BAB I
PENDAHULUAN
1
Perencanaan irigasi
2
Perencanaan irigasi
3
Perencanaan irigasi
4
Perencanaan irigasi
5
Perencanaan irigasi
6
Perencanaan irigasi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
7
Perencanaan irigasi
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi potensial (mm/hari),
c = Faktor perkiraan dari kondisi musim,
W = Faktor temperatur,
Rn = Radiasi netto (mm/hari),
ƒ(u) = Faktor kecepatan angin rerata pada ketinggian 2 m (km/hari),
ea = Tekanan uap udara (mbar),
ed = Tekanan uap jenuh (mbar),
α = Persentase radiasi yang dipantulkan (0,25),
Rs = Radiasi matahari (mm/hari),
Ra = Radiasi matahari yang didasarkan pada letak lintang,
N = Penyinaran matahari yang diperoleh dari data terukur (jam/hari),
Rn1 = Radiasi netto gelombang panjang (mm/hari),
f(T) = Faktor yang tergantung pada temperatur,
f(ed) = Faktor yang tergantung pada uap jenuh,
f(n/N) = Faktor yang tergantung pada jam penyinaran matahari,
U = Kecepatan angin (km/hari), dan
RH = Kelembaban relatif (%).
8
Perencanaan irigasi
1. Perkolasi
Perkolasi adalah pergerakan air ke bawah yang disebabkan oleh gaya vertical
dan gaya hidrostatis pada proses penjenuhan tanah sub surface. Perkolasi akan
menyebabkan kehilangan air akibat rembesan. Menurut Anonim no. 2 dan 3
(1986), laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah.Besarnya perkolasi
yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu jenis tanah, topografi, muka
air tanah, dan tebalnya lapisan tanah permukaan.
Laju perkolasi dan rembesan untuk tanaman palawija sama dengan
tanaman padi, pada daerah yang mempunyai tanah lempung diperkirakan
berkisar antara 1 – 3 mm/hari. Tanah yang banyak mengandung pasir, laju
perkolasi dan rembesan dapat mencapai angka yang lebih tinggi.
2. Penyiapan lahan
Menurut Anonim no.2 dan 3 (1986), kebutuhan air untuk penyiapan lahan
umumnya menentukan kebutuhan air irigasi maksimum pada suatu proyek
irigasi.Pada tanaman padi diperlukan penyiapan lahan untuk perlakuan awal
terhadap tanah berupa perendaman sehingga mendapatkan kelembaban yang
cukup untuk ditanami. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut :
a. Lamanya waktu penyiapan lahan.
Faktor ini dipengaruhi oleh tersedianya tenaga kerja, ternak penghela
atau traktor untuk menggarap tanah dan memperpendek jangka
waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi
sawah atau padi ladang kedua.Lamanya waktu penyiapan lahan
untuk petak sawah tersier yang dikerjakan tanpa bantuan traktor
diambil selama 1 bulan, apabila digunakan dengan traktor secara
luas maka lamanya waktu tersebut diambil selama 1 bulan.
9
Perencanaan irigasi
IR= k
( )
Mxe K
e −1 .............................................................................(2.7)
M =Eo+P .................................................................................(2.8)
MxT
K=
S ....................................................................................(2.9)
Dimana :
IR =Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
M =Kebutuhan air untuk mengganti/mengkonpensasi air yang hilang
akibatevaporasi dan perkolasi di sawah yang telah di jenuhkan
(mm/hari),
Eo =Evaporasi air terbuka (1,1 x ETo) selama penyiapan lahan
(mm/hari),
P = Perkolasi (mm/hari),
K =Parameter fungsi dari air yang diperlukan untuk penjenuhan
waktupenyiapan lahan dan kebutuhan air untuk lapisan
pengganti,
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari),
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan
air(mm), dan
10
Perencanaan irigasi
ETc = Kc x ETo.............................................................................(2.10)
Dimana :
Etc = Kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Kc = Koefisien tanaman padi, dan
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari).
11
Perencanaan irigasi
12
Perencanaan irigasi
Curah hujan efektif, yang digunakan untuk menentukan kebutuhan air irigasi.
Curah hujan lebih, yang digunakan untuk menentukan besar kebutuhan
pembuangan dan debit banjir.
Cara mencari curah hujan efektif adalah sebagai berikut :
PADI
................................................
(2.11)
A
50%
.................................................(2.12)
13
Perencanaan irigasi
Dalam hal ini NFR untuk tanaman padi dibedakan atas dua kondisi, yaitu:
Dimana :
NFR = Kebutuhan bersih air untuk padi (mm/hari),
IR(LP) = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
Re = Curah hujan efektif (mm/hari),
Etc = Kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
P = Perkolasi (mm/hari), dan
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari).
Palawija termasuk dalam tanaman yang tidak banyak memerlukan air pada
saat proses pengolahannya. Untuk penyiapan lahan tanaman palawija tidak
membutuhkan banyak air karena tidak ada proses perendaman seperti pada
tanaman padi. Oleh karena itu jumlah dan lamanya pemberian air harus
diperhatikan agar tidak terjadi kelebihan air pada daerah penakarannya.
untuk menghitung jumlah kebutuhan air tanaman palawija dapat
digunakan rumus :
14
Perencanaan irigasi
15
Perencanaan irigasi
16
Perencanaan irigasi
Q Storm=ℜ x ρf (2.15)....................................................................(2.26)
Qtotal=Qbase+QDirect+ Q Strom..................................................(2.27)
QS=Qtotal x A (2.28)
Dimana :
ΔE = Perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan aktual (mm/bulan),
ET0 = Evapotranspirasi potensial (mm/bulan),
M = Proporsi muka tanah yang tidak ditutupi vegetasi tiap bulan(20%),
n = Jumlah hari hujan,
E = Evapotranspirasi aktual (mm/bulan),
SMS= Simpanan kelembaban tanah (mm/bulan),
ISM = Kelembaban tanah awal (mm/bulan),
Re = Curah hujan efektif bulanan (mm/bulan),
Ws = Kelembaban air (mm/bulan),
Inf = Infiltrasi (mm/bulan),
IF = Faktor infiltrasi (0,4),
G.STORt = Daya tampung air tanah pada awal bulan (mm/bulan),
G.STORt-1 = Daya tampung air tanah pada bulan sebelumnya(mm/bulan),
Rc = Konstanta pengurangan aliran,
Qbase = Besar limpasan dasar (mm/bulan),
Qdirect = Besar limpasan permukaan (mm/bulan),
Qstrom = Besar limpasan hujan sesaat (mm/bulan),
Qtotal = Besar limpasan (mm/bulan),
Qs = Debit rata-rata bulanan (mm/bulan), dan A = Luas DAS (km2).
17
Perencanaan irigasi
data yang merupakan debit andalan Dr. Mock dapat dihitung dengan mengunakan
rumus :
m
Pr= x100(2.18).....................................................................(2.29)
n+1
Dimana :
Pr = Probabilitas (%),
n = Jumlah tahun data, dan
m = Nomor urut data setelah diurut dari nilai besar kenilai yang kecil.
Di mana :
Q = debit banjir rencana pada periode ulang tertentu ( m3/det)
α = koefisien limpasan air hujan
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = intensitas maksimum jatuhnya hujan rata – rata (m3/det/km)
A = luas Daerah pengaliran sungai (km2)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)
L = panjang sungai (km)
i = kemiringan sungai
18
Perencanaan irigasi
Perhitungan :
t = 0,1 x L 0,8 x i-0,30
t = 0,1 x 130,8 x 0,0214-0,30 = 2,466 jam
19
Perencanaan irigasi
b) Metode nakayasu
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :
C− A−Ro
Qρ= .................................................................................
3.6−(0,3−Tρ+T 0,3)
(2.30)
dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30%
dari debit puncak
A = Luas daerah tangkapan sampai outlet
C = Koefisien pengaliran
20
Perencanaan irigasi
dimana :
tr = Satuan Waktu hujan (jam)
a = Parameter hidrograf, untuk
a = 2 => Pada daerah pengaliran biasa
a =1,5 => Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun cepat
a = 3 => Pada bagian naik hydrograf cepat, turun lambatHidrograf Satuan –
Metode Nakayasu
( )
2.4
t
Qρ= Qρ .........................................................................(2.31)
Tρ
dimana,
21
Perencanaan irigasi
( t−Tp )
..............................................(2.33)
c. Selang nilai : 1,5 T0,3 > (Tp + T0,3 +
1,5 T0,3)
.....................................(2.34)
a
Qk=∑ ui −Pn−¿(i−I )¿................................................................(2.35)
i− I
22
Perencanaan irigasi
dimana :
Qk = Debit Banjir pada jam ke – k
Ui = Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 .. .n)
Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)
Bf = Aliran dasar (base flow)
23
Perencanaan irigasi
Q = DR x A.....................................................................................(2.37)
Dimana :
Q = Debit rencana (lt/dtk),
DR = Kebutuhan pengambilan (lt/dtk.ha), dan
A = Luas daerah yang diairi (ha).
24
Perencanaan irigasi
25
Perencanaan irigasi
dimana :
n = jumlah hari berturut – turut
D(n) = limpasan pembuang permukaan selama n hari, Mm
R(n)T = curah bujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulangT
tahun, mm
I = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P =perkolasi, mm/hari
ΔS =tampungan tambahan, mm.
Dimana :
b = Lebar dasar saluran (m),
h = Tinggi air (m),
A = Luas tampang basah saluran (m2),
P = Keliling basah (m),
R = Jari-jari hidrolis saluran (m),
I = Kemiringan memanjang saluran,
26
Perencanaan irigasi
27
Perencanaan irigasi
A = (B + mH)H................................................................................(2.44)
P=B+2 H √ 1+m ............................................................................(2.45)
2
R = A x P..........................................................................................(2.46)
2 1
1
v= x R 3 x I 2 ...................................................................................(2.47)
n
Q = A x V.........................................................................................(2.48)
Dimana :
b = Lebar sungai (m),
H = Tinggi air sebelum pembendungan (m),
F = Luas tampang basah sungai (m2),
P = Keliling basah (m),
R = Jari-jari hidrolis sungai (m),
I = Kemiringan memanjang sungai,
A = Luas area (m2),
V = Kecepatan aliran (m/dt), dan Q = Debit aliran (m3/dtk).
28
Perencanaan irigasi
Xn = k Hdn-1 Y...............................................................................(2.54)
Dimana :
X dan Y = Koordinat profil mercu mulai dari hulu ke hilir, dan
k dan n = Para meter yang bergantung kepada kemiringan dinding sisi
depan mercu.
29
Perencanaan irigasi
Menurut Anonim no. 2 dan 3 (1986), kolam olakan menurut USBR terdiri
dari beberapa tipe, yaitu :
a. Untuk Fr < 1,7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah, bagian
hilir harus dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan beton dan batu
tidak diperlukan perlindungan khusus.
b. Bila 1,7< Fr < 2,5, kolam olak diperlukan untukmeredam energi secara
efektif.
c. Jika 2,5< Fr < 4,5, maka akan sulit memilih kolam olak yang tepat.
Loncatan air tidak terbendung dengan baik dan menimbulkan gelombang
sampai jarak yang jauh di saluran. Tipe yang direkomendasikan adalah
tipe IV.
d. Jika Fr > 4,5 merupakan kolam yang palin ekonomis, karena kolam mini
pendek. Tipe ini termasuk kolam USBR tipe III, yang dilengkapi blok
halang.
Adapun untuk mengetahui tipe kolam olak yang akan digunakan dapat
diketahui dengan persamaan :
Vu
Fr= ......................................................................................(2.55)
√ gx yu
Q = μba gz 2.....................................................................................(2.56)
Dimana :
Q = Kapasitas saluran (m3/dt), μ = Koefisien debit,
a = Tinggi bukaan pintu (m),
b = Lebar bangunan pengambilan (m), dan
z = Perbedaan elevasi muka air antara hulu dengan hilir (m)
30
Perencanaan irigasi
Ucr=1,7 √ ∆ . g . D ............................................................................(2.57)
Dimana :
Ucr = Kecepatan kritis,
Δ = Perbandingan antara material terendam dengan volume air,
D = Diameter butiran,
Dimana :
V = Kecepatan pembilasan (m/dt),
Ks = Koefisien Strickler (35),
R = Jari-jari hidoles saluran (m), dan
I = Kemiringan saluran.
31
Perencanaan irigasi
CL=
∑ Lx .......................................................................................(2.60)
Hw
Dimana :
Hw = Beda tinggi muka Air (m),
Lx = Panjang garis lintasan arah vertikal dan horizontal (m), dan
CL = Angka rembesan Lane.
K = E x G......................................................................................... (2.62)
Dimana :
K = Besarnya gaya gempa per satuan lebar (kg/m),
E = Koefisien gempa, dan
G = Berat sendiri konstruksi (kg).
32
Perencanaan irigasi
Ad
E= .............................................................................................. (2.64)
g
Dimana :
Ad = Percepatan koefisien rencana (cm/dt),
n,m = Koefisien untuk jenis tanah,
z = Faktor yang tergantung pada letak geografis, dan
Ac = Percepatan kejut dasar (cm/s).
g h2
SH = x ¿ ¿..................................................................................(2.65)
2
Dimana :
SH = Gaya tekanan lumpur persatuan (kg/m),
γ = Berat volume lumpur (kg/m3),
h = Tinggi endapan lumpur (m), dan
φ = Sudut geser dalam.
(¿−ga) 2 Ad
Pa= x H xKa ................................................................ (2.66)
2 g
33
Perencanaan irigasi
(¿−ga) 2 Ad
Pa= x H xKa ................................................................(2.67)
2 g
Dimana :
Pa = Gaya tekanan lateral aktif persatuan lebar (t/m),
Pp = Gaya tekanan lateral pasif persatuan lebar (t/m),
γ = Berat volume tanah (kg/m3), dan
h = Tinggi tanah (m).
2.7.6 Gaya hidrostatis
Menurut Sugiarto dan Supriyana (1983), gaya hidrostatis dapat dihitung
dengan persamaan :
1 2
W = γ w h ........................................................................................(2.68)
2
Dimana :
W = Gaya hidrostatis persatuan lebar (kg/m),
γw = Berat volume air (kg/m3), dan
h = Tinggi air (m).
2.7.7 Gaya tekanan ke atas
Besar gaya tekanan ke atas (uplift force) atau gaya angkat dapat dihitung
dengan persamaan rumus :
U = Luas diagram gaya angkat x Panjang bendung.........................(2.69)
n=
∑ V tan q >1,5.......................................................................(2.71)
∑H
34
Perencanaan irigasi
a=
∑ M >1,5..................................................................................(2.72)
∑V
B
b= −a...........................................................................................(2.73)
2
∑V
τ=
B ( 1± 6Be )< τijin.............................................................(2.74)
Dimana :
N = Faktor keamanan,
M- = Momen negatif yang timbul,
M+ = Momen positif yang timbul,
ΣV = Jumlah gaya vertikal,
ΣH = Jumlah gaya horizontal,
τ = Tegangan tanah yang timbul,
B = Lebar tubuh bendung, dan
E = Eksentrisitas.
35