Anda di halaman 1dari 16

1

MENGIDENTIFIKASI HAK DAN KEWAJIBAN GURU SEBAGAI


TENAGA KERJA DI LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN UU
TENTANG KETENAGAKERJAAN

Dosen Pengampu : Siti Sahara, S. Pd., M. Pd.

Oleh :

Fakhri Abdillah Fajarudin

(1511519032)

PRODI D3 TRANSPORTASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
2

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Tenaga Kerja

Sepanjang kehidupan, setiap insan membutuhkan yang namanya


perjuangan untuk bertahan. Bertahan tersebut memiliki arti yakni mencari sebuah
kegiatan yang menghasilkan atau memperoleh penghasilan. Menghasilkan
tersebut memiliki arti dengan bekerja atau memperoleh pekerjaan untuk
menghasilkan uang sebagai pemenuh kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Di
luar sana, banyak sekali jenis-jenis pekerjaan, hal tersebut menciptakan berbagai
macam tenaga kerja atau jenis tenaga kerja, misalnya seperti pegawai negeri,
pekerja formal, pekerja paruh waktu maupun pengangguran. Menurut Focal
Insight Organization atau yang lebih di kenal dengan Badan Pusat Statistik
menjelaskan bahwa, ada 3 macam kualifikasi tenaga kerja atau pekerja.
(Nuraulian, 2017)

1. Tenaga Kerja Penuh (Full Time)

Jenis tenaga kerja ini, sepertinya sangat banyak di jumpai di kota-kota


besar. Tenaga kerja ini cenderung bekerja di sebuah instansi baik pemerintah
maupun non pemerintah. Tenaga kerja dalam basis ini memiliki jam kerja lebih
dari 35 jam setiap minggu dengan hasil atau upah tertentu.

2. Tenaga Kerja Paruh Waktu (Part Time)

Jenis tenaga kerja ini, biasanya di geluti oleh kaum muda seperti
mahasiswa yang sedang magang atau memiliki pekerjaan sampingan, mulai dari
bekerja di cafe, restoran, ataupun bisa bekerja sebagai ojek online. Tenaga kerja
dalam basis ini dapat dianggap setengah menganggur dan memiliki waktu kerja di
bawah 35 jam setiap minggu.

3. Tenaga Kerja Tidak Bekerja/Pengangguran

Jenis tenaga kerja ini, dapat di pengaruhi oleh keadaan. Keadaan tersebut
memaksa jenis tenaga kerja ini tidak memiliki pekerjaan, misalnya rendahnya
kompetensi tenaga kerja tersebut, korban pemutusan hubungan kerja (PHK), dan
memang sengaja atau malas untuk bekerja. Tenaga kerja jenis ini yang menjadi
masalah yang harus di atasi bagi setiap negara. Dengan solusi, harus membuka
pelatihan-pelatihan soft skill bagi mereka yang tidak memiliki keahlian, dan
memperbanyak lapangan pekerjaan dan juga mempermudah proses seleksi tenaga
kerja-Nya. Tenaga kerja ini memiliki jam kerja 0 > 1 jam dalam seminggu dan
3

bisa di bilang hampir tidak memiliki jam kerja, karena memang tenaga kerja ini di
isi oleh pengangguran.(Nuraulian, 2017)

Selain membuat kualifikasi macam-macam tenaga kerja, Focal Insights


Organization juga mendefinisikan pekerja sebagai seluruh penduduk yang telah
memasuki usia produktif, mulai dari yang berusia 15 tahun dan dapat
menghasilkan. Usia produktif dimulai dari usia 15 tahun atau lebih. Hal tersebut
di cetuskan saat di selenggarakannya SAKERNAS (Survey Angkatan Kerja
Nasional), atas usulan dari Global Work Association. Bahkan, sebelum di
adakannya SAKERNAS (Survey Angkatan Kerja Nasional) BPS (Badan Pusat
Statistik) menetapkan batas usia produktif sekitar tahun 1970-an, yaitu ketika
seseorang berusia 10 tahun atau lebih. Hal tersebut, jika di lihat atau di nilai oleh
orang awam terbilang tidak lazim, karena yang masyarakat ketahui pastinya usia
yang layak untuk memasuki usia kerja di mulai pada umur 17 tahun atau sudah
memiliki kartu tanda penduduk (KTP).(Prasetya, 2017)

Namun di sisi lain, konsep tenaga kerja ini menjadi luas. Berikut tinjauan atau
konsep ketenagakerjaan secara umum, antara lain :

1. Angkatan Kerja (Labour Force)

Angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai bagian dari angkatan kerja yang
setiap orang dapat berpartisipasi atau ingin berpartisipasi dalam produksi barang
dan jasa, sehingga dapat didefinisikan jika angkatan kerja adalah penduduk yang
kegiatan utamanya bekerja ataupun sedang mencari kerja. Pekerja dikatakan
masuk dalam tipe ini bila bekerja minimal 1 jam selama seminggu dan selebihnya
untuk kegiatan produktif dan 1 jam di minggu berikutnya.

2. Bukan Angkatan Kerja (Unlabour Force)

Pada bagian ini penduduk yang aktif secara ekonomi atau produktif tidak
dinilai sebagai penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, tetapi kegiatan utamanya
adalah sekolah atau mengurus pekerjaan rumah tangga dan sejenisnya. Orang-
orang yang termasuk dalam golongan ini memiliki waktu kerja minimal 1 jam per
minggu, karena mereka berkonsentrasi pada kegiatan utama mereka, yaitu sekolah
atau rumah tangga. Kita dapat mengatakan bahwa individu ini adalah bukan
bagian dari angkatan kerja. (Prasetya, 2017)

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Seiring waktu berjalan, semakin banyaknya para tenaga kerja yang


memiliki macam-macam pekerjaan dan terdapat di seluruh dunia, ini membuat
tenaga kerja memiliki arti atau definisi baik dari pendapat orang lain, para ahli di
4

bidang ketenagakerjaan, dan undang-undang. Definisi tenaga kerja menurut


undang-undang terdapat pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa tenaga kerja yakni orang yang mampu menghasilkan barang
dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk masyarakat.
(KEMENPERIN, 2003). Undang-undang tersebut mengatur tentang hal-hal
seputar tenaga kerja, mulai dari hak dan kewajiban tenaga kerja, sampai hak dan
kewajiban untuk pengusaha.

Ada definisi lain dari para pakar tentang tenaga kerja, bagi Sumarsono, tenaga
kerja mempunyai makna ialah selaku orang yang bersedia untuk bekerja.
Penafsiran tenaga kerja tersebut meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya
sendiri maupun keluarga dan tidak menerima bayaran berbentuk upah ataupun
mereka yang bersedia bekerja serta sanggup untuk bekerja tetapi tidak terdapat
peluang kerja sehingga terpaksa menganggur. (Nuraulian, 2017).

2. 1.2 Konsep Hak Tenaga Kerja

Setiap insan di dunia ini terlahir dengan memiliki hak yang di mana hak
tersebut dapat di sebut sebagai hak asasi manusia atau yang lebih di kenal sebagai
hak yang sudah ada sejak manusia di lahirkan. Begitupun tenaga kerja, sebagai
seorang insan yang bekerja di sebuah instansi maupun non instansi. Tenaga kerja
juga memiliki hak, namun untuk mengetahui lebih dalam mengenai apa saja hak
tenaga kerja, terlebih dahulu harus memahami apa yang di maksud hak dalam
onteks umum. Hak dapat diartikan sebagai sebuah hal yang wajib ada atau
dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini. Hak juga bisa di dapat setelah seseorang
mengerjakan kewajibannya. Maka dari itu, setiap tenaga kerja pasti akan
mendapatkan hak nya berupa gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya setelah dia
menyelesaikan kewajibanya yaitu bekerja. Hak tersebut yang berupa gaji, akan di
dapat yang biasanya gaji akan keluar 1 bulan sekali ataupun 2 bulan sekali untuk
pekerja formal. Namun untuk pekerja seperti influencer atau pengusaha, mereka
akan mendapatkan gajinya atau hak nya itu secara tidak menentu. Terkadang bisa
di dapat secara per jam, per unit, per penumpang, per hari, per minggu, dan
sebagainya. Selain gaji, hak tenaga kerja juga dapat berupa perlindungan,
pelatihan, dan perlakuan yang sama di mata hukum.

2.1.3 Konsep Kewajiban Tenaga Kerja

Kewajiban sama halnya dengan hak, kewajiban juga selalu berkaitan


dengan kehidupan manusia. Walaupun bukan tenaga kerja, kewajiban akan selalu
mengelilingi siapa pun dan kapan pun. Jika kewajiban sudah terlaksana, maka hak
5

pun akan di peroleh. Definisi yang tepat untuk kewajiban ini yakni suatu hal yang
wajib dan sesuatu yang harus di lakukan. Kewajiban sebagai seorang tenaga kerja
tergantung dari profesi apa yang di geluti dan dimana dia bekerja. Semakin tinggi
dan beresikonya kewajiban, maka semakin tinggi hak yang akan di peroleh. Tapi
semakin tinggi kewajiban, maka banyak hal yang akan di korbankan, entah itu
waktu bersama keluarga, waktu tidur yang kurang, dan sebagainya. Terkadang
ketika seorang tenaga kerja melamar kerja dan di awal dia bekerja, dia memiliki
kewajiban atau tugas yang ringan. Namun, semakin lama dia bekerja tantangan
atau kewajibannya pun akan bertambah besar. Hal tersebut bisa di sebabkan
karena naik jabatan dan hak yang akan di dapatkan pun akan semakin baik. Maka
dari itu, hak dan kewajiban akan saling terkait di mana pun dan kapan pun.

2.1.4 Ciri-Ciri Tenaga Kerja

Setiap hal di dunia ini, nyatanya mempunyai bermacam identitas atau ciri-
ciri. Begitu juga dengan tenaga kerja. Identitas atau ciri-ciri tenaga kerja tidak
lepas dari kegiatan yang di lakukan tenaga kerja tersebut. Sitanggang serta
Nachrowi, membagikan identitas atau ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain:

1. Tenaga kerja biasanya ditemukan di pasar tenaga kerja dan biasanya tersedia
untuk digunakan dalam produksi barang atau jasa. Kemudian industri dan
penerima tenaga kerja merekrut pekerja ke pasar tenaga kerja. Jika para pekerja
tersebut telah bekerja, mereka akan diberikan kompensasi berupa upah dan
pendapatan.

2. Tenaga kerja terampil, yaitu keahlian sumber daya manusia (SDM) yang
dibutuhkan di setiap industri untuk memajukan industri.

Tenaga kerja ini terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk
yang aktif secara ekonomi mengacu pada pekerja, penduduk usia kerja yang
bekerja atau tidak bekerja dan, sedang mencari pekerjaan. Tenaga kerja ini terdiri
dari 2 golongan, yaitu:

1. Kelompok kerja, yaitu mereka yang bekerja dengan tujuan memperoleh gaji
serta memperoleh penghasilan dan keuntungan, baik yang bekerja penuh maupun
tidak.

2. Kelompok pengangguran, yaitu mereka yang tidak bekerja dalam jangka waktu
tertentu dan sedang aktif mencari pekerjaan atau mereka yang pernah bekerja
tetapi menganggur karena kontraknya telah habis atau pemutusan hubungan kerja.

Kelompok yang dimaksud adalah tidak aktif, yaitu pekerja atau penduduk usia
produktif yang tidak bekerja, tidak memiliki pekerjaan dan tidak lagi mencari
6

pekerjaan, yaitu orang yang sibuk sekolah (siswa, siswa), mengerjakan pekerjaan
rumah (yaitu ibu yang melakukan pekerjaan rumah). bukan wanita karir), dan juga
menerima penghasilan, tetapi bukan berupa penghasilan, melainkan penghasilan
dari orang lain (pensiun, penyandang disabilitas yang berdonasi). Pekerjaan dapat
ditawarkan kepada kedua kelompok angkatan kerja kapan saja. Itulah sebabnya
kelompok ini sering disebut sebagai angkatan kerja potensial. Fakta tersebut juga
menunjukkan bahwa kini tidak lagi semua pegawai dan warga usia produktif siap
bekerja, karena sebagian dari mereka masih pelajar, mengurus keluarga dan
lainnya sebagai penerima penghasilan. Variasi individu yang bersedia bekerja dan
orang yang tidak sedang tidak bekerja, juga didorong oleh situasi setiap keluarga,
situasi keuangan dan sosial, dan situasi pasar tenaga kerja itu sendiri. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di Indonesia sebagai
penduduk berusia 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam proses kerja sebagai
cara untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.(Nuraulian,
2017)

2.1.5 Hak Tenaga Kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003

Setiap hal di kehidupan ini, pastinya di perlukan adanya aturan. Aturan


tersebut memuat kebijakan-kebijakan, agar setiap insan yang menjalani kehidupan
akan teratur dan tertata. Untuk membuat aturan tersebut, di setiap negara atau
wilayah, tentunya ada yang namanya pemerintah. Pemerintah suatu daerah yang
menetapkan aturan dibentuk, contoh aturan tersebut adalah undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, dll. Namun yang akan dibahas kali ini
adalah undang-undangnya. UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 memuat
beberapa kebijakan dan peraturan tentang ketenagakerjaan. Berikut adalah hak-
hak yang tercantum dalam undang-undang, antara lain.

1. Setiap spesialis/pekerja memiliki pilihan untuk mendapatkan perlakuan yang


setara tanpa terkecuali. (Pasal 6).

2. Setiap tenaga ahli/pegawai mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti


kegiatan pelatihan sesuai dengan disiplin dan kewajibannya. (Pasal 12 ayat 3)

3. Setiap tenaga ahli/pegawai diberikan penghasilan yang sama untuk memilih,


mendapatkan, atau mengganti pekerjaan dan mendapatkan gaji tingkat pertama,
masing-masing di dalam negeri dan di luar negeri. (Pasal 31).

4. Tenaga kerja berhak memperoleh popularitas kompetensi setelah mengikuti


kegiatan pelatihan yang sesuai dan dikoordinasikan melalui lembaga pelatihan
pegawai yang berwenang, lembaga pelatihan non-publik, atau orang-orang
pelatihan dari mana saja. (Pasal 18 ayat 1).
7

5. Karyawan wanita harus mengambil cuti 1,5 bulan selama hamil dan memasuki
bulan ingin melahirkan sesuai dengan perhitungan bidan dan dokter. (Pasal 82)

6. Setiap tenaga ahli/pegawai yang menggunakan istirahat (cuti) sesuai dengan


Pasal 79 ayat 2, pegawai tersebut wajib menerima gajinya secara utuh. (Pasal 84)

7..Karyawan tidak diwajibkan bekerja pada hari libur. (Pasal 85)

8. Setiap spesialis/pekerja berhak memperoleh gaji yang layak untuk memenuhi


kebutuhan kehidupannya sebagai manusia.(Pasal 88)

9. Setiap tenaga ahli/pegawai berhak untuk membentuk dan bergabung dengan


organisasi atau serikat pekerja. (Pasal 104)

10. Pekerja yang baru saja mengalami keguguran kandungan berhak atas istirahat
atau cuti selama satu setengah bulan sesuai dengan surat keterangan dari dokter
kandungan atau bidan. (Pasal 82)

11. Setiap spesialis/pekerja perempuan yang merasa kurang sehat selama periode
haid dan memberitahukan organisasi/perusahaan, bahwa mereka tidak
berkewajiban untuk masuk pada hari pertama dan kedua siklus haid. (Pasal 81
ayat 1).(KEMENPERIN, 2003)

Dari aturan atau kebijakan tersebut, di harapkan ini menjadi aturan yang wajib di
taati oleh setiap pekerja, perusahaan, dan pemerintah.

2.1.6 Kewajiban Ketenagakerjaan Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003

Jika hak tenaga kerja telah di atur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, begitu juga dengan kewajiban tenaga kerja. Kewajiban tenaga
kerja sebagaimana yang di atur dalam undang-undang tersebut, memuat tugas dan
hal yang harus di jalani atau diberikan tenaga kerja kepada pengusaha atau
perusahaan. Berikut kewajiban-kewajiban tenaga kerja yang tercantum alam UU
No. 13 Tahun 2003.

1. Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib melaksanakan segala ketentuan


yang ada sesuai dengan perjanjian kerja sama. (Pasal 126 (1)).

2. Pengusaha dan serikat pekerja wajib mengkomunikasikan seluruh isi perjanjian


kerja sama dan perubahannya kepada seluruh pekerja (pasal 126 ayat 2).

3. Ketika memecahkan masalah hubungan kerja, manajer dan pekerja harus


melakukan refleksi untuk mencapai konsensus. (Pasal 136 (1)).
8

4. Selambat-lambatnya 7 hari kerja sebelum pemogokan terjadi, buruh dan serikat


pekerja wajib memberitahukan secara tertulis dalam bentuk hard copy kepada
pengusaha dan kantor yang bertanggung jawab di lingkungan tenaga kerja. (Pasal
140 ayat 1).(KEMENPERIN, 2003)

2.2 Kesempatan Kerja

Pembangunan ekonomi setiap negara membutuhkan sumber daya. Sumber energi


yang dibutuhkan adalah manusia. Sumber daya manusia berperan dalam proses
pembangunan, karena sumber daya manusia merupakan motor penggerak
produksi. Kesempatan kerja atau kesempatan kerja berkaitan dengan kesempatan
kerja dan kesempatan kerja yang ada sebagai akibat dari suatu kegiatan ekonomi,
sehingga pengertian kesempatan kerja adalah sesuatu yang meliputi kesempatan
kerja dan semua kesempatan kerja yang masih terbuka. Kesempatan kerja yang
terbuka menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja. Kebutuhan akan pekerjaan
adalah apa yang dibutuhkan oleh setiap industri untuk melaksanakan kegiatan
ekonomi industri tersebut pada tingkat upah, jabatan (jabatan) dan kondisi kerja
tertentu. Data kesempatan kerja sulit diperoleh, sehingga digunakan jumlah orang
yang bekerja di daerah tertentu.

Tingginya kesempatan kerja yang terbuka dalam suatu ruang akan mempengaruhi
perbaikan keuangan di suatu wilayah, sehingga jumlah penduduk Indonesia yang
besar akan melegitimasi perkembangan laju pembangunan ekonominya.
Kesempatan kerja terbuka yang dapat diakses dan digunakan untuk melegitimasi
jalannya kemajuan ekonomi dapat dilakukan yakni interaksi dengan menyiratkan
bahwa baik bukaan bisnis dan peluang dapat diakses untuk bekerja ada dari setiap
kegiatan ekonomi.

Pembukaan kesempatan kerja dapat dilakukan jika ada minat untuk bekerja di
pasar kerja, sehingga kesempatan kerja tersebut dibuat sebagai permintaan dari
minat untuk bekerja. Tambunan mendefinisikan kesempatan kerja selaku,
pekerjaan yang telah diisi atau masih kosong. Dari lapangan pekerjaan yang
kosong, terdapat kebutuhan yang menunjukkan adanya lowongan pekerjaan bagi
individu-individu yang menganggur. Jumlah lowongan kerja yang kosong
dibutuhkan oleh suatu industri yang bergantung pada berbagai perspektif, di
antaranya yang paling signifikan adalah tujuan usaha dan perkembangan hasil
usaha, dan biaya kerja dan upah yang harus dibayar. Berbagai bagian produksi
seperti modal sebagai barang dagangan. Perpanjangan lowongan kerja yang
bermanfaat tidak berarti hanya membuka pintu terbuka bisnis baru. Namun juga
berupaya untuk meningkatkan efisiensi kerja yang umumnya diselaraskan dengan
pengaturan upah yang layak, sepadan dengan apa yang telah dikerjakan oleh
9

masing- masing pekerja. Pada dasarnya ada 2 tata cara yang bisa ditempuh untuk
memperluas kesempatan kerja, antara lain.

1. Pengembangan industri yang utama yakni padat akan karya yang dapat
merekrut banyak tenaga kerja yang terampil dalam proses produksi; dan

2. Dengan bermacam proyek kerja umum yakni semacam pembuatan jalur,


saluran air, bendungan jembatan serta sebagainya.

Buruh yang telah bekerja, pantas mendapatkan kompensasi atau remunerasi


sebagai upah/gaji, sehingga akan tetap ada banyak tenaga ahli yang berguna,
yang berarti akan banyak orang/penduduk yang mendapatkan upah.. Namun
realitanya kerap berbeda, Inilah beratnya beban pemerintah dan warga Indonesia
dalam menangani masalah pekerjaan yang ada di negara ini. Penyerapan pekerja
tidak hanya diidentikkan dengan kebutuhan untuk mendapatkan bayaran, tetapi
juga diidentikkan dengan pemasukan nasional, karena ukuran tenaga kerja dan
produk yang diciptakan oleh jumlah penduduk di suatu negara akan dipengaruhi
oleh ukuran pemasukan nasional. Hal ini menjadi besar jumlah pemasukan
nasional sebab barang maupun jasa, pemasukan tersebut akan dapat di
investasikan. Adanya spekulasi investasi menyiratkan perluasan kebutuhan akan
pekerjaan. Dalam penyerapan tenaga kerja, di perlukan aspek, khususnya belajar
yang menjadi salah satu sudut pandang yang signifikan dalam kemajuan sumber
daya manusia. Belajar tidak hanya memperluas informasi, tetapi juga membangun
kemampuan bekerja, selanjutnya memperluas kegunaan kerja dan memperluas
perputaran ekonomi. Jika kemajuan ekonomi meningkat, itu akan mendukung
pernyataan bahwa, daerah dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
menghadapi perputaran ekonomi yang lebih cepat. Demikian pula dengan orang-
orang di organisasi, pekerja yang memiliki tingkat pembelajaran lebih tinggi dan
lebih baik dalam efisiensi kerja, mereka akan lebih tinggi lagi jabatannya dalam
organisasi atau perusahaan, ini sesuai hipotesis sumber daya manusia, jika
seseorang dapat mengubah hidupnya melalui pembelajaran atau pelatihan, dan
akan mendapat kemajuan sepertii kompensasi yang baik.(Prasetya, 2017)

2.3 Lapangan Pekerjaan

Dari sensus penduduk tahun 2000, lapangan pekerjaan dapat dikatakan sebagai
bidang aktivitas dari usaha/ industri/ lembaga dimana seorang bekerja ataupun
sempat bekerja atau lapangan kerja sebagai bidang aktivitas dari pekerjaan/ usaha/
industri/ kantor/ tempat seorang bekerja. Lapangan pekerjaan ini dipecah dalam
10 bagian, yakni terdiri dari 5 sub zona pertanian serta 5 zona yang lain.

1. Zona pertanian:
10

a) zona pertanian tumbuhan pangan

b) zona perkebunan

c) zona perikanan

d) zona peternakan

e) zona pertanian lainnya

2. Zona bagian pengolahan

3. Zona perdagangan

4. Zona jasa

5. Zona angkutan

6. Zona yang lain.

Dari setiap zona bisnis, pekerja benar-benar akan di serap oleh perusahaan.
Individu yang inovatif dan benar-benar memiliki arah untuk mencari suatu jenis
pekerjaan serta dapat melihat kapasitas dan posisi yang terbuka dari berbagai
bidang pekerjaan, hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha.
Terbentuknya lapangan kerja dan perluasan efisiensi di bidang-bidang yang terus
membawa perkembangan untuk meningkatkan upah bagi masyarakat yang
bersangkutan. Strategi yang mengarah pada pertumbuhan lapangan pekerjaan dan
perluasan efisiensi kerja dapat ditemukan dalam pendekatan mengenai alokasi gaji
dan pembayaran untuk pekerja. Salah satu aturan dalam pembukaan lapangan
pekerjaan adalah dengan melakukan pembuktian yang dapat dikenali, dengan
menggarisbawahi jumlah angkatan kerja, selain itu juga posisi dan karakterisasi
antar wilayah, antar kawasan, antar masyarakat perkotaan/pedesaan, dan lain-lain.
Kebijakan pemerintah tentang lapangan pekerjaan mencakup upaya untuk
mendesak perkembangan serta ekspansi peluang kerja di tiap wilayah, dan
pertumbuhan serta mutu angkatan kerja yang ada supaya dapat digunakan segala
kemampuan pembangunan di tiap wilayah. Berawal dari pendekatan ini, sehingga
untuk mengatasi isu perluasan lowongan pekerjaan dan pengurangan
pengangguran, sesuai UU no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyatakan bahwa penting untuk melakukan pendekatan untuk membentuk
program, baik secara langsung maupun tidak langsung dan memberdayakan
pembentukan lowongan kerja dan mengurangi pengangguran.(Nuraulian, 2017)
11

2.4 Konsep Guru

Dalam setiap kehidupan di perlukan sebuah pembelajaran atau pelatihan,


agar terciptanya insan yang berkompeten dan memiliki mutu. Pembelajaran dan
pelatihan dapat di lakukan di mana saja dan kapan saja, tanpa memandang gender,
ras, suku, usia, dan agama. Namun, untuk melakukan setiap pembelajaran dan
pelatihan tersebut, pastinya memerlukan pembimbing atau yang biasa di sebut
guru atau mentor. Guru di kenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, itu karena
ilmu yang di peroleh dari pembelajaran yang di lakukan oleh guru, akan selalu
diingat walaupun sedikit. Guru boleh lupa kepada muridnya, akan tetapi murid
tidak akan pernah lupa guru tersebut. Menjadi guru bukanlah sesuatu yang mudah
atau sepele. Di perlukan kemampuan mengajar yang baik, tutur kata yang baik
dan sopan, dan tingkat kesabaran yang baik dalam mengajar. Ketiga hal tersebut
di nilai sebagai kunci dari kesuksesan dalam mengajar atau mentransfer ilmu
kepada anak didiknya.

Definisi guru menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru, bahwa
definisi guru yakni sebagai tenaga ahli yang dalam kewajiban pokoknya, yaitu
mengajar, membimbing, mengarahkan, dan mengkoordinir anak didiknya secara
khusus, baik dalam sekolah dasar, menengah, atau atas.(Goethals et al., 2005)

2.4.1 Peran/Fungsi dan Tugas Guru

Sehubungan dengan tulisan ini, kedudukan guru sesuai dengan kapasitas


dan kewajibannya, sehingga istilah tersebut digunakan secara timbal balik.
Muhibbin Shah mengacu pada pernyataan Gagne bahwa setiap guru berperan
sebagai:

A. Perancang Pembina (Arsitek Pendidik).

B. Direktur Pembinaan (supervisor mendidik).

C. Evaluator belajar siswa (penilaian prestasi belajar siswa)

Sebagai instruktur dan perancang pengajaran merujuk pada tugas instruktur yakni
membuat perancangan pendidikan, yang antara lain yakni membuat RP
(Rancangan Pembelajaran). Selaku instruktur pengajaran merujuk pada tugas guru
yakni mengelola aktivitas pendidikan, seperti halnya dalam mengelola kelas
akhirnya pendidikan diselenggarakan secara efektif serta tepat guna. Sebaliknya
kedudukan guru selaku evaluator merujuk pada tugas guru yakni melaksanakan
evaluasi terhadap penerapan pendidikan sehingga terbentuknya tingkatan capaian
pendidikan ataupun hasil belajar peserta didik.
12

Guru mempunyai beraneka ragam kewajiban yang wajib di laksanakan.


Kewajiban ataupun fungsi guru pasti tentunya selaras pada peran guru. Guru
mempunyai banyak kedudukan serta banyak tugas (fungsi). Tiap pakar
mengemukakan pemikiran yang bermacam- macam tentang kedudukan (tugas)
guru, tetapi demikian terdapat pendapat dari para ahli terkait tugas utama guru
yang harus di laksanakan.

Menurut S. Nasution, Terdapat 3 hal yang menjadi tugas guru, ialah:

a. Selaku oknum yang menyalurkan wawasan. Tugas ini mewajibkan guru


mengenali wawasan yang mendalam dan bahan yang hendak diajarkannya.
Dengan konsekuensinya yakni seseorang guru tidak boleh berhenti belajar, sebab
guru yang akan mentransfer ilmu yang telah di pelajari kepada muridnya. Tidak
hanya itu, guru layak di sediakan fasilitas penunjang, untuk memperbaiki nasib
hidupnya, dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sehingga dapat mengajar
dengan baik.

b. Pendidik sebagai model atau contoh yang baik, dikaitkan dengan bidang studi
(mata pelajaran) yang diajarkannya sebagai sesuatu yang penting dan dapat digali
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik harus menjadi contoh yang baik atau
pemandu sejati untuk melatih kelebihan dalam bidang studi (mata pelajaran) yang
mereka ajarkan. Khususnya dalam bidang penyelidikan moral, kepercayaan diri,
kerapian, dan lain-lain. Pengajar yang bersangkutan diwajibkan untuk dapat
menunjukkan keagungan etika, kepercayaan diri, dan kerapian yang ia miliki
dalam memberikan wawasaan kepada murid-muridnya. Cobalah untuk tidak
menegur (siswa) yang bertindak tidak baik jika pendidik belum menunjukkan
kualitas yang diajarkan oleh bidang studi (mata pelajaran) yang diuraikan sebagai
bagian dari karakternya.

C. Pendidik diperlukan untuk menunjukkan perilaku yang terlatih,


mempertimbangkan dengan hati-hati, mencintai teladan secara mendalam, dan
memiliki komitmen yang luas.

Untuk DEPDIKBUD (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) tugas utama pengajar


adalah sebagai berikut:

A. Handal, lebih spesifik mendidik untuk memberikan wawasan kepada peserta


didik, mendidik untuk menyesuaikan kemampuan berpikir, dan mempersiapkan
diri untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat.
13

B. Kemanusiaan, khususnya membina siswa untuk membangun rasa bangga,


keterampilan manusia yang paling maksimal dan individu yang mandiri.

C. Kemasyarakatan, khususnya pengajaran untuk membangun produksi warga


negara Indonesia yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.(Mayssara A.
Abo Hassanin Supervised, 2014)

2.4.2 Hak Guru sebagai Pekerja Berdasarkan Hukum

Guru sebagai pekerja pasti memiliki hak yang layak diakui sebagai pekerja.
Hak ini diatur dalam undang-undang, khususnya UU No. 14 Tahun 2005. Tentang
Dosen dan Guru, antara lain.

1..Pengajar memiliki hak istimewa untuk mendapatkan upah yang tidak


ditentukan sesuai dengan kontrak pekerjaannya. .(Pasal 7 paragraf 1).

2. Pasal 14 ayat 1 antara lain memuat 11 hak untuk guru, antara lain.

A..Pengajar memiliki pilihan untuk memperoleh pembayaran atas kebutuhan


hidup dan sertifikasi dalam bantuan pemerintah.

B..Pengajar memiliki pilihan untuk mendapatkan asuransi dan melakukan


kewajiban mereka dan hak inovasi berlisensi.

C..Pengajar berhak untuk mendapatkan penghargaan yang ditunjukkan oleh


pelaksanaan pekerjaan.

D..Pengajar cadangan atau honorer berhak untuk mendapatkan kesempatan untuk


lebih mengembangkan kemampuan.

E..Pengajar berhak memiliki kesempatan untuk memberikan penilaian dan


menentukan kelulusan, penghargaan, atau dukungan untuk siswa, sesuai standar
informasi dan kode etik pengajar.

G. Pengajar memiliki pilihan untuk untuk berinteraksi dalam lingkungan kerja.

H..Pengajar berhak mendapat kesempatan untuk mengambil bagian dalam


menentukan kurikulum di sekolah.

I..Pengajar memiliki pilihan untuk memiliki kesempatan menjadi inovatif dan


bekerja pada kapasitas-kapasitas logis mereka.

J..Pengajar memiliki hak untuk mempersiapkan dan mengharapkan peningkatan di


bidangnya.
14

k..Pengajar memiliki pilihan untuk mendapatkan dan menggunakan kantor serta


kerangka pembelajaran untuk membantu latihan pembelajaran.

2.4.3 Kewajiban Guru sebagai Tenaga Kerja Berdasarkan Hukum

Selain memiliki hak, pengajar juga memiliki kewajiban yang diatur oleh
uu, khususnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru antara lain.

1. Dalam pasal 20 memuat 5 komitmen pendidik, sebagai berikut.

A..Pengajar berkewajiban untuk merancang ilustrasi, melakukan langkah-langkah


pembelajaran yang berkualitas, dan menilai hasil pembelajaran.

B..Pengajar berkewajiban untuk berperan secara adil serta tidak merugikan dan
membahas pada jenis kelamin, agama, ras, asal negeri, latar keluarga, serta status
sosial siswa.

C..Pengajar wajib menjaga persatuan dan keastuan bangsa maupun negara.

D..Pengajar wajib menaati hukum dan pedoman, serta kode etik guru dalam
pembelajaran.

E..Pengajar berkewajiban meningkatkan dan membina kemampuan skolastik


secara berkesinambungan, agar sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
inovasi, dan ekspresi seni.(Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, 2014)
15

SUMBER REFERENSI

Goethals, E., Matheus Alberto de Souza,& RPJMD.( 2005). Title.


Bulletin Des Sociétés Chimiques Belges, 53 (March), 25–27.
KEMENPERIN.( 2003). Undang- Undang RI Nomor 13 tahun 2003.
Ketenagakerjaan, 1.
Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A.( 2014). No Title Nomor Title
Nomor Title. Paper Knowledge. Toward a Media History of Documents, 38–
52.
Nuraulian, N.( 2017). Analisi Pengaruh Perkembangan Perhotelan Serta
Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja. UIN Raden Intan Lampung.
pdf
Prasetya, D. D. K.( 2017). Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/
Kota( UMK) riil serta Produk Dalam negeri Regional Bruto (PDRB) Riil
Terhadap Peluang Kerja di Jawa Tengah 2009– 2013. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.pdf
16

BUKTI PENDAFTARAN LOMBA

Anda mungkin juga menyukai