“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu :
Drs.Demmu Karo-Karo, M.Pd.
Oleh :
Yonatan Hamonangan Simatupang
NIM : 6213111044
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan
rahmatNya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan yaitu Critical Book Report oleh dosen Bapak Drs.Demmu Karo-Karo, M.Pd.
yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan belajar.
Makalah Critical Book Report ini telah disusun dengan maksimal. Dalam pengerjaannya,
makalah ini juga mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu saya berterimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan CBR ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan dalam
penulisan dan penyususunan tata bahasa. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita, dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.
Yonatan H. Simatupang
NIM. 6213111044
(i)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang CBR .................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
(ii)
BAB I
PENDAHULUAN
Critical book adalah hasil kritik atau bandingan tentang suatu topik materi yang umunya
ada pada perkuliahan, terhadap buku yang dibedah. Critical book tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi mengenai keunggulan dan
kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir dan
pemahaman pembaca.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi terhadap pendidikan, sedanngkan filsafat terdiri
dari berbagai lairan/mazhab, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai
aliran filsafat pendidikan selaras dengan aliran yang kita temukan dalam filsafat.
Kita mempelajari berbagai sistem filsafat dan filsafat pendidikan, adalah dalam rangka
menyempurnakan dan memperluas wawasan sistem pendidikan nasional, yang bersumber
dari falsafah bangsa, pandagan hidup bangsa, yaitu pancasila. Jadi, yang penting bagi kit,
bagaimana mencari persesuaian diantara berbagai filsafat pendidikan yang berbeda, sesuai
dengan pemikiran bahwa pancasila merupakan falsafah hidup yang terbuka. Mempelajari
berbagai filsafat pendidikan tidak harus dengan begitu saja menerapkan kedalam praktik
pendidikan di Indonesia.
Buku Pembanding
Judul : Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Pengarang : 1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP
2. Dr. Ir. SRDm Rita Hanafie, MP
Penerbit : ANDI Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Halaman : 240
(2)
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1.1 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani.Kata ini bersal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta
kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.
Dalam pengertian yang lebih luas, Harold Titus mengemukakan pengertian filsafat
sebagai berikut :
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara kritis.
Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.
Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.
Di zaman yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan
tetapi suatu cara hidup yang konkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan
alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupan atau
perkembangan peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, pengertian
yang bersifat teoritis seperti yang dilahirkan filsafat yunani itu kehilangan kemampuannya
untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran.
B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksaaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi)
manusia.
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.Oleh karna itu, apabila
dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan.
(3)
Dalam hubungan antara filsafat ( umum) dan filsafat pendidikan, filsafat pendidikan
memiliki beberapa batasan.
Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan ke luar yang terbaiuk agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi.
Secara makro, apa yang menajadi objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran
filsafat pendidikan.
Menurut Will Durant, ruang lingkup studi filsafat itu ada lima :
Logika
Estetika
Etika
Politik
Metafisika
(4)
D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,
termasuk aspek pendidikan.Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa.
Dari uraian diatas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
berikut :
Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli
Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata
Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Fakultas Tarbiyah
Filsafat tidak sekedar kegiatan reflektif dan kegiatan akal budi, tapi juga merupakan
perenungan lebih lanjut dari kegiatan rasional secara umum.
Filsafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan,
karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Kedudukan filsafat
dalam pendidikan merupakan pondasi yang tidak dapat diganti oleh mata kuliah dasar
lainnya. Filsafat merupakan sumber nilai dan norma hidup yang menentukan warna dan
martabat hidup manusia.
(5)
A. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates
Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu , baik bagi dirinya selaku individu, maupun
sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya.
Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan masing – masing sesuai jenjang usianya, sehingga
pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi
bangsa dan negara. Menurutnya tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan –
kemampuan ilmiah setiap` individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorangh warga
negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugasnya dengan efisien
sebagi seorang anggota masyarakat.. dalam menanamkan program pendidikan itu, pemerintah
harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan
kebaikan dan keadilan.
Menurut Aristoteles., agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapat pendidikan.
Ia juga menganggap bahwa pembentukan pada tingkat pendidikan dasar itu penting . pada
tingkat pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran aturan – aturan moral. Untuk
memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang – binatang lain dalam
befikir, harus mengamati dan secara hati – hati mengenalisis struktur – struktur, fungsi –
fungsi organisme itu dan segala yang ada dalam alam.
(6)
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata bagiaman keadaan yang
sebenarnya, apakah hakikat dibalik lam nyata ini. ontologi menyelidiki hakikat dari segala
sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas bagi pancaindra kita.
Aksiologi menyangkut nilai – niai yang berupa pernyataan apakah baik atau bagus iti.
Dalam definisi lain, aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai – nilai tersebut
ditanamkan dalam kehidupan anak
(7)
2.2 RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING
Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang tersusun atas
kesatuan harmonis jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.
Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu
struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut sebagai makhluk yang
berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale.
Selanjutnya dengan pemikirannya yang kritis dan kreatif manusia memikirkan dirinya
sendiri, yaitu hakikatnya sebagai manusia. (Hakikat manusia adalah makhluk Tuhan yang
eksis dalam diri-pribadinya yang otonom, berjiwa-raga, dan berada dalam sifat hakikatnya
sebagai makhluk individu yang memasyarakat). Pemahaman tentang hakikat pribadi ini
membuat manusia sadar akan adanya berbagai persoalan hidup yang justru bersumber dari
kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhannya bagi setiap unsur hakikat pribadinya
itu. Kemudian ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya
tujuan hidupnya. Untuk itulah manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikirannya,
dari yang mistis-religius menuju ke ontologistilsafatan, sampai akhirnya kepada taraf yang
paling konkret-fungsional.
1. PENGETAHUAN
Orang yang tahu disebut pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu.
(9)
2. ILMU
Ilmu manusia adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang
objek tertentu. Ilmu pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu
manusia yang tidak berkesudahan terhadap objek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan
kesaksian indra, karena indra dianggap sering menipu.
Ada enam sistem lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan, yaitu
Sistem tertutup
Sistem terbuka
Sistem alama
Sistem buatan
Sistem yang berbentuk lingkaran
Sistem yang berbentuk garis lurus
3. FILSAFAT
Menurut arti kata, filsafat terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan sophia yang
berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar
atau yang berkobar-kobar atau vang sungquh-sungguh. Kebijaksanaan artinva kebenaran
sejati atau kebenaran vang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang
sungguh akan kebenaran sejati.
Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menvelidiki hakikat
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau
esensi segala sesuatu. Dengan cara ini maka jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran
yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya.
Dengan pengertian khusus, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup
lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks maka timbul berbagai pendapat
tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing.
PARADIGMA-PARADIGMA FILSAFAT
Postmodernisme, sebagi paradigma tidak memiliki bentuk tubuh yang utuh seperti
Postmodernisme, modernisme, tetapi sebagai ia paradigma, "merepresentasikan tidak
memiliki bersatunya bentuk unsur-unsur tubuh yang utuhdari orientasi yang berbeda-beda
dan bahkan bertentangan" (Resenau, 1992, dalam Triyuwono). Postmodernisme tidak
memperhatikan tapal batas yang ketat dari isme yang membatasi isme yang satu dengan isme
yang lain. Ini berarti postmodernisme menyesuaikan, mentrasformasikan, dan
mentransendensikan, misalnya, strukturalisme, romantisisme, fenomonisme, nihilisme,
peulisme, eksistensialisme, herminetika, marxisme barat, teori kritik, dan anarkhisme.
(10)
Dalam melihat realitas, postmodernisme cenderung untuk mengatakan bahwa tidak ada
alat yang cukup untuk mempresentasikan realitas. la juga menolak pandangan realitas yang
mengasumsikan adanya kebebasan (independent) dari proses mental individual dan
komunikasi intersubyektif (Resenau, 1992). Sebaiknya, modernisme mengklaim bahwa
realitas eksternal dapat ditemukan, digambarkan, dan dipahami. Fakta yang mengatakan
modernisme dapat menemukan realitas sebenarnya didasarkan pandangan realisme (realism).
Realisme menyakini realitas sebagai "dunia nyata yang tersusun atas struktur yang keras,
berwujud, dan relatif permanen" (Burrell dan Morgan 1979). Bagi seorang realis, realitas
sosial eksis secara independen dari pelaku sosial dan berada "di luar sana" realitas sosial
sudah ada sebelum individu itu masuk (Morgan dan Smircich, 1980)
2. PARADIGMA INTERPRETIF
Apabila ditinjau dari prinsip dasar yang dikembangkan oleh interpretif, ada tiga prinsip dasar
dalam membaca fenomena, yaitu:
individu menyikapi sesuatu atau apa saja yang ada di lingkungannya berdasarkan
makna sesuatu tersebut pada dirinya;
Makna tersebut diberikan berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan pr individu
lain, dan
Makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses interpretif
yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dijumpainya.
Ketiga prinsip dasar tersebut pertama-tama disusun oleh asumsi bahwa setiap individu
bisa melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat orang lain. Individu juga tidak pasif,
memiliki kemampuan untuk membaca situasi yang melingkupi hidupnya. Pola interaksi yang
dikembangkan oleh individu dalam aktivitas sosialnya.
(11)
3. PARADIGMA KRITIKAL
Dalam ilmu sosial banyak ahli mengarakteristikkan paradigma penelitian. Burrel dan
Morgan (1994:3) mengategorikan ilmu sosial dalam empat paradigma, yaitu paradigma
fungsionalis, interpretatif, radikal humanis, dan radikal strukturalis. Dari keempat paradigma
ini, masing-masing mempunyai konsekuensi yang berbeda dalam penelaahan penelitian.
Dapat dipastikan bahwa setiap paradigma akan mempunyai penekanan dalam
membahas/meneliti suatu masalah/fenomena yang akan diriset. Keempat paradigma ini
bersumber pada mekanisme asumsi yang bersumber pada dua dimensi ekstrem, yaitu dimensi
subyektif dan obyektif.
Humanis radikal menempa perspektif dengan memfokuskan atas kesadaran sebagai dasar
untuk kritik radikal dari masyarakat. Mereka menekankan pada kenyataan bahwa perubahan
radikal dibangun dengan sangat alami dan pada struktur masyarakat masa kini, di mana
mereka mencari untuk memberi penjelasan antar hubungan dasar dalam konteks bentuk total
sosial. Secara umum semua teori memandang bahwa masyarakat pada masa kini
berkarakteristik dengan konfliktasar yang menelorkan perubahan radikal melalui krisis politik
dan ekonomi.
(12)
BAB III
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU
Setelah dibaca dan dianalisis, maka reviewer dapat mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan buku ini.
3.1 KEUNGGULAN
1. Tampilan luar (cover) buku ini menarik. Perpaduan gambar pada cover dengan layout
yang bagus membuat tampilan buku ini bernilai plus.
2. Penggunaan kertas dan tingkat keterbacaan teks yang telah sempurna
3. Materi yang ditawarkan adalah materi yang bersifat baru (update) sesuai dengan
perkembangan yang sedang berlangsung serta kompleksitasnya sesuai dengan apa
yang diharapkan (tidak kurang dan tidak berlebihan).
4. Penyampaian materi yang ringkas dan tepat sasaran, tidak berbelit-belit menjadikan
isi buku ini menjadi satu bacaan yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan
5. Sistematika penyampaian informasi yang runtut menimbulkan informasi yang
disampaikan saling berhubungan dan memudahkan pembaca untuk memahami isi
bacaan secara holistik dan koheren.
6. Didalam buku terdapat lampiran-lampiran yang dapat membantu pembaca semakin
memahami konsep yang telah dibaca sehingga pemahaman pembaca akan semakin
terasah dan terarah.
7. Buku ini menggunakan referensi yang terpercaya dalam memberikan sumbangsih
pemikiran.
8. Dalam buku ini ditemukan skema atau bagan yang menjelaskan sebagaian dari materi
yang disuguhkan. Hal ini akan membuat kesan buku tidak hanya terpaku pada teks
yang menimbulkan kesan monoton dan membosankan.
9. Sistematika penulisan pada buku ini telah memenuhi kaidah penulisan buku yang baik
dan benar. Dimulai dari tampilan luar hingga daftar pustaka semuanya telah
memenuhi kaidah yang telah ditetapkan.
3.2 KEKURANGAN
(13)
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Setelah menganalisis buku ini, maka reviewer dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
mengkritik buku ini bertujuan untuk menemukan keunggulan dan kelemahan buku demi
terwujudnya pemahaman terhadap karya tulis yang berkualitas sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional bangsa Indonesia. Dalam buku yang berjudul Filsafat pendidikan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Filsafat pendidikan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bagaimana cara mejadi seorang pendidik yang bertanggung jawab.
4.2 SARAN
Demi terwujudnya sebuah karya tulis yang bernilai tinggi dari segi penampilan dan
juga muatan materi ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh karya tulis berupa buku
yaitu :
Identitas yang jelas, konsep yang pasti, mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang telah
disepakati, muatan materi yang tepat sasaran dan pengembangan materi yang sesuai dengan
konsep yang ditawarkan. Buku ini dinilai telah layak untuk digunakan sebagai sumber belajar
karena telah memenuhi kriteria yang diharapkan dari sebuah karya tulis berupa buku. Setelah
membahas tentang teknolgi busana diharapkan para pemabaca dapat mengetahui hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan saat menjahit, mengetahui teknik-teknik menjahit dengan tepat
dan mampu menjadi penjahit yang memiliki kualitas yang tinggi.
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Jalaluddin.H. dan Prof.Dr.Abdullah Idi.H, M.Ed.2014.Filsafat Pendidikan.Jakarta :
Rajawali pers
Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP dan Dr. Ir. SRDm Hanafie, MP. 2019. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, Yogyakarta : ANDI
(15)