Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

REDESAIN KOMPLEKS SMK NEGERI 5 KUPANG DENGAN

KONSEP EKO-ARSITEKTUR

YOHANES REFORMANTO NDJURUMANA

1601110033

Pembimbing I : Dr. Jakobis J. Messakh, M.Si

Pembimbing II : Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugerah, berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
semester melalui penulisan proposal penelitian dengan judul “Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko-arsitektur” sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis juga sangat berbangga kepada kedua Orang tua tercinta, Bapak/Ibu
Dosen dan teman-teman serta semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan limpah terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus, yang selalu melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis
dalam penyelesaian Proposal ini.
2. Bapak Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng, selaku ketua Jurusan/Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan juga selaku dosen mata kuliah yang telah
banyak memberikan motivasi, bimbingan dan ilmu pengetahuan sejak penulis
mulai berpacu dalam mempelajari ilmu di almamater tercinta sampai dengan
penulisan proposal ini.
3. Bapak Dr. Jakobis J. Messakh, M.Si, selaku pembimbing I yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
4. Bapak Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng, selaku pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
proposal ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah
mendidik dan membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan selama di
bangku perkuliahan.

i
6. Saudara-saudari tercinta yang selalu hadir dalam setiap kesulitan yang
dihadapi oleh penulis dan memberikan dukungan moril dan memotivasi
penulis hingga menyelesaikan penulisan proposal ini.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta yang senantiasa melimpahkan
cinta kasih dan dukungan dalam harapan dan doa. Serta semua keluarga yang
telah mendukung penulis dengan motivasi, maupun materi.
8. Teman-teman PTK/PTB angkatan 2016 yang selalu setia membantu dan
menolong penulis. Untuk teman-teman dan kaka-kaka BPK-MK Sola Gratia
yang telah membantu dengan caranya masing-masing.

Semoga semua dukungan, motivasi dan bantuan dari semua pihak yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan Yang
Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini tidak semuanya


sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat membuka diri
untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna
melengkapi penulisan selanjutnya. Semoga penulisan proposal penelitian ini
berguna bagi kita semua. Terima kasih. Syalom.

Kupang, ….Juli 2020


Penulis

Yohanes R. Ndjurumana

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Identifikasi Masalah..................................................................................5

1.3. Batasan Masalah........................................................................................6

1.4. Rumusan Masalah.....................................................................................7

1.5. Tujuan Penelitian.......................................................................................7

1.6. Manfaat Penelitian.....................................................................................7

BAB II......................................................................................................................9

LANDASAN TEORI...............................................................................................9

2.1. KAJIAN SEKOLAH.................................................................................9

2.1.1. Definisi Sekolah Menengah Kejuruan...............................................9

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan................9

2.1.3. Sistem Pembelajaran.............................................................................10

2.2. TATA LINGKUNGAN..........................................................................11

2.2.1. Tata Ruang/Gedung.........................................................................11

2.2.2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)..................................................15

2.2.3. Koefisien Daerah Hijau (KDH).......................................................16

2.2.4. Pencahayaan.....................................................................................16

2.2.5. Penghawaan.....................................................................................18

2.2.6. Drainase...........................................................................................20

2.2.7. Septick Tank....................................................................................21

iii
2.2.8. Sumur Resapan................................................................................23

2.2.9. Air Besih..........................................................................................24

2.2.10. Kamar Mandi (KM) / Water closed (WC).......................................24

2.2.11. Tempat Sampah................................................................................26

2.3. BANGUNAN GEDUNG........................................................................28

2.4. KONSEP EKO-ARSITEKTUR..............................................................35

2.4.1. Konsep Ekologi...................................................................................35

2.5. PENGOLAHAN LAHAN DALAM DAERAH ZONA.........................38

2.6. PENILITIAN YANG RELEVAN...........................................................39

2.7. KERANGKA BERPIKIR.......................................................................43

BAB III..................................................................................................................44

METODE PENELITIAN.......................................................................................44

3.1. Jenis Penelitian........................................................................................44

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................44

3.3. Jenis Dan Sumber Data...........................................................................45

3.4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................47

3.5. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data....................................................48

3.6. Jadwal Penelitian.....................................................................................50

3.7. Rencana Anggaran Biaya........................................................................50

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara,
tercantum dalam Pasal 1 (UU Nomor 20 Tahun 2003).

Sistem Pendidikan di Indonesia memiliki jenjang atau tingkatan


Pendidikan yang diatur dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UU Nomor 20 Tahun 2001) Pasal 17 yaitu , Sekolah adalah sebuah lembaga
yang dirancang untuk pengajaran siswa dibawah pengawasan guru. Sebagian
negara termasuk Indonesia memiliki sistem Pendidikan yang formal pada
umumnya wajib dilaksanakan untuk menciptakan generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mengalami kemajuan setelah mengalami pembelajaran.

Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan salinan lampiran VI


Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidkan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK).

Menurut Frik (1996) konsep Arsitektur ekologis merupakan konsep


keseimbangan lingkungan antara alam dan manusia. Perencanaan berkonsep
arsitektur ekologis bertujuan mendesain sistem lingkungan dalam bangunan
sehingga tidak membebani siklus alami. Variabel perancangannya dimulai dari
tautan lingkungan, bentuk bangunan, stuktur dan konstruksi, serta ruang
kemudian digabungkan dengan variabel perancangan pierce untuk mengambil
aspek fungsi. Strategi yang dilakukan memenuhi kebutuhan pencahayaan dan

1
penghawaan alami yaitu topografi, orientasi, panggung, pembentukan gedung,
atap tropis, organisasi struktur dan konstruksi, utilitas, landscape, sirip tetap,
jendela, loggia, (serambi), bukaan dinding, bukaan aktif, bebas hambatan.
Adapun tahap perancangannya yaitu mengidentifikasikan dan menganalisis
kondisi tapak, iklim dan lingkungan sekitar dengan survey lapangan untuk
merumuskan desain bangunan yang tepat. Proses perancangan desain melalui
pertimbangan analisis menggunakan seluruh strategi Eko-arsitektur dapat
menghasilkan konsep dan rancangan desain terutama pada pendekatan desain
sistem pencahayaan dan penghawaan alami.

Menurut Saroni (2006) mengatakan bahwa lingkungan belajar adalah


segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran.
Lingkunga belajar mencakup tiga komponen yaitu lingkunga keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketika anak memasuki usia
sekolah, maka lingkungan sekolah menjadi rumah kedua dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Menurut Yusuf (dalam Rahmawati,
2014) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek, moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Lingkungan sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola piker anak,
karena kelengkapan sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi
lingkungan yang baik sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan
belajar yang menyenangkan.

Salah satu aspek penting dari lingkungan sekolah adalah lingkungan


fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan
segala aspek yang berhubungan dengan upaya penyegaran pikiran bagi peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan.
Menurut Sedarmayanti (2001) mengatakan Lingkungan fisik dibagi atas dua
kategori yakni (a) lingkungan yang lansung berhubungan dengan siswa seperti
meja, kursi, ruang kelas, taman, km/wc, dan sebagainya. (b) lingkungan

2
perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan belajar yang
mempengaruhi kondisi manusia seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, tata warna,
keamanan dan lain sebagainya.

SMK Negeri 5 Kupang adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan


yang terletak di Jl. Nanga Jamal Kelurahan Naikoten I Kecamatan Kota Raja
Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. SMK Negeri 5 Kupang mulai
beroperasi sesuai dengan tanggal SK izin operasional yaitu 29 April 2006
dengan SK Pendirian Wali Kota Kupang Nomor: 47/KEP/KP/2006. Data
sekolah tahun 2019/2020 dimana jumlah guru 82 orang, kepala tata usaha 1
orang, tenaga teknis keuangan 5 orang, cleaning service 1 orang, satpan 3
orang, dan jumlah siswa 1291 yang tediri dari 1162 laki-laki dan 129 siswa
perempuan. Berdampingan dengan SMP Negeri 9 Kupang. SMK Negeri 5
Kupang berdiri diatas lahan seluas 5910,941 m² (0,59 Ha), fasilitas terbangun
pada lokasi tersebut adalah 44 ruangan yang terdiri dari luas bangunan 2598
m², sedangkan untuk mengetahui Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Menurut
Permendiknas NO 40 Tahun 2008 tentang sarana dan prasarana pendidikan
untuk SMK/MAK mengatakan Koefisien Dasar Bangunan adalah maksimum
30%. Jika melebihi dari itu artinya telah melebihi KDB yang di tentukan,
sedangkan luas bangunan dan luas lantai kedap air SMK Negeri 5 Kupang
2598 m². Untuk mengetahui Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dari SMK
Negeri 5 Kupang yaitu 2598 m² / 5910,941 m² x 100% = 43% ~ 0,43. Maka
KDB dari SMK Negeri 5 Kupang melebihi KDB yang di tentukan. Luas lantai
kedap air yang di hasilkan yaitu 30% x 5910,941 m² = 1773,282 m².
Sedangkan untuk Koefisien Daerah Hijau (KDH) memiliki presentase
minimum 30%, Untuk mengetahui Koefisien Daerah Hijau (KDH) dari SMK
Negeri 5 Kupang yaitu 2598 m² / 5910,941 m² x 100% = 43%, sarana fisik
pendukung belajar seperti ruangan kelas yang tidak kondusif akibat dari
pembangunan yang belum memperhatikan kenyamanan penghuni, kepemilikan
penggunaan media belajar yang masih rendah, ruangan praktek yang belum
memenuhi standar, penataan lingkungan sekolah yang kurang memperhatikan
3
nilai-nilai kenyamanan dan kebersihan, pembuangan sampah, pengelolaan
lingkungan hijau yang belum tersedia, kurangnya sumur resapan, kondisi
drainase yang tidak layak, dan kurangnya lahan parkir untuk kendaraan roda 2
maupun roda 4.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis sebagai salah satu


mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, ingin membantu
siswa/siswi dan guru-guru maupun staf yang berada di SMK negeri 5 Kupang
dengan melakukan penelitian yang berjudul ”Redesain Kompleks SMK
Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko – Arsitektur“

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan Latar Belakang masalah yang terurai diatas maka masalah
tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
a. Kondisi lingkungan sekolah berperan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Pengamatan
awal di lapangan menunjukan bahwa masalah-masalah mengenai penataan
ruangan yang kurang beraturan contoh nya ruang Belajar atau Kelas dan
ruang Bengkel atau Praktek yang berdekatan sehingga mengganggu
kegiatan belajar mengajar (KBM) akibat suara bising mesin dari ruang
bengkel/praktek dan lahan parkir untuk kendaraan yang kurang memadai,
masih problem yang ditemui di SMK Negeri 5 Kupang.
b. Bangunan gedung SMK Negeri 5 Kupang yang umumnya sudah dibangun
dan diperkirakan kurang memperhatikan prinsip-prinsip desain yang
ramah lingkungan sesuai standar bangunan sekolah yang keluarkan oleh
kemendikbud. Seperti tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
SMK/MAK, contohnya standar rasio luas minimum ruang kelas adalah 1,5
– 2 m² / peserta didik.
c. Kawasan SMK Negeri 5 Kupang yang kurangnya kawasan hijau dan
drainase pada lingkungan sekolah.

4
1.3. Batasan Masalah
Mengingat cakupan masalah cukup luas tentang redesain komplek SMK
Negeri 5 Kupang dengan konsep eko-arsitektur yang tidak mungkin terungkap
secara keseluruhan karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti
maka permasalahan peneliti ini di batasi pada tata ruang, pencahayaan,
penghawaan, saluran keliling bangunan, salurang pembuangan, septic tank,
sumur resapan, air bersih, KM/WC, Tempat Sampah, Koefisien Dasar
Bangunan, Koefisien Daerah Hijau, Konstruksi bangunan, sehingga aspek
non-fisik seperti pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah
secara umum, proses pembelajaran, materi, kurikulum, dan lain-lain tidak
termasuk dalam penelitian ini. Jenjang pendidikan yang diteliti hanya pada
jenjang SMK yang ada di kota Kupang, yakni Sekolah SMK Negeri 5
Kupang.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah yang di ambil adalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana kondisi lingkungan sekolah SMK Negeri 5 Kupang jika di
tinjau terhadap konsep pembangunan eko-arsitektur?
b. Bagaimana model desain lingkungan sekolah SMK Negeri 5 Kupang jika
di tinjau terhadap konsep pembangunan eko-arsitektur?

1.5. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengkaji kondisi lingkungan sekolah SMK Negeri 5 Kupang jika di tinjau
terhadap konsep pembangunan eko-arsitektur.
b. Menghasilkan model desain lingkungan sekolah SMK Negeri 5 Kupang
jika di tinjau terhadap konsep pembangunan eko-arsitektur.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini mempunyai beberapa manfaat antara lain:

5
1.1.1. Manfaat Teoritis
Agar Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko-arsitektur.
1.1.2. Manfaat Praktis
1.1.2.1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan memperkaya kajian tentang Redesain
Kompleks SMK Negeri 5 Kupang dengan konsep Eko-arsitektur.
1.1.2.2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki Kompleks atau Kawasan
bangunan gedung sekolah agar menunjang kelancaran proses belajar
mengajar dan menghasilkan pembelajaran yang baik.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. KAJIAN SEKOLAH

2.1.1. Definisi Sekolah Menengah Kejuruan

Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK/MAK) merupakan bagian dari


sistem pendidikan nasional yang memiliki tujuan pendidikan kejuruan yaitu
menghasilkan tenaga kerja terampil yang memiliki kemampuan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dunia usaha/industri, serta mampu mengembangkan potensi
dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. (Salinan Lampiran I Peraturan Menteri
Pendidikan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018).

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

2.1.2.1. Fungsi Sekolah Menengah Kejuruan

Fungsi dari pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yaitu dijeslakan


dalam Salinan Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 34

6
Tahun 2018, berdasarkan kriteria tersebut dirumuskan 9 area kompetensi lulusan
SMK/MAK yaitu, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kebangsaan dan cinta tanah air, karakter pribadi dan sosial, literasi, kesehatan
jesmani dan rohani, kreativitas, estetika, kemampuan teknis, kewirausahaan.

2.1.2.1. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan

Dalam Salinan Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan


Nomor 34 Tahun 2018, untuk mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan di atas
diperlukan standar kompetensi lulusan SMK/MAK yang dijabarkan dari profil
lulusan sebagai berikut :

1. Beriman, bertakwa, dan berbudi pekerti luhur.


2. Memiliki sikap mental yang kuat untuk mengembangkan dirinya
secara berkelanjutan.
3. Menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan seni serta memiliki
ketrampilan sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
4. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan bidang keahliannya
baik untuk bekerja atau berwirausaha.
5. Berkontribusi dalam pengembangan industri Indonesia yang
kompetitif menghadapi pasar global.

2.1.3. Sistem Pembelajaran


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki ketentuan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Standar proses pembelajaran dikembangkan
mengacu pada standar kopetensi lulusan dan standar isi. Proses pembelajaran
diselengarakan berbasis aktivitas secara interaktif, inspiraktif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik. Standar proses pembelajaran
7
SMK/MAK bertujuan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru/instruktur sehingga dapat mengembangkan potensi, prakarsa,
dan kemandirian peserta didik sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan
psikologis peserta didik. (Salinan Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan
Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018).

2.2. TATA LINGKUNGAN

2.2.1. Tata Ruang/Gedung


Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan
pengaturan/penataan ruang kelas belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang
belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan guru dapat
bergerak dengan leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan
ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan :

a. Ukuran dan bentuk kelas


b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja
c. Jumlah siswa dalam kelas
d. Perabotan pendukung ruangan
e. Pencahayaan yang cukup untuk membaca
f. Ukuran ruang praktek
g. Dan pewarnaan ruang kelas maupun ruang praktek

Menurut Permendiknas No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan


Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) antar lain : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium
komputer, ruang laboratorium IPA, ruang praktik gambar teknik, ruang pimpinan,
ruang guru, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi
kesiswaan, jamban, gudang, tempat bermain/berolahraga, ruang praktik program
teknik konstruksi kayu, ruang praktik program keahlian teknik batu beton, ruang
praktik program keahlian teknik pembangkit tenaga listrik, ruang praktik program
keahlian multimedia, ruang praktik program keahlian teknik audio video, ruang
praktik program keahlian teknik las dan ruang praktik program keahlian teknik
8
mekanik otomotif. Kondisi fisik setiap ruangan harus di perhatikan mulai dari
pencahayaan dan penghawaan. Adapun luas minimum masing-masing ruang
menurut Permendiknas No 40 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Ruang kelas: luas minimum 30 m², lebar minimum ruang kelas 4 m,


rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m²/peserta didik, dan
kapasitas minimum ruang kelas adalah 32 peserta didik.
2. Ruang Perpustakaan: luas minimum ruang perpustakaan 96 m² dan
lebara minimum perpustakaan 8m².
3. Ruang Laboratorium Komputer: luas minimum ruang 64 m² termasuk
luas ruang penyimpana dan perbaikan 16 m², lebar minimum 8 m, dan
rasio minimum ruangan laboratorium komputer 3m²/peserta didik.
4. Ruang Laboratorium IPA: luas minimum ruang 64 m² termasuk luas
ruang penyimpanan dan persiapan 16 m², lebar minimum ruang
laboratorium 8 m, dan rasio minimum ruang laboratorium IPA 3 m²/
peserta didik.
5. Ruang Gambar Teknik: luas minimum ruang 64 m², lebar minimum
ruang laboratorium 8 m, dan rasio minimum ruang laboratorium 3 m²/
peserta didik.
6. Ruang Pimpinan: luas minimum ruang pimpinan 18 m² dan lebar
adalah 3 m.
7. Ruang Guru: luas minimum 56 m² dan rasio minimum ruang guru 4
m²/pendidik.
8. Ruang Tata Usaha: luas minimum 32 m² dan rasio minimum luas
ruang tata usaha 4 m²/petugas.
9. Ruang Konseling: luas minimum ruang konseling 12m².
10. Ruang UKS: luas minimum ruang UKS 12 m²
11. Ruang Organisasi Kesiswaan: luas minimum ruang organisasi
kesiswaan 12 m².
12. Jamban: luas minimum 1 unit jamban 2 m² dan jumlah minimum
jamban di setiap SMK/MAK adalah 3 unit.

9
13. Gudang: luas minimum gudang 24 m².
14. Tempat Bermain/Berolahraga: jika banyak peserta didik kurag 334
orang, maka luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1.000
m². di dalam luasan tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran
minimum 30 m x 20 m yang memiliki permukaan datar, dan rasio
minimum luas tempat bermain/berolahraga adalah 3 m²/peserta didik.
15. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Konstruksi Kayu: luas
minimum ruang praktik 304 m² untuk menampung 32 peserta didik
yang meliputi area kerja kayu tangan 128 m², area kerja mesin kayu 64
m², area kerja kontruksi kayu 64 m², ruang penyimpanan dan instruktur
48 m².
16. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Batu dan Beton: luas
minimum ruang praktik 304 m² untuk menampung 32 peserta didik
yang meliputi area kerja batu dan beton 128 m², ruang kerja
pemasangan dan finishing 128 m², ruang penyimpanan dan instruktur
48 m².
17. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Pembangkit Tenaga Listrik:
luas minimum ruang praktik 208 m² untuk menampung 32 peserta
didik yang meliputi area kerja pembangkit tenaga listrik 96 m², ruang
penyimpanan dan instruktur 48 m².
18. Ruang Praktik Program Keahlian Multimedia: luas minimum ruang
praktik 208 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi
ruang praktik pengembangan perangkat lun ak (software) 64 m², area
kerja/studio rekam gambar dan suara 48 m², ruang perawatann dan
perbaikan 48 m², ruang penyimpanan dan instruktur 48 m².
19. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Audio Video: luas minimum
ruang praktik 240 m² untuk menampung 32 peserta didik yang
meliputi area kerja mekanik teknik elektro 48 m², laboratorium dasar
teknik elektro 48m ², ruang praktik audio video 96 m², ruang
penyimpanan dan instruktur 48 m².

10
20. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Las: luas minimum ruang
praktik 256 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi area
kerja bangku 64 m², area kerja las oksi-asetilin 96 m, area kerja las
busur listrik 48 m², ruang penyimpanan dan instruktur 48 m².
21. Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Mekanik: luas minimu ruang
praktik 256 m² untuk menampung 32 peserta didik yang meliputi area
kerja mesin otomotif 96 m², area kerja kelistrikan 48 m, area kerja
chasis dan pemindahan tenaga 64 m², ruang penyimpanan dan
instruktur 48 m².

2.2.2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dapat diartikan secara sederhana yaitu
nilai persen yang didapat dengan membandingkan luas lantai dasar dengan luas
tanah. Adapaun pengertian lain berdasarkan Peraturan Menteri PU No
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara mengatakan
KDB adalah angka persentase perbandingan antar luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan atau tanah perpetakan atau daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan. Menurut Permendiknas No 40 Tahun 2008 tentang sarana dan
prasarana SMK/MAK mengatakan Koefisien Dasar Bangunan untuk sekolah
adalah maksimum 30%. Misalnya, lahan 2000 m² maka daerah yang dapat kita
bangun hanya 30% x 2000m² = 600 m². Jika melebihi dari itu artinya telah
melebihi KDB yang di tentukan. Sisa lahannya akan digunakan untuk ruang
terbuka hijau yang berfungsi sebagai area resapan air.

2.2.3. Koefisien Daerah Hijau (KDH)


Berdasarkan Peraturan Menteri PU No 22/PRT/M/2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara mengatakan Koefisien Daerah Hijau
(KDH) adalah angka persentase perbandingan antar luas seluruh ruang terbuka di
luar bangunan gedung yang luas tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

11
Koefisien daerah hijau memiliki persentase minimum 30%, maka misalnya lahan
seluas 2000 m² : 0,30 x 2000 = 600 m² merupakan angka minimum luas daerah
hijau di lingkungan sekolah.

2.2.4. Pencahayaan
Pencahayaan pada umum menggunakan sumber pencahyaan alam
(pencahayaan alami) dan juga sumber energi listrik (pencahyaan buatan). Sistem
pencahayaan yang dipilih haruslah yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman
untuk penglihatan, tidak menghambat kelancaran kegiatan, tidak mengganggu
kesehatan terutama dalam ruang-ruang tertentu dengan menggunakan energi yang
seminimal mungkin (Akmal, 2006).

Pencahayaan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu sebagai sumber


cahaya untuk kegiatan sehari-hari, untuk member keindahan dalam desain suatu
ruang, untuk menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan karakter dan funsi ruang.
Selain fungsi utama tersebut pencahayaan juga dapat memberi nilai lebih dalam
suatu ruang. Pertama adalah pencahayaan dapat membangun suasana. Dalam
sebuah desain, efek fisik dan psikologis adalah satu kesatuan yang saling
mempengaruhi, begitu pula dalam pencahayaanyang terlalu terang akan
membantu kita merasa terbangun dan sangat aktif. Sedangkan pencahayaan yang
temaram dan redup menciptakan rasa rileks bahlan mungkin mengantuk. Hal
tersebut merupakan efek psikologis dalam bentuk fisik pencahayaan. Suasana
ruang dapat diciptakan dari warna dan intensitas cahayanya. Kedua adalah
pencahayaan dapat membentuk indeks efek warna. Pencahayaan harus dapat
memberi efek warna yang tetap pada benda dan sudut ruang yang ingin
ditonjolkan.

Dalam perancangan suatu interior, hubungan antara unsure dinding, lantai,


langit-langit dan unsure lighting mempunyai peranan yang cukup dominan, karena
akan menimbulkan kesan-kesan gembira, ceria, seram, formil dan sebagainya
(Suptandar, 1999). Tujuan pencahayaan buatan adalah memberikan penerangan
ruang dimalam hari dan menciptakan efek-efek cahay tertentu baik siang atau

12
malam hari, khususnya pada bagian ruangan yang mempunyai point of interest.
Keunggulan pencahayaan buatan dibandingkan dengan pencahayaan alami
(Suptandar, 1999) adalah :

a. tidak tergantung pada waktu dan cuaca.


b. Mampu meningkatkan nilai obyek yang dipamerkan.
c. Intensitas cahaya dapat diatur.
d. Jumlah kekuatan cahaya dapat diataur sesuai keinginan.
e. Dapat diletakan dimana saja sesuai dengan kondisi ruang.
f. Jenis warna dan lampu beraneka ragam.

Pencahayaan pada ruang kelas adalah masalah utama desain pencahayaan


pada sekolah. Pencahayaan untuk area ruang kerja di ruang kelas sangant penting
karena di dalam ruang kelas terdapat proses interaksi antara guru dan para murid.
Selain itu adapun kegiatan paling inti yaitu membaca dan menulis. Kegiatan
membaca oleh murid memiliki 2 (dua) jarak pandang yaitu, membaca diatas meja
kerja dengan jarak pandang dekat dan membaca dengan jarak jauh dari tempat
duduk memandang ke papan tulis di depan kelas. Dengan adanya pencahayaan
yang optimal, kegiatan tersebut dapat membantu, kebutuhan para murid sekaligus
guru dalam kelas, dimana juga kita ketahui para siswa banyak menghabiskan
waktu didalam kelas dalam melaksanakan proses belajar.

2.2.5. Penghawaan
Pengudaraan atau yang biasa disebut penghawaan adalah upaya bentuk
mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran hidup dalam suatu ruang melalui
sirkulasi udara yang baik. Penghawaan terdiri dari penghawaan alami dan
penghawaan buatan. Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses
pertukaran udara didalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen yang terbuka.
Penghawaan alami sangat di perlukan bagi suatu bangunan tersebut, karena selain
pertimbangan efisien, juga kualitasnya masih jauh lebih baik dibandingkan
dengan penghawaan buatan (Akmal, 2006). Adapun hal-hal yang sangat berkaitan
dengan penghawaan alami.

13
a. Pencahayaan, yaitu suatu intensitas kebutuhan penerangan pada suatu
ruang yang telah dibuat, terutama untuk pemanfaatan penerangan dari
cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan terhadap
lingkungan luar.
b. Kelembaban, yaitu intensitas banyaknya uap air pada udara dalam
ruangan. Hal ini biasanya berhubungan dengan tingkat kelembaban dalam
ruang tersebut. Oleh karenanya perhitungan untuk tingkat kelembaban
dalam membuat penghawaan alami juga cukup diperlukan.
c. Luas bukaan, yaitu ukuran luas suatu bukaan yang juga menjadi titik
adanya penggantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa
pintu, jendela, jelusi, lubang angin, atau kisi-kisi, dan lubang-lubang lain
yang mungkin ada pada suatu ruangan. Dalam perencanaan bangunan
dihindari suatu ruang yang gelap dan pengap sehingga perlu adanya suatu
penghawaan alami.

Sedangkan penghawaan buatan adalah upaya mendapatkan kondisi ruangan


yang thermal comfort atau kondisi yang harus memenuhi persyaratan tertentu
sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa adanya ketergantungan dengan
lingkungan luar. Artinya penghawaan buatan dapat di kondisikan berdasarkan
besarnya beban kalor. Agara didapatkan suatu sistem serta kapasitas pendingin
yang tepat, maka perlu diketahui besarnya beban kalor pada ruangan tersebut
karena fungsi dari penghawaan buatan (Air Conditioning) adalah untuk
menghapus beban tersebut sehingga suhu dan kelembaban udara tetap nyaman.
Besar beban kolor yang terjadi ditentukan oleh hantaran panas secara tranmisi,
ventilasi atau infiltrasi, beban intern (manusia atau elektronik). Dengan
memperhatikan hal tersebut, maka dalam mendesain ruang yang menggunakan
penghawaan buatan harus menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut
(Suherman dalam Messakh, 2008) :

a. Bentuk ruang cenderung beraturan agar memudahkan dalam


perencanaan sistem penghawaan buatan.

14
b. Bentuknya diarahkan sejajar arah angin agar udara dari hasil
penghawaan adalah udara yang sejuk.
c. Langit-langit atau plafon ruang di buat relative rendah untuk
memperkecil volume ruang.

2.2.6. Drainase
Ketersediaan drainase sekolah untuk air limbah dan air hujan sangat
diperlukan dalam suatu kopleks sekolah. Karena jika terjadi sebaliknya, akan
mengakibatkan penurunan mutu lingkungan. Lingkungan tersebut biasanya akan
tergenang air dan becek ketika musim penghujan. Selain itu dampak yang
dikuatirkan akan timbul terhadap lingkungan, apa bila tidak tersedia drainase
yakni berupa bau busuk, keadaan air penerima akan menjadi tempat
perkembanganbiakan lalat, nyamuk, cacing, kecoak, dan serangga lainnya yang
dapat mengakibatkan timbulnya penyakit diare, dan juga mengalami penurunan
kualitas air tanah dangkal maupun kesehatan lingkungan (Poerbo dalam Messakh
2005).

Antisipasi terhadap kemungkinan tersebut, perlu adanya wawasan tentang


pembangunan berkelanjutan yang dapat digunakan untuk dapat menyadarkan
masyarakat khususnya warga sekolah dalam hal pengelolaan air hujan dan air
kotor secara baik. Pengamanan air prinsipnya terletak pada dua pengelolaan
teknis, yaitu peningkatan daya serap tanah dan pengendalian air. Langkah
antisipasi lanjutan, termasuk dalam pengelolaan lingkungan fisik sekolah yang
perlu dilakukan yaitu :

a. Setiap pembangunan disyaratkan agar limbah domistik dapat dialirkan


melalui satu sistem saluran atau drainase permanen.
b. Pada suatu kompleks dibutuhkan saluarn sekunder yang berfungsi
mengumpulkan atau menangkap limbah domestik dan air hujan dari
saluran-saluran pemukiman yang selanjutnya dialirkan ke saluran induk
(saluran pembuangan).

15
c. Membuat saluran induk atau saluran pembuangan yang berfungsi
menangkap limbah domestik dan air hujan dari saluran sekunder yang
selanjutnya dialirkan ke tempat pengelolaan limbah.
d. Menentukan cara atau metode pengelolaan,
e. Setelah limbah diproses dan telah memenuhi ambang batas lingkungan,
maka selanjutnya dialirkan ketempat yang tepat.

2.2.7. Septick Tank


Air limbah adalah bekas buangan yang tidak di perbolehkan membuang
disembarangan tempat, tetapi harus ditampung dalam bak penampung. Sistem
pengelolaan air limbah khususnya dilingkungan sekolah yang umumnya masih
menggunakan sistem setempat, septic tank atau bacluk meskipun belum semuanya
dibuat dengan konstruksi permanen. Pada beberapa tempat masih belum tertata
dengan baik, bahkan belum memiliki septic tank. Padahal menurut Tangaro
(dalam Imanuel Manno, 2008), bahwa desain saluran air limbah ke septic tanck
itu harus dialirkan pada jarak sependek mungkin dan tidak di perbolehkan
membuat belokan-belokan tegal lurus.

Limbah dialirkan dengan kemiringan pipa 0,5-1% ke dalam bak


penampungan (septick tank). Bak inii tidak boleh di campur dengan air bekas
buangan apalagi mengandung sabun. Menurut Poerbo dalam Messakh (2005)
adapun dimensi septic tank sesuai julah orang.

Table 2.1. Dimensi Perencanaan Septick Tank

Jumlah orang yang di


Volume (m³) Ukuran (m)
layani
60 4 1.2 x 2.5 x 1.5
120 8 1.5 x 3.5 x 1.9
180 12 1.8 x 4 x 1.9
240 16 1.8 x 4 x 1.9
300 20 2.2 x 5.4 x 2
360 24 2,4 x 6 x 1.5
420 28 2.5 x 6 x 2.1
480 32 2.5 x 7 x 2.1
Sumber : Poerbo, dalam Messakh (2005)
16
2.2.8. Sumur Resapan
Sumur resapan merupan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur
resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah. Penerapan sumur resapan
sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa fungsi sumur resapan
bagi kehidupan manusia adalah sebagai pengendali banjir, melindungi dan
memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan laju erosi (Kusnaedi, 2011).

Sumur resapan dapat dikatakan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi


air, berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk
sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan ini
adalah sebagai tempat menampung air hujan dan meresap ke dalam tanah.
Sementara itu, mamfaat yang dapat diperoleh dari pertumbuhan sumur resapan air
di antaranya adalah :

1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air


sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi.
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air
tanah.
3. Mengurangi atau menahan terjadinya kenaikan air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan wilayah petani.
4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagi akibat pengambilan air
tanah yang berlebihan.
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

2.2.9. Air Besih


Ketersediaan air bersih di sekolah sangat diperlukan dalam jumlah yang
relative banyak. Hal ini mengingat jumlah warga sekolah yang yang terdiri dari
siswa, guru dan pegawai yang mencapai ratusan orang. Sehingga kebutuhan air
bersih akan lebih banyak. Jenis kebutuhan air disekolah adalah untuk minum,
membersihkan lantai, membersihkan WC, mencuci peralatan laboratorium dan
menyiram tanaman.

17
Suber daya air yang digunakan untuk kebutuhan komunitas sekolah dapat
berasal dari keran air, menggali sumur, pompa sumur (sumur bor), atau mata air
yang mengalir dari pegunungan, untuk mengurangi pembatasan air di sekolah,
perlu dilakukan upaya deliverance menurut prioritas. Misalnya, hanya air bersih
untuk minum dan mengisi bak mandi. Sedangkan untuk keperluan lain, seperti
membersihkan toilet, membersihkan lantai, dan menyiram tanaman, dapat
memanfaatkan air dari panampungan air hujan.

2.2.10. Kamar Mandi (KM) / Water closed (WC)


Kamar mandi/Water closed (WC) yang dimaksudkan adalah bangunan atau
ruangan tertentu yang diperuntukan sebagai tempat pembuangan hajat manusia.
Pemanfaatan kamar mandi/WC sangat dibutuhkan di setiap tempat termasuk
sekolah. Hal ini perlu terjaga karena tinja manusia dapat mencemari
lingkungannya baik bau maupun menjadi sebab dari beberapa penyakit.

Peruntukan kamar mandi/WC sudah seharusnya memenuhi standar yaitu


harus mempertimbangkan kebutuhan penggunaan air seperti di jelaskan Wardhana
(2001) yaitu rata-rata pemanfaatannya per orang, per hari itu sekitar 20,000 liter.
Dengan demikian, tingkat kebersihan air bersih dalam penggunaan kamar
mandi/WC jangan sampai berlebihan atau berkekurangan karena dapat
menimbulkan polusi.

Perhatianserius terhadap penyediaan kamar mandi/WC tersebut karena


komponen ini selain menyatuhkan lingkungan mikro juga lingkungan meso,
amsari (dalam Messakh, 2005). Lingkungan mikro adalah lingkungan sempit
dimana manusia tinggal; sedangkan lingkungan meso adalah lingkungan dimana
manusia melakukan suatu fungsi tertentu secara tetap pada umumnya dalam
bentuk mencari nafkah seperti lingkungan pabrik, pasar, sekolah dan sebagainya.

Untuk analisis kebutuhan peralatan plambing untuk KM/WC dapat dilihat pada
table 2.2 berikut :

18
Table 2.2. Analisis kebutuhan peralatan plambing untuk KM/WC

Tipe Bangunan Closet Urinor Wastafel


Sekolah Dasar Setiap 30 laki-laki Setiap 35 laki-laki
memerlukan 1 kloset memerlukan 1
wastavel
Setiap 25 laki-laki Setiap 35
memerlukan 1 kloset perempuan
memerlukan 1
wastavel
Sekolah Lanjutan Setiap 40 laki-laki Setiap 40 laki-laki
memerlukan 1 kloset memerlukan 1
urionior Setiap 35 laki-laki
memerlukan 1
wastavel
Setiap 30 laki-laki
memerlukan 1 kloset Setiap 35
perempuan
memerlukan 1
wastavel
Sumber : Tanggaro dalam Mann0 (2008)

2.2.11. Tempat Sampah


Tempat sampah adalah bangunan atau tempat yang digunakan untuk
mabuang atau menampung sampah di sekolah. Sampah adalah kumpulan barang
atau benda yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang
yang biasanya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuik
kegiatan industry) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia termasuk di
dalamnya dan umumnya bersifat padat (Aswar, 1990). Sampah dan limbah padat
dapat dibedakan berdasarkan wujud dan pengelolaan khusus agar tidak mencemari
lingkungan, sedangkan sampah tidak. Contohnya, feses termasuk kepada
golongan limbah dan bukan sampah.

Dampak yang di timbulkan oleh sampah terhadap lingkungan, di antaranya


berhubungan dengan bangunan kenyamanan dan estetika, terjadi karena
lingkungan, gangguan terhadap kesehatan manusia berupa penyakit, gangguan
terhadap kesehatan genetic dan reproduksi manusia serta peresapan ekosistem
dalam skala besar. Conterius mengelompokkan pengolahan sampah tidak hanya
terbatas pada bagaimana menyingkirkan dan tidak terlihat, tetapi lebi9h p0enting
adalah bagaimana mengolah untuk memusnakannya sehingga dampak negative
19
dari sampah dapat dikurangi. Selanjutnya, katakana penanganan sampah
dilakukan tiga cara yaitu :

a. Menghindari atau mencegah.


b. Mengolah.
c. Menyingkirkan.

Intinya, menurut Slamet (dalam Manno, 2008) apabila tidak dapat


permasalahan menumpuknya sampah, dan diselesaikan dengan mengangkut atau
membuang ke suatu lembah yang jauh dari pusat keramaian/aktifitas manusia,
maka permasalahan tidak diselesaikan, tetapi hanya dipindahkan untuk timbul
masalah lain seperti pencemaran air tanah, udara dan benda hidup dan sebagainya.
Sebagai akibatnya, masyarakat akan menderita kerugian yang besar dalam bentuk
gangguan kesehatan.

Jenis-jenis sampah antara lain :

a. Sisa makanan atau sampah basah yang mudah terurai.


b. Sampah kering yang mudah di bakar.
c. Sampah dari bangunan seperti beton, papan dan sebagainya.
d. Sampah khusus yaitu sampah yang sulit diklasifikasikan misalnya sampah
jalanan, binatang mati, dan bekas kendaraan.
e. Sampah berbahaya seperti bahan kimia, biologi yang mudah meledak dan
mengandung radio aktif.

Adapun kategori sampah yang bersifat khusus seperti di lingkungan sekolah


sampah khusus antara lain sampah yang terkontaminasi dengan virus dan racun
seperti alat-alat praktek yang tidak dipakai lagi, obat-obatan yang tidak di pakai,
hasil praktek yang tidak di pakai lagi yang dibuang dari ruang praktek yang dapat
membahayakan peserta didik dan makhluk lain.

Cara pencegahan atau penanganan sampah antara lain :

20
a. Memisahkan dan mengkategorikan sampah mulai masing-masing sampah
yang dapat dilalui.
b. Harus dibakar di incelrator.
c. Ditampung di sebuah container dan selanjutnya di bakar di tempat
pembekaran sampah.

2.3. BANGUNAN GEDUNG


Setiap bangunan gedung, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan
agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/konstruksi beban dan
memenuhi syarat keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayakan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bengunan gedung, lokasi, keawetan. Struktur-struktur
yang membentuk konstruksi bangunan dibedakan menjadi dua yakni bangunan
atas dan bangunan bawah. Bangunan atas meliputi atap, kuda-kuda, ring balk,
kolom dan dinding. Sedangkan bagian dari bangunan bawah diantaranya sloof dan
pondasi.

Bangunan terdiri berbagai jenis dan fungsi salah satunya adalah bangunan
jenis komersial yang diperuntukan untuk banyak orang seperti pasar, sekolah,
rumah sakit, dan sebagainya. Bangunan tersebut dibangun pada lahan yang telah
disediakan dengan bentuk yang sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan
Permendiknas No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana
SMK/MAK.

Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari: koefisien


lantai dan ketinggian maksimum bangunan yang ditentukan oleh perda. Adapun
syarat keselamatan kesehatan dan kenyamanan bangunan sebagai berikut :

1. Luas lantai bangunan dihitung berdasarkan banyak dan jenis program


keahlian, serta sebanyak rombongan belajar di masing-masing program
keahlian.
2. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan berikut:

21
a. Koefesien dasar bangunan mengikuti Peraturan Daerah atau
maksimum 30% dari luas lahan di luar lahan praktik.
b. Koefesien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
c. Koefesien lantai bangunan dihitung berdasarkan luas lahan efektif.
d. Jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan dengan
as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, atau Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) atau saluran Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET), jarak antar bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak
antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.
e. Garis sempadan bangunan samping dan belakang mengikuti peraturan
daerah atau minimum 5 meter.
3. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan beriku:
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan
beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan
untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi system proteksi pasif dan proteksi aktif untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
4. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut:
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan
pencahayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air
bersih, saluran air kotor dan air limbah, tempat sampah, dan saluran
air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan
tidak menimbulkan danpak negatif terhadap lingkungan.
5. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
6. Bangunan memenuhi persyaratan kenyaman berikut:
22
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang menggangu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan jendela yang tanpa atau dengan
lampu penerangan dalam ruangan tersebut dapat memberikan tingkat
pencahayaan sesuai dengan ketentuan untuk melakukan kegiatan
belajar.
7. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut:
a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.
8. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat dengan lebar
minimum 1,2 meter, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran
dan bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilenkapi
petunjukarah yang jelas.
c. Alat pemadam kebakaran pada area yang rawan kebakaran.
d. Setiap ruangan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
9. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 2.200 watt.
Instalasi memenuhi ketentuan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
10. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan,
dengan diawasi secara profesional.
11. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19
Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
12. Bangunan SMK/MAK baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
13. Pemeliharaan SMK/MAK adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecetan ulang, perbaikan sebagian
daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air
dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

23
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon,
rangka kayu kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum
sekali dalam 20 tahun.
14. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanagan yang berlaku.

Sistem konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang


menempel pada sistem struktur utama, sedangkan fungsi dari sistem konstruksi
adalah elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerima beban secara
langsung. Penempatan sistem konstruksi padabangunan berlantai berada pada
tangga, dinding, plafond, atap, lisplank, talang air dan listrik/energi.

1. Tangga
Tangga merupakan alat transportasi dalam bangunan vertical. Tangga dalam
system struktur masuk pada bagian super struktur. Bagian-bagian tangga yang
sangat perlu diperhatikan adalah system penentuan Langkah datar (aantrade),
Langkah tegak (optrade) dan system penempatannya. karena dengan penentuan
tiga bagian ini maka tangga akan terasa nyaman. Tangga memiliki bentuk,
yaitu tangga tusuk lurus, tangga tusuk miring dll. Sedangkan system konstruksi
tangga terbagai atas, konstruksi tangga kayu, baja, beton dan batu bata.
2. Dinding
Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu
konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik
dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan. Ditinjau dari
bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan menjadi 5
macam yakni: Bata cetak/bata kapur, Bata celcon atau hebel, Dinding Partisi,
Batako dan blok beton, Batu bata (bata merah).
3. Plafond.
Plafond atau langit-langit merupakan bagian dari super struktur dan termasuk
dalam system konstruksi bangunan. Plafond/langit-langit berfungsi sebagai
pemberi rasa nyaman dalam penghawaan suatu bangunan, baik itu bangunan
berlantai ataupun tidak berlantai. Pengertian plafond atau langit-langit adalah
24
suatu lapisan atau bidang yang membatasi tingginya suatu ruang dan berfungsi
untuk keamanan, kenyamanan serta keindahan suatu ruangan. Untuk jenis
bahan/material dari plafond atau langit-langit terdiri dari: asbes/eternity,
tripleks, multipleks dan lain-lain. Dari segi pemasangan konstruksi rangka
palfond atau langit-langit disesuaikan dengan bentuka ruangan pada suatu
bangunan.
4. Atap
Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai
penerima beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting
dalam sistem struktur diantaranya:
a. Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah
lingkaran, gergaji, atap setengah, dll.
b. Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen,
seng, sirap dan spandec.
c. Konstruksi kuda-kuda, seperti: konstruksi kuda-kuda pelana
konstruksi kuda-kuda perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan
dengan system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup
dan system konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.
5. Listplank
Dari segi konstruksi, lisplank menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak
berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-
batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya
bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut
agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi
menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap
lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran
lisplang.
6. Talang Air
Talang air merupakan bagian dari konstruksi bangunan dimana termasuk pada
system up struktur. Talang air adalah suatu konstruksi yang berada pada sisi
25
bawah bidang atap yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari
bidang atap ke saluran pembuang dan untuk mengurangi teritisan air hujan
yang akan mengenai atau membasahi tembok, talang air terdapat pula pada
pertemuan sisi bawah dua bidang atap yang membentuk lembahan. Talang air
memiliki bentuk-bentuk yang dapat disesuaikan dengan kondisi atap bangunan,
seperti: setengah lingkaran, segitiga, empat persegi panjang, trapesium dan
lain- lain.
7. Listrik/Energi
Kebutuhan energi listrik akan semakin meningkat mengikuti perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan hal tersebut tidak diimbangi oleh suplai
energi listrik yang cukup. Menurut Data Outlook Energi Indonesia 2013
disebutkan bahwa pertumbuhan akan energi pada tahun 2011-2030
diperkirakan sebesar 4,7% pertahun naik, dari sebelumnya yang rat-rata
sebesar 3% pertahun. Ada lima sektor utama yang menjadi pengkomsumsi
energi listrik terbesar di suatu Negara yaitu sektor transportasi, sektor rumah
tangga, sektor industri, sektor komersial dan lain-lain . bangunan gedung
merupakan subsector dari sektor komersial.

2.4. KONSEP EKO-ARSITEKTUR

2.4.1. Konsep Ekologi


Menurut Yeang, (2006) Ekologi arsitektur dapat didefinisikan sebagai:
Ecological design is bioclimatic design with the climate of locality, and low
energy design. Disini ditekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim
makro maupun mikro, kondisi tampak, program bangunan, konsep design dan
sistem yang tanggap pada iklim, penggunaan energi rendah, diawali dengan upaya
perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, facade,
orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, dan warna. Intergrasi tersebut dapat
diwujudkan melalui tiga yaitu :

1. Intergrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan


tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya.

26
2. Intergrasi sistem dengan proses alam, meliputi cara penggunaan air,
pengolahan dan pembuangan limbah cair, sitem pembuangan dari
bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya.

3. Inergrasi peenggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber


daya alam yang berkelanjutan.

Menurut G & CA, (2006) dalam Ifannisa Pendekataan ekologi pada


rancangan arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan
bangunan hi-tech yang spesifik, akan tetapi konsep rancangan bangunan yang
menekankan pada suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan
konsep rancangan bangunan yang menghargai pentingnya keberlangsungan
ekosistem di alam. Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini
diharapkan mampu melindungi alam ekosistem didalamnya dari kerusakan yang
lebih parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara
fisik, sosial dan ekonomi. Arsitektur Ekologi dapat dimaknai dengan
pembangunan lingkungan binaan sebagai kebutuhan hidup manusia dalam
hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya yang mempertimbangkan
keberadaan kelestarian alam, disamping konsep-konsep bangunan arsitektur itu
sendiri. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam
arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran
baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dengan alam. Eko-arsitektur
juga mengandung dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik
bangunan.

Berikut merupakan keterkaitan antara Arsitektur dan Ekologi dalam


merencanakan atau desing bangunan, seperti yang tercantum pada tabel berikut
ini :

27
Tabel 2.3. keterkaitan antara Arsitektur dan Ekologi

ARSITEKTUR EKOLOGI

wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu yang mempelajari interaksi


ilmu, teknologi, dan seni secara utuh antara organisme dengan
Pengertian dalam menggubah ruang dan lingkungannya dan yang
lingkungan binaan, sebagai bagian lainnya.
(Mean) dari kebudayaan dan peradaban
manusia, sehingga dapat menyatu
dengan keseluruhan lingkungan ruang
dari tingkat makro sampai dengan
tingkat mikro.

Seringkali wujud arsitektur yang Pola keselarasan antara


dirancang pada suatu tempat, waktu bangunan dengan lingkungannya
Masalah dan kebutuhan tidak sesuai prinsip- termasuk juga dalam sistem
prinsip keseimbangan alam dan ekologi dan infrastrukturnya.
(Problem) lingkungan masyarakatnya. Dituntut lebih teliti terhadap
proses dari tahap awal berupa
analisa konsep hingga menjadi
wujud akhir yang tentunya dapat
memenuhi keinginan dari
masyarakat sebagai pemilik dan
pemakai.

Fakta semakin maraknya pembangunan lingkungan yang mengalami


dimana-mana tanpa memperhatikan kerusakan semakin meningkat,
(Facts) dampak terhadap lingkungan seperti salah satunya karena
apa. pembangunan yang tidak sesuai
dan dapat merusak lingkungan.

arsitektur dan lingkungan sangat lingkungan akan lebih baik


berperan penting, maka harus ada dengan adanya kesadaran
Kebutuhan kerja sama antara arsitek dan pemilik masyarakat akan lingkungan itu
proyek agar tetap menciptakan sendiri dan menciptakan
(Needs) bangunan berkelanjutan yang tidak kawasan yang sehat.
menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan

arsitektur pada dasarnya tidak sekedar Manusia sebagai pemakai


berbicara teknis, yang pada mempunyai kebutuhan-
Konsep hakekatnya bertujuan sosial. dan kebutuhan bioligis, dan
seorang arsitek harus mampu kepribadian, serta sifat-sifat
(Goals) berkomunikasi dan mewujudkan dan dasar yang diekspresikan dalam
mampu menghasilkan konsep dasar lingkungannya, hal ini
komunikatif sebagai patokan disain. dikarenakan antara lingkungan
dan prilaku manusia terdapat
hubungan erat. Pada lingkungan
yang baik tentunya akan
menghasilkan prilaku yang baik

28
pula, demikian sebaliknya.

Consept menciptakan kawasan penghijauan memanfaatkan segala sesuatu


diantara pembangunan sebagai paru- yang bersumber dari alam,
paru hijau, mempertimbangkan rantai tampa merusaknya. misalkan
bahan dan menggunakan bahan pemanfaatan udara, sinar
alamiah, menggunakan ventilasi matahari, dan air sebagai sumber
alami, dll. energi utama.

Menurut Shintamettan (2016) Arsitekrur Tropis adalah suatu konsep


bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis Indonesia yang
berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni
kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar
matahari memancar sangat panas, sedangkan pada musim penghujan suhu udara
sangat rendah dan sinar matahari yang memancarkan pun sangat rendah.

2.5. PENGOLAHAN LAHAN DALAM DAERAH ZONA


Pengolahan lahan dalam zona dipengaruhi karakteristik aktivitas di setiap
zona serta respon terhadap karakter fisik tapak, dalam pengolahan lahan terdapar
tiga zona yaitu:

1. Zona private aktivitasnya menuntut untuk jauh dari kebisingan, peletakan


bangunan pada zona ini dirancang dibagian area yang memiliki tingkat
kebisingan rendah, namun dikarenakan posisi tapak yang tidak berada
persis di pinggir jalan/berbatasan langsung dengan jalan, kebisingan tinggi
pada analisis tapak telah diminimalisir oleh adanya bangunan warga.
2. Zona semi public, diletakan di tengah tapak karena mengingat karakter
aktivitasnya yang harus menjangkau semua zona. di dalam zona ini
terdapat Gereja yang merupakan inti dari sebuah bangunan sekolah.
3. Zona publik merupakan zona awal yang dimasuki pelaku dalam Sekolah,
zona ini mewadahi aktivitas aktivitas yang tidak terlalu intens dan
cenderung berubah-ubah. Sehingga pemberian view dari dalam lebih
diutamakan, yaitu dengan memberi openspace di antara bangunan publik.

29
2.6. PENILITIAN YANG RELEVAN
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilaksanakan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan terhadap
penelitian yang dilaksanakan.

Penelitia Muhammad Fatoni, Septana Bagus Pribadi, Indriastjario (2012)


melakukan penelitian tentang Redesain SMK 11 Semarang. Pada tahun 2007
Depdiknas menargetkan perbandingan ataun porsi antara Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sebesar 70% dan Sekolah Menengah Umum (SMA) sebesar
30%. SMKN 11 Semarang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan
yang di proyeksikan kedalam sekolah bertaraf internasional, karena itu SMKN 11
Semarang perlu berbenah dalam kurikulum maupun dari segi sarana dan prasarana
pendidikan. Oleh karena itu diperlukan desain sekolah yang memenuhi sekolah
bertaraf internasional dalam hal ini SMKN 11 Semarang untuk membantu
keberlansungan proses belajar untuk mencapai visi,misi dan tujuan yang
diharapkan sekolah khususnya danb tujuan pendidikan nasional pada umumnya.
Redesain ini diawali dengan kajian mengenai standar-standar kebutuhan
sekolah bertaraf internasional (SBI), studi banding bebrapa sekolah bertaraf
internasional khususnya SMK(Sekolah Menengah Kejuruan), tinjauan Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 11 Semarang, studi ruang mengenai kebutuhan
sekolah bertaraf internasional, analisa tapak yang dilakukan pada tapak existing
yaitu tapak SMKN 11 Semarang yang terletak di jalan Grafika, selain itu juga
dibahas mengenai tata massa dan ruangan bangunan, penampilan bangunan,
struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “RedesainSMKN 11
Semarang”.
Konsep perancangan yang digunakan adalah konsep arsitektur
Neoverkaular, yaitu aliran yang suatu paham dari aliran arsitektur Post-Modern
yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernism yang mengutamakan nilai
rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi
industry, karena bangunan SMKN 11 merupakan bangunan sekolah yang bersifat

30
resmi, maka wujud desain yang ditampakkan adalah desain dengan kesan forman
dengan mempertimbangakan kriteria-kriteria desain sekolah.
Penelitian Yohana (2017) melakukan penelitian tentang Studi Tentang
Lingkungan Fisik Sekolah Yang Ramah Lingkungan Di Kota Kefemenanu
Kabupaten TTU. Dalam peningkatan aspek pendidikan Kota Kefamenanu telah
memiliki 45 unit sekolah dari jenjang SD terdiri dari 21 sekolah, SMP terdiri dari
12 sekolah, SMA/SMK terdiri dari 12 sekolah. Uraian diatas dapat menunjukan
bahwa pemerintah berupaya agar peningkatan aspek pendidikan dapat terjadi
melalui sekolah entah pada sekolah yang berstatus negeri maupun swasta dengan
member kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengenyam
pendidikan, karena keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Ada berbagai
macam faktor yang mempengaruhi salah satunya rendahnya kualitas sarana
prasarana lingkungan fisik sekolah di Kota Kefamenanu yang dipengaruhi oleh
rendahnya pengetahuan SDM dalam mengelola kondisi lingkungan fisik sekolah.
Penelitian Darius (2018) melakukan penelitian tentang Redesain Kompleks
Pendidikan SD Advent Kota Kupang Dengan Konsep Eko-Arsitektur Daerah
Tropis Kering. SD Advent adalah suatu lembaga pendidikan yang terletak di Jl.
Untung Surapati No. 24 Aimona Kota Kupang. SD Advent memiliki Luas Lahan
710 m² dan terdapat 9 unit ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi gedung dan kawasan Pendidikan Sekolah Dasar Advent Kota Kupang jika
di bandingkan dengan standar bangunan sekolah, model desain bangunan gedung
dan penataan kawasan pendidikan Sekolah Dasar Advent Kota Kupang sesuai
konsep pembangunan eko-arsitektur di daerah tropis kering. Variable yang
dipakai untuk diukur adalah ukuran bangunan, luas lahan dan bangunan, pondasi,
lantai, tiang, dinding, pintu, jendela, loteng, rangka atap, penutup atap,
penghawaan, pencahyaan alami, pencahyaan buatan, saluran pembuangan limbah,
tempat sampah, ketersediaan air bersih dan KM/WC.
Adapun luas minimum masing-masing ruang menurut Permendiknas No 40
Tahun 2008 adalah ruang kelas 30 m², ruang laboratorium komputer 64 m², ruang
laboratorium IPA 64 m², ruang laboratorium Gambar Teknik 64 m², ruang
pimpinan 18 m², ruang guru 32 m², ruang konseling dan UKS 12 m², ruang
31
organisasi kesiswaan 12 m², jamban 2 m², gudang m², tempat
bermain/berolahraga 1000 m² atau berukuran 30 m x 20 m, ruang praktik teknik
kontruksi kayu 304 m², ruang prkatik teknik batu beton 304 m², ruang praktik
teknik pembangkit tenaga listrik 208 m², raung praktik multimedia 208 m², ruang
praktik teknik audio vidio 240 m², ruang praktik teknik las 256 m², dan ruang
prkatik teknik mekanik 256 m².

32
2.7. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dan peneliti terdahulu yang
sudah diuraikan sebelumnya, maka disusunlah konsep kerangka berpikir dari
penelitian ini adalah seperti pada gambar berikut ini :
MULAI

Redesain Kompleks SMK Negeri 5 Kupang Dengan Konsep Eko –


Arsitektur

Data primer : Data sekunder :

- Kondisi lingkungan fisik sekolah - Luas bangunan sekolah


meliputi : tata ruang/gedung,
penghawaan, pencahayaan, - Jumlah siswa dalam kelas
drainase sekolah, ketersediaan air
bersih, sumur resapan air hujan, - Jumlah ruangan
km/wc, tempat sampah, konstruksi
bangunan gedung, KDB, dan
KDH.

Pengelohan Data :

a. Kondisi lingkungan fisik SMK Negeri 5 Kupang.

b. Model desain lingkungan fisik sekolah berdasarkan prinsip


bangunan ramah lingkungan.

Hasil & Pembahasan

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 2.1. Alur Penelitian

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang berusaha mendiskripsikan atau menggambarkan
atau melukiskan fenomena atau hubungan antara fenomena yang diteliti dengan
sistematis, fiktual dan akurat (Nasir, 1998).
Hasil kajian deskriptif tentang Redesain Kompleks SMK Negeri 5 Kupang
Dengan Konsep Eko – Arsitektur.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yakni pada sekolah SMK Negeri 5 Kupang, Jl. Nanga
Jamal Kelurahan Naikoten I, Kecamatan Kota Raja, Kabupaten/ Kota: Kota
Kupang, Provinsi: Nusa Tenggara Timur.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Juni-bulan
Agustus 2020.

3.3. Jenis Dan Sumber Data


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi kasus
(case study) dengan mengumpukan data yang terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh lansung di lokasi penelitian, berupa kondisi
lingkungan fisik SMK Negeri 5 Kupang yang terdiri dari komponen yang
meliputi: tata ruang/gedung, pencahayaan, penghawaan, drainase di sekolah
(saluran keliling bangunan dan saluran pembuangan), septic tank, sumur resapan
air hujan, ketersediaan air bersih, km/wc, tempat sampah, konstruksi gedung,
koefesien dasar bangunan, koefesien daerah hijau, desain bangunan sekolah. Luas

34
area/lahan dari lokasi penelitian SMK Negeri 5 Kupang yaitu 5910,941 m² (0,59
Ha) dan untuk data topografi lahannya dimana darah tertingginya dari titik
koordinat P1 91,000 dengan titik tertingginya P1 8 m dan daerah terendahnya di
titik koordinat P7 85,678 dengan titik terendahnya P7 5 m makan selisih antara
titik tertinggi dan titik terendahnya yaitu 3 m.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak sekolah (kepala
sekolah/guru wali kelas) SMK Negeri 5 Kupang yeng berkaitan dengan
penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survey dan
pengumpulan dokumen mengenai Gambaran umum lokasi penelitian, jumlah guru
kelas, dan siswa di SMK Negeri 5 Kupang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan lansung
di lapangan terhadap objek kajian yang diamati dengan bantuan lembar
observasi, yaitu pengumpulan data tentang kondisi lingkungan fisik di SMK
Negeri 5 Kupang dengan objek yang di observasi yaitu lingkungan fisik
sekolah berupa: tata ruang/gedung, , pencahayaan, penghawaan, drainase di
sekolah (saluran keliling bangunan dan saluran pembuangan), septic tank,
sumur resapan air hujan, ketersediaan air bersih, km/wc, tempat sampah,
konstruksi gedung, koefesien dasar bangunan, koefesien daerah hijau.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan sejumlah dokumen yang telah tersedia di sekolah mengenai
lokasi penelitian tentang kondisi lingkungan fisik sekolah berupa data tentang
luas area/lahan, luas bangunan, jumlah ruangan, jumlah guru, jumlah
rombongan belajar, sarana dan prasarana, data-data arsitektur mengenai

35
standar ruangan, data-data tentang konsep bangunan green building dan
konsep eko-arsitektur di SMK Negeri 5 Kupang melalui gambaran dan foto.
c. Wawancara
Wawancara di lakukan kepada kepala sekolah dan guru wali kelas, untuk
mendapatkan data tentang jumlah siswa dan kondisi lingkungan fisik sekolah.
d. Desain Gambar
Hasil akhir dari pengumpulan data yang dilakukan kemudian dituangkan
dalam bentuk redesain kompleks pendidikan dengan konsep eko-arsitektur
daerah tropis kering.

3.5. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menganalisis data tentang kondisi lingkungan fisik sekolah digunakan
metode deskriptif dengan mengkaji data lapangan berdasarkan variabel-variabel
penelitan yang telah ditetapkan dengan membandingan hasil pengamatan terhadap
yang seharusnya dengan menggunakan rumus :

F
X 100 % ……….………………………………………………………………………………….. (3.1)
x
Dimana: F = frekuensi yang diperoleh
X = jumlah perbandingan
(Sumber: Riduwan, 2003)
Selanjutnya dalam pengelohan data terlebih dahulu dilakukan interpretasi
tiap item dan mengelompokan ke dalam ketegori-kategori sesuai dengan indicator
nilai pada instrumen kondisi lingkungan fisik sekolah yang di amati.
Tabel 3.1. Variebel yang dinilai

Variabel Yang Dinilai Bobot Per Variabel

Tata ruang 13%

Pencahayaan 7%

Penghawaan 7%

Saluran keliling bangunan 5%

Saluran pembuangan 5%

36
Septic tank 5%

Sumur resapan 5%

Air bersih 5%

KM/WC 5%

Tempat sampah 5%

Koefesien Dasar Bangunan 11%

Koefesien Daerah Hijau 13%

Konstruksi gedung 16%

Jumlah 100%

Sumber: Messakh (2008)

Model analisis tapak, fungsi dan kebutuhan berdasarkan data lapangan


kemudian diolah, sehingga menghasilkan suatu model design dengan penggunan
aplikasi Autocad maupun SketchUp sebagai Software untuk penggambaran.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku/Jurnal/Skripsi
Akmal, I. (2006). Lighting. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, A. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Yayasan
Mutiara.
Frick, Heinz. 1996. Arsitektur dan Lingkungan. Kanisius: Yogyakarta.
G, B., & CA, B. (2006). Eco Architecture, Harmonization Bentween Architecture
and Nature. Southampton, UK: WIT Press.

37
Manno, I. (2008). Studi Pengelolaan Sanitasi Lingkungan Sekolah Di Kecamatan
Mollo Utara Kabupaten TTS. Kupang: Undana
Messakh, J. (2005). Kualitas Eko-Arsitektur Sekolah Di Kota Kupang Di Tinjau
DariAspek Lingkungan Fisik. Kupang : Undana
Messakh, J. (2008). Kajian Faktor Pendukung Pemanfaatan Cahaya Dan
Vemtilasi Alami Pada Gedung Pendidikan Di Kota Kupang. Kupang :
Undana
Suptandar, J Pamudji. (1999). Pengantar Merencanakan Interior Untuk
Mahasiswa Desain Dan Arsitektur. Jakarta : Djambatan.
Tona, Y. (2017). Studi Tentang Lingkungan Fisik Sekolah Yang Ramah
Lingkungan Di Kota Kefamenanu Kabupaten TTU. Kupang : Undana
Whardhan, A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkugan: Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Yeang, (2006) Ekologi arsitektur
2. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidkan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Permendiknas NO 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Peraturan Menteri PU No 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 Standar
Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan

38
39

Anda mungkin juga menyukai