itu.
• Ada relasi antara keindahan sebagai
pemberian dan apa yang disebut the
erotics of being.

• the erotics of being: pengalaman tentang


sesuatu yang membuat kita keluar
melampaui diri (self surpassing/self
transcending).

• Pengalaman itu membuat kita menjadi


baru. Berada secara baru (passio essendi)
• Berada secara baru = incanate
beauty=passio essendi
• Berada secara baru berarti berada kreatif,
berada sebagai penginisiatif. Ada
partisipasi dalam kekuatan yang kreatif.

• Di dalam partisipasi itu, kita tidak


menentukan diri kita. Kita ditentukan juga
oleh yang lain.
• Keindahan tidak terpisahkan dari
keberadaan kita sebagai ‘incarnate
creatures’.

• Ciptaan yang menjelma dalam kreativitas


mencipta.
Urs von Balthasar

Jika Teologi Estetika berbicara tentang


sesuatu, maka sesuatu itu adalah
“keindahan,” dan jika keindahan itu
mewahyukan sesuatu, maka ‘sesuatu’
itu adalah ‘KASIH’ yang melaluinya,
Kristus adalah arketipe dari segala
bentuk, mengambil wujud dan
mengekspresikan secara sempurna,
sehingga segala ciptaan diukur dan
menemukan tujuan akhirnya(telos) di
dalam keindahan.
Mengkontemplasikan keindahan
berarti mengkontemplasikan Kasih
Ilahi.

Kasih nyata dari Allah hadir dalam


Kristus (kenotic love) dan Roh
Kuduslah yang menyebarkan daya
kuasan-Nya di dalam hati manusia.
• Tanpa keindahan, kebaikan akan
berubah menjadi sesuatu yang
hedonistik dan utilitarianistik;
demikian, kebenaran menjadi hampa.

• Tanpa keindahan, kita akan


kehilangan gairah untuk hidup, dan
bahkan tidak tahu bagaimana
mengasihi atau mencintai seseorang.
Bahaya materialisme
• Keindahan sebaiknya tidak direduksi
kepada materialisme.

• Kalau toh keindahan hadir dalam suatu


materi, ia hadir dengan seluruh
kepantasannya/kelayakannya dalam materi
itu; dan kehadirannya dilihat sebagai
kejadian cahaya yang memiliki makna.

• A happening of delighting and delightful


value.
BAB IV
ASAL USUL KARYA SENI
MENURUT HEIDEGGER

• Der Ursprung: sumber dari mana sesuatu


muncul dan berada sebagaimana adanya
• Dari mana asal suatu karya seni?

1. Dari seniman?
2. Dari karya seni?
Van Goch (seniman)

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Karya Seni

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Dari Seniman?

1. Kalau dikatakan, asal suatu karya seni


dari seniman, hal ini tidak mungkin,
karena sang seniman menjadi seniman
karena karya seni yang ia hasilkan.
Karena itu, asal sang seniman hanya
dapat dilacak sejauh merujuk pada
karyanya.
SENIMA KARYA
N SENI
Dari Karya Seni?
2. Kalau dikatakan dari karya seni, namun
suatu karya seni dapat dimengerti hanya
sejauh karya itu berkaitan dengan
penciptanya. Tidak mungkin asal karya seni
dapat dilacak hanya sejauh berhubungan
dengan penciptanya.
SENIMA KARYA
N SENI
SENI
3. Baik seniman/pencipta maupun karya
seni, keduanya dapat dimengerti karena
berasal dari satu sumber yang sama, yaitu
SENI.

Bagaimana kita bericara tentang SENI?


SENI

KARYA
SENIMAN
SENI
SENI sebagai suatu dunia
• Dunia Seni adalah dunia yang tertentu.

• Sesuatu yang tertentu: to ti en einai,


determinasi

• Apa yang membuat sesuatu sebagai


sesuatu yang tertentu? Sebagai yang ini,
dan bukan yang itu? Unsur apa yang
menentukannya?
• Batu di kali adalah sesuatu, awan di
angkasa adalah sesuatu, pohon adalah
sesuatu, rumah adalah sesuatu, dll.
Semuanya mempunyai nama yang
berbeda

• Apakah yang ada di balik nama yang


berbeda itu, ada sesuatu yang sama?

• Atau, apakah setiap nama yang berbeda


itu memiliki sesuatu yang berbeda di
baliknya?
• Sesuatu menunjuk bukan pada ketiadaan
(no-thing)

• Karya seni adalah sesuatu yg tidak dapat


dilihat sebagai ketiadaan.
• Sebagai sesuatu, karya seni berbeda
dengan sesuatu yang lain. Karya seni
adalah sesuatu yang tertentu.

• Sesuatu yang tertentu: res-ens-entitas


(sesuatu yg berada secara murni sebagai
yang tertentu)
• Berada sebagai yang tertentu menunjukan
individualitas. Verba in-dividere: tak
terbagikan.
• Sejarah penjelasan tentang esensi
sesuatu sebagai yg tertentu telah menjadi
bagian dari sejarah pemikiran filsafat barat.

• Yunani: esensi sesuatu dibicarakan


melalui konsep to hypokeìmenon sebagai
subjectum.

• Subjectum: berada di bawah.


• Yang berada di bawah dari sesuatu dilihat
sebagai substansi.
• Substansi adalah fundament, dasar yg
menunjuk sesuatu sebagai yang tertentu.

• Sesuatu yang tertentu memiliki unsur


kesatuan di dalam dirinya. Ia in se.

• Selain itu, sesuatu dikatakan sebagi yang


tertentu karena ia memiliki komposisi
materi dan forma (eidos).
• Heidegger menolak interpetasi di atas
karena kita hanya memandang sesuatu
dari aspek materi dan forma atau dari
aspek substansi dan aksiden. Materi dan
forma tidak menjelaskan apa apa tentang
esensi sesuatu. Materi dan forma hanya
pendukung esensi sesuatu.
Karya seni dan seniman
• Kita melihat karya seni sebagai sesuatu
yang tertentu hanya sejauh berhubungan
dengan seniman sebagai pencipta.
SEPATU PETANI
VAN GOH
HEIDEGGER:
KARYA DAN KEBENARAN
HEIDEGGER:
KEBENARAN DAN SENI
• BAB V
KEINDAHAN DALAM KARYA SENI
• Karya seni/arte fact: a happening of being.

• Keindahan yang hadir dalam karya seni/


benda seni/materi: the aesthetic of
happening. Yang indah hadir di dalam
sesuatu.

• Di dalam karya seni, keindahan hadir dan


memperlihatkan dirinya sebagai sesuatu.
• Karya seni: the given beauty.
• Lewat karya seni, keindahan datang
sebagai sesuatu.

• Kodrat manusia: mengagumi dunia dan diri


sendiri berkat keindahan.

• Kita bertambah dalam hasrat akan


keindahan karena kita selalu diberi. Bukan
konstruksi.
• Di dalam keindahan, kita menerima yang
terberi, namun juga kita melihatnya
sebagai yang lain/objek (constructed
beauty).

• constructed beauty: dapat dilihat sebagai


kemungkinan bagi kita untuk melakukan
kekerasan.
KONTRAS

GIVEN CONSTRUCT
BEAUTY ED BEAUTY
• Ada kontras di dalam estetika: estetika
mimesis dan estetika kreatif.

• Mimemis: pasien tanpa kreativitas


• Kreativitas: aktivitas surplus
Form and Splendor
as a movement of love

• Dua elemen dasar keindahan:


FORM dan SPLENDOR. Keduanya
secara bersama memancarkan
cahaya, yang memungkinkan suatu
objek menjadi kelihatan, tampak.
KEINDAHAN

CAHAY
A

FORM/BENTUK/PERWUJUDAN/
MATERI

CAHAY
A

KEKAGUMAN
V. Jalan Menuju Keindahan

Ketika kita mengalami keindahan, kita


seolah mengalami suatu epifani:
1. yang membawa kita ke dalam dunia objek
keindahan itu (as an act of eros),
2. yang mengangkat kita ke sumber
keindahan (as an act of comtemplation),
3. yang menggerakan kita keluar untuk
mengasihi yang lain (as an agapic act).
“Love is a love directed to what is fair,”
and what is fair might be anything from a
charming body to virtue, to the beautiful
in and for itself.

“Beautiful things (ta kala), are produced


by that which calls (ta kaloun).

Ada suara yang memanggil dari dalam


keindahan itu, suara itu meminta kita
untuk memberi nama (an act of naming).
Art lets truth originate.

The origin of the work of art - that is,


the origin of both the creators and the
preservers, which is to say of a
people’s historical existence, is art.
Art is in its essence an origin.
II. TERMINOLOGI

YANG INDAH
To Kalón (noun)/ kallos (adj.)
Pulchrum
Beautiful
Bella
Beau
das Schön
ANALISA
Apa esensi keindahan? Apa yang membuat
sesuatu menjadi indah?

Pertanyaan “apa itu?” (quid est) atau, Apa itu


sesuatu (quid est res) adalah pertanyaan yang
selalu merujuk pada “keapaan” (quidditas) atau
hakekat dari sesuatu yang sedang
dipertanyakan.

Apa hakekat dari keindahan?


• Terminologi “keindahan” (nomina), diturunkan dari
kata sifat “yang indah” (ajetiva.)

• YANG INDAH: sesuatu yang masih ideal.


Terminologi yg transendental. Ia belum merujuk
pada sesuatu apapun. Tanpa referensi. Soal
kualitas abstrak. Menurut Plato: yang indah in
absentia (idea) sebagai yang paling sempurna
(tanpa kategori).

• KEINDAHAN: sesuatu yang konkret, merujuk pada


sesuatu (lukisan, pemandangan, musik). Yang
indah in praesentia: soal kategori-kategori dan
tergantung dari cara-cara kita memandang (ways
of seeing)
TRANSENDENTALIA

Semakin indah, semakin utuh, semakin harmoni,


semakin jelas, semakin kemilau.

Ada semacam koherensi internal, yang


membuat keindahan sesuatu:
baik in se, dan benar di dalam dirinya.
• Ketiganya memiliki kesatuan dan
kebulatan makna. Segala yang indah,
dengan sendirinya baik. Segala yang
indah dan baik dengan sendirinya
benar. Yang indah (pulchrum), yang
baik (bonum) dan yang benar (verum),
ketiganya merupakan satu kesatuan
yang utuh (unum).

• Ketiganya sederhana, namun yang


sederhana itu sulit.
Kehidupan manusia yang utuh
(terintegrir) digerakkan oleh ketiga
hal ini:

1. Menggapai kebenaran
2. Mengalami keindahan
3. Hidup baik.
“Beauty as what is pleasant to sight
or hearing.” (sophist)

• Ada dua distinksi: symmetria:


keindahan yang bisa dilihat (lukisan,
arsitek, seni pahat) dan
• harmonia: keindahan yang bisa
didengar (musik).
Keindahan in corporibus (symmetria)
Keindahan in essentialibus (harmonia)
Keindahan in spiritualibus (harmonia)

Bukan hanya keindahan material,


tetapi juga keindahan moral dan
spiritual.
IV. POKOK-POKOK SENI

• Benda seni : seni terwujud/material/


medium)
• Pencipta seni: seniman (kreativitas dan
imajinasi)
• Publik seni: komunikasi dengan orang lain
• Konteks seni: kesesuaian dengan zaman
• Nilai-nilai seni: kualitas
• Pengalaman seni: praksis seni
V. SENI DAN KEINDAHAN: CARA-CARA
MEMANDANGNYA (Ways of Seeing)
1. Kita terlebih dahulu melihat, sebelum berkata
(Seeing comes before words)
2. Dengan melihat, kita membentuk pandangan
tentang dunia sekitar; kita menjelaskan
dunia dengan kata-kata.
3. Kita hanya melihat apa yang kita pandang.
Melihat adalah tindakan memilih. Akibatnya,
apa yang kita lihat membentuk pandangan
kita ttg pilihan itu. (To touch something is to
situate oneself in relation to it.)
4. Kita tidak saja melihat sesuatu hal; kita selalu
melihat hubungan antara sesuatu dengan diri kita.
5.Pandangan kita selalu aktif, dinamis, selalu
terarah pada sesuatu. “It constitutes what is
present to us as we are” (imagination)
6. Semua imajinasi diciptakan manusia; karena
itu, mereka selalu dapat direproduksi lagi.
7. Ketika imajinasi dihadirkan dalam karya seni,
cara kita menghadirkannya dipengaruhi oleh
asumsi-asumsi tentang seni: keindahan,
kebenaran, peradaban, bentuk, kondisi, dan cita
rasa.
8. Semakin imajinatif sebuah karya seni,
semakin karya itu membawa kita ke dalam
dunia pengalaman sang pencipta.

9. Ketika kita melihat pemandangan, kita


menempatkan diri kita di dalamnya.
Demikian juga, ketika kita mengamati
sebuah karya seni, kita menempatkan diri ke
dalam dunia karya itu.

10. Kesatuan komposisi sebuah karya seni


menghadirkan kekuatan imajinatif karya itu.
Amatlah penting untuk mempertimbangkan
komposisi sebuah karya seni: integritas,
kejelasan, proporsional dan kemilauan.
VI.APAKAH SENI ITU EKSPRESI?

1. Ekspresi adalah tindakan memanifestasi/


mengungkapkan perasaan/pikiran.
2. Seni adalah ekspresi perasaan dan pikiran.
Namun, setiap perasaan/pikiran harus diolah,
diatur, lalu diwujudkan. Perasaan harus
diendapkan dahulu, lalu dicurahkan.
3. Yang dicurahkan dalam ekspresi seni adalah
kualitas perasaan, dan kualitas itu bersifat
universal, perasaan yang dapat dihayati
orang lain.
4. Kualitas perasaan dalam karya seni lahir
sebagai respons individu terhadap realitas di
luar dirinya, atau sebagai daya kreasi imajinasi
individu.

5. Karya seni bukan semata ekspresi perasaan,


tetapi juga ekspresi nilai. Nilai itu ada di dalam
diri pencipta/seniman, dan juga sebagai
endapan suatu pengalaman.

6. Nilai seni menentukan isi, makna dan


substansi seni.
7. Unsur perasaan dalam ekspresi seni
menentukan kualitas objek seni, kualitas sikap
pencipta, dan kualitas perasaannya.
Penajaman/ fokus sangat penting. Misalnya,
kematian dapat mendatangkan perasaan yang
berbeda-beda dalam karya seni.

8. Perlu ada seleksi dan penajaman perasaan


terhadap suatu stimulus untuk melahirkan
intensitas perasaan dan diekspresikan.
Perasaan yang tergores.
VII. SENI: REPRESENTASI ATAU PRESENTASI?

1. Seni tidak selalu merupakan representasi


(copy). Seni adalah suatu presentasi. Sebuah
karya selalu menghadirkan sesuatu.
Bagaimana caranya?

1. “To destroy the reality in order to be more


originally presenting.”

2. Dalam seni, sang seniman mencipta untuk


memperlihatkan makna yang baru (polysemi).
4. Polysemi: having more than one meaning,
one name with several senses, one word with
many meanings.
5. Art is a condensation of poly-figurative. Seni
itu ibarat metafora dalam bahasa: beberapa
makna diendapkan dalam satu ekspresi.
Metaphor: to carry meaning into the other side.

6. Seni itu retret. Ia menarik seseorang dari


keseharian, dan kemudian mengembalikannya
ke realitas yang baru. Di dalam realitas baru
itulah, sang seniman mengerti ttg dirinya.
Prefigurasi - Konfigurasi -Refigurasi
Karya seni = teks.

7. Ketika sebuah karya lahir dari suatu


pengalaman hidup (lived-experiences), maka
karya itu memiliki dasar tertentu (prefiguratif).

8. Berkat mimesis/dynamic imitation of


reality, sebuah karya seni lahir sebagai a
creative synthesis of the heterogeneous.
• 9. Kita menamakan sintese heterogenitas yang
kreatif sebagai konfigurasi.

• 10. Lewat konfigurasi, sebuah karya mengambil


jarak dari dunia pengalaman (pre-existing
reality), dan ia (karya) serentak membentuk/
menghadirkan realitas baru (re-creates reality)
di dalam dirinya. Realitas itu disebut refigurasi.

• 11. Di sini, makna sebuah karya tidak saja


ditentukan oleh warna, garis, bentuk, ruang dan
teks, tetapi terletak pada referensi kepada
pengamat (viewer) dan kepad dunia (world).
• 12. Makna sebuah karya seni tidak lagi
ditemukan dalam intensi sang pencipta
(seniman), juga tidak ditemukan dalam analisa
formal elemen-elemen dari karya itu.

• 13. Makna sebuah karya, tidak berada di balik


atau di dalam karya itu, tetapi di dalam dunia
yang dihadirkan karya itu.

• 14. Dunia yang dihadirkan/ditawarkan karya


(hospitable world) berefensi pada
“kemungkinan,” suatu cara untuk berada di
dunia. A singular way of being in the world.
15. Karena itu, apa yang dihadirkan oleh
sebuah karya seni, entah itu karya yang
bersifat figuratif atau non-figuratif, adalah
sebuah “proposal” atau “pro-position” tentag
suatu cara berada di dunia, hic et nunc.
16. Realitas apa adanya adalah prefigurasi.
Ketika sang seniman mencipta, ia merubah
realitas itu (prefigurasi)menjadi suatu realitas
baru dalam ciptaannya (konfigurasi).

17. Namun, setiap ciptaan (karya seni) dapat


menjadi dasar bagi perubahan penikmat/
penonton/publik dalam dunia kehidupan
mereka yang baru (refigurasi).
18. Terkadang sang seniman tidak suka
berbicara tentang karyanya. Namun, sebaliknya,
sebuah karya bisa berbicara banyak tentang
penciptanya.

19. Refigurasi sebagai imitasi kreatif harus


dimengerti bukan dalam arti reproduksi
realitas tetapi sebagai tindakan merestruktur
dunia pembaca melalui konfrontasi antara
dunia dirinya dengan dunia karya.
20. Getting out from the reality in order to
get the new reality. To destroy in order to
reconstruct.

Merombak keseharian dengan tujuan untuk


menemukan dimensi baru.
MIMESIS DAN JATI DIRI
(PAUL RICOEUR)

• MIMESIS -1: Pra-pengertian tindakan


manusia

• MIMESIS -2: Tindakan memberi bahan


untuk kisah, dan kisah memberi
pemahaman yg lebih baik terhadap
tindakan

• MIMESIS -3: tanggapan pembaca/penonton


dan dampak praktis untuk hidup mereka.
JATI DIRI: IDENTITAS NARATIF
• Identitas IDEM menjawab pertanyaan “apa.”

• Identitas IPSE menjawab pertanyaan


“siapa”. Siapa yang berbicara? Siapa
melakukan ini? Siapa yang
bertanggungjawab?
IDENTITAS NARATIF: IPSEITAS
• Menciptakan narasi diri dalam dunia yang
dimengerti dan ditafsir lewat bahasa dan
tindakan. (Interpretation of oneself in the world)
• Menentukan proses berlanjut dari
pembentukan diri lewat interpretasi diri tentang
makna dan tujuan hidup di dunia.
• Kemampuan untuk memproyeksikan rencana
hidup sendiri.
• Refleksi diri tentang kediriannya: pertumbuhan
kesanggupan diri dan formasi diri.
• IPSEITAS: kisah tentang diri yang hidup dalam
suatu komunitas, bagian dari suatu masyarakat,
dari suatu periode waktu dan sejarah.

• Interpretasi tentang tanggungjawab diri: yang


secara inheren bersifat inovatif dan transformatif.

• DIRI: author dan penafsir tentang dunianya.

• Ongoing self-formation: poetics of the will. The


will finds its full capability for freely forming its
own finite being in the world.
DIRI
• Its own meaning is never fully constituted. It
is always on the way toward becoming: the
Joy of Yes in the sadness of finite.

• Each of us must reconstitute ourselves:


project of the self (humanity)

• Humanity is not a given reality, but it is a


project/possibility of meaning that each of
us constantly undertake.
Batas Identitas Naratif
• Manusia mahluk menyejarah: ia berubah
sekaligus tetap tinggal pribadi yang sama.

• Mengenal diri dalam tenunan sebuah kisah

• Bagaimana dengan orang yang sudah


meninggal: riwayat hidupnya adalah sebuah
teks yg memiliki otonomi semantis.
TANGGUNGJAWAB ETIS
• Nilai etis?

• Martabat manusia: persona human

• Tanggungjawab terhadap diri:


penyempurnaan diri

• Selalu dalam hubungan dengan orang lain


dan dunia
HERMENEUTIKA KARYA SENI
• Apa itu Hermeneutika?
• Hermeneuein: menjelaskan, menginterpretasi

• Ars interpretationis/ hermeneutiké téchne/


Kunst der Interpretation: seni menjelaskan/
mengklarifikasi sesuatu yang dikatakan atau
diwariskan
• Sesuatu dikatakan atau diwariskan, tetapi
sesuatu itu tidak secara langsung dimengerti.
Tiga Fase hermeneutika:
1. Fase awal
2. Awal Abad Modern
3. Abad Kontemporer (Gadamer, Heidegger
dan Ricoeur
Hans-Geor Gadamer
• “Hermeneutics is the phenomenon of
understanding and of the correct
interpretation of what has been
understood”

• Fenomen pengertian
• Interpretasi yang tepat
• Apa yang telah dipahami (teks/warisan)
• Bagian dari pengalaman manusia
• Berkenaan dengan ‘knowledge’
• Berorientasi pada ‘truth’
• Menuntut suatu ‘insight’.

Hermenetika: investigasi/klarifikasi yang


mendalam tentang ‘phenomenon of
understanding.’
• Bagi Gadamer: “how is understanding
possible?”
HEIDEGGER
• Hermeneutika berkenaan dengan
pengertian tentang eksistensi manusia di
tengah dunia (Dasein)

• The mode of being of Dasein itself.


Menginterpretasi Karya Seni

1. Otonomi pencipta
2. Otonomi karya
3. Otonomi penonton/penafsir
• Pendekatan mimetik
• Pendekatan expresif
• Pendekatan struktural
• Semiotik
HEIDEGGER: ASAL-USUL SUATU
KARYA SENI
1. ASAL ?

2. SESUATU YANG TERTENTU

3. KARYA DAN KEBENARAN

4. KEBENARAN DAN SENI: TECHNÉ


• TECHNÉ ?

• Suatu cara ‘mengetahui.’

• Mengetahui berarti ‘telah melihat.’


DASEIN: in the virtue of being-there
• The essence of art: a way of revealing

• Man exists only ‘as an artistically creative


subject.’

• Man is not only a maker of beings or things,


but exists in such a way that, without man,
Being ‘is not’. Man, in short, is “life plus”.
MUSIK
• Tradisi yunani mempertimbangkan musik
dari beberapa aspek:
• 1. Metafisika: “la filosofia é musica piu
grande, musica é una filosofia in piccolo”.
• 2. Etika-pedagogis: dimensi katarsis
• 3. Estetika: dimensi keindahan
• 4.Kosmologi: angkasa raya dan segala
isinya berputar-putar dalam harmoni yang
alamiah
1. Musik membawa kita lebih jauh dari karya
seni yang lain (lukisan/pahat). Ia membawa
kita kepada “sesuatu” yang non-figuratif. Ia
memiliki alusi kepada suatu realitas.

2. Alusi itu hanya bisa dipahami lewat tone,


warna suara, mood, yang semuanya
merupakan akses kepada suatu dunia.
3. “Musik mendatangkan perasaan bagi kita,
namun perasaan itu tak bernama”: non-figuratif,
non-deskriptif.

4. Musik memperluas ruang emosional jiwa. Ia


membuka suatu wilayah baru di mana perasaan-
perasaan kita dibentuk. (La musica é fondamento/
ratio dell’armonia). Harmoni itu tidak saja terletak
pada bunyi, tetapi juga pada dinamika.

5. Ketika mendengar sebuah lagu, kita memasuki


suatu wilayah yang hanya bisa dieksplorasi
dengan mendengarkan: tone, mood, dan warna.
6. Setiap lagu secara otentik mewakili suatu
modalitas perasaan (mood), dan suatu
modulasi jiwa (tone). Musik membentuk di
dalam diri kita suatu korespondensi antara
mood dan tone.

7. Kita perlu berbicara tentang perasaan,


sentimen dan mood, karena salah satu
fungsi musik adalah mengkonstruksi suatu
dunia: DUNIA PERASAAN
8 Filsafat perlu memberi perhatian pada
dunia perasaan (sentimen/ feelings).

9. Setiap lagu dalam musik membentuk


dunia tersendiri: a world of singular
essences; dan dunia itu hanya bisa
dihadirkan lewat perasaan.

10. Di dalam musik, di sana ada eksplorasi,


dalam arti yg paling murni bahwa kita
sedang tersentuh oleh sesuatu : sentuhan
keindahan modulatio dan polifon.
11. Eksplorasi dunia musik, tidak saja terjadi
lewat aktivitas telinga, tetapi lebih khusus,
lewat suatu: aktivitas jiwa (harmoni internal).

12. Musik merangkul segala sesuatu: Allah dan


ciptaan-Nya, yang spiritual dan yang fisis, langit
dan bumi, terang dan gelap, lahir dan mati,
sukacita dan dukacita, pria dan wanita, lautan
dan daratan.

13. Ada musik dalam setiap realitas.


Consonantia habetur in omni creatura.
14. TIGA SEKTOR MUSIK
1. Musica mundana (musik universum): bunyi
petir, bunyi air dan angin, desiran ombak,
bunyi letusan gunung berapi dll. Musica
naturalis, bersifat kosmik. Orisinal.
2. Musica instrumentalis (ciptaan manusia
lewat instrumen): guitar, piano, violin, dll.
Musica artificialis. Bersifat Imitasi. Pusat
studi musikologi.
3. Musica humana (harmoni internal dalam
jiwa manusia).
Secara teoretis, musik adalah ilmu tentang
harmoni dan disharmoni. Hubungan antara
keduanya dapat ditangkap baik lewat
pendengaran maupun lewat intelek.

Ada musik spiritual yang tidak dipahami


lewat pendengaran, tetapi terlebih lewat
kemampuan jiwa.

Harmoni jiwa tidak bisa didengar lewat suara


manusia atau suara instrumen. Ia hanya bisa
dirasakan lewat suatu intensitas jiwa itu
sendiri.
• Musik alam dan musik jiwa bersifat
natural (naturalis), sedangkan musik hasil
ciptaan manusia bersifat imitatif, aritifisial.

• Kita butuh belajar lebih banyak dari alam,


mendengar dan menangkap pesan-
pesannya yang kaya.
DUNIA KARYA SENI DAN DUNIA PUBLIK
SENI
APA ITU DUNIA?
17. “Tempat di mana orang hidup. Sesuatu di
mana orang bisa merasa akrab, betah, atau
merasa asing.”

18. Ada perasaan mendasar yang bergantung


pada dunia, dan melaluinya karya itu tampak.
Ada ikatan emosional dengan dunia yang
dihadirkan oleh seni.
19. “Dunia adalah sesuatu yang bisa
menenggelamkan aku ke dalamnya; dan dalam
hal tertentu, dunia adalah sesuatu yang di dalam
dan melaluinya, saya menemukan diriku sendiri.”

20. Sebuah karya seni, dalam arti tertentu


adalah sebuah dunia karena kemampuannya
untuk merefigurasi sesuatu yg baru bagi publik
seni.
“A work reveals itself as capable of a world.”
(Ricoeur)
21. Makna ganda sebuah karya seni: To
retreat from and transfer back into the world.”

Seni menarik kita dari dunia nyata, dan


kemudian kembali membawa kita ke sebuah
dunia baru: dunia refigurasi
22. Semakin kuat daya tarik, semakin intens
kita
• MENGINTERPRETASI KARYA SENI
KEBULATAN MAKNA INTRINSIK
3 UNSUR PENTING
1. OTONOMI PENCIPTA

2. OTONOMI KARYA

3. OTONOMI PENAFSIR
HEGEL

• “seni adalah salah satu bentuk ekspresi


dari roh absolut yang menyejarah. Namun
karya seni yang sesungguhnya adalah
karya yang berbicara melampaui zaman
tertentu. Tiap karya seni yang kontekstual
selalu melampaui zaman.”
BEBERAPA PENDEKATAN
1. MIMETIK
2. EKSPRESIF
3. STRUKTURAL
4. SEMIOTIK
HERMENEUTIKA SENI
• HERMENEUEIN: menjelaskan,
menginterpretasi, seni menginterpretasi
(ars interpretations, kunst der
Interpertation, hermeneutikē tēchne)

• Sesuatu yang dikatakan atau diwariskan,


namun sesuatu itu tidak secara langsung
dimengerti.
HERMENEUTIKA

“The phenomenon of
understanding and of the
correct interpretation of what
has been understood”.
3 Hal Mendasar:
1. Fenomen pengertian

2. Interpretasi yang tepat

3. Apa yang telah dimengerti (warisan,


tradisi)
1. Bagian dari pengalaman manusia di dunia
pada umumnya
2. Ia berhubungan dengan pengetahuan dan
kebenaran
3. Ia menuntut insight dan kebenaran

4. Ia memiliki validitas tersendiri

5. Kita terkondisi lewat Bahasa. The language


in which we live conditions us.
• Arti hermeneutika diperluas, masuk ke
dunia filsafat lewat penggunaan BAHASA.

• Filsafat Bahasa berkenaan dengan


VERSTEHEN, mengerti.
Heidegger

• Verstehen : sikap fundamental


eksistensi manusia. Cara
berada manusia.
• Sebelum sampai pada suatu ‘pengertian’
yang sebenarnya, manusia telah memiliki
‘pra-pengertian’ tentang sesuatu.

• Untuk mengerti sebuah teks/karya tertentu,


kita sudah terlebih dahulu memiliki pra-
pengertian tentang teks/karya itu.
• Dengan membaca teks/karya, terjadi
proses peralihan dari pra-pengertain
menuju pengertian. Proses ini disebut
‘lingkaran hermeneutika.’

• Pada taraf yang paling fundamental,


lingkaran ini menandai eksistensi kita.
Hermeneutika kesenian?
• Seni/karya seni merupakan wilayah
hermeneutika sejauh hermeneutika
membicarakan bagaimana manusia
mencapai pengertian tentang eksistensinya
di tengah dunia.

• Karya seni mempunyai otonomi terhadap


strukturnya. Secara objektif, ia memiliki
pesan dan makna tersendiri. Karena itu,
karya seni berbicara. Ia mengatakan
sesuatu.
Tugas kita
1. Memahami makna yang dikatakan oleh
karya seni.
2. Memahami makna = memahami apa
yang diberikan dari karya seni.
3. Di sini, kita berhadapan dengan apa yang
disebut KONFORNTASI dengan karya
seni.
4. Dalam konfrontasi, di sana terjadi suatu
PENEMUAN MAKNA.
• Memahami apa yang dikatakan oleh suatu
karya seni berarti memahami penemuan
(discovery)

• Kita tidak dapat mengerti sesuatu apabila


kita tidak membiarkan sesuatu dikatakan/
membiarkan ia berbicara.
• Tugas kita adalah merekonstruksi horizon
makna dari sesuatu lewat Bahasa.

• Makna sesuatu bergantung bagaimana


sesuatu itu dikataka/dibahasakan.

• Pemahaman: sikap membiarkan sesuatu


berbicara.
SUTARJI
• “Dalam menciptakan sajak, engkau
harus berupaya memprovokasi kata-
kata, menggoyangnya, mengubah
posisinya, mencipta dan menyulap
kekosongan kata-kata menjadi
kesegaran yang mengundang
kekayaan makna”.

• Yang tidak menemukan bahasa, tidak


akan disebut penyair.
• BAHASA SENI: bukanlah bahasa sang
seniman; bukan sang seniman yang
berbicara. Bahasa seni, akses kepada
makna yang hadir lewat karya seni.
• Suatu karya selalu menyejarah.
Pemahaman tentang sesuatu karya
selalu berarti pemahaman ttg
historisitas karya itu. Di dalam
historisitas karya, subyek/sang
seniman/pencipta berada. Di dalam
historisitas karya, maksud pencipta
ditemukan.
• Menginterpretasi suatu karya seni:
mereproduksi secara kreatif makna karya
seni secara baru berdasarkan figur itu.
Hal ini harus melibatkan pengertian dan
penfasiran untuk menuju justifikasi.
MARTIN HEIDEGGER

ASAL-USUL KARYA SENI DAN


KEBENARAN
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA-NC
der Ursprung des Kunstwerkes
(1935)

• ASAL USUL KARYA SENI

• Asal: der Ursprung

• SUMBER DARI MANA SESUATU MUNCUL


DAN BERADA SEBAGAIMANA ADANYA
ORIGIN

• “Origin : From which and by which


something is what it is and as it is. What
something is, as it is, we call its essence"
I: DARIMANA ASAL SUATU KARYA SENI?

1. Dari seniman?

2. Dari karya seni ?

3. Dari SENI ?
• Kayu = patung
• Batu = arstitek
• Warna = lukisan
• pembicaraan = Bahasa/puisi
• Suara = musik
II: SESUATU YANG TERTENTU DAN KARYA
Thing-being: the thingness of the thing. The
thingly character of the thing

Kant : Thing-in-itself and the things that


appear.

Skolastik: res-ens-entitas. Sesuatu yang


secara murni berada sebagai yang tertentu

Individualitas sesuatu: IN-DIVIDERE.

Sesuatu yang tak terbagi di dalam dirinya:


esensi, kodrat, cirinya.
ESENSI
To hypokeimenon: substratum. Yang berada
sebagai dasar, fundamen, arché.

Skolastik: berbicara ttg SUBJECTTUM, yang


berada di bawah dari sesuatu (substansi).

Substansi: fundamen, dasar yang menunjukkan


sesuatu sebagai yang tertentu. Ada unsur
kesatuan di dalam dirinya.
Heidegger tidak puas dengan
penjelasan klasik tentang esensi
sesuatu.

“Esensi sesuatu sebagai yang


tertentu” mesti dilihat dari konteks
sesuatu sebagai objek karya seni.

Mari kita lihat contoh lukisan


sepasang sepatu dari Vincent van
Goh
SEPASANG SEPATU

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


• Lukisan sepasang sepatu
berbeda dengan sepasang
sepatu dalam realitas.

• Lukisan sepasang sepatu


bukanlah sepasang sepatu
yang riil.
• Lukisan sepasang sepatu = karya seni

• Sepasang sepatu yg riil = materi untuk


karya seni
Sebagai materi untuk karya seni,
sepasang sepatu dari dirinya, sesuai
kegunaannya adalah objek yang
memungkinkan sang petani
menggunakannya. Tetapi kita, kita
mengerti sepatu sang petani bukan
pada saat sepetu itu digunakan sang
petani tetapi pada saat sepatu itu
dihadirkan dalam lukisan. Adalah
lukisan sepatu yang berbicara kepada
kita tentang sepatu sebagaimana
sepatu itu berada.
• Dalam karya seni, “sesuatu
sebagai sesuatu dinyatakan.”
• Lewat karya seni, “ada penyingkapan
realitas yang sebenarnya.”

• Karya seni adalah akses menuju


kebenaran realitas; namun, karya seni
bukan realitas itu sendiri.

• Karya seni, dalam caranya sendiri,


membuka realitas ada dari suatu
entitas.
• Di dalam dan melalui karya seni,
ada keterbukaan. Keterbukaan
atas kebenaran suatu entitas. ada
akses menuju kebenaran suatu
entitas.

• Apa itu kebenaran?


KARYA SENI DAN KEBENARAN
• Asal karya seni adalah seni, tetapi seni
adalah realitas di dalam karya seni.

• REALITAS DI DALAM KARYA SENI = CIRI


DARI KARYA SENI.

• REALITAS = DUNIA

• KARYA SENI MENGHADIRKAN SUATU


DUNIA (A WORLD)
• THE HAPPENING OF TRUTH IN
THE WORLD

• To be a work is set up a world.

• A WORK = A WORLD
• World is never an object that stands
before us and can be seen.

• World is the ever-nonobjective to


which we are subject as long as the
paths of birth and death, blessing and
curse (berkat dan kutukan) keep us
transported into Being.

• A stone is worldless
• A work, by being a work, makes
space for that spaciousness. “to
make a space for’ means here
especially to liberate the free
space of the open region and to
establish it in its structure.
SENI DAN KONTEKS
KONTEKS
1. Tempat di mana seni itu hidup/berada

2. Ada kaitan dengan masyarakat


• Seniman dibentuk oleh nilai
struktur dan supra-struktur
masyarakatnya. Ia tidak bebas
dari struktur tertentu. Ia hidup
dengan kelompoknya dan ia
hidup sesuai ideologi
kelompoknya.
1. SENI PRODUK MASYARAKAT

2. MASYARAKAT PRODUK SENI

3. SENI DAN POLITIK


SENI, GAYA DAN
POSTMODERNISME

Anda mungkin juga menyukai