Asuhan Ajal
Asuhan Ajal
OLEH :
Abdul Azis
Galeh Mahendra
Enggar Puspa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan
normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di
wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka
harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial,
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang
berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang
hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju
akhir.
Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak
dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Pengertian kematian/ mati adalah apa bila seseorang tidak lagi teraba denyut
nadinya, tudak bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan beberapa
reflek, serta tidak ada kegiatan otak.
Penyebab kematian:
1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
b. Penyakit kronis, misalnya:
CVD (cerebrovascular diseases)
CRF (chronic renal failure (gagal ginjal))
Diabetes militus (ganggua)
MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) )
COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
2. Kecelakaan (hematoma epidural)
C. TAHAP KEMATIAN
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap, tetapi saling tindih.
Kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk
kemudian kembali ketahap itu. Apa bila tahap tertentu berlangsung sangat
singkat, bisa timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap,
kecuali jika perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.
1. Tahap pertama (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai
dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya
mengatakan bahwa mau menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien lanjut
usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak
memperhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh
perawat. Ia bahkan telah menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan
meminta pertolongan dari berbagai macam sumber professional dan
nonprofessional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa mau sudah
ada di ambang pintu.
2. Tahap kedua (marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.
Sering kali klien lanjut usia akan mencela setiap orang dalam segala hal. Ia
mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang apa
yang telah mereka lakukan.pada tahap ini, klien lanjut usia lebih mengaggap
hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan ini merupakan
mekanisme pertahanna diri klien lanjut usia lebih mengaggap hal ini
merupakan hikmah, dari pada kutukan. Kemarahan di sini merupakan
mekanisme pertahanan diri kliebn lanjut usia. Pada saat ini, perawat kesehatan
harus hati-hati dalam member penilaiaan sebagai reaksi yang normal terhadap
kematiaan yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tawar-menawar)
Kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan
kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya.Akan tetapi pada
tahap tawar-menawar ini bnyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan
rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup
bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan
sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir
untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu
terkecil, atau makan di restoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan
itu karena membuat klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien lanjut usia
sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang
yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersama
dengan itu, ia harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang
dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak
bicara dan sering menangis. Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
di samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum
meninggal.
5. Tahap kelima (menerima/asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini,
klien lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan
mungkin dan mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala
sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan lewat dan tibalah saat
kedamaiaan dan ketenangan.Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap
meneriam, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan kata
lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima maut.
D. PENGARUH KEMATIAN
Pengaruh kematian terhadap keluarga klien yang lanjut usia:
1. Bersikap kritis terhadap cara perawat
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut
4. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
dapat mengatasi rasa sedih
5. Penglihatan tanggung jawab dan beban ekonomi
6. Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat memperbesar bebab
emosi keluarga.
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
F. KEPERAWATAN PALIATIF
Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk
kerucut,melainkan lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral.
Kunci keberhasilan kerja interdisiplin bergantung pada tanggung jawab setiap
anggota tim, sesuai dengan kemahiran dan spesialisasinya,sehingga setiap kali
pimpinan berganti,tugas profesi masing masing tidak akan terganggu.
Keberhasilan keperawatan paliatif pada pasien lanjutusia satu akan menjadi
pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk upaya penanggulangan
gejala yang sama pada pasien yang lain.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang di antara
keduanya.keluarga pasien ( lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek
suasana tegang dan stress,baik fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan
dan kekhawatiran kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengamatan yang
dilakukan,di peroleh hasil bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kematian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga/ kerabat
lain.
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas medis/
perawat.
G. PENATALAKSANAAN
1. Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan.
Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas. Usahakan pasien dalam
keadaan bersih dan suasana tenang.
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.
Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien. Berikan
bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara
keagamaan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan
holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya
pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga
aspek psikososial lainnya.Salah satu metode untuk membantu perawat dalam
mengkaji data psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan
metode “PERSON”.
a. MetodePerson.
P: Personal Strenghat
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup,
kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif:
Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan
nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif:
Kecewa dalam pengalaman hidup.
E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:
Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif:
Tidak berespon (menarik diri)
R: Respon to Stres
Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan
olah raga.
Contoh yang negatif:
Menyangkal masalah.
Pemakaian alkohol.
S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
Keluarga
Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
Menjadi orang tua
Melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai
penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
Menunda keputusan.
b. Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan,denyut
nadi,pernapasan,dan tekanan darah. Mekanisme fisiologi yang
mengaturnya berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan fungsi yang
berlainan dengan keadaan yang norml dianggap sebagai indikasi yang
penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
c. Tingkat kesadaran
1. Komposmentis : sadar sempurna
2. Apatis : tidak ada perasaan/ kesadaran menurun
(masa bodoh)
3. Somnolen : kelelahan ( mengantuk berat)
4. Soporus : tidur lelap patologis(tidur pulas)
5. Subkoma : keadaan tidak sadar/hampir koma
6. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan
penurunan daya reaksi ( keadaan tidak sadar
walaupun di rangsang dengan apa pun/ tidak dapat
disadarkan).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya
penuh dengan stres ( tempat perawatan ).
4) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan
dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan
diri dalam menghadapi ancaman kematian
kesumber masalah-masalh
komunitas dan seperti kebutuhan
sumber lainnya financial , koping
yang tidak berhasil
atau konflik yang
tidak selesai
memerlukan sumber-
sumber tambahan
untuk membantu
mempertahankankan
fungsi keluarga
Resiko terhadap Setelah dilakukan 1. Gali apakah klien 1. Bagi klien yang
distres spiritual tindakan menginginkan mendapatkan nilai
yang berhubungan keperawatan untuk tinggi pada do,a atau
dengan perpisahan resiko distress melaksanakan ritual praktek spiritual
dari system spiritual dapat keagamaan atau lainnya , praktek ini
pendukung teratasi dengan spiritual yang dapat memberikan
keagamaan, kriteria hasil: diinginkan bila arti dan tujuan dan
kurang prifasi atau Tidak terjadi yang memberi dapat menjadi sumber
ketidak mampuan distres spiritual. kesemptan pada kenyamanan dan
diri dalam klien untuk kekuatan.
menghadapi melakukannya. 2. Menunjukkan sikap
ancaman kematian 2. Ekspesikan tak menilai dapat
pengertrian dan membantu
penerimaan anda mengurangi kesulitan
tentang pentingnya klien dalam
keyakinan dan mengekspresikan
praktik religius atau keyakinan dan
spiritual klien. prakteknya.
3. Berikan prifasi dan 3. Privasi dan
ketenangan untuk ketenangan
ritual spiritual memberikan
sesuai kebutuhan lingkungan yang
klien dapat memudahkan refresi
dilaksanakan. dan perenungan.
4. Bila anda 4. Perawat meskipun
menginginkan yang tidak menganut
tawarkan untuk agama atau
berdo’a bersama keyakinan yang sama
klien lainnya atau dengan klien dapat
membaca buku ke membantu klien
agamaan memenuhi kebutuhan
spritualnya
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho.Wahyudi. 2008. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC