Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REPORT

“FILSAFAT PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu :
Drs.Demmu Karo-Karo, M.Pd.

Oleh :
Yonatan Hamonangan Simatupang
NIM : 6213111044

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2021)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan
rahmatNya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan yaitu Critical Book Report oleh dosen Bapak Drs.Demmu Karo-Karo, M.Pd.
yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan belajar.

Makalah Critical Book Report ini telah disusun dengan maksimal. Dalam pengerjaannya,
makalah ini juga mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu saya berterimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan CBR ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan dalam
penulisan dan penyususunan tata bahasa. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita, dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.

Sidikalang, 23 September 2021

Yonatan H. Simatupang
NIM. 6213111044

(i)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang CBR .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan CBR ............................................................................... 1

1.3 Manfaat CBR ............................................................................................. 1

1.4 Identitas Buku............................................................................................. 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU


2.1 Deskripsi Isi Buku Utama .......................................................................... 3

2.2 Deskripsi Isi Buku Pembanding ................................................................. 11

BAB III KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU


3.1 Kelebihan Buku ......................................................................................... 13

3.2 Kelemahan Buku ........................................................................................ 13

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14

4.2 Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

(ii)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang CBR

Critical book adalah hasil kritik atau bandingan tentang suatu topik materi yang umunya
ada pada perkuliahan, terhadap buku yang dibedah. Critical book tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi mengenai keunggulan dan
kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir dan
pemahaman pembaca.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi terhadap pendidikan, sedanngkan filsafat terdiri
dari berbagai lairan/mazhab, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai
aliran filsafat pendidikan selaras dengan aliran yang kita temukan dalam filsafat.
Kita mempelajari berbagai sistem filsafat dan filsafat pendidikan, adalah dalam rangka
menyempurnakan dan memperluas wawasan sistem pendidikan nasional, yang bersumber
dari falsafah bangsa, pandagan hidup bangsa, yaitu pancasila. Jadi, yang penting bagi kit,
bagaimana mencari persesuaian diantara berbagai filsafat pendidikan yang berbeda, sesuai
dengan pemikiran bahwa pancasila merupakan falsafah hidup yang terbuka. Mempelajari
berbagai filsafat pendidikan tidak harus dengan begitu saja menerapkan kedalam praktik
pendidikan di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Critical Book Report ini bertujuan :


 Mengulas isi sebuah buku.
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
 Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari buku.
 Membandingkan isi buku utama dengan buku pembanding 1 dan pembanding 2

1.3 Manfaat CBR

Manfaat Critical Book Report :


 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
 Untuk menambah pengetahuan para pembaca
 Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
 Menambah wawasan penulis
 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.
 Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang dikritik.
 Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
 Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama
atau penulis lainnya.
 Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan,
isi, dan substansi buku.
(1)
1.4 IDENTITAS BUKU
Buku Utama
Judul : Filsafat Pendidikan
Pengarang :Prof.Dr.H.Jalaluddin dan Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 228

Buku Pembanding
Judul : Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian
Pengarang : 1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP
2. Dr. Ir. SRDm Rita Hanafie, MP
Penerbit : ANDI Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Halaman : 240

(2)
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1.1 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani.Kata ini bersal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta
kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.

Dalam pengertian yang lebih luas, Harold Titus mengemukakan pengertian filsafat
sebagai berikut :
 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara kritis.
 Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
 Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
 Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.
 Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Di zaman yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan
tetapi suatu cara hidup yang konkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan
alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupan atau
perkembangan peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, pengertian
yang bersifat teoritis seperti yang dilahirkan filsafat yunani itu kehilangan kemampuannya
untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran.

B. Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksaaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi)
manusia.

Dengan demikian, dari uraian diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.Oleh karna itu, apabila
dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan.
(3)
Dalam hubungan antara filsafat ( umum) dan filsafat pendidikan, filsafat pendidikan
memiliki beberapa batasan.

 Pertama, filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah


filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.
 Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu
sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses pendidikan dalam
upaya memperbaiki keadaan pendidikan.
 Ketiga, filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip , kepercayaan, konsep, andaian
yang terpadu satu sama lainnya.

C. Bahasan Filsafat dan Filsafat Pendidikan

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan ke luar yang terbaiuk agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi.

Secara makro, apa yang menajadi objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran
filsafat pendidikan.

Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi :

 Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan.


 Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan.
 Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
 Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
 Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi) , filsafat pendidikan , dan
politik pendidikan (sistem pendidikan)
 Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.

Menurut Will Durant, ruang lingkup studi filsafat itu ada lima :
 Logika
 Estetika
 Etika
 Politik
 Metafisika

Menurut Imam Barnadib, dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat


digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting
lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia
terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya.

(4)
D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,
termasuk aspek pendidikan.Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa.
Dari uraian diatas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
berikut :
 Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli
 Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata
 Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Fakultas Tarbiyah

Filsafat tidak sekedar kegiatan reflektif dan kegiatan akal budi, tapi juga merupakan
perenungan lebih lanjut dari kegiatan rasional secara umum.

Filsafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan,
karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Kedudukan filsafat
dalam pendidikan merupakan pondasi yang tidak dapat diganti oleh mata kuliah dasar
lainnya. Filsafat merupakan sumber nilai dan norma hidup yang menentukan warna dan
martabat hidup manusia.

LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN


Filsafat diakui sebagai ilmu pengetahuan yang mampu menajwab segala pertanyaan
dan permasalahan. Mulai dari masalah – masalah yang berhubungan dengan alam semesta
hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Menurut jhon
dewey, seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan dari semua
pemikiran mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan – pertanyaan
yang menyelidik faktor – faktor realitas dan pengalaman yang banyak terdapat dalam
lapangan pendidikan

a) Perkembangan pemikiran filsafat spritualisme kuno


Filsafat pendidikan mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu
pengetahuan menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali berbagai macam ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dan terpisah dnegan lainnya. Jadi intinya filsafat
berkembang sesuai perkembangan zaman , antara lain:
1) Timur jauh
2) Timur tengah
3) Romawi dan yunani

(5)
A. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates

Prinsip dasar pemikiran menurut Socrates adalah metode dialektis.metode ini


digunakan sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorang
belajar berfikir secara cermat, untuk menguji coba diri sendiri untuk memperbaiki
pengetahuannya. Dengan metode ini, Socrates menunjukkan bahwa jawaban – jawaban
terbaik atas pertanyaan – pertanyaan moral adalah cita – cita yang diajarkan oleh para pendiri
– pendiri agama, cita – cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan,
kebenaran, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan, hormat terhadap kebenaran, sikap
yang tak berlebihan, kebaikan hati, kerendahan hati, toleransi, kejujuran dan segala kebajikan
– kebajikan lama

B. Pemikiran filsafat pendidika menurut Plato

Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu , baik bagi dirinya selaku individu, maupun
sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya.
Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan masing – masing sesuai jenjang usianya, sehingga
pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi
bangsa dan negara. Menurutnya tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan –
kemampuan ilmiah setiap` individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorangh warga
negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugasnya dengan efisien
sebagi seorang anggota masyarakat.. dalam menanamkan program pendidikan itu, pemerintah
harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan
kebaikan dan keadilan.

C. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles

Menurut Aristoteles., agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapat pendidikan.
Ia juga menganggap bahwa pembentukan pada tingkat pendidikan dasar itu penting . pada
tingkat pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran aturan – aturan moral. Untuk
memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang – binatang lain dalam
befikir, harus mengamati dan secara hati – hati mengenalisis struktur – struktur, fungsi –
fungsi organisme itu dan segala yang ada dalam alam.

(6)
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata bagiaman keadaan yang
sebenarnya, apakah hakikat dibalik lam nyata ini. ontologi menyelidiki hakikat dari segala
sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas bagi pancaindra kita.

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan – pertanyaan


seperti apakah pengetahuan, car manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis
– jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil
dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahuai manusia

Aksiologi menyangkut nilai – niai yang berupa pernyataan apakah baik atau bagus iti.
Dalam definisi lain, aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai – nilai tersebut
ditanamkan dalam kehidupan anak

(7)
2.2 RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING

MANUSIA SEBGAI MAKHLUK BERPIKIR

1. HAKIKAT PRIBADI MANUSIA

Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang tersusun atas
kesatuan harmonis jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.

 Sebagai Makhluk Tuhan Yang Otonom

Dalam perkembangannya, otonomi, independensi dan kreativitas tersebut mengantarkan


manusia pada taraf tertentu yang membuat manusia semakin jauh jaraknya dengan Sang
Pencipta, bahkan dewasa ini terkesan bahwa manusia seolah dapat berdiri di atas
kemampuannya sendiri tanpa campur tangan Sang Pencipta. Memang, sejauh itu menyangkut
segi fisik-biologis, manusia nampak mampu menyelenggarakan kehidupan yang sehat dan
kemasyarakatan yang aman, akan tetapi bagaimana dengan segi spiritual?
Antara ketergantungan (dependensi) dan otonomi (independensi) adalah dua unsur
potensi kontradiktif yang ada dalam kesatuan yang dinamis. Keberadaannya yang otonomi,
makhluk demikian kebebasan Sang justru Pencipta. itu dan memberikan adalah kreativitas
Otonom, warisan makna Sang kodrat kebebasan, jelas Pencipta.

 Sebagai Makhluk Yang Berjiwa-Raga

Jiwa Yang Meraga


Jiwa yang menjadi satu dengan raga, yaitu jiwa yang maujud dalam bentuk raga. Jiwa adalah
sesuatu yang maujud, tidak berbentuk dan tidak berbobot. Ia dapat dipahami dari
kecenderungan-kecenderungan badan. Jika jiwa seseorang dalam keadaan menderita maka
badannya akan lemah, mukanya muram dan gelap, tetapi jika berbahagia maka badannya
akan ringan, energik, dan mukanya berseri-seri.

Raga Yang Menjiwa


Raga yang menjadi satu dengan jiwa adalah suatu kecenderungan fenomena badan yang
menjadi bersifat kejiwaan. Raga adalah sesuatu yang maujud, berbentuk, dan berbobot
berukuran. Tingkah laku badan tidak dapat dipahami sebagai gerakan material belaka tetapi
lebih daripada itu terkandung kecenderungan-kecenderungan spiritual tertentu. Segala
aktivitas keragaan tidak satupun yang tidak tertuju kepada hal-hal yang kejiwaan. Sulit kita
menolak bahwa segala kegiatan yang kita lakukan setiap hari adalah demi kebahagiaan jiwa.

 Sebagai Makhluk Individu Yang Memasyarakat

Individu Yang Memasyarakat


Karena lahir satu per satu, orang per orang, manusia lahir secara individual sebagai
satu diri-pribadi yang berbeda dan terpisah dengan yang lain, termasuk orang tua yang
melahirkannya. Akan tetapi manusia lahir dalam keadaan yang serba lemah. Keberadaan dan
hidupnya hanya bisa bergantung kepada pihak lain. Hukum alam ini merupakan realitas yang
tak dapat dihindarkan. Akan tetapi, sebagai individu yang berdiri-pribadi, manusia memiliki
otonomi dan kebebasan jiwa, yang berhak berbuat atau tidak berbuat.
(8)
Masyarakat Yang Mengindividu
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih luas, sering dengan suatu sistem yang ketat,
kebutuhan, kepentingan, dan bahkan potensi individu terserap habis oleh suatu idealisme
sosial yang berlaku. Demi kepentingan bersama, setiap orang digiring ke dalam suatu dunia
yang semakin jauh yang dapat mematikan potensi individualnya. Dalam tingkat sosial yang
demikian, individu adalah alat bagi masyarakat yang berperan sebagai tujuan. Dalam kondisi
masyarakat seperti itu. individu-individu menjadi artifisial, baik arti, posisi, maupun
fungsinya. Setiap individu mendapatkan arti dari masyarakatnya sedemikian rupa sehingga
potensi individualnya tidak berkembang wajar, yang oleh karena itu masyarakat senantiasa
aman dan tentram dalam segala kegelisahan individual. Dingin di luar, tetapi mendidih di
dalam. Ini sungguh berbahaya.

2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERPIKIR

Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu
struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut sebagai makhluk yang
berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale.

Selanjutnya dengan pemikirannya yang kritis dan kreatif manusia memikirkan dirinya
sendiri, yaitu hakikatnya sebagai manusia. (Hakikat manusia adalah makhluk Tuhan yang
eksis dalam diri-pribadinya yang otonom, berjiwa-raga, dan berada dalam sifat hakikatnya
sebagai makhluk individu yang memasyarakat). Pemahaman tentang hakikat pribadi ini
membuat manusia sadar akan adanya berbagai persoalan hidup yang justru bersumber dari
kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhannya bagi setiap unsur hakikat pribadinya
itu. Kemudian ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya
tujuan hidupnya. Untuk itulah manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikirannya,
dari yang mistis-religius menuju ke ontologistilsafatan, sampai akhirnya kepada taraf yang
paling konkret-fungsional.

PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT

1. PENGETAHUAN

Beberapa pemikir filsafat menyimpulkan adanya empat gejala tahu, yaitu :

 Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu


 Selanjutnya, nampak gejala bahwa tahu yang memuaskan manusia itu adalah tahu
yang benar: tahu yang tidak benar disebut keliru.
 Tahunya manusia tentang sesuatu bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir.
 Oleh karena manusia mengadakan putusan, maka manusia yang tahu itu, tahulah ia
bahwa ia tahu.

Orang yang tahu disebut pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu.

(9)
2. ILMU

Ilmu manusia adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang
objek tertentu. Ilmu pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu
manusia yang tidak berkesudahan terhadap objek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan
kesaksian indra, karena indra dianggap sering menipu.
Ada enam sistem lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan, yaitu

 Sistem tertutup
 Sistem terbuka
 Sistem alama
 Sistem buatan
 Sistem yang berbentuk lingkaran
 Sistem yang berbentuk garis lurus

3. FILSAFAT

Menurut arti kata, filsafat terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan sophia yang
berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar
atau yang berkobar-kobar atau vang sungquh-sungguh. Kebijaksanaan artinva kebenaran
sejati atau kebenaran vang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang
sungguh akan kebenaran sejati.

Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menvelidiki hakikat
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau
esensi segala sesuatu. Dengan cara ini maka jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran
yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya.

Dengan pengertian khusus, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup
lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks maka timbul berbagai pendapat
tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing.

PARADIGMA-PARADIGMA FILSAFAT

1. PERBEDAAN PARADIGMA MODERNISME DAN POSTMODERNISME

Postmodernisme, sebagi paradigma tidak memiliki bentuk tubuh yang utuh seperti
Postmodernisme, modernisme, tetapi sebagai ia paradigma, "merepresentasikan tidak
memiliki bersatunya bentuk unsur-unsur tubuh yang utuhdari orientasi yang berbeda-beda
dan bahkan bertentangan" (Resenau, 1992, dalam Triyuwono). Postmodernisme tidak
memperhatikan tapal batas yang ketat dari isme yang membatasi isme yang satu dengan isme
yang lain. Ini berarti postmodernisme menyesuaikan, mentrasformasikan, dan
mentransendensikan, misalnya, strukturalisme, romantisisme, fenomonisme, nihilisme,
peulisme, eksistensialisme, herminetika, marxisme barat, teori kritik, dan anarkhisme.

(10)
Dalam melihat realitas, postmodernisme cenderung untuk mengatakan bahwa tidak ada
alat yang cukup untuk mempresentasikan realitas. la juga menolak pandangan realitas yang
mengasumsikan adanya kebebasan (independent) dari proses mental individual dan
komunikasi intersubyektif (Resenau, 1992). Sebaiknya, modernisme mengklaim bahwa
realitas eksternal dapat ditemukan, digambarkan, dan dipahami. Fakta yang mengatakan
modernisme dapat menemukan realitas sebenarnya didasarkan pandangan realisme (realism).
Realisme menyakini realitas sebagai "dunia nyata yang tersusun atas struktur yang keras,
berwujud, dan relatif permanen" (Burrell dan Morgan 1979). Bagi seorang realis, realitas
sosial eksis secara independen dari pelaku sosial dan berada "di luar sana" realitas sosial
sudah ada sebelum individu itu masuk (Morgan dan Smircich, 1980)

Sementara beberapa postmodernisme sebaliknya mengambil pandangan nominalisme


(nominalism). Nominalisme memahami bahwa "realitas sosial yang berbeda secara eksternal
dari kognisi seseorang tersusun tidak lebih dari namanama, konsep-konsep, dan label-label
yang digunakan untuk menyusun realitas dan "dimanfaatkan" sebagai kreasi artivisial yang
kegunaannya didasarkan pada kenyamanan untuk "mendiskripsikan, memahami, dan
menegosiasi dunia eksternal" (Burrel dan Morgan, 1979).

2. PARADIGMA INTERPRETIF

Pendekatan dalam dalambingkai bingkai positivisme sangat bertolak-belakang dengan


pendekatan bingkai interpreatif. Dalam pendekatan Interpreatif telah dipasang pendekatan
rambu-rambu bahwa prinsip-prinsip yang terdapat dalam ilmu alam tidakbisa diambil dan
dimasukkan begitu saja ke dalam ilmu-ilmu sosial. Karakteristikilmu sosial sangat berbeda
dengan karakteristik ilmu alam, sehingga bagipaham interpretif, sumber dari perilaku sosial
dalam tataran ontologianggap tidak terletak di luar aktor. Hal itu berarti bahwa realitas sosial
sebenarnya secarasadar dan secara aktif dibangun sendiri oleh individu-individu. Setiap
individu mempunyai potensi untuk memberi makna apa yang dilakukan. Realitas sosial
adalah produk dari interaksi antar individu yang sangat sarat makna.

Apabila ditinjau dari prinsip dasar yang dikembangkan oleh interpretif, ada tiga prinsip dasar
dalam membaca fenomena, yaitu:

 individu menyikapi sesuatu atau apa saja yang ada di lingkungannya berdasarkan
makna sesuatu tersebut pada dirinya;
 Makna tersebut diberikan berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan pr individu
lain, dan
 Makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses interpretif
yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dijumpainya.

Ketiga prinsip dasar tersebut pertama-tama disusun oleh asumsi bahwa setiap individu
bisa melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat orang lain. Individu juga tidak pasif,
memiliki kemampuan untuk membaca situasi yang melingkupi hidupnya. Pola interaksi yang
dikembangkan oleh individu dalam aktivitas sosialnya.

(11)
3. PARADIGMA KRITIKAL

Dalam ilmu sosial banyak ahli mengarakteristikkan paradigma penelitian. Burrel dan
Morgan (1994:3) mengategorikan ilmu sosial dalam empat paradigma, yaitu paradigma
fungsionalis, interpretatif, radikal humanis, dan radikal strukturalis. Dari keempat paradigma
ini, masing-masing mempunyai konsekuensi yang berbeda dalam penelaahan penelitian.
Dapat dipastikan bahwa setiap paradigma akan mempunyai penekanan dalam
membahas/meneliti suatu masalah/fenomena yang akan diriset. Keempat paradigma ini
bersumber pada mekanisme asumsi yang bersumber pada dua dimensi ekstrem, yaitu dimensi
subyektif dan obyektif.

Menurut Trivuwono (1998;4), paradigma kritikal merupakan paradigma yang


menganggap bahwa penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengekspose hubungan
nyata (real relations) yang di bawah "permukaan" mengungkap mitos dan ilusi, dan
menekankan pada usaha menghilangkan kepercayaan dan ide-ide yang salah, menekankan
pada pembebasan dan pemberdayaan.

4. PARADIGMA STRUKTURALIS RADIKAL

Humanis radikal menempa perspektif dengan memfokuskan atas kesadaran sebagai dasar
untuk kritik radikal dari masyarakat. Mereka menekankan pada kenyataan bahwa perubahan
radikal dibangun dengan sangat alami dan pada struktur masyarakat masa kini, di mana
mereka mencari untuk memberi penjelasan antar hubungan dasar dalam konteks bentuk total
sosial. Secara umum semua teori memandang bahwa masyarakat pada masa kini
berkarakteristik dengan konfliktasar yang menelorkan perubahan radikal melalui krisis politik
dan ekonomi.

Keberadaan paradigma humanis radikal dan strukturalis radikal menurut pandangan


Ghozali(1996; 47-49) merupakan pendekatan radikal yang memandang masyarakat terdiri
dari elemen-elemen yang saling bertentangan satu sama lain dan diatur oleh sistem kekuasaan
yang pada gilirannya menimbulkan ketidak-adilan dan keterasingan dalam segala aspek
kehidupan. Pendekatan ini berhubungan dengan pengembangan pemahaman akan dunia
sosial dan ekonomi dan juga kritik terhadap status.

(12)
BAB III
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU

Setelah dibaca dan dianalisis, maka reviewer dapat mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan buku ini.

3.1 KEUNGGULAN

1. Tampilan luar (cover) buku ini menarik. Perpaduan gambar pada cover dengan layout
yang bagus membuat tampilan buku ini bernilai plus.
2. Penggunaan kertas dan tingkat keterbacaan teks yang telah sempurna
3. Materi yang ditawarkan adalah materi yang bersifat baru (update) sesuai dengan
perkembangan yang sedang berlangsung serta kompleksitasnya sesuai dengan apa
yang diharapkan (tidak kurang dan tidak berlebihan).
4. Penyampaian materi yang ringkas dan tepat sasaran, tidak berbelit-belit menjadikan
isi buku ini menjadi satu bacaan yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan
5. Sistematika penyampaian informasi yang runtut menimbulkan informasi yang
disampaikan saling berhubungan dan memudahkan pembaca untuk memahami isi
bacaan secara holistik dan koheren.
6. Didalam buku terdapat lampiran-lampiran yang dapat membantu pembaca semakin
memahami konsep yang telah dibaca sehingga pemahaman pembaca akan semakin
terasah dan terarah.
7. Buku ini menggunakan referensi yang terpercaya dalam memberikan sumbangsih
pemikiran.
8. Dalam buku ini ditemukan skema atau bagan yang menjelaskan sebagaian dari materi
yang disuguhkan. Hal ini akan membuat kesan buku tidak hanya terpaku pada teks
yang menimbulkan kesan monoton dan membosankan.
9. Sistematika penulisan pada buku ini telah memenuhi kaidah penulisan buku yang baik
dan benar. Dimulai dari tampilan luar hingga daftar pustaka semuanya telah
memenuhi kaidah yang telah ditetapkan.

3.2 KEKURANGAN

1. Terdapat beberapa  kata yang sulit dimengerti

(13)
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Setelah menganalisis buku ini, maka reviewer dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
mengkritik buku ini bertujuan untuk menemukan keunggulan dan kelemahan buku demi
terwujudnya pemahaman terhadap karya tulis yang berkualitas sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional bangsa Indonesia. Dalam buku yang berjudul Filsafat pendidikan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Filsafat pendidikan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bagaimana cara mejadi seorang pendidik yang bertanggung jawab.

4.2 SARAN
Demi terwujudnya sebuah karya tulis yang bernilai tinggi dari segi penampilan dan
juga muatan materi ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh karya tulis berupa buku
yaitu :
Identitas yang jelas, konsep yang pasti, mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang telah
disepakati, muatan materi yang tepat sasaran dan pengembangan materi yang sesuai dengan
konsep yang ditawarkan. Buku ini dinilai telah layak untuk digunakan sebagai sumber belajar
karena telah memenuhi kriteria yang diharapkan dari sebuah karya tulis berupa buku. Setelah
membahas tentang teknolgi busana diharapkan para pemabaca dapat mengetahui hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan saat menjahit, mengetahui teknik-teknik menjahit dengan tepat
dan mampu menjadi penjahit yang memiliki kualitas yang tinggi.

(14)
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Jalaluddin.H. dan Prof.Dr.Abdullah Idi.H, M.Ed.2014.Filsafat Pendidikan.Jakarta :
Rajawali pers

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP dan Dr. Ir. SRDm Hanafie, MP. 2019. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, Yogyakarta : ANDI

(15)

Anda mungkin juga menyukai