Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Reproduksi


1. Neisseria gonorrhoeae pada pria
a. Definisi
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang sering terjadi,
disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhea yang pada umumnya ditularkan
melalui kontak seksual. Infeksi juga dapat terjadi pada neonates sebagai akibat
kontak pada waktu melahirkan. Neisseria gonorrhea dapat menyebabkan infeksi
mukosa, local atau tersebar. Infeksi sering diikuti tanpa gejala (Smeltzer &
Bare,2001)
b. Manifestasi klinis
Respon peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan
keluarnya sekret purulen kuning-kehijauan khas dari uretra pada pria dan dari
ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapar muncul
sedini mungkin 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh
secret purulen, diruria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-
laki akan memperlihatkan gejala 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini.
Walaupun sebagian laki-laki memperlihatkan gejala namun sampai 10% tidak,
tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya (Price & Wilson, 2005).
Pada perempuan gejala dan tanda timbul 7 sampai 21 hari, dimulai dengan
secret vagina. Pada pemeriksaan serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan
rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Infeksi N. gonorrhea tidak
menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebarab penyakit (Price &
Wilson, 2005).
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering
dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonore di faring sering
asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat
mukoporulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonore di perianus an
rectum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan
atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus serta secret dan mukopurulen
yang melapisi tinja dan dinding rectum (Price & Wilson, 2005).
c. Pemeriksaan diagnostik
Pengkajian pasien meliputi demam, rabas uretral, vaginal dan rectal.
Penelitian kultur dan sensitivitas adalah metode yang biasa dilakukan untuk
mendapatkan diagnosis dan kefektifan terapi. Pada pasien pria, specimen
didapatkan dari uretra, saluran anal, dan faring. Pada pasien wanita, kultur
endoserviks, faring dank anal anal diambil dan perawat harus menggunakan
sarung tangan sekali pakai dan mencuci tangan setelah melepaskan sarung
tangan tersebut (Smeltzer & Bare,2001).
d. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi dari infeksi gonore local pada wanita adalah
penyakit radang panggul (PRP) dimana organism menginfeksi uterus, tuba
falopi atau cairan peritoneal. Komplikasi lain adalah meningkatnya resiko
terhadap kehamilan ektopik dan sumbatan kedua tuba sehingga terjadi
infertilitas (Smeltzer & Bare,2001).
e. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dianjurkan untuk infeksi gonore adalah seftriakson (atau
sefiksime, siprofloksasin atau oflaksasin) bersamaan dengan doksisklin.
Doksisiklin ditambahkan pada terapi pertama untuk menangani kecurigaan
Chlamydia trachomatis yang biasanya menyebabkan infeksi pada pasien gonore.
Tes seologik untuk sifilis dan HIV harus ditawarkan karena sangat beresiko
(Smeltzer & Bare,2001).
f. Asuhan keperawatan gonore
a. Pengkajian
- Riwayat : Pasien diminta untuk menggambarkan awitan dan proses
gejala, dan untuk mengkarateristikkan adanya lesi berdasarkan lokasi
dan gambaran drainasenya bila ada. Perlindungan masalah kerahasiaan
sangat penting dalam kasus seksual.
- Pemeriksaan fisik : catat adanya kemerahan, lesi, drainase, rabas atau
bengkak. Kelenjar inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekan dan bengkak. Wanita diperiksa untuk adanya nyeri tekan
abdominal dan rahim. Mulut dan tenggorok diperiksa untuk mencari
adanya peradangan atau eskudat.
b. Diagnosa
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup:
- Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan
infeksi berulang.
- Ketikpatuhan terhdap tindakan
- Ketakutan yang berhubungan dengan perkiraan stigma dan terhadap
prognosis serta komplikasi

Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan komplikasi potensial


mencakup:
- Peningkatan risiko kehamilan ektopik
- Infertilitas
- Penularan infeksi ke janin yang mengakibatkan abnormalitas congenital
c. Intervensi dan implementasi
- Sasaran : peningkatan pemahaman pasien tentang riwayat dan tindakan
terhadap infeksi, peningkatan kepatuhan terhadap sasaran terapeutik dan
preventif, pengurangan rasa takut dan tidak adnya komplikasi.

Intervensi yang dapat diberikan antara lain:


- Meningkatkan pengetahuan dan mencegah penyebaran penyakit
- Meningkatkan kepatuhan dalam mengikuti terapi
- Menurunkan rasa takut tentang komplikasi dan terapi
- Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
- Mendapatkan pengetahuan tentang infeksi gonore
- Mendapatkan penanganan/terapi yang sesuai
- Menunjukkan penurunan akan kecemasan dn rasa takut
- Tidak adanya komplikasi
2. Kanker Serviks
a. Pengertian
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker
serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis
dan atau porsio).
b. Etiologi
- Insidensi lebih tinggi pada orang yang sudah kawin
- Terutama pada gadis yang coitus pertama dengan umur dibawah 16
tahun.
- Insidensi meningkat dengan tingginya paritas
- Jarak persalinan terlampau dekat
- Orang dengan olongan ekonomi rendah
- Higiene seksual yang jelek
- Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas)
- Wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe 16
atau 18
- Merokok
c. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului
karsinoma invasif. Karsinoma prainvasif tidak jelas selama pemeriksaan pelvis
rutin.
Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk
kedalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung
kedalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan
lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.
Karsinoma servikal dapat menginvasi atau meluas kedinding vagina,
ligamentum kardinale, dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang
jauh.
d. Tanda dan Gejala
- Pendarahan bercak yang berulang
- Perdarahan bercak setelah bersetubuh
- Keputihan
- Getah yang keluar dari vagina akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
- Pendarah yang terjadi akibat terbukanya pembuluh darah
- Anemia
- Nyeri punggung bagian bawah
- Nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis
- Frekuensi berkemih yang sering dan mendesak
- Hematuria
- Perdarahan rektum
e. Klasifikasi
- Stadium 0 karsinoma in situ
- Stadium 1 terbatas pada uterus
- Stadium 2 menyerang luar uterus tapi dinding pelvis tidak
- Stadium 3 meluas ke dinding pelvis dan atau sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
- Stadium 4 menyerang mukosa kandung kemih atau rektum atau meluas keluar
pelvis
f. Penatalaksanaan
Apabila lesi prekursor lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL)
atau lesi intra-epitel tingkat tinggi (HGSIL). Pengangkatan non bedah
konservatif memungkinkan untuk dilakukan.Krioterapi (terapi laser) efektif
untuk kondisi ini. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari
serviks ) di lakukan bila biopsi menunjukkan neoplasia intra epitel (CIN) atau
HGSIL yang sebanding dengan displasia dan karsinom in situ. Jika kanker
servikal prainvasif terjadi ketika wanita telah selesai membesarkan anak-
anaknya. Histerektomi sederhana biasanya di rekomendasikan,apabila pasien
mempunyai kanker servikal invasi radiasi atau histerektomi radikal,atau
keduanya dapat dilakukan. Metode yang dipilih tergantung tahap lesi
(Smeltzer,2001).
Pencegahan dan Skrining.Salah satu cara terbaik untuk mencegah kanker
ini adalah bentuk skrining yang di namakan PapSmear,dan skrining ini sangat
efektif.Pap Smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya
keganasan (kanker) dengan mikroskop.Pemeriksaan ini mudah di kerjakan,cepat
dan tidak sakit.
Vaksin HPV,Vaksin HPV dapat berguna dan cost efective untuk
mengurangi kejadian kanker serviks dan kondisi pra-kanker,khususnya pada
kasus yang ringan.Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis ini dapat melindungi
tubuh dalam melawan kanker yang di sebabkan oleh PHV (tipe 16 dan 18).
Penggunaan kondom ,para ahli sebanarnya sudah lama meyakininya,tetapi
kini mereka punya bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi
resiko penularan virus penyebab kutil kelamin ( genital warts ) dan banyak
kasus kanker leher rahim.
Sirkumsisi pada pria.Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria
berhubungan dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus
seorang pria dengan riwayat multiple sexual partner,terjadi penurunan resiko
kanker serviks pada pasangan wanita mereka.
g. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan : Diabetes, lansia.
b. Pemeriksaan fisik dan pelvis : Area pelvis terdapat eritema, edema,
eksoriasi dan rabas, bau, gatal dan rasa terbakar.
c. Pemeriksaan laboratorium
Smear vaginal; Mengumpulkan sekresi vaginal dengan aplikator berujung
kapas dan menempatkannya pada kaca preparat yang terpisah, larutkan
setetes larutan saline, lihat di bawah mikroskop.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan atau implan radiasi
b. Risiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
perdarahan operasi, pasca operasi atau asca implan
c. Perubahan eliminasi urin yang berhubungan dengan masukan tidak
adekuat, obstruksi kateter indwelling atau ligasi ureter
d. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan atau perubahan aktual
yang dirasakan pada citra tubuh, fungsi tubuh atau penampilan peran
sekunder terhadap diagnosis kanker
e. Ansietas berhubungan dengan gejala-gejala yang menimbulkan stress
3. Intervensi dan implementasi
a. Berikan gosokan punggung
b. Pantan TTv setiap 2-4 jam selama 24 jam pertama.
c. Kaji perdarahan pascaoperasi setiap 2-4 jam dengan memperhatikan
jumlah dan kualitas drainase pada balutan dan bantalan perineal jika
pendekatan abdominal digunakan
d. Inspeksi abdomen terhadap bukti perdarahan, penurunan Hb dan Ht.
e. Ajarkan pasien dan orang terdekat tanda pendarahan berlebihan
f. Pantau M&H dan catat setiap shift.
g. Pastikan kepatenan kateter indwelling
h. Berikan cairan oral atau parenteral sesuai program.
i. Kaji terhadap distensi abdomen dengan menginspeksi area suprapubis dan
perkusi atau palpasi kandung kemih.
j. Antisipasi kekhawatiran pasien tentang kehilangan uterus, adanya kanker,
potensial kekambuhan. Berikan dukungan emosional dan situasi yang
tidak terburu-buru untuk pasien dan orang terdekat untuk mengajukan
pertanyaan dan mengekspresikan masalah,frustrasi, dan rasa takut.
k. Kenali tanda kehilangan yang dapat gangguan konsep diri :
marah,menarik diri,perilaku menuntut,afek tidak tepat. Berikan dukungan
pada orang terdekat yang dapat salah menafsirkan mekanisme koping
pasien.
4. Evaluasi
a. Pasien mampu membersihkan perineum sesuai yang diharuskan
b. Melaporkan bahwa gatal-gatal mereda
c. Mempertahankan haluaran urin dalam batas normal dan tanpa disuria
d. Mengalami penurunan ansietas
e. Tidak menunjukkan inflamasi, pruritus, bau atau disuria.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.Jakarta:EGC


Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental of Nursing Concept,
process, and practice, seventh edition. USA: Pearson Edication
Potter, P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses
dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta:
EGC.
Bobak. L. J. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai