PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur, virus, bakteri, dan sebagainya. Zat-zat tersebut jika masih berada dalam batas-batas
tertentu masih dapat dinetralisir, tetapi jika sudah melampaui ambang batas maka proses
netralisir akan terganggu. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara tersebut dapat
disebabkan oleh aktivitas manusia.
Udara dapat dikelompokkan menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam
ruangan (indoor air). Kualitas udara di luar ruangan dapat mempengaruhi kualitas udara di
dalam ruangan. Saat ini, pencemaran udara dalam ruangan (indoor pollution) perlu mendapat
perhatian karena menurut Mukono (2003), 80% kegiatan manusia dilakukan didalam ruangan
yaitu di dalam rumah dan di tempat kerja. Bahkan ada kelompok tertentu yang menghabiskan
hampir seluruh waktunya di dalam ruangan seperti bayi, orang lemah atau sakit, dan orang
tua dimana mereka lebih rentan terhadap zat pencemar yang terdapat di dalam ruangan.
Pencemaran udara memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak mengingat udara
merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika pencemaran udara tidak
segera ditanggulangi maka akan berdampak serius terhadap kesehatan. Menurut Sugiarto
(2003), untuk tetap sehat manusia membutuhkan sekitar 13,5 kg atau 10.000 liter udara bersih
setiap hari dan manusia hanya bisa hidup antara satu sampai dua menit tanpa udara.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas udara dalam ruang
adalah (a) kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan yang penting untuk
diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran udara. Ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan peningkatan absorbs polutan mikroba dalam ruangan, pertumbuhan
mikroorganisme di udara, dan meningkatkan bau yang tidak sedap; (b) konstruksi ruangan
dan furniture; (c) proses dan alat-alat dalam ruangan; (d) ventilasi, ventilasi udara yang buruk
dapat menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya distribusi udara di
dalam ruang; (e) status kesehatan orang dalam ruangan (Tarigan, 1988).
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang berasal
dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Jumlah dan macam
mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca
dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung
mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas samudera,
dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi (Volk & Wheeler,
1989).
Metode penangkapan mikroba udara dapat dilakukan antara lain dengan cara
sedimentasi dan dengan alat penangkap udara. Cara sendimentasi ditujukan untuk menangkap
bioearosol yang jatuh secara alami karena gaya gravitasi. Cara ini dilakukan dengan cara
menempatkan cawan petri berisi medium pertumbuhan mikroba secara terbuka pada suatu
lingkungan dalam kurun waktu tertentu.
B. TUJUAN
Tujuan praktikum bioaerosol adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas dalam suatu
ruang terhadap kepadatan populasi mikroba dan keragamannya.
II. MATERI DN METODE
A. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah medium Nutrient Agar (NA),
cawan petri, inkubator dan wrapping.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
1. Masing-masing kelompok yang ada dalam praktikum dibagi untuk kegiatan sebagai
berikut
Hal ini membuktikan bahwa banyaknya jumlah koloni mikroba dan keragaman
mikroba dipengaruhi oleh lamanya waktu pemaparan pada lingkungan luar, adanya mikroba
yang tersuspensi dalam gas dan jatuh pada permukaan cawan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan komposisi jumlah mikroba di lingkungan luar adalah sifat dan
keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak
daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan
mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya
nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara
karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi. Ukuran mikroorganisme
merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap melayang di udara.
Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan
tetap di sana selama jangka waktu lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar
dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan peran
penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar
kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel
debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk
waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya
dapat bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka
dapat bertahan lama di udara.
Mikroba pencemar udar dapat berupa kapang dan khamir. Khamir: fungi (jamur)
bersel satu; berbentuk bulat, oval, atau silindris; berdiameter 3-5 μm; sebagian berkembang
biak dengan membelah diri, dan sebagian lain berkembang biak dengan membentuk tunas.
Habitat umumnya pada makanan. Kapang: fungi (jamur) berfilamen. Satu filamen disebut
hifa; kelompok hifa yang tumbuh pada suatu media disebut miselium. Hifa terbentuk dari
spora jamur. Spora berdiameter 3-30 μm(Suryawiria, 1985)..
Parameter yang perlu diukur di dalam kegiatan pengawasan kualitas udara adalah sebagai
berikut:
1. Parameter fisik: suhu, kelembaban, kecepatan, arah dan frekuensi angin, tekanan
udara, keadaan cuaca (cerah, mendung, hujan, atau gerimis).
2. Parameter kimia: partikel debu melayang, SO2, CO, O3, Hidrokarbon, Hidrogen
sulfida, Amonia, Timbal).
3. Parameter biologi: kadar bakteri, kadar serbuk sari bunga.
4. Parameter manusia: angka kesakitan penyakit saluran pernafasan, kulit, dan penyakit
neurotoksik (Aditama, 2002).