Proposal Yohanes R. Ndjurumana (TYM)
Proposal Yohanes R. Ndjurumana (TYM)
KONSEP EKO-ARSITEKTUR
1601110033
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugerah, berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
semester melalui penulisan proposal penelitian dengan judul “Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko-arsitektur” sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis juga sangat berbangga kepada kedua Orang tua tercinta, Bapak/Ibu
Dosen dan teman-teman serta semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan limpah terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus, yang selalu melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis
dalam penyelesaian Proposal ini.
2. Bapak Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng, selaku ketua Jurusan/Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan juga selaku dosen mata kuliah yang telah
banyak memberikan motivasi, bimbingan dan ilmu pengetahuan sejak penulis
mulai berpacu dalam mempelajari ilmu di almamater tercinta sampai dengan
penulisan proposal ini.
3. Bapak Dr. Jakobis J. Messakh, M.Si, selaku pembimbing I yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
4. Bapak Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng, selaku pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah
mendidik dan membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan selama di
bangku perkuliahan.
i
6. Saudara-saudari tercinta yang selalu hadir dalam setiap kesulitan yang
dihadapi oleh penulis dan memberikan dukungan moril dan memotivasi
penulis hingga menyelesaikan penulisan proposal ini.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta yang senantiasa melimpahkan
cinta kasih dan dukungan dalam harapan dan doa. Serta semua keluarga yang
telah mendukung penulis dengan motivasi, maupun materi.
8. Teman-teman PTK/PTB angkatan 2016 yang selalu setia membantu dan
menolong penulis. Untuk teman-teman dan kaka-kaka BPK-MK Sola Gratia
yang telah membantu dengan caranya masing-masing.
Semoga semua dukungan, motivasi dan bantuan dari semua pihak yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Yohanes R. Ndjurumana
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................9
LANDASAN TEORI...............................................................................................9
2.2.4. Pencahayaan.....................................................................................16
2.2.5. Penghawaan.....................................................................................18
2.2.6. Drainase...........................................................................................20
iii
2.2.8. Sumur Resapan................................................................................23
BAB III..................................................................................................................44
METODE PENELITIAN.......................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penghawaan alami yaitu topografi, orientasi, panggung, pembentukan gedung,
atap tropis, organisasi struktur dan konstruksi, utilitas, landscape, sirip tetap,
jendela, loggia, (serambi), bukaan dinding, bukaan aktif, bebas hambatan.
Adapun tahap perancangannya yaitu mengidentifikasikan dan menganalisis
kondisi tapak, iklim dan lingkungan sekitar dengan survey lapangan untuk
merumuskan desain bangunan yang tepat. Proses perancangan desain melalui
pertimbangan analisis menggunakan seluruh strategi Eko-arsitektur dapat
menghasilkan konsep dan rancangan desain terutama pada pendekatan desain
sistem pencahayaan dan penghawaan alami.
2
perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan belajar yang
mempengaruhi kondisi manusia seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, tata warna,
keamanan dan lain sebagainya.
4
1.3. Batasan Masalah
Mengingat cakupan masalah cukup luas tentang redesain komplek SMK
Negeri 5 Kupang dengan konsep eko-arsitektur yang tidak mungkin terungkap
secara keseluruhan karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti
maka permasalahan peneliti ini di batasi pada tata ruang, pencahayaan,
penghawaan, saluran keliling bangunan, salurang pembuangan, septic tank,
sumur resapan, air bersih, KM/WC, Tempat Sampah, Koefisien Dasar
Bangunan, Koefisien Daerah Hijau, Konstruksi bangunan, sehingga aspek
non-fisik seperti pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah
secara umum, proses pembelajaran, materi, kurikulum, dan lain-lain tidak
termasuk dalam penelitian ini. Jenjang pendidikan yang diteliti hanya pada
jenjang SMK yang ada di kota Kupang, yakni Sekolah SMK Negeri 5
Kupang.
5
1.1.1. Manfaat Teoritis
Agar Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko-arsitektur.
1.1.2. Manfaat Praktis
1.1.2.1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan memperkaya kajian tentang Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang dengan konsep Eko-arsitektur.
1.1.2.2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki Kompleks atau Kawasan
bangunan gedung sekolah agar menunjang kelancaran proses belajar
mengajar dan menghasilkan pembelajaran yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Tahun 2018, berdasarkan kriteria tersebut dirumuskan 9 area kompetensi lulusan
SMK/MAK yaitu, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kebangsaan dan cinta tanah air, karakter pribadi dan sosial, literasi, kesehatan
jesmani dan rohani, kreativitas, estetika, kemampuan teknis, kewirausahaan.
9
13. Gudang: luas minimum gudang 24 m².
14. Tempat Bermain/Berolahraga: jika banyak peserta didik kurag 334
orang, maka luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1.000
m². di dalam luasan tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran
minimum 30 m x 20 m yang memiliki permukaan datar, dan rasio
minimum luas tempat bermain/berolahraga adalah 3 m²/peserta didik.
15. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu: luas
minimum ruang praktik 304 m² untuk menampung 32 peserta didik
yang meliputi area kerja kayu tangan 128 m², area kerja mesin kayu 64
m², area kerja kontruksi kayu 64 m², ruang penyimpanan dan instruktur
48 m².
16. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Batu dan Beton: luas
minimum ruang praktik 304 m² untuk menampung 32 peserta didik
yang meliputi area kerja batu dan beton 128 m², ruang kerja
pemasangan dan finishing 128 m², ruang penyimpanan dan instruktur
48 m².
17. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Pembangkit Tenaga Listrik:
luas minimum ruang praktik 208 m² untuk menampung 32 peserta
didik yang meliputi area kerja pembangkit tenaga listrik 96 m², ruang
penyimpanan dan instruktur 48 m².
18. Ruang Praktik Program Keahlian Multimedia: luas minimum ruang
praktik 208 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi
ruang praktik pengembangan perangkat lun ak (software) 64 m², area
kerja/studio rekam gambar dan suara 48 m², ruang perawatann dan
perbaikan 48 m², ruang penyimpanan dan instruktur 48 m².
19. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Audio Video: luas minimum
ruang praktik 240 m² untuk menampung 32 peserta didik yang
meliputi area kerja mekanik teknik elektro 48 m², laboratorium dasar
teknik elektro 48m ², ruang praktik audio video 96 m², ruang
penyimpanan dan instruktur 48 m².
10
20. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Las: luas minimum ruang
praktik 256 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi area
kerja bangku 64 m², area kerja las oksi-asetilin 96 m, area kerja las
busur listrik 48 m², ruang penyimpanan dan instruktur 48 m².
21. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Mekanik: luas minimu ruang
praktik 256 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi area
kerja mesin otomotif 96 m², area kerja kelistrikan 48 m, area kerja
chasis dan pemindahan tenaga 64 m², ruang penyimpanan dan
instruktur 48 m².
11
Koefisien daerah hijau memiliki persentase minimum 30%, maka misalnya lahan
seluas 2000 m² : 0,30 x 2000 = 600 m² merupakan angka minimum luas daerah
hijau di lingkungan sekolah.
2.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan pada umum menggunakan sumber pencahyaan alam
(pencahayaan alami) dan juga sumber energi listrik (pencahyaan buatan). Sistem
pencahayaan yang dipilih haruslah yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman
untuk penglihatan, tidak menghambat kelancaran kegiatan, tidak mengganggu
kesehatan terutama dalam ruang-ruang tertentu dengan menggunakan energi yang
seminimal mungkin (Akmal, 2006).
12
malam hari, khususnya pada bagian ruangan yang mempunyai point of interest.
Keunggulan pencahayaan buatan dibandingkan dengan pencahayaan alami
(Suptandar, 1999) adalah :
2.2.5. Penghawaan
Pengudaraan atau yang biasa disebut penghawaan adalah upaya bentuk
mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran hidup dalam suatu ruang melalui
sirkulasi udara yang baik. Penghawaan terdiri dari penghawaan alami dan
penghawaan buatan. Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses
pertukaran udara didalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen yang terbuka.
Penghawaan alami sangat di perlukan bagi suatu bangunan tersebut, karena selain
pertimbangan efisien, juga kualitasnya masih jauh lebih baik dibandingkan
dengan penghawaan buatan (Akmal, 2006). Adapun hal-hal yang sangat berkaitan
dengan penghawaan alami.
13
a. Pencahayaan, yaitu suatu intensitas kebutuhan penerangan pada suatu
ruang yang telah dibuat, terutama untuk pemanfaatan penerangan dari
cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan terhadap
lingkungan luar.
b. Kelembaban, yaitu intensitas banyaknya uap air pada udara dalam
ruangan. Hal ini biasanya berhubungan dengan tingkat kelembaban dalam
ruang tersebut. Oleh karenanya perhitungan untuk tingkat kelembaban
dalam membuat penghawaan alami juga cukup diperlukan.
c. Luas bukaan, yaitu ukuran luas suatu bukaan yang juga menjadi titik
adanya penggantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa
pintu, jendela, jelusi, lubang angin, atau kisi-kisi, dan lubang-lubang lain
yang mungkin ada pada suatu ruangan. Dalam perencanaan bangunan
dihindari suatu ruang yang gelap dan pengap sehingga perlu adanya suatu
penghawaan alami.
14
b. Bentuknya diarahkan sejajar arah angin agar udara dari hasil
penghawaan adalah udara yang sejuk.
c. Langit-langit atau plafon ruang di buat relative rendah untuk
memperkecil volume ruang.
2.2.6. Drainase
Ketersediaan drainase sekolah untuk air limbah dan air hujan sangat
diperlukan dalam suatu kopleks sekolah. Karena jika terjadi sebaliknya, akan
mengakibatkan penurunan mutu lingkungan. Lingkungan tersebut biasanya akan
tergenang air dan becek ketika musim penghujan. Selain itu dampak yang
dikuatirkan akan timbul terhadap lingkungan, apa bila tidak tersedia drainase
yakni berupa bau busuk, keadaan air penerima akan menjadi tempat
perkembanganbiakan lalat, nyamuk, cacing, kecoak, dan serangga lainnya yang
dapat mengakibatkan timbulnya penyakit diare, dan juga mengalami penurunan
kualitas air tanah dangkal maupun kesehatan lingkungan (Poerbo dalam Messakh
2005).
15
c. Membuat saluran induk atau saluran pembuangan yang berfungsi
menangkap limbah domestik dan air hujan dari saluran sekunder yang
selanjutnya dialirkan ke tempat pengelolaan limbah.
d. Menentukan cara atau metode pengelolaan,
e. Setelah limbah diproses dan telah memenuhi ambang batas lingkungan,
maka selanjutnya dialirkan ketempat yang tepat.
17
Suber daya air yang digunakan untuk kebutuhan komunitas sekolah dapat
berasal dari keran air, menggali sumur, pompa sumur (sumur bor), atau mata air
yang mengalir dari pegunungan, untuk mengurangi pembatasan air di sekolah,
perlu dilakukan upaya deliverance menurut prioritas. Misalnya, hanya air bersih
untuk minum dan mengisi bak mandi. Sedangkan untuk keperluan lain, seperti
membersihkan toilet, membersihkan lantai, dan menyiram tanaman, dapat
memanfaatkan air dari panampungan air hujan.
Untuk analisis kebutuhan peralatan plambing untuk KM/WC dapat dilihat pada
table 2.2 berikut :
18
Table 2.2. Analisis kebutuhan peralatan plambing untuk KM/WC
20
a. Memisahkan dan mengkategorikan sampah mulai masing-masing sampah
yang dapat dilalui.
b. Harus dibakar di incelrator.
c. Ditampung di sebuah container dan selanjutnya di bakar di tempat
pembekaran sampah.
Bangunan terdiri berbagai jenis dan fungsi salah satunya adalah bangunan
jenis komersial yang diperuntukan untuk banyak orang seperti pasar, sekolah,
rumah sakit, dan sebagainya. Bangunan tersebut dibangun pada lahan yang telah
disediakan dengan bentuk yang sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan
Permendiknas No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana
SMK/MAK.
21
a. Koefesien dasar bangunan mengikuti Peraturan Daerah atau
maksimum 30% dari luas lahan di luar lahan praktik.
b. Koefesien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
c. Koefesien lantai bangunan dihitung berdasarkan luas lahan efektif.
d. Jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan dengan
as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, atau Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) atau saluran Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET), jarak antar bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak
antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.
e. Garis sempadan bangunan samping dan belakang mengikuti peraturan
daerah atau minimum 5 meter.
3. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan beriku:
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan
beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan
untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi system proteksi pasif dan proteksi aktif untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
4. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut:
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan
pencahayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air
bersih, saluran air kotor dan air limbah, tempat sampah, dan saluran
air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan
tidak menimbulkan danpak negatif terhadap lingkungan.
5. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
6. Bangunan memenuhi persyaratan kenyaman berikut:
22
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang menggangu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan jendela yang tanpa atau dengan
lampu penerangan dalam ruangan tersebut dapat memberikan tingkat
pencahayaan sesuai dengan ketentuan untuk melakukan kegiatan
belajar.
7. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut:
a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.
8. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat dengan lebar
minimum 1,2 meter, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran
dan bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilenkapi
petunjukarah yang jelas.
c. Alat pemadam kebakaran pada area yang rawan kebakaran.
d. Setiap ruangan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
9. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 2.200 watt.
Instalasi memenuhi ketentuan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
10. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan,
dengan diawasi secara profesional.
11. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19
Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
12. Bangunan SMK/MAK baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
13. Pemeliharaan SMK/MAK adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecetan ulang, perbaikan sebagian
daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air
dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
23
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon,
rangka kayu kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum
sekali dalam 20 tahun.
14. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanagan yang berlaku.
1. Tangga
Tangga merupakan alat transportasi dalam bangunan vertical. Tangga dalam
system struktur masuk pada bagian super struktur. Bagian-bagian tangga yang
sangat perlu diperhatikan adalah system penentuan Langkah datar (aantrade),
Langkah tegak (optrade) dan system penempatannya. karena dengan penentuan
tiga bagian ini maka tangga akan terasa nyaman. Tangga memiliki bentuk,
yaitu tangga tusuk lurus, tangga tusuk miring dll. Sedangkan system konstruksi
tangga terbagai atas, konstruksi tangga kayu, baja, beton dan batu bata.
2. Dinding
Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu
konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik
dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan. Ditinjau dari
bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan menjadi 5
macam yakni: Bata cetak/bata kapur, Bata celcon atau hebel, Dinding Partisi,
Batako dan blok beton, Batu bata (bata merah).
3. Plafond.
Plafond atau langit-langit merupakan bagian dari super struktur dan termasuk
dalam system konstruksi bangunan. Plafond/langit-langit berfungsi sebagai
pemberi rasa nyaman dalam penghawaan suatu bangunan, baik itu bangunan
berlantai ataupun tidak berlantai. Pengertian plafond atau langit-langit adalah
24
suatu lapisan atau bidang yang membatasi tingginya suatu ruang dan berfungsi
untuk keamanan, kenyamanan serta keindahan suatu ruangan. Untuk jenis
bahan/material dari plafond atau langit-langit terdiri dari: asbes/eternity,
tripleks, multipleks dan lain-lain. Dari segi pemasangan konstruksi rangka
palfond atau langit-langit disesuaikan dengan bentuka ruangan pada suatu
bangunan.
4. Atap
Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai
penerima beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting
dalam sistem struktur diantaranya:
a. Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah
lingkaran, gergaji, atap setengah, dll.
b. Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen,
seng, sirap dan spandec.
c. Konstruksi kuda-kuda, seperti: konstruksi kuda-kuda pelana
konstruksi kuda-kuda perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan
dengan system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup
dan system konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.
5. Listplank
Dari segi konstruksi, lisplank menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak
berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-
batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya
bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut
agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi
menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap
lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran
lisplang.
6. Talang Air
Talang air merupakan bagian dari konstruksi bangunan dimana termasuk pada
system up struktur. Talang air adalah suatu konstruksi yang berada pada sisi
25
bawah bidang atap yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari
bidang atap ke saluran pembuang dan untuk mengurangi teritisan air hujan
yang akan mengenai atau membasahi tembok, talang air terdapat pula pada
pertemuan sisi bawah dua bidang atap yang membentuk lembahan. Talang air
memiliki bentuk-bentuk yang dapat disesuaikan dengan kondisi atap bangunan,
seperti: setengah lingkaran, segitiga, empat persegi panjang, trapesium dan
lain- lain.
7. Listrik/Energi
Kebutuhan energi listrik akan semakin meningkat mengikuti perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan hal tersebut tidak diimbangi oleh suplai
energi listrik yang cukup. Menurut Data Outlook Energi Indonesia 2013
disebutkan bahwa pertumbuhan akan energi pada tahun 2011-2030
diperkirakan sebesar 4,7% pertahun naik, dari sebelumnya yang rat-rata
sebesar 3% pertahun. Ada lima sektor utama yang menjadi pengkomsumsi
energi listrik terbesar di suatu Negara yaitu sektor transportasi, sektor rumah
tangga, sektor industri, sektor komersial dan lain-lain . bangunan gedung
merupakan subsector dari sektor komersial.
26
2. Intergrasi sistem dengan proses alam, meliputi cara penggunaan air,
pengolahan dan pembuangan limbah cair, sitem pembuangan dari
bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya.
27
Tabel 2.3. keterkaitan antara Arsitektur dan Ekologi
ARSITEKTUR EKOLOGI
28
pula, demikian sebaliknya.
29
2.6. PENILITIAN YANG RELEVAN
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilaksanakan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan terhadap
penelitian yang dilaksanakan.
30
resmi, maka wujud desain yang ditampakkan adalah desain dengan kesan forman
dengan mempertimbangakan kriteria-kriteria desain sekolah.
Penelitian Yohana (2017) melakukan penelitian tentang Studi Tentang
Lingkungan Fisik Sekolah Yang Ramah Lingkungan Di Kota Kefemenanu
Kabupaten TTU. Dalam peningkatan aspek pendidikan Kota Kefamenanu telah
memiliki 45 unit sekolah dari jenjang SD terdiri dari 21 sekolah, SMP terdiri dari
12 sekolah, SMA/SMK terdiri dari 12 sekolah. Uraian diatas dapat menunjukan
bahwa pemerintah berupaya agar peningkatan aspek pendidikan dapat terjadi
melalui sekolah entah pada sekolah yang berstatus negeri maupun swasta dengan
member kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengenyam
pendidikan, karena keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Ada berbagai
macam faktor yang mempengaruhi salah satunya rendahnya kualitas sarana
prasarana lingkungan fisik sekolah di Kota Kefamenanu yang dipengaruhi oleh
rendahnya pengetahuan SDM dalam mengelola kondisi lingkungan fisik sekolah.
Penelitian Darius (2018) melakukan penelitian tentang Redesain Kompleks
Pendidikan SD Advent Kota Kupang Dengan Konsep Eko-Arsitektur Daerah
Tropis Kering. SD Advent adalah suatu lembaga pendidikan yang terletak di Jl.
Untung Surapati No. 24 Aimona Kota Kupang. SD Advent memiliki Luas Lahan
710 m² dan terdapat 9 unit ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi gedung dan kawasan Pendidikan Sekolah Dasar Advent Kota Kupang jika
di bandingkan dengan standar bangunan sekolah, model desain bangunan gedung
dan penataan kawasan pendidikan Sekolah Dasar Advent Kota Kupang sesuai
konsep pembangunan eko-arsitektur di daerah tropis kering. Variable yang
dipakai untuk diukur adalah ukuran bangunan, luas lahan dan bangunan, pondasi,
lantai, tiang, dinding, pintu, jendela, loteng, rangka atap, penutup atap,
penghawaan, pencahyaan alami, pencahyaan buatan, saluran pembuangan limbah,
tempat sampah, ketersediaan air bersih dan KM/WC.
Adapun luas minimum masing-masing ruang menurut Permendiknas No 40
Tahun 2008 adalah ruang kelas 30 m², ruang laboratorium komputer 64 m², ruang
laboratorium IPA 64 m², ruang laboratorium Gambar Teknik 64 m², ruang
pimpinan 18 m², ruang guru 32 m², ruang konseling dan UKS 12 m², ruang
31
organisasi kesiswaan 12 m², jamban 2 m², gudang m², tempat
bermain/berolahraga 1000 m² atau berukuran 30 m x 20 m, ruang praktik teknik
kontruksi kayu 304 m², ruang prkatik teknik batu beton 304 m², ruang praktik
teknik pembangkit tenaga listrik 208 m², raung praktik multimedia 208 m², ruang
praktik teknik audio vidio 240 m², ruang praktik teknik las 256 m², dan ruang
prkatik teknik mekanik 256 m².
32
2.7. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dan peneliti terdahulu yang
sudah diuraikan sebelumnya, maka disusunlah konsep kerangka berpikir dari
penelitian ini adalah seperti pada gambar berikut ini :
MULAI
Pengelohan Data :
KESIMPULAN
SELESAI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
34
area/lahan dari lokasi penelitian SMK Negeri 5 Kupang yaitu 5910,941 m² (0,59
Ha) dan untuk data topografi lahannya dimana darah tertingginya dari titik
koordinat P1 91,000 dengan titik tertingginya P1 8 m dan daerah terendahnya di
titik koordinat P7 85,678 dengan titik terendahnya P7 5 m makan selisih antara
titik tertinggi dan titik terendahnya yaitu 3 m.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak sekolah (kepala
sekolah/guru wali kelas) SMK Negeri 5 Kupang yeng berkaitan dengan
penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survey dan
pengumpulan dokumen mengenai Gambaran umum lokasi penelitian, jumlah guru
kelas, dan siswa di SMK Negeri 5 Kupang.
35
standar ruangan, data-data tentang konsep bangunan green building dan
konsep eko-arsitektur di SMK Negeri 5 Kupang melalui gambaran dan foto.
c. Wawancara
Wawancara di lakukan kepada kepala sekolah dan guru wali kelas, untuk
mendapatkan data tentang jumlah siswa dan kondisi lingkungan fisik sekolah.
d. Desain Gambar
Hasil akhir dari pengumpulan data yang dilakukan kemudian dituangkan
dalam bentuk redesain kompleks pendidikan dengan konsep eko-arsitektur
daerah tropis kering.
F
X 100 % ……….………………………………………………………………………………….. (3.1)
x
Dimana: F = frekuensi yang diperoleh
X = jumlah perbandingan
(Sumber: Riduwan, 2003)
Selanjutnya dalam pengelohan data terlebih dahulu dilakukan interpretasi
tiap item dan mengelompokan ke dalam ketegori-kategori sesuai dengan indicator
nilai pada instrumen kondisi lingkungan fisik sekolah yang di amati.
Tabel 3.1. Variebel yang dinilai
Pencahayaan 7%
Penghawaan 7%
Saluran pembuangan 5%
36
Septic tank 5%
Sumur resapan 5%
Air bersih 5%
KM/WC 5%
Tempat sampah 5%
Jumlah 100%
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku/Jurnal/Skripsi
Akmal, I. (2006). Lighting. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, A. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Yayasan
Mutiara.
Frick, Heinz. 1996. Arsitektur dan Lingkungan. Kanisius: Yogyakarta.
G, B., & CA, B. (2006). Eco Architecture, Harmonization Bentween Architecture
and Nature. Southampton, UK: WIT Press.
37
Manno, I. (2008). Studi Pengelolaan Sanitasi Lingkungan Sekolah Di Kecamatan
Mollo Utara Kabupaten TTS. Kupang: Undana
Messakh, J. (2005). Kualitas Eko-Arsitektur Sekolah Di Kota Kupang Di Tinjau
DariAspek Lingkungan Fisik. Kupang : Undana
Messakh, J. (2008). Kajian Faktor Pendukung Pemanfaatan Cahaya Dan
Vemtilasi Alami Pada Gedung Pendidikan Di Kota Kupang. Kupang :
Undana
Suptandar, J Pamudji. (1999). Pengantar Merencanakan Interior Untuk
Mahasiswa Desain Dan Arsitektur. Jakarta : Djambatan.
Tona, Y. (2017). Studi Tentang Lingkungan Fisik Sekolah Yang Ramah
Lingkungan Di Kota Kefamenanu Kabupaten TTU. Kupang : Undana
Whardhan, A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkugan: Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Yeang, (2006) Ekologi arsitektur
2. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidkan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Permendiknas NO 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Peraturan Menteri PU No 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 Standar
Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan
38
39