Nim: 2111020075
Soal :
1. Alqur’an adalah sumber ajaran pertama dan utama dalam Islam, maka saudara terangkanlah :
A. Ayat spt apa yg bisa ditakwilkan dan ayat spt apa yg harus dipahami menurut lahiriyah nya.
B. Kenapa thd satu ayat yg sama, bahkan thd satu kata yg sama bisa terdapat pemahaman yg
berbeda oleh para ulama tafsir ?
2. Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua sesudah Al-Qur’an. Namun hadis tdk bisa langsung
diamalkan, kecuali bila sudah memenuhi syarat-syarat utk bisa diterima sbg dalil.
B. Hadis apa yg paling rendah kualitasnya/derjatnya utk bisa dijadikan dalil, dan apa pengertiannya
dan asalnya.
C. Dalil berupa hadis bila utk masalah Aqidah, bolehkah yg kualitas/ derjatnya Shahih, ataukah harus
yg Mutawatir? Uraikan alasannya !!
B. Bila betul-betul terjadi pertentangan, apa saja solusi penyelesaiannya yg ditempuh ulama hadis ?
1A..
Para ahli tafsir mentakwil ayat-ayat mutasyabihat dalam AlQuran, yang di sesuaikan dengan ke Maha
Sucian dan ke Maha Agungan-Nya, untuk menjauh- kan makna dari segi zahirnya, kepada makna
yang lebih layak bagi Allah Swt. Karena makna zahir nash al-Mutasyabihat tersebut, jelas mempunyai
unsur persamaan Allah dengan makhluk-Nya. Diantara sahabat besar yang berjalan diatas kaidah
takwil, Sayiduna Ibnu Abbas r.a, anak paman Rasulallah Saw. Dan murid utama Sayidina Ali k.w.،،bnu
Abbas r.a. juga mentakwil beberapa ayat berikut:
ََوال َّس َما َء بَنَ ْينَاهَا بَِأ ْي ٍد َّو ِإنَّا لَ ُموْ ٍسعُوْ ن
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa.’(QS Ad-Dzariyat [51]: 47). Kata َأ ْي ٍدsecara lahiriyah adalah, telapak tangan atau tangan dari
ujung jari jemari hingga lengan, ia bentuk jamak dari kata يَ ٌد. (Baca Al Qamus al Muhith dan Taj al
Arus,10/417).
Ibnu Abbas r.a. mentakwil arti kata tangan dalam ayat Ad-Dzariyat ini dengan بِقُ َّو ٍةartinya dengan
kekuatan. Demikian yang diriwayatkan al-Hafizh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsirnya, 7/27.
‘Maka pada hari ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka
dengan hari ini…’ (QS.al-A’raf [7]:51)–kata ‘melupakan’ diayat itu dengan ‘menelantarkan’.
Kalau yang dipahami secara lahiriyah itu tuh kayak mutasyabihat الم،يس، الرtidak bisa di talok talok
makna nyo lain hal Jo ayat Alquran yang lain yang bisa di mutawkil ذلك كتبلربفةitu bisa di artinya
1B :Ulama punya sumber dan guru yang beda Wjar jika penafisrannya berbdeda
Kalau ulmaa atau sahabat zaman nabi punya pemikiran yang berbeda karena mereka masih
mengadopsi agama sebelumbya
1c.fungsi asbâb an-nuzul dalam penafsiran ialah; pertama, untuk menjadikan ayat al- Qur’an lebih
relevan dengan kondisi yang dihadapinya, Kedua, dengan mengetahui asbâb an-nuzul seorang
mufassir tidak hanya melihat ayat al-Qur’an sebagai redaksi akan tetapi lebih kepada tuntunan
kondisi.
2.
•bersifat syadz
Hadits dha’if yang perawinya sampai ke tingkat pendusta atau tertuduh sebagai pendusta, atau
parah kerancuan hafalannya, tetap tidak bisa diterima. Syarat kedua, hadits itu punya asal yang
menaungi di bawahnya.Hadis Dhaif merupakan hadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat
berupa hadis mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan
atau cacat. Hadis ini adalah kategori hadis yang tertolak dan tidak dapat dinyatakan kebenarannya
berasal dari perkataan atau perbuatan Nabi.
Hadis Dhaif termasuk kategori hadis lemah karena terputusnya rantai periwayatan (sanad) dan
adanya kelemahan pada seorang atau beberapa orang penyampai riwayat (perawi) hadis tersebut.
C, hadist yang digunakan untuk aqidah ialah hadist yang shohih alasan nya ialah karena aqidah
bersangkutan dengan ibadah .. dan itu tidak boleh mengambil hadist yang lemah...Hadits mutawatir
ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang menurut adat, mustahil mereka sepakat
untuk berdusta, mulai awal sampai akhir mata rantai sanad,pada setiap tabaqat atau generasi.
Hadits ahad ialah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir.
3.) A, Hadist di kategorikan bertentangan karena hadist tersebut memiliki perbedaan seperti
Praktek tentang cara wudhu nabi yang di mana banyak hadist yang berbeda pendapat
Tentang itu
Yang bertentangan ini status hukumnya termasuk hadits yang sahih. Suatu
Hadits akan dikaji dan dibandingkan satu sama lain, baik dari segi
Menurut ulama, semisal larangan Rasulullah SAW terkait satu hal bisa
Ketiga, melakukan tarjih riwayat hadits. Hadits satu dan yang lain, selagi
Membandingkan riwayat satu dengan yang lain dalam lafalnya. Hal ini tentu
Dalam tingkatan yang dilakukan para ahli hadits yang sangat mumpuni.