Anda di halaman 1dari 9

Artikel 1 : Benefits of Artificial Intelligence Learning and Its Applications for Informatics and

Computer Students
Pendahuluan :

Logika merupakan studi penalaran, yaitu cara berpikir dengan mengembangkan sesuatu
berdasarkan akal budi dan bukan perasaan. Pelajaran logika difokuskan pada hubungan antara
pernyataanpernyataan. Saat ini logika memiliki aplikasi yang luas, salah satunya adalah
kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Kecerdasan Buatan adalah kecerdasan yang
ditunjukan oleh suatu entitas buatan. Kecerdasan buatan ini sebagian besar peranannya
diterapkan kepada Sistem Robotika saat ini. Robot merupakan suatu mesin yang telah dirancang
untuk melakukan berbagai macam aktifitas tanpa adanya campur tangan Manusia.Hal ini perlu
dipelajari oleh Mahasiswa Informatika dan Komputer dalam mengembangkan Ilmunya yang
diarahkan kepada penanganan Kerja sesuai dengan kebutuhan Masyarakat. Perkembangan Robot
di Indonesia sendiri telah banyak mengukir prestasi yang dapat dibanggakan. Tapi Kecerdasan
Buatan bukan hanya untuk merancang Robot saja atau bukan hanya Sistem Robotika saja,
melainkan diaplikasikan kepada Sistem Pengolahan Data juga dan seorang pakar atau seorang
akhli untuk merancang kemampuannya. Dalam Journal ini Penulis menguraikan tentang
pentingnya pembelajaran Kecerdasan Buatan oleh Mahasiswa Informatika dan Komputer.
Dikarenakan adanya kegiatan dan pelayanan kebutuhan Masyarakat yang mendesak dengan
menggunakan Sistem Komputerisasi di tempat kerjanya masing-masing. Juga untuk
mengembangkan Software atau Perangkat Lunak Komputer, untuk mengantisipasi dan
menangani pekerjaan dan pelayanan jika seorang pakar berhalanga

Metode Penelitian :

Metode Penelitian dilakukan untuk memperoleh Data sebagai bahan pembuatan jurnal didapat
dengan cara : Wawancara dilakukan terhadap salah seorang Mahasiswa Jurusan Teknik
Informatika dan Sistem Informasi USB YPKP Bandung, untuk mengetahui kemampuan
Mahasiswa cara berpikir dan cara mengembangkan Logika dalam merancang Sistem Perangkat
Lunak.

Observasi Observasi dilakukan langsung meninjau dan memberikan Tugas dalam mata kuliah
Rekayasa Perangkat Lunak ( RPL ). Serta berdiskusi dengan Mahasiswa tentang pentingnya
penggunaan Sistem Perangkat Lunak dibidang Informatika dan Komputer, kemudian bagaimana
mengatasi kebutuhan Masyarakat dalam waktu singkat maka dibuatlah Sistem Kecerdasan
Buatan/Artificial Intellegence. 3. Studi Pustakadilakukan untuk mencari Reperensi yang sesuai
dengan masalah yang penulis bahas, yaitu tentang Sistem Komputerisasi, Perangkat Lunak,
Sistem Kecerdasan Buatan, dan Rekayasa Perangkat Lunak yang berhubungan dengan materi
yang akan diajarkan kepada Mahasiswa , sebagai bahan acuan untuk pembuatan jurnal ini, yang
diaplikasikan kepada manpaatnya bagi Mahasiswa Informatika dan komputer untuk menangani
pekerjaannya

Hasil dan Pembahasan :

Pada dasarnya AI Atau Kecerdasan Buatan adalah suatu pengetahuan yang membuat Komputer
dapat meniru kecerdasan dan Kemampuan Manusia. Sehingga Komputer dapat melakukan hal-
hal yang dikerjakan Manusia dalam pelayanannya.Misalkan melakukan analisa penalaran untuk
mengambil suatu kesimpulan atau keputusan atau penerjemahan dari satu Bahasa ke Bahasa
lain.Kecerdasan buatan merupakan suatu bagian dalam bidang sains komputer yang mengkaji
tentang bagaimana untuk melengkapi sebuah komputer dengan kemampuan atau kepintaran
seperti manusia . Sebagai contoh bagaimana komputer bisa belajar sendiri dari pengalaman dan
data-data yang telah dikumpulkannya, bagaimana komputer mampu berkomunikasi dan
mengucapkan kata demi kata. Dengan kemampuan ini, diharapkan komputer mampu mengambil
keputusan sendiri untuk berbagai kasus yang ditemuinya. Memecahkan persoalan yang spesifik.
Biasanya disebut juga dengan ExpertSystem, atau sistem pakar. Misalnya bagaimana seorang
Dokter mengatakan penyakit seseorang, mulai dari tanya jawab, pemeriksaan kondisi tubuh
seperti mata, tekanandarah, suhu tubuh dan sebagainya. Langkahlangkah ini pulayang berusaha
diterapkan ke komputer yang mampu berpikir seperti pakar tersebut. Masalah ini juga bisa
diterapkan pada Sistem kerja Robotika.

Kesimpulan
Dari Pembelajaran Kecerdasan Buatan kepada Mahasiswa Jurusa Teknik Informatika dan
Komputer dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain. 1). Mahasiswa akan mampu
menerapkan Perancangan Software ke bidang kerja yang ditangani oleh Masyarakat sesuai
dengan Kebutuhannya. 2). Mahasiswa akan dapat meningkatkan kemampuan dalam berpikir
secara Logik untuk memahami cara kerja suatu alat yang digunakan untuk melaksanakan
Pekerjaan 3). Mahasiswa dapat merekayasa Software yang disesuaikan dengan keahlian seorang
Pakar, untuk membantu pekerjaan dalam bidang Pelayanan kepada Masyarakat. 4). Mahasiswa
mampu merekayasa Sistem Komputerisasi, dalam bentuk pengendalian Data dalam memberikan
Informasi, baik pekerjaan, Pendidikan, maupu Peneltian. 5)/ Mahasiswa dapat mengembangan
Rancangan Sistem Software ke arah Praktisi dan Teoritis, unuk mengahadi perkembangan
Sistem di masa yang akan datang, dengan bantuan Teknologi Kecerdasan dalam bidang Bisnis
dan Pekerjaan

Artikel 2 : The Epistemology of Artificial Intelligence (AI) and the Importance of Ethics in
Interdisciplinary Education

Pendahuluan :

Pendahuluan Saat ini kita sedang berada di tengah-tengah Revolusi Industri Keempat. Revolusi
Industri Pertama yang terjadi pada abad kedelapanbelas dan berlanjut hingga abad
kesembilanbelas terjadi dengan peralihan masyarakat agraris ke arah masyarakat industri dengan
ditemukannya mesin uap. Revolusi Industri Kedua secara umum dikaitkan dengan tahun 1870-
1914 yang dicirikan dengan penemuan baru bentuk-bentuk energi seperti listrik, minyak, dan
baja yang menjadi dasar penemuan telefon, bohlam, dan mesin-mesin berbahan bakar. Revolusi
Industri Ketiga mengacu kepada kemajuan teknologi modern, contohnya miniaturisasi yang
menjadi dasar penggunaan komputer oleh setiap orang; Internet yang memberikan akses
terhadap dunia pengetahuan secara luas dengan begitu mudahnya; dan kemajuan dalam dunia
komunikasi seperti munculnya smartphone, Facebook, Instagram, Twitter, dan perangkat media
sosial yang lain (Girasa, 2020). Kemajuan teknologi khususnya tentang aplikasi pengetahuan
praktis yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, telah mempertinggi kurva penciptaan
micro-computer chips yang disandingkan dengan Internet akan segala hal (IoT) yang mengubah
cara kita berpikir, bertindak,

belajar, dan melakukan aktivitas dan kesibukan harian kita. Arus deras ini, yang lebih sering
disebut sebagai “hot area”, semakin meningkatkan investasi uang dan waktu yang
mengakibatkan “disrupsi” dalam hidup sehari-hari. Salah satu disrupsi yang tak boleh diabaikan
adalah disrupsi Artificial Intelligence (AI). Artificial intelligence (AI) adalah ‘payung istilah’
untuk menyebut simulasi proses kecerdasan dan pemikiran manusia oleh mesin-mesin yang
terhubung dengan lautan data dan informasi. Mesin-mesin dibuat hampir menyerupai kapasitas
dan kecerdasan manusia itu sendiri (Pabubung, 2021). Hingga kini, AI bisa terlihat secara nyata
mulai dari aplikasi telepon pintar hingga mobil autokemudi; mulai dari mesin-mesin otomatis
dan robot-robot di perusahaan-perusahaan hingga kamera-kamera pengawas (facial recognition)
di sudut-sudut jalan. Kita juga mengenal adanya alat-alat canggih seperti Alexa, Siri, Cortana,
dan Google Assistant, yang merupakan semacam asisten cerdas untuk mempermudah hidup
masyarakat urban. Perkembangan AI sangat berpotensi untuk menciptakan perubahan masif
dalam cara kita bertindak dan menjalani kehidupan sehari-hari (Pabubung, 2021). Disrupsi
adalah sebuah fakta hidup yang terjadi terus-menerus manakala proses dan penemuan baru
memasuki dunia pasar. Dalam disrupsi, kecemasan dan ketakutan menjadi hal yang pasti.
Banyak pekerjaan yang akan hilang dengan sendirinya sebagai dampak dari suatu inovasi. Meski
demikian akan lahir pula profesi-profesi baru, entah secara langsung atau tidak langsung, sebagai
imbas dari teknologi-teknologi baru (Girasa, 2020). Perkembangan AI sesungguhnya
menyisakan sebuah permasalahan mendasar yang lebih dari sekadar disrupsi. Sepertinya ada
dimensi terdalam kemanusiaan yang terdampak oleh perubahan teknologi yang masif ini. AI
tidak sekadar persoalan ekonomi, pendidikan, dan sosial politik. Ada hal mendasar dari sisi
kemanusiaan yang tampaknya disasar oleh teknologi canggih ini (Pabubung, 2021)

Metode Penelitian :

Tulisan ini menggunakan metode kualitatif melalui analisis literatur. Data yang digunakan dalam
tulisan ini berasal dari jurnal, buku, dan artikel yang terkait dengan epistemologi, etika, artificial
intelligence, dan pendidikan interdisipliner dengan fokus pada terbitan sepuluh tahun terakhir.
Kajian ini menggunakan artificial intelligence sebagai objek material dan epistemologi sebagai
objek formal..

Hasil dan Pembahasan :

John L. Pollock (1940-2009), seorang filsuf dari Amerika bidang Epistemologi dan AI,
mengatakan bahwa epistemologi terkait dengan ragam pertanyaan, namun satu pertanyaan pokok
terkait epistemologi adalah apa yang bisa disebut sebagai “pemeliharaan keyakinan rasional
(rational belief maintenance)”. Ini menyangkut bagaimana mempertahankan dan membarui
(update) sistem keyakinan-keyakinan kita sebagai tanggapan terhadap input-input indra yang
baru dan terhadap ‘pertanggungjawaban’ lanjutan (further reasoning) atas keyakinankeyakinan
terdahulu yang kita anut (Pollock, 1990). Pollock menggunakan istilah ‘pertanggungjawaban’
(reasoning) dalam pengertian yang luas. Menurutnya, pertanggungjawaban teoretis perlu
manakala kita mau mengadopsi teori yang baru dan ‘memperbaiki’ keyakinan-keyakinan lama.
Hal ini melahirkan sebuah istilah teknis “pembenaran epistemik” (epistemic justification).
Pembenaran epistemik mengandung keyakinan-keyakinan yang dianut dalam kaitan dengan
aturan pemeliharaan keyakinan (belief maintenance) yang terkandung dalam arsitektur rasional
kita. Epistemologi adalah menyangkut kompetensi mempertanggungjawabkan secara rasional
(reasoning competence) (Pollock, 1990; Fumerton, 2017).

Dari sisi metode, lantaran AI menjadi bagian dari “ilmu sosial-kebudayaan”, ia harus
menggunakan logika “ilmu sosial-kebudayaan” yang dapat memperluas cakupan metodenya.
Ilmu sosial-kebudayaan adalah ilmu empiris yang membangun pengetahuan dari observasi halhal
partikular. Namun demikian, ilmu ini tidak mengabstraksi pengetahuan dari hal-hal partikular.
Data dikumpulkan dari kasus-kasus individual, dipahami, lalu menemukan penyebab umum.
Dapat dikatakan bahwa ilmu ini tidak bermaksud mengekstraksi singularitas, tetapi menyelidiki
kasus-kasus paradigmatis dan menjelaskan penyebab kasus individual tersebut di bawah studi
yang berlaku secara umum (Ganascia, 2010).

Dari sisi objek kajian, AI dapat berfokus pada dimensi kebudayaan dunia di mana terdapat ragam
aplikasi bermakna. Ilmu-ilmu teknologi dan informasi berkontribusi besar bagi kemajuan
pengetahuan khususnya karena zaman sekarang ini disebut-sebut sebagai “knowledge age”, dan
juga bagi kemanusiaan di saat AI sering terdengar sebagai ‘ancaman’ bagi manusia. Namun,
demikian dalam kenyataan, menjadi hal yang patut disayangkan karena AI belum berpartisipasi
secara aktif dalam evolusi kebudayaan, sebagai konsekuensi dari pengembangan teknologi
informasi (Ganascia, 2010). AI tidak dapat direduksi baik kepada “Ilmu Alam” [metode induktif]
maupun kepada “Ilmu Sosial-Kebudayaan” [metode deduktif]; inilah yang disebut oleh Ricket
sebagai intermediary domain. Hal ini tidak hanya memiliki implikasi filosofis terhadap status
epistemologis AI, tetapi juga memiliki konsekuensi praktis baik dalam hal objek ataupun metode
AI. Oleh karena itu kajian ilmu humaniora terhadap AI bukanlah kajian ‘tambahan’ atau
pelengkap tetapi merupakan kajian esensial bagi pengembangan AI.

Kesimpulan :

Untuk memfasilitasi tujuan baik ini dibutuhkan dua hal (a) kurikulum tentang pengetahuan dasar
AI dan dignitas manusia di sekolah menengah kejuruan (SMK); (b) mata kuliah dasar tentang
dasar-dasar AI dan Etika di setiap program studi pada perguruan tinggi baik swasta maupun
negeri. Mengapa SMK? Lulusan SMK adalah mereka yang sudah siap untuk terjun di dunia
kerja. Kebanyakan dari mereka terjun ke dalam dunia industri teknologi yang berkaitan langsung
dengan AI di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan etika dasar adalah hal yang wajib untuk
SMK. Tujuannya adalah untuk menghasilkan ‘calon-calon pemain’ yang sportif dan fair.
Mengapa AI dan Etika perlu menjadi mata kuliah dasar di setiap program studi? Ini sangat erat
kaitannya sebagai ‘para pemain’ dan ‘para penonton’. Sebagai calon pemain khususnya mereka
yang mengambil bidang teknologi informatika, computer science, dan manajemen bisnis, mereka
perlu dibekali dasar-dasar etika, misalnya melihat apakah produk ciptaan atau gagasan mereka
tentang teknologi canggih berbasis AI tidak diskriminatif dan tidak melanggar privasi setiap
individu. Di era AI, kita semua akan menjadi konsumen AI [bahkan juga produsen] dalam arti
tertentu. Dalam analogi pertandingan sepak bola kita ibarat para penonton. Kita semua perlu
dibekali pemahaman mendasar mengenai dasar-dasar AI dan dignitas manusia demi membentuk
diri sebagai ‘konsumen kompeten’ atau ‘penonton yang sportif’. Ada sebuah fakta menarik.
Berdasarkan survei pribadi melalui google form pada tanggal 15-22 April 2021 kepada
mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya-Yogyakarta, sebanyak 93.3%
dari 60 responden menyetujui perlunya mata kuliah dasar-dasar AI dan Dignitas Manusia (Etika)
di setiap program studi. Antusiasme para peserta didik seperti ini bisa menjadi salah satu
indikator bagi universitas untuk mempertimbangkan perlunya pendidikan interdisipliner
khususnya soal AI dan Etika di era AI yang sedang dan akan kita hadapi. Kolaborasi AI dan
Etika diharapkan menjadi pintu untuk memasuki ranah kemampuan sintesis dan evaluasi bagi
setiap peserta didik..

Artikel 3 : Implementation of Artificial Intelligence in Mapping Characteristics, Competencies,


and Psychological Developments of Elementary School Students Through Offline Platforms
Pendahuluan :

Kita tidak sadar bahwa perkembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Sains)
terjadi dengan cepat. Perkembangan IPTEKS tidak hanya terjadi di dunia industri, ekonomi,
politik, lingkungan, akan tetapi juga telah merambah ke dunia pendidikan. Perkembangan
IPTEKS yang diiringi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi akan membawa kemanfaatan bagi
semua orang yang menggunakan teknologi tersebut. Dampak negatif pun dapat dikurangi dengan
adanya sikap kehati-hatian dan rasa tanggung jawab yang tinggi. IPTEKS telah memberikan
perubahan yang masif bagi sendi-sendi kehidupan manusia. Banyak manfaat yang dapat diambil
dari perkembangan IPTEKS, salah satunya yakni dalam dunia pendidikan. Peran IPTEKS dalam
dunia pendidikan diantaranya dapat memudahkan guru untuk mengakses sumber belajar melalui
internet. Meskipun begitu, hadirnya teknologi mutakhir dalam dunia pendidikan dirasa masih
sangat minim ditemukan terutama di Indonesia.

Berbagai kendala muncul seperti akses sekolah yang masih sulit, infrasturktur kurang maksimal,
dan masalah-masalah lain. Salah satu teknologi mutakhir yang dapat diterapkan pada dunia
pendidikan yakni teknologi artificial intelligence atau sering disebut sebagai kecerdasan buatan.
AI (Artificial Intelligence) merupakan teknologi yang dapat digunakan manusia sebagai asisten
bergerak layaknya robot namun keberadaannya berupa tampilan virtual dalam suatu sistem
komputer. AI dapat diibaratkan sebagai otak suatu robot. Beberapa pakar kesulitan
mendefinisikan AI karena kaitannya dengan beberapa ilmu interdisipliner seperti antropologi,
biologi, sains komputer, linguistik, filsafat, psikologi, dan neurosains. Secara keseluruhan
memang pembahasan mengenai AI cukuplah luas dan beragam karena unsur yang membangun
sebuah teknologi AI tidak lah dikaji menggunakan satu sudut pandang, namun dari berbagai
sudut pandang. Dapat diambil contoh misalnya di suatu kota akan diterapkan teknologi AI yang
berfungsi untuk menyiram tanaman di alun-alun dan daerah sekitarnya. Apabila ditinjau dari
sudut pandang sains komputer ini sangat inovatif, namun apabila dibenturkan dengan unsur
sosiologi dan ekonomi, hadirnya teknologi AI akan menyebabkan banyak pengangguran karena
peran petugas kebersihan semakin berkurang. Apabila kita meninjau perkembangan AI dan
pemanfaatannya di luar negeri, tentu kita akan tercengang setelah melihatnya. Fasilitas dan
sarana yang mencukupi menjadikan beberapa negara eropa dan amerika telah memulai riset
mengenai AI untuk diterapkan di berbagai sektor mulai dari pendidikan, ekonomi, maupun
bidang pertahanan negara.

Metode Penelitian :

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif. Pada penelitian ini
tidak terdapat indikator-indikator khusus yang menampulkan dan menjelaskan bahwa adobsi
teknologi AI terlaksana secara sukses. Indikator yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini sederhana yakni dengan meninjau apakah nantinya apabila teknologi AI ini akan
diterapkan, dampak positif yang ditimbulkan cenderung lebih besar daripada dampak negatif
yang timbul. Pelaksanaan penelitian kualitatif-deskriptif ini menggunakan teknik purposive
sampling dalam pengambilan sampel penelitian. Sampel penelitian dilakukan dengan teknik
purposive sampling dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut. (1) siswa yang berada di SD
Negeri se Kota Bantul memiliki keberagaman dalam hal kompetensi dan karkateristik; (2) guru
yang mengajar di sekolah tersebut adalah guru yang sudah profesional dan berkompeten dalam
mengajar dan mendidik siswa. Sampel penelitian yang dipilih berjumlah 4 sekolah, antara lain:
SDN Bantul Warung, SDN 1 Bantul, SDN 3 Bantul, dan SD Bantul Timur. Keempat SD tersebut
merupakan SD yang berada di kota Bantul dan memiliki prestasi yang baik di tingkat nasional
maupun internasional. Teknik pemilihan SD tersebut menggunakan teknik non-randomized
sampling

Hasil dan Pembahasan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat di-ekspansi ke seluruh SD yang ada di Indonesia.
Melalui teknologi AI, berbagai langkah yang penting dapat dilakukan dengan dasar
pertimbangan yang matang dan diharapkan menghasilkan keputusan yang tepat. Misalnya dalam
perpindahan siswa antar sekolah, dapat didata secara online melalui data yang diperoleh dari
sekolah asal. Teknologi AI membutuhkan sarana dan prasarana yang tepat. Hal ini juga menjadi
pertimbangan pemilihan sampel penelitian dilakukan pada sekolah dasar negeri di Kota Bantul,
Yogyakarta. Di sekolah-sekolah daerah kota dirasa sarana dan prasarana telah baik dan mumpuni
untuk diterapkan teknologi ini.
Perkembangan AI harus disikapi secara bijak oleh semua orang. Emha Ainun Nadjib dalam
sebuah acara di kampus Amikom, Yogyakarta menyatakan bahwa perkembangan IT di masa
mendatang akan menjadi puncak kebudayaan. Default manusia sendiri adalah menjalani
kebudayaan. Kebudayaan memiliki cakupan yang luas tidak hanya berupa peninggalan nenek
moyang bangsa Indonesia, namun teknologi pun akan menjadi sebuah kebudayaan bagi
pemakainya (Ihsan, 2017: 6). Manusia dianugerahi akal oleh Allah SWT. untuk proses berpikir.
Implikasinya adalah manusia mampu mengubah bentuk benda dari benda mentah ke benda jadi
(barang jadi).

Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari perkembangan akal manusia untuk mengolah
sesuatu yang mustahil menjadi mungkin terjadi. Dahulu orang berbicara jarak jauh sangat
mustahil dilakukan bahkan termasuk hal yang diluar nalar, namun saat ini percakapan jarak jauh
dapat berlangsung dengan berbagai media yang salah satunya berupa telepon. Masa depan IT
akan semakin luas dan hebat. Artificial intelligence adalah bentuk dari puncak IT yang dapat
menyatukan, mengumpulkan, dan merancang kecerdasan manusia dalam bentuk sistem. Sistem
ini akan ditemukan polanya dan kemudian diaplikasikan untuk melaksanakan pekerjaan.

Kesimpulan :

Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan digeneralisasikan tidak hanya pada jenjang
sekolah dasar, namun juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kendala, serta faktorfaktor
yang muncul selama penerapan teknologi ini dapat digunakan sebagai bahan relfeksi untuk
penerapan teknologi yang jauh lebih baik di masa mendatang

Anda mungkin juga menyukai