Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Otoritas Dan Legitimasi Negara

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Negara

Dosen Pengampu: Dra. Yusna Melianti, MH

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Ardilla Sulvina (3213111029)

Fatiya Rahma (3212411023)

Nurainun (3212411013)

Nurul Febriyani Harahap (3213311029)

Stevan Oktureja Pasaribu (3213311025)

JURUSAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i
KATA PENGANGTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Rutin yang membahas mengenai
Otoritas Negara dan Legitimasi Negara. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Ibu Yusna Melianti, MH dalam mata kuliah Ilmu Negara.

Semoga makalah yang kami susun dapat menambah wawasan kita mengenai Ilmu
Negara dan pentingnya Ilmu Negara dalam kehidupan bernegara serta kita bisa menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa
makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah .

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANGTAR.............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah ................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu negara terdapat otoritas atau wewenang dan legitimasi, dimana kedanya saling
berkaitan dalam menjalankan suatu pemerintahan negara untuk mencapai tujuan suatu negara
dengan memberikan hak-hak warga negara , otoritas dan legitimasi skeduanya saling berhungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan otoritas dan legitimasi


2. Apakah pentingnya otoritas dan legitimasi
3. Apakah otoritas dan legitimasi saling berkaitan

C. Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu negara dan makah ini
dibuat untuk membuka wawasan penulis dan pembaca serta memahami tentang otoritas dan
legitimasi negara. Kami harap makalah yang kami susun bisa bermanfaat dan diterapkan di
kehidupan bernegara agar tercapainya ilmu negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Otoritas atau Wewenang Negara

A.1 Pengertian
Otoritas atau wewenang adalah kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena mendapat
pengakuan atau dukungan dari masyarakat. Kewenangan menimbulkan hak-hak tertentu pada
penguasa yang memungkinkan ia melakukan suatu kebijakan.Sifat dari kewenangan adalah top-
down, dari penguasa ke rakyat. Wewenang timbul, karena dukungan dari rakyat tersebut
memberikan semacam hak bagi penguasa untuk melakukan kebijakan berkaitan dengan tugasnya.
Hubungan timbal-balik tersebut timbul karena adanya suatu kesepahaman antara yang memimpin
dan dipimpin.Kekuasaan dalam arti kewenangan diartikan bahwa pemegang kekuasaan memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar masyarakatnya. Kewenangan
ini tidak sama pada setiap pemegang kekuasaan.

A.2 Sumber Kewenangan


Sumber kewengan untuk memerintah diuraikan sebagai berikut :
Hak memerintah berasal dari tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah berakar dipelihara secara
terus menerus oleh masyarakat,
·Hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Atas dasar itu, hak memerintah dianggap
bersifat sakral,
·Hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang agung
dan diri pribadinya yang populer maupun karena kharisma,
·Hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-undangan yang mengatur prosedur
dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan,
·Hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti keahlian dan kekayaan

Kelima sumber kewenangan itu disimpulkan menjadi dua tipe kewenangan utama, yaitu
kewenangan yang bersifat prosedural dan substansi. Kewenangan yang bersifat prosedural ialah
hak memerintah berdasarkan peraturan perundang-undangannya yang bersifat tertulis maupun tak

2
tertulis, Kewenangan yang bersifat substansi ialah hak memerintah berdasarkan faktor yang
melekat pada diri pemimpin seperti tradisi, sakral, kualitas pribadi dan instrumental.
Struktur masyarakat yang kompleks ditandai oleh diferensiasi struktur dan spesialisasi
peranan, dan hubungan impersonal yang sudah meluas sehingga masyarakat ini memerlukan
pengaturan-pengaturan yang bersifat tertulis dan rasional. Sebaliknya masyarakat yang stukturnya
masih sederhana cenderung menggunakan tipe kewenangan substansial karena kehidupan lebih
banyak berdasarkan pada tradisi, kepercayaan pada kekuatan supranatural, dan kesetiaan pada
tokoh pemimpin

A.3 Peralihan Kewenangan


Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tiga cara peralihan kewenangan, yakni secara
turun temurun, pemilihan dan paksaan.
1. Secara turun temurun ialah jabatan dan kewenangan dialihkan pada keturunan atau keluarga
pemegang jabatan terdahulu.
2. Peralihan dengan pemilihan dapat dilakukan secara langsung melalui badan perwakilan rakyat,
Hal ini dipraktekan dalam sistem politik demokrasi.
3. Peralihan kewenangan secara paksaan ialah jabatn dan kewenangan terpaksa dialihkan kepada
orang atau kelompok lain tidak menurut prosedur yang telah disepakati, melainkan dengan
menggunakan kekerasan seperti revolusi dan kudeta, dan ancaman kekerasan (paksaan tak
berdarah)

A.4 Sikap Terhadap Kewenangan


Pada umumnya sikap terhadap kewenangan dikelompokkan dalam sikap menerima,
mempertanyakan (skeptis ), dan kombinasi keduanya.Pertama sikap masyarakat Amerika Serikat
terhadap kewenangan prosedural merupakan perpaduan antara sikap legalistik dan skeptis atas
hukum yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Masyarakat yang semacam ini
menganggap hukum bukan hal yang sakral.Kedua, sikap masyarakat Inggris atas kewenangan
prosedural tidak sekental sikap masyarakat Amerika karena Inggris tidak memiliki konstitusi. Hal
ini tidak berarti seseorang yang memiliki kewenangan dapat dengan semaunya menggunakan
kewenangan untuk kepentingan pribadi atau golongan.Sebaliknya di Indonesia, sikap itu masih

3
beraneka ragam. Masyarakat suku Jawa cenderung menerima kewenangan pribadi, sedangkan
masyarakat dari Minang dan Batak cenderung menerima kewenangan prosedural atau hukum adat.

B. Legitimasi
B.1 Pengertian
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan. Artinya
apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan
melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu dikategorikan sebagai
berlegitimasi. Hanya anggota masyarakat saja yang dapat memberikan legitimasi pada
kewenangan pemimpin yang memerintah.
Legitimasi dapat dibedakan pengertian kekuasaan, kewenangan, dan legitimasi. Apabila
kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang
mempengaruhi proses politik, sedangkan kewenangan merupakan hak moral untuk menggunakan
sumber-sumber yang membuat dan melaksanakan keputusan politik (hak memerintah). Adapun
legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral tersebut.
B.2 Obyek Legitimasi
Suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem poltik secara keseluruhan mendapatkan
dukungan seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat.
Menurut Easton terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar
suatu sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus-menerus, tetapi mampu pula
mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum, ketiga objek legitimasi ini meliputi
komunitas politik, rezim dan pemerintahan.
Sementara itu Andrain menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan
legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung dan fungsional, Kelima objek legitimasi ini
meliputi masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.
Yang dimaksud dengan legitimasi terhadap komunitas politik ialah adanya kesediaan para
anggota masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok yang berbeda latar belakang untuk hidup
secara rukun sebagai komunitas, Apabila dukungan terhadap komunitas politik belum cukup tinggi
maka dalam masyarakat terdapat masalah penciptaan identitas nasional (krisis identitas). Manakala
dukungan terhadap lembaga-lembaga politik masih lemah maka dalam masyarakat terdapat krisis

4
kelembagaan, Krisis kepemimpinan akan terjadi pada masyarakat yang kurang mempercayai para
pemimpin politik.

B.3 Kadar Legitimasi


· Pra legitimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang meyakini memiliki
kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat belum mengakuinya
· Berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meyakinkan masyarakat dan masyarakat menerima
dan mengakuinya
· Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat pengakuan dari
masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk mengundurkan diri, akhirnya muncul tak
berlegitimasi. Untuk mempertahankan kewenangannya biasanya digunakan cara-cara kekerasan.
· Pasca legitimasi, yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah.

B.4 Cara Mendapatkan Legitimasi


Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan legitimasi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu simbolis, procedural dan materiil.
1. Pertama memanipulasi kecenderungan – kecenderungan moral, emosional, tradisi dan
kepercayaan, dan nilai –nilai budaya pada umumnya dalam bentuk simbol-simbol
2. Kedua, dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyarakat,
seperti menjamin tersedianya kebutuhan dasar (basic needs)
3. ketiga dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan para wakil rakyat
untuk mengesahkan suatu kebijakan publik

B.5 Tipe – Tipe Legitimasi


· a. Tradisional – tradisi yang dipelihara dan dilembagakan contoh kerajaan.
· b. Ideologi – penafsir dan pelaksana ideologi, untuk mendapat dan mempertahankan legitimasi
bagi kewenangannya juga menyingkirkan pihak yang membangkan terhadap kewenangannya.
· c. Kualitas pribadi – kharisma, penampilan pribadi, atau prestasi
· d. Prosedural – peraturan perundang-undangan
· e. Instrumental – menjanjikan dan menjamin kesejahteraan materiil..

5
B.6 Manfaat Legitimasi
· a. Menciptakan stabilitas politik dan perubahan sosial
· b. Mengatasi masalah lebih cepat
· c. Mengurangi penggunaan saran kekerasan fisik
· d. Memperluas bidang kesejahteraan atau meningkatkan kualita kesejahteraan.
B.7 Krisis Legitimasi
Krisis legitimasi biasanya terjadi pada masa transisi. Selain itu, perubahan yang terjadi dari
suatu tingkat dan kualitas perkembangan menuju ke tingkat dan kualitas perkembangan
masyarakat berikutnya. Masyarakat semacam ini akan cenderung mempertanyakan setiap
kewenangan yang dianggap tidak mencerminkan aspirasi hidup dalam masyarakat.
Lucyan Pye menyebutkan empat sebab krisis legitimasi:
1. Prinsip kewenangan beralih pada prinsip kewenangan yang lain
2. Persaingan yang sangat tajam dan tak sehat tetapi juga tak disalurkan melalui prosedur yang
seharusnya diantara para pemimpin pemerintahan sehingga terjadi perpecahan dalam tubuh
pemerintah
3. Pemerintah tak mampu memenuhi janjinya sehingga menimbulkan kekecewaan dan keresahan
di kalangan masyarakat
4.Sosialisasi tentang kewengan mengalami perubahan
Krisis legitimasi akan semakin gawat manakala pihak yang berwenang tidak tanggap atas
perubahan sikap terhadap kewenangan dalam masyarakat.

C. Hubungan antara Kekuasaan, wewenang dan legitimasi


Kekuasaan yang telah memiliki wewenang yang kemudian diakui atau terlegitimasi,
maka akan ada sebuah siklus hubungan yang saling mempengaruhi. Kekuasaan hanyalah sebuah
bentuk kekuatan atau pengaruh yang tertanam pada setiap anggota, namun tidak terstruktur atau
resmi maka kekuasaan itu hanya sebuah bentuk yang semu dan tanpa disadari akan hilang dengan
sendirinya kekuasaan itu dan juga tidak bisa mendorong ataupun memberikan hak untuk
mengeluarkan perintah, membuat peraturan dan memberikan sanksi pada yang tidak patuh atau
yang salah.
Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk bisa memberikan perintah, dan hak lain
sebagai pennguasa. Ketika kekuasaan telah memiliki wewenang, akan ada sebuah tantangan untuk

6
bisa membuat anggota untuk patuh dan mengikuti perintah dan aturan yang dibuat penguasa, maka
harus ada sebuah keterkaitan antara penguasa dan anggota masyarkat untuk membuat sebuah
Negara menjadi tenang dan tanpa kekerasan dalam pelaksanaan kekuasaannya. Dibutuhkan sebuah
pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan yang berwewenang, hal tersebut untuk menghindari
kekerasan dan juga pemaksaan pada anggota masyarakat untuk mengikuti aturan dan perintah dari
penguasa.

D .Peranan Kekuasaan dalam Kemajuan Negara


Kemajuan sebuah Negara sangat dipengaruhi oleh kualitas warga negaranya dan juga kualitas
pemimpinnya, setiap Negara memiliki sumber daya yang berbeda-beda baik dari segi kualitasa
atupun kuantitas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa haruslah memberikan dampak yang
positif dan mensejahterakan anggota masyarakatnya. Jadi, kekuasaan atau penguasa memiliki
peranan dalam kemajuan sebuah Negara dalam bentuk kebijakan-kebijakan

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otoritas atau wewenang merupakan suatu kekuasaanyang menimbulkan hak-hak tertentu pada
penguasa yang dapat melakukan suatu kebijakan, suatu wewenang memiliki beberapa hak, hak
tersebut dapat berasal dari tradisi ,Tuhan, kualitas pribadi, maupun dari peraturan undang-
undang. sedangkan legitimasi merupakan suatu pendapat masyarakat mengenai kewenangan
yang dilakukan oleh suatu penguasa. Dari pengertian otoritas dan legitimasi dapat disimpulkan
bahwa keduanyan saling berhubungan , dimana hubungan tersebut adalah hubungan pembuat
kebijakan dengan yang menjalani kebijakan.

B. Saran
Sebagai wahga negara kita harus tunduk kepada kebijakan yang telah ditetapkan, dan
pembuat kebijakan, ketika ingin memutuskan suatu kewenangan harus mempertimbangkannya
terlebihb dahulu dan memintah aspirasi dari rakyat.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://ernijanuari15.blogspot.com/2016/01/kekuasaan-otoritas-dan-legitimasi.html

Anda mungkin juga menyukai