Sejarah kelahiran Pancasila bermula dari kekalahan Jepang saat Perang Pasifik.
Untuk menarik simpati masyarakat Indonesia, pihak penjajah Jepang kemudian
menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk lembaga untuk
mempersiapkan segala hal berkaitan dengan pembentukan NKRI.
Lembaga ini dinamakan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini beranggota 60 orang,
diketuai dr. Radjiman Wedjodiningrat, dan wakil ketua Raden Panji Soeroso serta
Ichubangasa (Jepang).
Selain itu, Soekarno juga mengusulkan tiga dasar negara yang diberi nama
Ekasila, Trisila, dan Pancasila. Di mana akhirnya dasar negara yang dipilih
adalah Pancasila.
Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi,
kemudian diterbitkan beberapa dokumen penetapannya, yaitu:
a. Rumusan pertama: Piagam Jakarta (jakarta Charter)
b. Rumusan kedua: Pembukaan Undang-Undang Dasar
c. Rumusan ketiga: Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
d. Rumusan keempat: Mukadimah Undang-undang Dasar Sementara
e. Rumusan kelima: Rumusan kedua yang dijiwai oleh rumusa pertama
(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Selanjutnya dibentuklah Panitia Kecil 9 orang, yang anggotanya berasal dari golongan
Islam dan golongan Nasionalis. Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945,
menghasilkan kesepakatan dasar negara yang tertuang dalam alinea keempat
rancangan Preambule, dan selanjutnya kesepakatan itu disebut Rancangan Preambule
Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama
“Piagam Jakarta”.
Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli) 1945, menghasilkan dasar negara yang
disepakati, yaitu Pancasila seperti dalam Piagam Jakarta, bentuk negara republik,
wilayah Indonesia disepakati meliputi wilayah Hindia Belanda + Timor Timur +
Malaka, serta dibentuknya tiga panitia kecil (Panitia Perancang UUD, Panitia
Ekonomi dan Keuangan, dan Panitia Pembela Tanah Air).