Anda di halaman 1dari 4

Resume Adaptasi Fisiologis dalam Masa Kehamilan: Sistem

Kardiovaskuler, Respirasi, Pencernaan, dan Urinaria

Oleh Nur Azizah, 1806140224

Adaptasi sistem kardiovaskuler

 Terjadi untuk menyeimbangkan perubahan rahim yang membesar dan


plasenta yang membutuhkan banyak darah.
 Volume darah akan mengalami peningkatan sekitar 1.500 ml atau 50%
pada plasma darah dan peningkatan sel darah merah yaitu sekitar 25%
sampai 33% bila dibandingkan dalam keadaan tidak hamil (Ricci & Kyle,
2009). Adanya ketidakseimbangan antara plasma darah dan sel darah
merah menyebabkan berkurangnya hematocrit dan hemoglobin (bila
kurang dari 11 g/dL akan terkena anemia) (Eddy, 2017). Peningkatan ini
dilakukan untuk mendukung pembesaran rahim, menyediakan makanan
cadangan apabila kehilangan banyak darah ketika melahirkan atau post-
partum, meningkatkan metabolism ibu, dan meningkatkan perfusi organ
lain contohnya adalah ginjal ibu yang harus mengekskresikan kotoran ibu
dan janin (Ward & Hisley, 2009).
 Keluaran jantung dan denyut jantung pada ibu hamil mengalami
peningkatan CO dalam darah dari 30% menjadi 50% pada minggu ke-20
sampai ke-32 kehamilan (Ricci & Kyle, 2009). Peningkatan CO tersebut
dihubungkan dengan adanya peningkatan aliran balik vena dan output
ventrikel kanan yang besar, utamanya diposisi lateral kiri (Ward & Hisley,
2009). Denyut jantung juga mengalami peningkatan 10 bpm sampai 15
bpm pada minggu ke-14 hingga ke-20 dalam masa kehamilan dan akan
berlanjut sampai melahirkan (Eddy, 2017). Adanya peningkatan denyut
jantung tersebut menyebabkan terjadinya hipertrofi selama masa
kehamilan.
 Tekanan darah diastolic akan mengalami penurunan akibat adanya
vasodilatasi perifer yang dipengaruhi oleh hormone progesterone (Ricci &
Kyle, 2009). Tekanan diastolic yang turun 10 mmHg hingga 15 mmHg
menuju ke titik terendah yang biasa terjadi pada pertengahan kehamilan
atau trisemester kedua dan akan kembali ditingkat steroid pertama (Eddy,
2017). Pada trisemeter pertama, tekanan darah akan tetap sama seperti
sebelum mengalami kehamilan. Adanya kenaikan tekanan darah yang
signifikan harus diawasi untuk menghindari hipertensi gestasional. Ketika
mengalami kehamilan juga bisa terjadi hipotensi ortostatik (Eddy, 2017).
Hipotensi ortotastik terjadi karena darah kembali ke jantung tepatnya
bagian cava berkurang sehingga bisa memunculkan rasa sakit kepala
ringan, pingsan, dan jantung berdebar.
 Komponen darah terutama jumlah sel darah merah mengalami
peningkatan dari 25% sampai 33% dari keadaan sebelum hamil (Ricci &
Kyle, 2009). Selain itu, ada peningkatan yang lebih besar terjadi pada
plasma darah. Peningkatan ini disebabkan oleh factor hormonal dan retensi
natrium air yang mengakibatkan nilai hemoglobin normal dan
hematocritnya turun. Adanya serat dan kadar serat dalam plasma
meningkat, bersamaan dengan peningkatan factor pembekuan darah yang
membuat kehamilan dapat menjadi hiperkoagulatif (Ricci & Kyle, 2009).
Selain itu, juga bisa menyebabkan hyperemia panggul dan tekanan pada
uterus dipembuluh darah pelvis, edema perifer dalam 6 minggu terakhir,
dan hipoksia janin (Eddy, 2017).

Adaptasi fisiologis system respirasi

 Terjadi karena rahim yang tumbuh serta meningkatnya hormone


progesterone menyebabkan perbedaan fungsi paru-paru pada masa
kehamilan
 Peningkatan besarnya Rahim akan menggeser diafragma sampai 4 cm dari
posisi normal (Ricci & Kyle, 2009). Selain diafragma, lingkar dada
meningkat 2 sampai 3 inci, diameter transversal naik 1 inci, dan volume
tidal meningkat berawal dari 30% menjadi 40% (500 ml menjadi 700 ml)
yang menyebabkan pernapasannya menjadi lebih dalam dan cepat (Ricci
& Kyle, 2009). Pada ibu hamil juga dapat terjadi hiperventilasi karena
kebutuhan peningkatan pengeluaran CO2 dari janin (Eddy, 2017).
 Banyak ibu hamil yang mengeluhkan kesulitan dalam bernapas, sehingga
perawat harus menawarkan jaminan dan edukasi selama perubahan yang
terjadi ketika hamil adalah gejala normal (Ward & Hisley, 2009).
Pengecilan rongga hidung (mampat) sebagai bentuk tingginya kadar
estrogen. Dalam keadaan hamil dengan kondisi istirahat dan mengambil
napas dengan kepala terangkat akan meningkatkan rasa sesak seperti
adanya penyakit asma dan emfisema (Ricci & Kyle, 2009). Apabila
kondisinya semakin memburuk, ibu hamil tersebut harus segera pergi ke
pelayanan kesehatan.

Adaptasi fisiologis system pencernaan

 Adaptasi yang terjadi pada ibu hamil diawali di bagian mulut dan faring.
Pada saluran tersebut, gusi ibu hamil mengalami hiperemis, bengkak,
rapuh, dan mudah untuk berdarah. Selain itu, produksi saliva juga
mengalami peningkatan (Ricci & Kyle, 2009).
 Saluran kerongkongan mengalami penurunan tekanan tonus sfingter
esophagus sehingga meningkatkan risiko mulas.
 Pada bagian perut, terjadi penurunan tonus dan mobilitas sehingga waktu
untuk mengosongkan lambung menjadi tertunda, mengakibatkan
meningkatnya risiko refluks dan mual muntah, serta akan berkurang
ditrisemester pertama (Eddy, 2017). Tetapi juga, terjadi penurunan
keasaman lambung dan keluaran histamin yang bisa menyembuhkan
gejala penyakit tukak lambung.
 Pada bagian usus, terjadi penurunan motilitas tonus usus karena
meningkatnya waktu transit makanan sehingga menyebabkan tingginya
risiko sembelit dan fluida (Ricci & Kyle, 2009). Selain itu, organ usus
tidak memiliki asupan cairan dan serat yang cukup sehingga dapat
menyebabkan wasir.
 Kantung empedu juga mendapatkan pengaruh yaitu penurunan tonus dan
motilitas yang meningkatkan risiko terbentuknya batu empedu. Nafsu
makan dan rasa haus pada ibu hamil juga meningkat, serta adanya rasa
pengembangan mengidam makanan (Eddy, 2017).
 Untuk ibu hamil yang sudah tua atau obesitas dapat mengalami hernia
hiatal.

Adaptasi fisiologis system urinaria

 Pelvis ginjal mengalami pelebaran. Terjadinya dilatasi pelvis dan uterus


yang diakibatkan oleh tekanan besar dari uterus.
 Ureter terutama ureter bagian kanan menjadi panjang, lebar, dan lebih
melengkung diatas pelvis (Ricci & Kyle, 2009).
 Nada kandung kemih mengalami penurunan dan bertambah dua kali lipat
kapasitasnya hingga 1500 ml (Ricci & Kyle, 2009). Hilangnya nada dalam
kandung kemih disebabkan oleh hormone progesterone yang tinggi.
Peningkatan laju filtrasi glomerulus (GFR) 40% sampai 60% pada akhir
trisemester pertama (Eddy, 2017).
 Terjadi peningkatan frekuensi buang air kecil yang disebabkan karena
meningkatnya sensitivitas dan berat uterus pada akhir kehamilan. Aliran
darah ke ginjal mengalami peningkatan 50% sampai 80% sebagai akibat
peningkatan curah jantung.
 Fungsi ginjal akan lebih efisien dengan posisi teletang lateral sehingga
dapat meningkatkan pengeluaran urin dan mengurangi edema.

Daftar Pustaka

Desiana, Sandra. (2018). Asuhan Kebidanan Continuity of Care Pada Ny E Masa


Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencaan di PMB RB Fauziah Katini
S.ST Pulung Ponorogo. Retrieved from
http://eprints.umpo.ac.id/4206/3/BAB%20II%20ACC.pdf
Eddy, Julie. (2017). Nursing Key Topics Review: Maternity. United States of
America: Elsevier
Ricci, Susan S. dan Kyle, Terri. (2009). Maternity and Pediatric Nursing. China:
Wolters Kluwer Health
Ward, Susan L. dan Hisley, Shelton M. (2009). Maternal-Child Nursing Care:
Optimizing Outcomes for Mothers, Children and Families. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai