Anda di halaman 1dari 3

Tulisan Usang Tentang “Jas Merah Maroon”

Oleh : IMMawan Farhan Adli


Ketua Umum PC IMM Kota Salatiga

Momentum pelantikan hari ini menjadi langkah awal dalam membumikan


gerakan pembaharu IMM di Kota Toleransi ini, jangan sampai pelantikan yang
dilaksanakan dengan semegah dan sehebat ini hanya dikenang sebagai ajang unjuk
diri saja, tetapi harus benar-benar dijadikan sebagai momen untuk merevitalisasikan
pergerakan-pergerakan IMM kedepan. Tentunya, IMM hari ini akan berbeda dengan
IMM yang akan datang, tetapi paling tidak IMM hari ini dapat menorehkan sejarah
terbaik dalam perjalanannya, sehingga dapat dikenang dan dijadikan contoh bagi
IMM yang akan datang. Tantangan yang dihadapi setiap zaman akan berbeda, maka
cara pandang dan bersikap-pun akan berbeda juga, disinilah peranan IMM sebagai
organisasi islam yang shalih li kulli zaman wal makan, shalih dari berpikirnya
maupun bersikapnya. Berangkat dari itu, maka di dalam setiap diri kader harus
mampu mengimplementasikannya dimanapun mereka berada, karena publik akan
melihat IMM bukan dari seberapa kuat dan pintarnya, tetapi dari bagaimana seorang
kader IMM berfikir dan bersikap. Artinya yang diinginkan oleh IMM adalah lahirnya
intelektual muda yang tidak hanya disebut intelek diatas kertas tetapi juga diatas
kehidupan yang sebenarnya. Hal ini selaras dengan kalimat adab lebih tinggi
daripada ilmu, seseorang yang memiliki adab yang baik akan dilihat sebagai orang
yang memiliki ilmu, tetapi seseorang yang memiliki ilmu tinggi tetapi tidak memiliki
adab, maka dalam pandangan masyarakat akan dilihat sebagai seseorang yang sama
sekali tidak memiliki ilmu.

Maka dengan mengusung tema “Korektif Peradaban Intelektual Untuk


Gerakan IMM Mencerahkan”, tentunya ada harapan besar untuk lahirnya satu bentuk
peradaban intelektual dari kota Salatiga, dengan mengembalikan IMM pada ruh
gerakannya sebagai kaum akademis, yang tidak hanya berbicara soal praktis tetapi
juga taktisnya. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa gerakan masing-masing
kader untuk tetap berperan aktif pada semua lini, tetapi akarnya harus kuat dulu,
sehingga dimanapun kader IMM menempati posisi-posisi tertentu tidak akan gagap,
karena kemampuan berpikir kritisnya sudah kuat, sehingga kader-kader IMM tidak
hanya mengikuti arus saja, tetapi mampu merubah arah arus itu secara signifikan.
Ruang-ruang diskusi harus dibuka selebar-lebarnya, sehingga ada pola pedagogik
yang terbentuk dalam pikiran kader. “Kalo boleh saya katakan, bahwa kuliah itu
tidak wajib, tetapi karena temen-temen immawan/ti sudah memilih untuk kuliah
maka menjadi pintar dan kritis adalah wajib, itu pointnya sebagai kaum
akademis. Maka, ketika saya kembalikan pada tubuh IMM akan menjadi
kurang lebih seperti ini : ber-IMM itu tidak wajib, tetapi karena sudah memilih
untuk ber-IMM, maka menjadi kader militan yang progresif adalah wajib”.
Maka begini, untuk apa kawan-kawan disini memilih untuk berorganisasi, apalagi di
IMM, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Maka carilah apa yang temen-temen kader
mau dapatkan, di dalam IMM ada banyak bidang, mulai dari keilmuan sampai pada
yang cinta dengan alam, maka manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Saya sudah
menginstruksikan kepada pimpinan cabang hari ini untuk terus menjalin komunikasi
dua arah dengan komisariat agar dapat memasifkan segala potensi yang ada, agar
IMM khususnya di kota salatiga dapat dilihat baik oleh public. Dengan begitu, saya
yakin dan saya berhusnudzon, dari Salatiga akan lahir kader-kader progresif yang siap
berada dimanapun mereka berada, tentunya dengan tetap menempatkan nilai-nilai
spiritualitas sebagai landasan pergerakannya. Jangan sampai ada kader IMM yang
berbuat anarkis, segala sesuatu yang diperlihatkan public harus dikaji dulu secara
mendalam.
Ber-IMM tidak mudah, maka benar yang dikatakan oleh seorang Jenderal
Soedirman bahwa “ber-Muhammadiyah itu tidak mudah, maka jika kalian ragu
lebih baik pulang” dan jika saya coba untuk menarik kalimat itu dalam tubuh IMM,
maka “ber-IMM lebih tidak mudah, jika ragu lebih baik pulang saja”, karena
ketika seorang kader sudah memilih IMM sebagai jalan dakwahnya, maka ada
tanggungjawab besar dipundaknya, ia harus mampu menjadikan IMM sebagai
organisasi Islam yang shalih dari cara berfikirnya maupun bersikap. IMM harus
mampu melahirkan kaum-kaum intelektual yang tidak hanya pandai dalam aksi tetapi
juga narasi. Gagasan-gagasan awal harus dituangkan terlebih dahulu, sebelum
memulai langkah awalnya, sebab IMM tidak pernah kekurangan kader yang mampu
dan berani untuk muncul dipermukaan, tetapi yang kurang dari IMM khususnya di
Kota Salatiga adalah kekurangan kader yang kuat dalam narasi intelektualnya sebagai
landasan gerakannya. IMM harus mampu mengambil peran sebagai inisiator,
konseptor gerakan-gerakan di berbagai tempat, tentunya dengan mengarah kepada
kepentingan umat dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai spiritualitasnya.

Sehingga dengan mengusung tema besar yaitu Peradaban Intelektual, PC IMM


Kota Salatiga harus menjadi poros intelektual bagi IMM di Jateng bahkan Nasional.
Tentunya untuk mewujudkan ini dalam periodesasi yang kurang lebih satu tahun
sangatlah kurang, tetapi paling tidak PC IMM Kota Salatiga akan terus
mengoptimalkan potensi-potensi kader baik tingkat cabang maupun komisariat untuk
mendukung terwujudnya profile gerakan kader yang kuat baik dalam intelektualnya,
religiusitasnya, dan humanitasnya. Tentunya hal ini juga tidak akan terwujud
sendirian, kita perlu support dari seluruh elemen yang ada di Kota Salatiga, baik dari
Pemerintahan, Kepolisian, TNI, Ortom dan lain sebagainya. Sehingga, IMM di Kota
Salatiga akan memberikan warna positif untuk Kota yang kita kenal dengan sebutan
Kota Toleransi.

Anda mungkin juga menyukai