Anda di halaman 1dari 15

KEKUATAN OTOT

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
dosen pengampu Upik Rahmi, S. Kp., M. Kep.

Oleh :

Kelompok 5

Syifa Alfitriani Deswita NIM 2001892


Ghina Novianti Rhamdina Fawziyah NIM 2001948
Vinny Fitriani Aulia NIM 2001847
Muhammad Fariz Ranaa NIM 2009618
Deby Gina Lestari NIM 2006525
Neni Himawati NIM 2001890
Risya Hana Nabila NIM 2009744
Muhammad Raja Thiardy NIM 2007113

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kekuatan Otot” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Upik Rahmi,
S. Kp., M. Kep. pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Upik Rahmi, S. Kp., M. Kep. selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 22 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 4

D. Manfaat Masalah ............................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6

A. Pengertian Kekuatan Otot ............................................................................................... 6

B. Cara Penilaian Kekuatan Otot ......................................................................................... 7

C. Sumber Energy Untuk Kekuatan Otot ............................................................................ 7

D. Sarcolema Dan Peran Otot Pada Penuaan ...................................................................... 8

BAB II ....................................................................................................................................... 9

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 9

A. Kekuatan Otot ................................................................................................................. 9

B. Cara Penilaian Kekuatan Otot ....................................................................................... 10

C. Sumber Energy Untuk Kontraksi Otot .......................................................................... 11

D. Sarcolema Dan Peran Otot Pada Penuaan .................................................................... 12

BAB IV .................................................................................................................................... 14

PENUTUP............................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14

B. Saran ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Otot merupakan salah satu jaringan yang sangat berperan penting di dalam
tubuh dengan tugas utamanya kontraksi. Kekuatan otot merupakan suatu tenaga yang
kita keluarkan oleh otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi pada saat menahan
beban secara maksimal. Tidak hanya sekedar untuk bentuk tubuh, tetapi otot juga
berperan penting untuk gerak tubuh antara lain seperti untuk memungkinkan jantung
untuk berdetak dan sebagai dinding organ-organ tubuh. Untuk diketahui, dalam tubuh
manusia terdapat banyak sekali jenis otot yang diperkirakan hingga 600 jenis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian pembuatan makalah. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka
dapat kami rumuskan beberapa masalah, antara lain :
1. Apa itu kekuatan otot?
2. Bagaimana cara penilaian kekuatan otot?
3. Apa sumber energy untuk kontraksi otot?
4. Apa itu sarcolemma dan peran otot pada penuaan?

C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian pembuatan makalah. Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami
sebutkan, maka dapat kami rumuskan tujuan beberapa masalah tersebut, antara lain :
1. Untuk mengetahui apa itu kekuatan otot?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian kekuatan otot?
3. Untuk mengetahui apa sumber energy untuk kontraksi otot?
4. Untuk mengetahui apa itu sarcolemma dan peran otot pada penuaan?
D. Manfaat Masalah
Secara praktis hasil dari penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait sistem otot yang ada dalam keperawatan baik bagi pembaca
ataupun penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kekuatan Otot


Kekuatan otot ialah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja
dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot
sehari-hari efisien dan akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik. Kekuatan dari
sebuah otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktifitas. Semua gerakan
merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot ekstremitas atas ialah kemampuan otot pada ekstremitas atas (yang
merupakan organ pergerakan manual atau dapat bergerak bebas terutama tangan) untuk
mengadakan penyesuaian sewaktu menggenggam dan memanipulasi agar dapat
mengatasi tekanan atau beban dalam aktivitas. Ekstremitas atas dibagi atas daerah bahu
(hubungan antara lengan dan badan), lengan atas, lengan bawah, dan tangan Kekuatan
otot ekstremitas bawah ialah kemampuan otot pada ekstremitas bawah untuk
melakukan fungsinya yaitu antara lain: lokomosi (daya berpindah dari tempat ke
tempat), penopangan beban berat, dan menjadi tumpuan yang stabil sewaktu berdiri,
serta berjalan dan berlari (mempertahankan keseimbangan). Ekstremitas tegangan otot
sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban berupa beban eksternal (external force) maupan beban internal (internal
force).

Dinamometer ialah sebuah alat untuk mengukur kekuatan kontraksi otot.


Dinamometer medis juga disebut ergometer. Selain untuk analisis kekuatan otot,
dinamometer medis juga digunakan untuk mengevaluasi kapasitas fungsi otot dan
untuk kebutuhan rehabilitasi. Alat dinamometer ini sangat diperlukan karena alat ini
ideal untuk pemeriksaan rutin kekuatan awal dan evaluasi yang terusmenerus pada
kasus trauma dan adanya disfungsi anggota gerak.
B. Cara Penilaian Kekuatan Otot
Berikut cara penialaian skala kekuatan otot, perhatikan tabel dibawah ini:

Skala Presentasi kekuatan Karakteristik


normal

0 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis


sempurna)

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi


atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan


topangan

3 50 Gerakan normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi


dan melawan tahanan minimal

5 100 Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal


melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh

C. Sumber Energy Untuk Kekuatan Otot


Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri fosfat
(ATP). Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya interaksi antara protein otot
aktin dan miosin yang membutuhkan ATP melalui bantuan enzim kontraksiang dikenal
sebagai enzim ATP-ase.

Sumber energi lainnya pada otot, yaitu fosfokreatin. Fosfokreatin ini adalah
suatu bentuk persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada otot dalam
konsentrasi yang tinggi. Fosfokreatin tidak dapat digunakan secara langsung sebagai
sumber energi, tetapi dapat memberikan energinya kepada ADP.
Banyaknya fosfokreatin yang terdapat pada otot lurik, lebih dari lima kali
jumlah ATP. Proses terpecahkan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi
tidak membutuhkan oksigen bebas (respirasi anaerob). Oleh karena itu, disebut proses
anaerob.

D. Sarcolema Dan Peran Otot Pada Penuaan


Sarkolema merupakan membran plasma dari serat otot yang membungkus
sarkoplasma. Sarkolema serat otot rangka tersusun oleh plasmalema dan membran
basalis, sedangkan membran basalis sendiri terdiri dari lamina basalis dan lamina
retikularis; oleh karena itu sarkolema disebut juga trilaminar cell membrane.

Penurunan fungsi organ tubuh manusia merupakan salah satu dampak yang
diakibatkan dari proses penuaan. Otot rangka merupakan salah satu organ yang
mengalami penurunan fungsinya akibat pengaruh dari proses penuaan tersebut2, orang
dengan usia 40 tahun keatas akan kehilangan 8% dari massa otot setiap dekadenya dan
tingkat penurunan ini akan bertambah dua kali lipat setelah usia 70 tahun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kekuatan Otot
Kekuatan otot ialah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja
dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot
sehari-hari efisien dan akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik. Kekuatan dari
sebuah otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktifitas. Semua gerakan
merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot ekstremitas atas ialah kemampuan otot pada ekstremitas atas
(yang merupakan organ pergerakan manual atau dapat bergerak bebas terutama tangan)
untuk mengadakan penyesuaian sewaktu menggenggam dan memanipulasi agar dapat
mengatasi tekanan atau beban dalam aktivitas. Ekstremitas atas dibagi atas daerah bahu
(hubungan antara lengan dan badan), lengan atas, lengan bawah, dan tangan.

Kekuatan otot ekstremitas bawah ialah kemampuan otot pada ekstremitas


bawah untuk melakukan fungsinya yaitu antara lain: lokomosi (daya berpindah dari
tempat ke tempat), penopangan beban berat, dan menjadi tumpuan yang stabil sewaktu
berdiri, serta berjalan dan berlari (mempertahankan keseimbangan). Ekstremitas
tegangan otot sebagai respon motoric.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban


berupa beban eksternal (external force) maupan beban internal (internal force).
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi, sehingga
semakin banyak serat otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut, serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot
tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi
serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus memengaruhi posisi tubuh.
Dinamometer ialah sebuah alat untuk mengukur kekuatan kontraksi otot.
Dinamometer medis juga disebut ergometer. Selain untuk analisis kekuatan otot,
dinamometer medis juga digunakan untuk mengevaluasi kapasitas fungsi otot dan
untuk kebutuhan rehabilitasi. Alat dinamometer ini sangat diperlukan karena alat ini
ideal untuk pemeriksaan rutin kekuatan awal dan evaluasi yang terusmenerus pada
kasus trauma dan adanya disfungsi anggota gerak.

B. Cara Penilaian Kekuatan Otot


Berikut cara penialaian skala kekuatan otot, perhatikan tabel dibawah ini:

Skala Presentasi kekuatan Karakteristik


normal

0 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis


sempurna)

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi


atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan


topangan

3 50 Gerakan normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi


dan melawan tahanan minimal

5 100 Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal


melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh
C. Sumber Energy Untuk Kontraksi Otot
Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri fosfat
(ATP). Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam
waktu beberapa detik saja. Otot vertebrata mengandung lebih banyak cadangan energi
fosfat yang tinggi berupa kreatin fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang
segera dipakai untuk membentuk ATP dari ADP. ATP dihasilkan dari proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat dan lemak. Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya
interaksi antara protein otot aktin dan miosin yang membutuhkan ATP melalui bantuan
enzim kontraksiang dikenal sebagai enzim ATP-ase.

Sumber energi lainnya pada otot, yaitu fosfokreatin. Fosfokreatin ini adalah
suatu bentuk persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada otot dalam
konsentrasi yang tinggi. Fosfokreatin tidak dapat digunakan secara langsung sebagai
sumber energi, tetapi dapat memberikan energinya kepada ADP.

Banyaknya fosfokreatin yang terdapat pada otot lurik, lebih dari lima kali
jumlah ATP. Proses terpecahkan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi
tidak membutuhkan oksigen bebas (respirasi anaerob). Oleh karena itu, disebut proses
anaerob. Apabila otot melakukan kontraksi secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang lama maka otot akan mengalami kelelahan. Hal tersebut terjadi sebagai akibat
turunnya kandungan konsentrasi ATP dan fosfokreatin. Sebaliknya, pada saat ini justru
akan terjadi kenaikan konsentrasi ADP, AMP, dan asam laktat. Sumber lain untuk
menghasilkan energi, yaitu dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa (proses
glikolisis).

Proses glikolisis terjadi di sitoplasma sel otot (sarkoplasma) yang membutuhkan


enzim-enzim sebagai katalisator reaksi. Proses ini terjadi cepat namun hasil ATP-nya
sedikit. Proses ini dapat terjadi dalam kondisi aerob (ada oksigen) atau dalam kondisi
anaerob (tanpa ada oksigen). Normalnya asam piruvat yang dihasilkan oleh reaksi
glikolisis akan memasuki mitokondria untuk menjalani proses selanjutnya yang disebut
fosforilasi oksidatif. Bila tidak tersedia cukup oksigen maka jalur anaerobiklah yang
akan dominan, asam piruvat tidak masuk ke mitokondria tetapi dimetabolisme menjadi
asam laktat. Biasanya persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini
harus segera dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di
dalam otot adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi glukosa-6-
fospat. Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel yang
berlangsung dalam mitokondria yang menghasilkan ATP.

D. Sarcolema Dan Peran Otot Pada Penuaan


Sarkolema merupakan membran plasma dari serat otot yang membungkus
sarkoplasma. Sarkolema serat otot rangka tersusun oleh plasmalema dan membran
basalis, sedangkan membran basalis sendiri terdiri dari lamina basalis dan lamina
retikularis; oleh karena itu sarkolema disebut juga trilaminar cell membrane.

Penurunan fungsi organ tubuh manusia merupakan salah satu dampak yang
diakibatkan dari proses penuaan. Otot rangka merupakan salah satu organ yang
mengalami penurunan fungsinya akibat pengaruh dari proses penuaan tersebut2, orang
dengan usia 40 tahun keatas akan kehilangan 8% dari massa otot setiap dekadenya dan
tingkat penurunan ini akan bertambah dua kali lipat setelah usia 70 tahun.

Kondisi kehilangan kekuatan otot ini kerap kali diabaikan bagi sebagian besar
orang karena dianggap sebagai hal wajar yang dapat terjadi akibat sebuah proses
bertambahnya usia. Hal ini didukung oleh pernyataan Dr. Suzette Pereira, Ph.D., salah
satu peneliti Abbott yang fokus terhadap kesehatan otot, "Kehilangan kekuatan otot
adalah faktor penuaan yang jarang dibahas dan orang-orang menerima tanda-tandanya,
seperti kehilangan kekuatan dan energi, sebagai bagian alami dari penuaan. Tetapi
kekuatan ototlah yang akan menginformasikan kepada kita bagaimana kita akan menua,
dan tetap aktif serta mandiri”. Jika kondisi tersebut tetap diabaikan maka
memungkinkan seseorang mengalami kehilangan kekuatan otot saat usia lanjut
meningkat, atau dikenal dengan istilah sarkopenia, dimana sarkopenia mempengaruhi
hampir 1 dari 3 orang di atas usia 50 tahun.

Otot tidak hanya penting untuk tugas fisik sehari-hari seperti mengambil
barang, meraih sesuatu, membuka botol atau bangun dari kursi. Tetapi otot yang sehat
juga penting untuk fungsi organ, kesehatan kulit, kekebalan tubuh dan metabolisme
manusia. Dengan kata lain, mempertahankan kekuatan massa otot seiring
bertambahnya usia sangat penting untuk memperpanjang hidup yang bahagia dan sehat.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekuatan otot ialah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja
dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot
sehari-hari efisien dan akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik. Kekuatan dari
sebuah otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktifitas. Semua gerakan
merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot ekstremitas atas ialah kemampuan otot pada ekstremitas atas
(yang merupakan organ pergerakan manual atau dapat bergerak bebas terutama tangan)
untuk mengadakan penyesuaian sewaktu menggenggam dan memanipulasi agar dapat
mengatasi tekanan atau beban dalam aktivitas. Ekstremitas atas dibagi atas daerah bahu
(hubungan antara lengan dan badan), lengan atas, lengan bawah, dan tangan.

B. Saran
Penulis berharap makalah dan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat baik
bagi masyarakat umum maupun kepada penulis itu sendiiri dan tindakan nya dapat
diaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF. Jaringan Peka Rangsang: Otot. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi
Keduapuluhdua), Jakarta: EGC, 2008.

Jackson, M & Jackson L, 2011. Seri Panduan Keperawatan Klinis. Penerbit Erlangga: Jakarta

Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. 27-32

Kementerian Kesehatan RI., 2017. Analisis Lansia di Indonesia.

Wongkar D. Ekstremitas Inferior. Manado: Bagian Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi, 2006.

Anda mungkin juga menyukai