Anda di halaman 1dari 51

PENERAPAN METODE ILHAM DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA SANTRI PESATREN


HIDAYATUL MUBTADIIN CIPARAY MAJALENGKA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Institut Agama Islam Negri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Oleh:
TIYA IMTIYAZUNNISA
1708101167

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2021 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu dipanjatkan kepada Allah Swt. yang memberikan
karunia yang tidak terhingga yang berupa nikmat iman dan nikmat Islam yang
diberikan kepada semua hambanya tanpa terkecuali. Sholawat serta salam selalu
dipanjatkan kepada Nabi Muhammad Swt. yang telah membawa peradaban
manusia dari zaman jahiliyah hingga sekarang.

Dalam proses penyusunan proposal ini penulis menemui banyak sekali


hambatan, tetapi atas ridho dari Allah Swt. khususnya, dan juga atas bantuan dari
berbagai pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan proposal ini, penulis
dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Ilham
dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Santri
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka”. Oleh karena itu,
penulis mengungkapkan rasa syukur dan mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang membantu proses penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga penulisan ini dapat bermanfaat kepada pembaca, namun penulis


menyadari dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dalam bentuk tulisan,
bahasa, dan lain sebagainya karena keterebatasan pengetahuan dari penulis. Untuk
itu, penulis sangat berharap adanya masukan sebagai kritikan dan saran agar dapat
membangun dan juga menyempurnakan proposal ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
a. Wilayah Kajian ............................................................................. 11
b. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 11
E. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 12
F. Penelitian Relevan ............................................................................. 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG METODE ILHAM DAN


KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Metode Ilham
1. Pengertian
2. Tujuan Metode Ilham
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ilham
4. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Ilham dalam Pembelajaran
B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian
2. Aspek-Aspek Kemampuan Membaca Al-Qur’an
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an
4. Tingkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
C. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
2. Faktor Penghambat

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Kondisi Sekolah
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data dan Sumber Data
2. Fokus Penelitian
3. Subyek Penelitian
C. Teknik Perolehan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
D. Teknik Pengolahan Data
1. Reduksi Data
2. Display Data
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA


A. Deskripsi Data Penelitian
1. Penerapan Metode Ilham dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka
2. Bentuk-Bentuk Kemampuan Santri di Pesantren Hidayatul Mubtadiin
Ciparay Majalengka
3. Relevansi Penerapan Metode Ilham dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay
Majalengka
B. Analisis Data Penelitian
1. Penerapan Metode Ilham dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka
2. Bentuk-Bentuk Kemampuan Santri di Pesantren Hidayatul Mubtadiin
Ciparay Majalengka

iii
3. Relevansi Penerapan Metode Ilham dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay
Majalengka

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam sebagai pedoman
hidup dan sumber-sumber hukum. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat
manusia. Dianjurkan untuk dibaca, direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap sikap, ucapan dan perbuatan seorang muslim harus sesuai
dengan ajaran Islam. Allah memuliakan orang yang menjadi ahlu Al-Qur’an
dengan mempelajari Al-Qur’an baik dengan membaca, menghafal, dan
mengamalkannya, ia akan diberi berbagai macam keistimewaan di dunia dan
akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt. :
‫ ِلي َُوفِيَ ُه ْم‬٢٩ ‫ارة ً لَّ ْن تَب ُْو َۙ َر‬ َ ‫ص ٰلوة َ َوا َ ْنفَقُ ْوا ِم َّما َرزَ ْق ٰن ُه ْم س ًِّرا َّو‬
َ ‫ع ََلنِيَةً ي َّْر ُج ْونَ تِ َج‬ َّ ‫ّٰللاِ َواَقَا ُموا ال‬
‫ب ه‬ َ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ يَتْلُ ْونَ ِك ٰت‬
)30-29 :35/‫ ( فاطر‬٣٠ ‫شكُ ْو ٌر‬ َ ٗ‫ضل ِٖۗه اِنَّه‬
َ ‫غفُ ْو ٌر‬ ْ َ‫ا ُ ُج ْو َرهُ ْم َويَ ِز ْيدَهُ ْم ِم ْن ف‬
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”1

Maksud dari membaca kitab Allah Swt. adalah membaca Al-Qur’an dan
sejenisnya, dan membacanya secara mudawamah (terus-menerus) atau
mengamalkan isi kandungannya, hingga membekas pada diri pribadinya.
Seseorang yang membaca Al-Qur’an besok pada hari kiamat ia akan melihat
Allah dan dimasukkan ke dalam surga.
Allah mengutus rasul-Nya antara lain agar beliau mengajarkan (ta’lim)
kandungan al-kitab dan al-hikmah. Yakni kebijakan dan kemahiran melaksanakan
hal yang mendatangkan manfaat dan menampik mudharat.2 Al-Quran adalah kitab
suci umat Islam yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. nabi akhir zaman, turun
pada 17 Ramadan hadir sebagai pedoman kehidupan dengan membawa segala

1
Al-Qur’an dan terjemahan. Kementrian Agama Republik Indonesia. 2017
2
Shihab, M. Quraish 2000. Tafsir al-Misbah, vil 1, cet ke-10, Ciputat: Lentera Hati.

1
keistimewaan, tak hanya sebagai pedoman, Al-Quran hadir sebagai petunjuk dan
penuntun bagi manusia untuk selalu berada di jalan kebenaran demi meraih surga
yang telah dijanjikan Allah Swt.
Mengingat demikian pentingnya peranan Al-Quran, sebagai umat Islam
tentu dianjurkan untuk mengerti dan memahami kandungan isi Al-Quran untuk
menjadikannya pedoman dalam keseharian. Maka dalam mewujudkan hal ini
ialah setiap orang terlebih dahulu dituntut agar memiliki kemampuan membaca
Al-Quran dengan baik dan benar. Karena kemampuan membaca Al-Quran dengan
baik dan benar sesuai kaidah akan menjadi modal untuk mengembangkan
keterampilan yang lebih tinggi, apabila seorang muslim tidak bisa membaca Al-
Qur’an maka bagaimana dia akan memahami isi, makna dan kandungan dari Al-
Qur’an yang menjadi pedoman hidup untuk dirinya, seperti memahami dan
mengamalkan isi dan makna Al-Quran adalah sebagai perwujudan menjadikan
Al-Quran pedoman dalam hidup keseharian.
Salah satu komponen dalam suatu proses belajar mengajar yang
mendukung untuk dapat mencapai tujuan tertentu dibutuhkan metode yang tepat,
begitu pula pada pembelajaran Al-Quran. Hal ini pun mendorong semakin
maraknya berbagai macam metode membaca Al-Quran yang menjadi pilihan
sebagai metode yang praktis dan efektif dalam membantu proses pembelajaran
membaca Al-Quran.
Pembelajaran merupakan perbuatan untuk melakukan sebuah komunikasi
atau interaksi antara seorang pendidik dengan peserta didik yang nantinya
mendapatkan ilmu dari seorang pendidik, selain terjalin adanya komunikasi di
dalam sekolah, proses pembelajaran bisa berupa saling bertukar informasi.
Pembelajaran dapat dipahami dengan cara komunikasi antara pendidik dan peserta
didik, dimana keduanya saling bertukar pikiran tentang informasi yang didasarkan
pada pemikiran rasional antara peristiwa pembelajaran, pengaruhnya pada proses
belajar, dan belajar yang dihasilkan dari proses pembelajaran. 3
Pembelajaran Al-Qur’an itu sangat penting untuk dilakukan setiap orang
baik bersifat formal, informal, dan non formal. Di antaranya pembelajaran Al-
Qur’an sangat penting, sebab beberapa materi mencakup beberapa ilmu tajwid
3
Robert M.Gagne. Buku Petunjuk Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran.(Jakarta:
Makapedua, 1989) hal. 204

2
dasar,pengenalan makhorijul huruf, tadarus Al-Qur’an, ghoroibul qur’an,
pengenalan tanda baca ,mad, dan bacaan tartil. Secara umum belajar bacaan
dimulai dengan membaca dan menulis,karena dengan belajar membaca dan
menulis seseorang akan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Sebagaimana
tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

َ ‫اْل ْن‬
‫سانَ َما‬ َ ٤ ‫علَّ َم ِب ْال َقلَ َِۙم‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ َ ْ َ‫ اِ ْق َرأْ َو َربُّك‬٢ ‫علَ َۚق‬
ْ ‫ الَّذ‬٣ ‫اْل ْك َر َۙ ُم‬
َ ‫ِي‬ َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ م ِْن‬ ْ ‫اِ ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبكَ الَّ ِذ‬
ِ ْ َ‫ َخلَق‬١ َ‫ي َخلَ َۚق‬
)5-1 :96/‫ ( العلق‬٥ ‫لَ ْم يَ ْعلَ ٖۗ ْم‬
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah,dan Tuhanmulah yang
mahamulia.yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya.”4

Ayat tersebut dapat disimpulkan, bahwa setiap muslim harus memahami


isi kandungan Al-Qur’an surat Al-‘Alaq. Ayat ini berisi bahwa Allah yang
menciptakan seluruh makhluk dan menjadikan Nabi Saw. yang pandai membaca
tanpa belajar(ayat 1), Allah menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia dan
diberikan kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu dengan ilmu yang
diberikan Allah (ayat 2), bacaan tidak dapat melekat kecuali dengan mengulangi
dan membiasakannya (ayat 3), kalam sebagai alat untuk menulis sehingga tulisan
itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat (ayat
4), limpahan karunia Allah yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu
pengetahuan yang bermanfaat (ayat 5).5
Al-Qur’an secara tidak langsung berarti wahyu yang diturunkan oleh Allah
untuk Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an sebagai sumber pokok dalam kehidupan
manusia, yang beragama Islam. Juga sebagai landasan pedoman hidup yang
mencakup kandungan manusia dalam hubungannya yaitu:hubungan antara
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia (baik muslim atau non muslim),
dan manusia dengan alam seluruhnya. 6
Dampak dari hubungan antar manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia, manusia dengan alam menjadi fondasi agama yang lebih baik,
sebaliknya apabila dengan hubungan tersebut tidak baik maka akan menjadi

4
Al-Qur’an dan terjemahan. Kementrian Agama Republik Indonesia. 2017
5
Sonhadji. Al-Qur’an dan Tafsirnya. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,1990) hal 748-
750
6
Humaidi Tatapangarsa. Kuliah Aqidah Lengkap. ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) hal 37

3
masalah. Permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam proses pembelajaran
Al-Qur’an di antaranya: kurang jelasnya pelafadzan makhorijul huruf, kurangnya
memahami bacaan-bacaan tajwid atau kurangnya memperhatikan bacaan panjang
pendeknya dan metode pembelajaran Al-Qur’an yang dipakai kurang dikuasai.
Akibatnya tidak adanya standarisasi guru terhadap metode. Berdasarkan
permasalahan di atas maka solusi yang dilakukan oleh pendidik yaitu dengan
menggunakan metode Ilham.
Metode Ilham merupakan cara menghafal yang memadukan berbagai jenis
kecerdasan, pendayagunaan indra pendengaran, penglihatan, lisan dan gerakan
dengan pola saling memerhatikan dan mencocokkan untuk hasil yang optimal.
Trainer metode Ilham, KH. Lukman Hakim memaparkan, metode Ilham
menawarkan cara yang mudah para santri tahfiz untuk mampu menghafal redaksi
ayat, tata letak ayat, nomor ayat, nomor surat dan nomor halaman.
Tidak hanya untuk kalangan santri tahfidz, dengan kelebihan metode
Ilham yang menggunakan berbagai macam jenis kecerdasan, anak tidak hanya
akan dapat dilatih untuk remembering saja, melainkan melalui implementasi
penggabungan 7 kecerdasan dalam metode Ilham anak dapat bisa membaca,
menulis dan melafalkan ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. Tidak semua anak
memiliki kemampuan menghafal yang sama, tidak semua anak juga dapat menulis
Al-Qur’an, tetapi dengan kemampuan menulis, anak pasti bisa membaca, tetapi
anak yang bisa membaca belum tentu bisa menulis. KH. Lukman Hakim
merupakan praktisi dan akademisi di bidang kajian keislaman, pendidikan
pesantren dan pemberdayaan santri serta masyarakat, sekaligus penemu
metode Ilham. Kegemarannya dalam kajian Al-Qur’an menginspirasi temuan
metode Ilham yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia Islam sebagai
langkah praktis dalam menghafal Al-Quran.
Untuk itu sangat jelas bahwasanya membaca Al-Qur’an diperlukan
seorang pembimbing, pengajar yang benar-benar mampu dan memiliki
kompetensi mengajarkan Al-Qur’an. Pengajar matrikulasi Al-Qur’an metode
Ilham di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka tidak hanya dari
santrinya saja, tetapi juga dari tenaga pengajarnya yang mengikuti proses
penyaringan melalui sertifikasi dan seorang pengajar harus mampu memberikan

4
perubahan pada diri siswa/santri dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan
dalam pribadi siswa dalam melakukan pembelajaran.
Dengan adanya metode Ilham secara langsung pembelajaran yang
mengfokuskan pada bacaan Al-Qur’an. Pembelajaran Al-Qur’an metode Ilham
harus ada pendampingnya, sebab tugas pendamping adalah membenarkan bacaan
peserta didik apabila terdapat kesalahan. Selain dari itu, pendamping
menggunakan pendekatan yang mudah diajarkan bagi guru dalam pembelajaran di
sekolah formal maupun non formal.
Pada dasarnya, implementasi Ilham adalah penggabungan serta
optimalisasi tujuh kecerdasan yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an. Tujuh
kecerdasan ini diterapkan sekaligus dalam satu pola untuk memudahkan
menghafal Al-Qur’an serta menghasilkan hafalan yang lebih kuat melekat dalam
memori kita. Segingga melalui metode Ilham akan bisa menepis anggapan
sebagian masyarakat dan kalangan pelajar bahwa menghafal Al-Qur’an itusulit
dan membosankan. Implementasi penerapan metode Ilham dalam menghafal Al-
Qur’an diantaranya:

1. Implementasi Integrated (Memadukan dan mengaktivasi 7 Jenis


Kecerdasan)
a. Aktivitas Kecerdasan Linguistik
Adalah kemampuan untuk melafadzkan kata-kata secara efektif, kepekaan
terhadap arti kata, suara, ritme dan intonasi dari lafadz ayat yang
diucapkan. Sedangkan indikator kecerdasan ini adalah kepekaan seseorang
pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa.
b. Aktivasi Kecerdasan Matematik
Adalah kemampuan dalam memecahkan solusi, urutan, angka, logika dan
keteraturan. Sedangkan indikator kecerdasan ini adalah kepekaan dan
memiliki kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar, mencerna pola-pola logis, termasuk juga mampu
mengolah alur pemikiran yang panjang.
c. Aktivasi Kecerdasan Visual

5
Adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati obyek atau visual
secara akurat. Sedangkan indikator kecerdasan ini adalah kepekaan
mempersepsi dunia visual atau gambar secara akurat.
d. Aktivasi Kecerdasan Musikal
Adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati ritme, melodi, suara
yang didengar. Sedangkan indikator kecerdasan ini adalah kemampuan
menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titinada, dan warna nada,
apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal.
e. Aktivasi Kecerdasan Kinestetik
Adalah kemampuan menggunakan anggota tubuh secara terampil, untuk
menggunakan ide, pemikiran, koordinasi dan kecepatan. Sedangkan
indikator kecerdasan ini adalah kemampuan mengontrol gerak tubuh dan
kemahiran mengelola objek.
f. Aktivasi Kecerdasan Interpersonal
Adalah kemampuan untuk mengamati dan memotivasi orang lain, peka
pada ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain. Sedangkan
indikator kecerdasan ini adalah kemampuan mencerna dan merespon
secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginan orang lain.
g. Aktivasi Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang diri sendiri, mampu memotivasi diri sendiri dan
disiplin. Sedangkan indikator kecerdasan ini adalah mampu memahami
perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan diri.

2. Implementasi Listening:
Sistem Alur Listening

Pembimbing Jika peserta melafadzkan maqra


mencontohkan maqra masih belum benar maka
dengan fasih dan benar pembimbing mencontohkan
kembali
6
Peserta Peserta Peserta Peserta
mendengarkan melafadzkan mengulang- menyimak
maqra yang maqra yang ulang maqra hafalan maqra
dibacakan oleh dibacakan oleh yang dihafal pasangan
3. Implemantasi
pembimbing pembimbing dengan FASIH secara
dengan
4. penuh dengan FASIH dan BENAR, 3- bergantian
konsentrasi dan Benar 5 x sesuai
arahan
pembimbing

3. Implementasi Hand:
Sistem Alur Gerakan Tangan

Pembimbing mencontohkan maqra dengan Jika peserta belum tepat


fasih dan benar dan memberitahukan menerapkan posisi ruas jari
posisi jari dan gerakan tangan kanan dan pnomena ayat maka
sebagai irama ketukan atau visualisasi pembimbing
tulisan mencontohkan kembali

Peserta Peserta Pembimbing Peserta


menghitung menggerakan menyamakan menyimak
pemomena ayat posisi ruas jari posisi ruas jari hafalan maqra
di posisi ruas jari mengikuti dan penomena pasangan
dan menggerakan penomena ayat ayat saat secara
tangan kanan dan tangan dalam proses bergantian
sebagai irama kanan sebagai menghafal
ketukan (tulisan) irama ketukan
(tulisan)

4. Implementasi Attention:
Sistem Alur Implementasi Saling Memperhatikan

Pembimbing menyampaikan informasi Jika peserta belum dapat


tentang manfaat ATTENTION, dan pasangan (mitra) menghafal,
mengintruksikan peserta untuk maka pembimbing menyarankan
meneruskan sendiri pasangan (mitra) untuk gabung dengan pasangan
dalam proses menghafal visualisasi tulisan yang sudah ada
7
Sesama peserta Sesama peserta Sesama Pembimbing
memperhatikan menyimak peserta saling memonitor
gerakan bibir dan bacaan ayat setor, komitmen dan
intonasi suara yang sedang mengevaluasi kekompakan
dalam dihafal, ketika dan sesama
melafadzkan ayat ada kekeliruan memotivasi pasangan dalam
yang dihafal maka saling dalam menghafal Al-
membenarkan kegiatan Qur’an
bimbingan
menghafal

5. Implementasi Matching
Sistem Alur Implementasi Saling Mencocokan

Pembimbing menyampaikan informasi Jika pesera belum saling


tentang manfaat MATCHING, dan mencocokan dan mengevaluasi,
mengintruksikan peserta untuk saling maka pembimbing menyarankan
mencocokan dan mengevaluasi hafalan untuk memulai saling mencocokan
dengan sesama pasangan visual tulisan dan mengevaluasi hafalan

Peserta Mencocokan Saling Memonitor


mencocokan bacaan ayat yang mencocokan penomena ayat
penomena ayat sedang dihafal, lembaran yang dihafal
yang dihafal ketika ada naskah mushaf, dengan posisi
dengan posisi kekeliruan maka jika terjadi ruas jari serta
ruas jari tangan saling kekeliruan melihat hasil
membenarkan maka langsung penulisan
ditashih mushaf yang
sudah ditashih

Hadirnya metode Ilham adalah untuk mempermudah bagi orang-orang


yang menginginkan menghafal Al-Qur’an. Menepis mitos-mitos tentang
menghafal Al-Qur’an yang selama ini menghantui otak masyarkat, seperti sulitnya
menghafal Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an menyebabkan stres, mustahil bagi

8
orang yang sudah tua untuk hafal Al-Qur’an, mustahil bagi orang yang sibuk bisa
hafal Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Adapun dalam tataran prakteknya, para penghafal Al-Qur’an melalui
Ilham tidak dituntut mengetahui banyak hal secara teoritik. Misalnya, memahami
arti lafadz dari ayat-ayat yang dihafal, memahami alur cerita atau kisah yang
diceritakan dalam surat-surat tertentu. Namun mereka langsung diajak praktek
menghafal dengan mengikuti apa yang dibacakan oleh pembimbing. Itu semua
dilakukan dengan tidak melihat mushaf, sehingga konsentrasi mereka terfokus
pada ayat apa yang dibacakan oleh pembimbingnya. Maka, tidak menutup
kemungkinan bahwa metode Ilham juga dapat di Implementasikan untuk
meningkatkan kemampuan bacaan Al-Qur’an yang terletak pada Implementasi
Integrated (memadukan dan mengaktivasi 7 jenis kecerdasan) di antaranya:
Aktivasi kecerdasan linguistik, matematik, visual, musikal, kinestetik,
interpersonal dan intrapersonal.
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana implementasi
pembelajaran Al-Qur’an metode Ihlam, bagaimana kelebihan pembelajaran Al-
Qur’an metode Ihlam dan bagaimana hasil pembelajaran Al-Qur’an dengan
metode Ilham pada santri di pesantren Hidayatul Mubtadiin dikarenakan dalam
pembelajaran Al-Qur’an membutuhkan metode yang praktis, efektif, dan efisien.
Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan. Maka, peneliti
menggunakan metode kualitatif deskriptif

B. Rumusan Masalah
a. Wilayah Kajian
Dalam penelitian ini, wilayah kajian yang dipilih oleh peneliti yaitu
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

b. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian masalah yang dikemukakan
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

9
1. Apakah penerapan metode Ilham dapat meningkatkan keterampilan
guru dalam membimbing dan mengajar santri membaca Al-Qur’an di
Pesantren Hidayatul Mubtadiin?
2. Apakah dengan penerapan metode Ilham dapat meningkatkan
kemampuan bacaan Al-Qur’an pada Santri Hidayatul Mubtadiin?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam
penerapan metode Ilham pada santri di pesantren Hidayatul
Mubtadiin?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pernyataan-pernyataan penelitian di atas, maka dalam
penelitian ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Mengetahui apakah metode Ilham dapat meningkatkan kemampuan
guru dalam membimbing dan mengajar santri dalam membaca Al-
Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin.
2. Mengetahui apakah dengan penerapan metode Ilham dapat
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada santri di
Pesantren Hidayatul Mubtadii.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam
penerapan metode Ilham pada santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis :
a. Decara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan khazanah ilmu yang bersangkutan dengan motivasi
belajar Al-Qur’an pada santri di lingkungan pesantren dengan
menggunakan metode Ilham khususnya, serta menambah sumbangan
pengetahuan apa itu kelebihan dan manfaat metode Ilham. Dan
pentingnya upaya membangun inovasi strategi belajar dengan
penyampaian sebuah metode yang di dasari oleh guru agama yang
mampu merubah dan memperbaiki mutu santri dalam membaca dan
menghafal Al-Qur’an. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat

10
menginspirasi penerapan model dan metode strategi pembelajaran
bagi guru dalam mengelola dan menerapkan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam khususnya dalam membaca Al-Qur’an
dengan upaya untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu,
sebanding dengan nilai-nilai Agama yang dimiliki oleh umumnya
Umat Islam yang taat dan didasarkan potensi yang dimiliki generasi
bangsa Indonesia.
b. Memberikan kontribusi terhadap teori penggunaakn metode Ilham
terutama dalam meningkatkan mutu bacaan Al-Qur’an terhadap santri
di pesantren yang mempengaruhi tercapainya generasi Qur’ani yang
berkualitas, beradab dan berakhlak baik.
2. Manfaat Praktis :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dimanfaatkan
sebagai bahan dalam perumusan, penerapan, dan evaluasi metode
strategi pembelajaran guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas
bacaan Al-Qur’an pada peserta didik . Dalam hal ini, penting
mengingat beberapa tantangan yang dihadapi oleh seorang guru dalam
menjalankan tugasnya mendidik dan memberikan khazanah tauladan
yang baik terhadap peserta didiknya, apalagi menyangkut Pendidikan
Agama Islam yang memiliki banyak sekali keterkaitan dengan Al-
Qur’an dan Hadits yang dijadikan pedoman. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk menilai sejauh mana kemampuan
peserta didik dalam membaca Al-Qur’an sehingga dengan demikian
dapat menentukan sejauh mana kesiapan peserta didik agar mutu dan
kualitas dalam membaca Al-Qur’an melalui metode Ilham dapat
meningkat menjadi lebih baik.
b. Bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai judul sejenis diharapkan
hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam studi
mengenai metode strategi pembelajaran Ilham dalam meningkatkan
mutu dan kualitas membaca Al-Qur’an.

E. Kerangka Pemikiran (Landasan Teori)


1. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

11
a. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang abadi, di mana kemajuan ilmu
pengetahuan (sains) semakin memperkuat sisi mukjizatnya, yang diturunkan
Allah kepada Rasululah SAW untuk membimbing manusia menuju jalan yang
lurus.7 Al-Qur’an berasal dari kata Qara’a artinya adalah menyatukan dan
menggabungkan. Al-Qira’ah artinya adalah menggabungkan huruf-huruf dan
kata-kata satu sama lain saat membaca. Al-Qur’an pada dasarnya sama seperti
kata al-Qira’ah, bentuk masdhar dari kata Qara’a Qira’atan-Qur’anan. 8 Menurut
Dr. Subhi al-Shalih dalam kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur’an sebagaimana
dikutip oleh Mohammad Nor Ichwan, bahwa definisi al-Qur’an yang disepakati
oleh kalangan ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqih, ushul fiqh adalah sebagai
berikut: “al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu’jizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang
diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah”. Menurut
Habsy As-Shiddieqy dalam kitab Tafsir al-Qur’anul Madjied An-Nur yang dikutip
oleh Abdul Chaer mendefinisikan bahwa al-Qur’an adalah “kitab (wahyu) Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, lafaz dan makna yang ditulis di dalam mushaf
yang dinukilkan dengan jalan mutawatir dan membacanya suatu perbuatan ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah”.

b. Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an


Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik manusia itu adalah orang yang
belajar dan mau mengajarkan Al-Qur’an. Jika dikaitkan dengan surat Al-Baqarah
ayat 2 yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang
mau bertakwa dan surat Ibrahim ayat 1 yang menyatakan bahwa diturunkannya
Al-Qur’an adalah untuk membebaskan manusia dari kegelapan menuju kehidupan
yang terang benderang. Diantara tanggung jawab dan kewajiban itu adalah belajar
dan mengajarkan AlQur’an.9

7
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Ummu Qurra, 2017), hlm. 19
8
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu al-Qur’an..., hlm. 19
9
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an
(Jakarta: Gema Insani, 2004), h.59.

12
Belajar Al-Qur’an itu hendaknya dilakukan semenjak kecil kira-kira umur
lima sampai enam tahun, sebab pada umur tujuh tahun Rasulullah telah
memerintahkan setiap orang tua agar mulai mendidik anak-anaknya untuk shalat.
Di dalam shalat harus membaca Al-Qur’an, minimal mampu membaca surat Al-
Fatihah, sehingga semenjak dini orang tua harus mengajarkan kepada anak-
anaknya membaca Al-Qur’an. Pada saat itu kondisi seorang anak masih suci
bagaikan kertas putih sehingga tidak terlalu sulit untuk mengisinya dengan
kebaikan dibandingkan ketika sudah menginjak dewasa. Membaca Al-Qur’an
merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai keistimewaan dan kelebihan
dibandingkan dengan membaca bacaan lain. banyak sekali keistimewaan bagi
orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. Keutamaan
membaca Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:
a) Menjadi manusia yang terbaik
Orang yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan
menusia yang paling utama. Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih
baik dari pada orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an
b) Mendapat kenikmatan tersendiri
Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang yang
sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan sepanjang
malam dan siang.
c) Derajat yang tinggi
Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah
mukmin sejati yang harum lahir batin, harum aromanya dan enak rasanya.
Maksudnya, orang tersebut mendapat derajat yang tinggi, baik di sisi Allah
Swt. maupun di sisi manusia.
d) Bersama para malaikat
Orang yang membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengamalkannya, akan
bersama dengan para malaikat yang mulia derajatnya.
e) Syafa’at Al-Qur’an
Al-Qur’an memberi syafa’at bagi seseorang yang membacanya dengan
benar dan baik, serta memperhatikan adabadabnya. Diantaranya
merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Maksud memberi

13
syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya dari segala
dosa yang dia lakukan.
f) Kebaikan membaca Al-Qur’an
Seseorang yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat
ganda, satu huruf diberi pahala sepuluh kebaikan.
g) Keberkahan Al-Qur’an
Orang yang membaca Al-Qur’an, baik dengan hafalan maupun dengan
melihat mushaf akan membawa kebaikan atau keberkahan dalam
hidupnya. Sama halnya seperti sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya
dan tersedia segala perabotan dan peralatan yang diperlukan. 10
c. Tujuan Pengajaran Membaca Al-Qur’an
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia, jika dilakukan secara sadar
pasti memiliki tujuan. Demikian pula dalam pembelajaran Al-Qur’an tidak
berbeda dengan pembelajaran-pembelajaran yang lainnya. Tujuan pengajaran
membaca Al-Qur’an adalah:
a) Mengkaji dan membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar, sekaligus
memahami kata-kata dan kandungan makna-maknanya, serta
menyempurnakan cara membaca Al-Qur’an yang benar.
b) Memberikan pemahaman kepada anak tentang makna-makna ayat-ayat Al-
Qur’an dan bagaimana cara merenungkannya dengan baik.
c) Menjelaskan kepada anak tentang berbagai hal yang dikandung AlQur’an
seperti petunjuk-petunjuk dan pengarahan-pengarahan yang mengarah
kepada kemaslahatan.
d) Menjelaskan kepada anak tentang hukum-hukum yang ada dalam Al-
Qur’an, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyimpulkan
suatu hukum dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan caranya sendiri.
e) Agar seorang anak berperilaku dengan mengedepankan etika-etika Al-
Qur’an dan menjadikannya sebagai pijakan bertatakrama dalam kehidupan
sehari-hari.

10
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-Hafizh, Pedoman Daurah Al-Qur’an Kajian Ilmu Tajwid
Disusun secara Aplikatif, h.21

14
f) Memantapkan akidah Islam didalam hati anak, sehingga ia selalu
menyucikan dirinya dan mengikuti perintah-perintah Allah SWT.
g) Agar seorang anak beriman dan penuh keteguhan terhadap segala hal yang
ada di dalam Al-Qur’an. Disamping dari segi nalar, ia juga akan merasa
puas terhadap kandungan makna-maknanya, setelah mengetahui bukti-
bukti yang dibawanya.
h) Menjadikan anak senang membaca Al-Qur’an dan memahami nilai-nilai
keagamaan yang dikandungnya.
i) Mengkaitkan hukum-hukum dan petunjuk Al-Qur’an dengan realitas
kehidupan seorang muslim, sehingga seorang anak mampu mencari jalan
keluar dari segala persoalan yang dihadapinya.
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pengajaran
membaca Al-Qur’an adalah memberi bekal dan pengetahuan kepada santri agar
dapat menggali dan meneladani isi ajaran, baik dalam hal membaca, menulis,
mengartikan, mencari, maupun memahami makna yang tergantung di dalamnya.
Sehingga Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman hidupnya dan diamalkan nilai-
nilai ajarannya dalam kehidupan sehari-hari

d. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Menggunakan


Metode Ilham
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf dan sebagainya);
mempertinggi, memperhebat (produksi dsb). 11 Sedangkan peningkatan secara
etimologi berasal dari kata dasar tingkat, mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”
sehingga menjadi kata benda abstrak. Penambahan akhiran “an” berarti perbuatan,
cara, hal, atau urusan untuk mengantarkan pada kondisi tertentu. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia kata tingkat berarti: tinggi rendah martabat (kedudukan,
jabatan, kemajuan, peradaban dsb), pangkat, derajat, taraf, kelas. Jadi, yang
dimaksud dengan peningkatan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menaikkan, mempertinggi, memperhebat kemampuan membaca huruf-huruf Al-
Qur’an. Adapun cara, hal, atau urusan yang dipergunakan untuk meningkatkan
pada kondisi yang diinginkan dapat meliputi berbagai hal. Misalnya:

11
W. J . S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia., h.1078

15
a. Penyediaan buku-buku yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar.
Menyediakan buku-buku yang menunjang akan membantu peningkatan
kemampuan membaca Al-Qur’an
b. Pengiriman tenaga pengajar ke pelatihan-pelatihan untuk menambah
wawasan tenaga pengajar Al-Qur’an.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana belajar mengajar. Ketersediaan sarana
dan prasarana akan meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.
Sarana dan prasarana yang lengkap sangat membantu dalam proses belajar
mengajar. Peserta didik tidak merasa jenuh sebab sarana dan prasarana
yang memadai membuat situasi dan kondisi yang kondusif, sehingga
pelajaran akan berlangsung secara menyenangkan.
d. Penambahan alokasi waktu.

F. Penelitian Terdahulu
1. Pada Jurnal yang di tulis oleh Jurnal yang ditulis oleh Fitriana Firdausi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Optimasi Kecerdasan
Majemuk Sebagai Metode Menghafal Al-Qur’an (Studi atas buku
“Metode Ilham: Menghafal al-Qur’an serasa Bermain Game” karya
Lukman Hakim dan Ali Khosim)” ini menjelaskan bahwa : Salah satu
metode menghafal yang memudahkan bagi para penghafal al Qur’an
adalah metode Ilham yang telah dijelaskan oleh Lukman Hakim dan
Ali Khosim dalam bukunya. Buku “Metode Ilham: Menghafal al
Qur’an serasa Bermain Game”. Dalam kenyataannya, banyak orang
yang memutuskan “mundur sebelum berperang” ketika “musuh” yang
dihadapi adalah al Qur’an. Pada penelitian ini terdapat dua instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu instrumen optimasi
belajar dan juga instrumen kecerdasan siswa, yang mana kedua
instrumen data ini menjadi sebuah variabel dalam penelitian tersebut.
Persamaan penelitian yang ditulis oleh Fitriana Firdausi dengan
penelitian ini adalah keduanya mempunya latar belakang yang sama
yaitu mengkaji penerapan metode Ilham. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian ini adalah pada objek kajian dan tujuan penelitianya

16
yaitu dalam penelitian tersebut tujuannya adalah untuk optimasi
kecerdasan majemuk melalui metode menghafal Al-Qur’an dengan
Ilham dan lebih fokus dengan pengaruh hafalan terhadap kecerdasan
majemuk, sedangkan dalam penelitian ini terfokus kepada mutu dan
kemampuan bacaan Al-Qur’an.
2. Pada Jurnal yang ditulis oleh Iis Sa’idatul Ulfah, Didi Junaeni Institut
Agama Islam Negri Syekh Nurjati Cirebon dengan judul “RESEPSI
TERHADAP RAGAM METODE TAHFIZ ALQURAN: StusiLiving
Al-Qur’an di Pondok Assalafie Dan Assalafiat Babakan Ciwaringin
Cirebon” ini sumber data yang diambil adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi
langsung ke Pondok Pesantren Assalafie dan Assalafiat Babakan
Ciwaringin Cirebon dan wawancara dengan para pengasuh Pondok
Pesantren, para pengurus dan santri. Adaun data sekunder dihimpun
dari data dokumentasi, arsip-arsip, buku-buku, dan artikel yang
berkaitan dengan penelitian. Persamaan penelitian yang ditulis Iis
Sa’idatul Ulfah, Didi Junaedi dengan penelitian ini adalah pada teknik
pengumpulan data yaitu sumber data yang diambil adalah data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi
langsung ke Pondok Pesantren Assalafie dan Assalafiat Babakan
Ciwaringin Cirebon dan wawancara dengan para pengasuh Pondok
Pesantren, para pengurus dan santri. Adapun data sekunder dihimpun
dari data dokumentasi, arsip-arsip, buku-buku, dan artikel yang
berkaitan dengan penelitian Perbedaan antara penelitian tersebut
dengan penelitian ini adalah pada tempat penelitian, yaitu penelitian
terdahulu melakukan penelitian dengan melakukan survei dan
observasi aktif di Pondok Pesantren Assalafie, sedangkan pada
penelitian ini, peneliti hanya mengumpulkan data dari sumber yang
sama tetapi tempat penelitian dilakukan di sebuah Yayasan yaitu
dengan menerapkan metode Ilham di Pesantren Hidayatul Mubtadiin.
3. Pada Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Saefulmillah UIN Syarif
Hidayatullah dengan judul: “Kemampuan Membaca Al-Qur’an

17
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa (Study Kasus di SMP
Islamiyah Ciputat Tanggerang” ini menjelaskan bahwa: Berkenaan
dengan latar belakang pendidikan siswa yang berbeda sehingga
kemampuan dalam membaca Al-Qur’an siswa, tentang perbedaan yang
signifikan tingkat kempuan membaca Al-Qur’an siswa. Persamaan
penelitian yang ditulis oleh Ahmad Saefulmillah dengan penelitian ini
adalah, keduanya memiliki latar belakang yang sama, dimana
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur’an, sedangkan perbedaan antara
penelitian ini ada pada permasalahan latar belakang siswa, dimana
pada penelitian terdahulu, meneliti siswa yang belum mampu
membaca Al-Qur’an dengan latar belakang yang berbeda, sedangkan
pada penelitian ini dilakukan di pesantren, sehingga latar belakang
siswa semuanya memliki basic pesantren.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG METODE ILHAM DAN


KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Metode Ilham
1. Pengertian
Kata metode berasal dari bahasa latin “Meta” yang berarti melalui dan
“Hodos” yang berarti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab metode disebut
“Tariqah” artinya jalan, cara, system, atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah ialah suatu system atau cara yang mengatur suatu cita-
cita. Jadi metode adalah cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan
interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 12 Metode
Ilham adalah metode menghafal Al-Qur’an dengan cara mengaktivasi dan
memadukan 7 Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap seseorang, sepeti halnya
kecerdasan linguistik, matematik, kinestetik, visual, musical, interpersonal, dan
intrapersonal. Nama ini, menurut kami tidak berlebihan, karena selain melalui
perenungan mendalam (sebagaimana cara orang mendapatkan ilham atau wahyu)
yang dilakukan oleh para hafidz, juga nama ini merupakan singkatan dari
beberapa kecerdasan yang kami optimalkan dalam menghafal Al-Qur’an. 13
Adapun ILHAM merupakan singkatan dari :
a. Integrated, yaitu mengaktifkan 7 kecerdasan pada diri seseorang dengan
beberapa praktek sederhana, misalnya dengan bantuan tangan.
Integrated adalah memadukan berbagai jenis kecerdasan yaitu linguistik,
matematik, visual, kinestetik, musikal, interpersonal dan intrapersonal. Model
dengan cara memadukan jenis kecerdasan yang di desain dalam konsep
pembelajaran secara berkesinambungan, dapat mengoptimalkan hasil hafalan dan
bacaan, dan meningkatnya kecerdasan seseorang. Metode Ilham memadukan
kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dengan mendayagunakan indera

12
Masitoh,Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Departemen Agama RI Cet-10,
2009), h.107.

13
K.H. Lukmah Hakim “Metode ILHAM” Menghafal Al-Qur’an Serasa Bermain Game,
Penyunting Usin S Artyasa; --Humaniora, Bandung

19
pendengaran, penglihatan, lisan dan gerakan. Polanya saling memperhatikan dan
mencocokan untuk hasil hafalan dan kemampuan membaca yang optimal.
Dalam konteks memahami kecerdasan yang dimiliki manusia, Howard
Gardner dalam Frame of Mind; The Teory of multiple intelligences membagi
kecerdasan menjadi delapan jenis, yaitu:
a) Kecerdasan Linguistik (Bahasa)
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata.
Kemampuan yang menonjol antara lain mengerti urutan dan arti kata-kata,
menjelaskan, mengajar, bercerita, berdebat, humor, mengingat dan menghafal,
analisis linguistik, menulis dan berbicara, main drama, berpuisi, berpidato, juga
mahir dalam perbendaharaan kata.
Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi
dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yyang
digunakan. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,
meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang
diucapkannya. Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-
teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun
mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Dari
situlah karna terbiasa mengucapkan, maka akan dengan mudahnya seseorang
membaca apa yang sering dia ucapkan.
Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan para jurnalis, jalur cerita,
penyair, dan pengacara. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan
jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas. Contohnya antara lain:
Charles Dickens, Abraham Lincoln, T.S. Eliot, Sir Winston Churchill.

b) Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal anhka, penalaran
dan logika. Kemampuan yang menonjol dalam bidang ini adalah logika,
reasoning, pola sebab-akibat, klasifikasi dan kategorisasi, abstraksi, simbolisasi,
pemikiran induktif dan deduktif, menghitung dan bermain angka, pemikiran
ilmiah problem solving, dan silogisme. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan,
akuntan, dan pemrogram komputer.

20
Adapun ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup
kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat,
menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan
pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Contohnya antara lain: Albert
Enstein, John Dewey.

c) Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Visual-Spasial yaitu kecerdasan seseorang yang berdasar pada
kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasi dan
memodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik
yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya
adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk
menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki
kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar.
Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gamba, video ataupun film
sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu
mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide
secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga
dimensi. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis,
pilot, dan insinyur mesin. Contohnya: Thomas A. Edison, Pablo Picasso, Frank
Lioyd, Colombus dan Ansel Adams.

d) Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal memungkinkan individu menciptakan,
mengkomunikasikan dan memahami, maka yang dihasilkan oleh suara. Ciri utama
kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menyerap menghargai, dan menciptakan
irama dan melodi. Komponen inti dalam pemerosesan informasi meliputi pitch,
ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknis audio, mereka yang
kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat
menyanyikan lagu dengantepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang
mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu. Misalnya

21
lagu “satu ditambah satu sama dengan dua”. Contohnya antara lain: Mozart,
Leonard Bernstein dan Ray Charles.

e) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh
Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-
benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Orang
dengan kecerdasan fisik menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari,
berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang
cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas
segala sesuatu. Individu tersebut akan memiliki keseimbangan yang baik dan
mampu melakukan berbagai manuver fisik dengan cerdik. Melalui gerakan tubuh
pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan
memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada
koreografer, penari, pemanjat tebing, atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah.
Contohnya antara lain: Charlie Chaplin, Michael Jordan, Rudolf Nureyev.

f) Kecerdasan interpersonal (Sosial)


Kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan dalam berhubungan,
memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan tersebut menuntun
individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar
dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk
kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama
dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan
tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran
komunikasi dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan
untuk menyerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangkai, niat, dan hasrat
orang lain.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini isa mempunyai rasa belas
kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Ghandi, atau bisa
juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua
mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut
pandang orang yang bersangkutan. Oleh karen aitu, mereka dapat menjadi

22
networker, perunding, dan guru yang ulung. Contohnya antara lain: Ronald
Reagan, Mother Teresa dan Oprah Winfrey.

g) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal yaitu kecerdasan dalam diri sendiri. Orang yang
kecerdasan Intrapersonalnya sangat baik dapat dengan mudah mengakses
perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan
menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing
hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli
teologi, dan wirausahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi,
berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam.
Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, snagar terfokus pada tujuan, dan
snagat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar belajar
sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. Mereka
juga mampu mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, tepat
sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk
membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa
odel untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka. Contohnya antara
lain: Freud, Eleanor Roosevelt dan Plato.

h) Kecerdasan Natural (Lingkungan)


Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan
seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat
distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami
dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam
berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang punya
inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat
berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan
klasifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemampuan mengenal
sifat dan tingkah laku binatang, biasanya mencitai lingkungan, dan tidak suka
merusak lingkungan hidup. Salah satu contoh orang yang mungkin punya
inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin.
Inteligensi lingkungan msih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada
yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-

23
logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda denfan
inteligensi matematis-logis.
b. Listening, cara ini membuat penghafal lebih berkonsentrasi ketika
menghafal yaitu dengan mengandalkan kecerdasan musikal dan linguistik,
sebagai contoh dengan melagukan bacaan.
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan
mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang
dinyatakan oleh orang lain kepadanya. 14 Dalam konsep tersebut terdapat tiga
tahapan proses mendengarkan. Kegita tahapan proses mendengar itu adalah
sebagai berikut:
1) Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau
sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
2) Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau
sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
3) Tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau
sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
Mendengar merupakan cara atau pendekatan yang dimulai dengan latihan
mendengar (ear training) kemudian diikuti dengan latihan mengucapkan kata-kata
atau kalimat-kalimat (speak training) dalam bahasa asing. Konsep ini dalam
pembelajaran bahas Arab dikenal dengan istilah metode as-sam’iyyah as-
syafahiyah, yaitu cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran
bahasa Arab dengan cara mendengarkan dan berbicara. Dengan metode ini
praktek-prektek penggunaan bahasa arab lebih ditekankan dan lebih banyak
menggunakan kosakata atau kalimat.
Al-Qur’an sering menggunakan kata “as sam’u” artinya pendengaran.
Penggunaan ini tentu bukan tanpa makna. Beberapa penelaahan lebih lanjut
tentang kata “as sam’u” yang sudah sering digunakan, diantaranya:
1) Tercipta dan berfungsi lebih awal. Dalam Al-Qur’an, kata ‘mendengar’
selalu disebutkan lebih awal dari kata ‘melihat’. Menurut Dr. Husain
Ridhan al-Balidy dalam makalah berjudul “Ijaz Al-Qur’an al-Karim”

14
Burhan. 1971. Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung :
Ganesa NV

24
yang dimuat dalam salah satu edisi Majalah al-Liwa’ al-Islami, Mesir
2002, terciptanya indera pendengaran lebih dahulu ketimbang
penglihatan.
Faktanya, Allah Swt. telah menciptakan indera pendengaran sejak bayi
masih berada dalam kandungan pada saat kandungan usia minggu.
Pembentukan indera pendengar bayi akan selesai pada saat janin berusia
2 minggu. Pada saat usia janin 25 minggu, dia sudah bisa mendengar.
2) Mengontrol sistem syaraf. Alfred Tomatis, seorang dokter earga negara
Prancis, membuat eksperimen-eksperimen selama lima puluh tahun
mengenai indera manusia, dan ia membuat kesimpulan bahwa indera
pendengaran merupakan indera yang paling penting.
3) Bisa Audio Terapi. Fabien, seorang peneiti sekaligus musisi menyatakan,
‘Suara manusia memiliki nada spiritual khusus yang membuatnya
menjadi sarana pengobatan yang paling kuat.’ Fabien menemukan bahwa
beberapa suara dapat menghancurkan sel-sel kanker, dan pada waktu
yang sama dapat mengaktifkan sel-sel yang sehat.
Masaru Emoto, Ilmuwan Jepang, dalam eksperimennya terhadap air. Ia
menemukan bahwa medan elektromagnetik pada molekul-molekul air itu
sangat terpengaruh oleh suara, dan ada suara-suara tertentu yang
memengaruhi molekul dan membuatnya lebih teratur.
4) Terinspirasi cara menghafal Nabi Muhammad Saw.

ٰ ( ١٨ َۚ ٗ‫فَ ِاذَا قَ َرأْ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْر ٰانَه‬


)18 :75/‫القيمة‬
“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. (Al-Qiyamah/75:18)”15

Metode mendengarkan adalah cara pembimbing mencontohkan bacaan


ayat Al-Qur’an yang akan dihafal oleh peserta dengan cara berlatih mendengarkan
dan berlatih mengucapkan (melafadzkan) sesuai bacaan yang dipraktekan oleh
pembimbing
c. Hand, tangan merupakan wasilah atau perantara utama dalam metode
hafalan ini
15
Al-Qur’an dan terjemahan. Kementrian Agama Republik Indonesia. 2017

25
Dalam pembelajaran Al-Qur’an bukan hanya diperlukan konsentrasi tinggi
namun juga semangat serta suasana yang menyenangkan. Sebab jika
hanyamengandalkan konsentrasi, pada umumnya pembelajaran Al-Qur’an akan
terasa membosankan.
Suasana menyenangkan yang dapat menumbuhkan semangar yang tinggi
merupakan hal yang perlu diciptakan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an.
Sehingga proses pembelajaran Al-Qur’an tidak cepat mengalami kejenuhan dan
kebosanan. Salah satu cara yang ditearpkan melalui metode Ilham yaitu pelajar
Al-Qur’an dibuat secara berkelompok yang minimal terdiri dari dua orang.
Menurut Dr. Ruth Propper peneliti di Montclair State University, dalam
atikelnya “Getting Grip on Memory: Unilateral Hand Clenching Alters Episodic
Recall”, mengatakan bahwa gerakan tangan kanan mengaktifkan daerah otak yang
bekerja untuk menympan ingatan, sementara tangan kiri memicu area otak sebagai
kunci mendapatkan kembali informasi. Hasil ini menunjukan bahwa gerakan
tubuh dapat memperkuat ingatan seseorang.
Gerakan tangan merupakan cara atau pendekatan yang mendayagunakan
gerakan tangan dalm rangka penguatan ingatan (hafalan) yang tersimpan dalam
otak, memicu daya semangat dan penguatan kemampuan motorik seseorang.
Metode grakan tangan atau disebut juga thariqoh al-yadain adalah cara menghafal
dengan menggerakan tiap ruas jari untuk penomena masing-masing ayat dan
menggerakan tangan kanan untuk ketukan intonasi suara atau visualisasi redaksi
ayat dengan cara penulisan imla. Dengan cara ferakan ini bisa menguatkan daya
hafalan dan sebagai kunci mendapatkan kembali informasi (ayat dan huruf
hijaiyah) yang di hafal yang kemudian akan terbiasa di lafadzkan.

d. Attention, Dengan saling memperhatikan antar satu sama lain, metode ini
berupaya untuk mengaktivasi potensi kecerdasan inter & intrapersonal.
Attention adalah cara menghafal dengan memperhatikan gerakan bibir,
mimik wajah dan intonasi suara peserta yang berada pada posisi saling
berhadapan. Contohnya, 2 orang lelaki yang sedang menghafal secara bergantian,
yaitu saling membenarkan ketika menemukan kesalahan dalam bacaan dan
lainnya. Fokus perhatiannya adalah memperhatikan pasangan yang berada di
hadapan untuk saling memotivasi dalam rangka proses menghafal. Salah satu

26
fungsi pengelompokan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an adalah agar di
antara mereka terjadi satu hubungan erat antara satu dengan lainnya. Hal demikian
sangat berguna untuk menumbuhkan rasaempati di antara mereka. Sehingga
mereka tidak akan merasa bahwa menghafal dan belajar Al-Qur’an itu dilakukan
secara sendirian. Dengan demikian semangat dalam diri mereka akan tumbuh
dengan mudah seiring lingkungan yang dibangun secara bersama-sama.

e. Matching, yaitu saling mencocokkan dengan hafalannya dalam Al-Qur’an.


Matching adalah cara menghafal dengan saling mencocokan antar peserta
secara berpasangan dalam hal: Pertama, bunyi pelafalan dengan posisi jari tangan.
Kedua, menyimak pelafalan secara bergantian. Dan Ketiga, mentashih
(membentulkan jika terjadi kekeliruan) lembaran naskah mushaf yang ditulis
secara bergantian.
Matching bisa mengukur tingkat konsentrasi peserta dalam proses
menghafal, melalui uji kecocokan antara bunyi pelafalan dengan posisi ruas jari.
Karena untuk menggerakan posisi ruas jari dan perpindahan ayat dibutuhkan
konsentrasi tersendiri. Jika ditemukan bunyi ayat dengan ruas jari tidak sesuai
(cocok), maka berarti peserta kurang konsentrasi dalam proses menghafalnya.
Matching dilakuk untuk saling mentashih lembaran naskah mushaf sebagai
instrumen penguatan pelafalan, jika ditemukan kekeliruan dalam penulisan
mushaf maka bisa langsung ditashih oleh sesama pasangan
Matching juga merupakan pendekatan untuk saling menyimak,
mencocokan dan mengevaluasi hafalan ayat demi ayat antar sesama pasangan,
sehingga juka ditemukan kekeliruan pelafalan, bisa langsung ditashih atau
dibenarkan oleh sesama pasangan.
Pola matching ini bisa digunakan untuk mendeteksi sejak dini, jika terjadi
kekeliruan dalam pelafalan melalui ruas jari, dan penulisan lembaran mushaf.
Dengan pola ini sesama peserta bisa saling mengevaluasi dan mendorong
keberhasilan proses menghafal Al-Qur’an.

2. Tujuan Metode Ilham

27
Dalam pembelajaran Al-Qur’an, banyak metode yang kita ketahui.
Berbagai metode tersebut tentuna baik karena telah diuji coba oleh penemu atau
pengajarnya kepada beberapa orang dan komunitas. Dan begitu pun dengan
metode yang kami beri nama Ilham. 16

Metode ini pada dasarnya berawal dari pengembangan beberapa metode


selama ini yang digunakan baik di pesantren maupun sekolah. Berbagai metode
pembelajaran Al-Qur’an yang sudah diterapkan di berbagai lembaga. Kelebihan
dan kekurangan berbagai metode di analisa dan di diskusikan dengan temna-
teman dalam tim yang notabene hafidz (hafal Al-Qur’an). Hampir kurang lebih
selama 15 tahun beberapa di antaranya sudah mengajar tahfidz di pondok
pesantren. Akhirnya melalui diskusi intens dan pengkajian mendalam dan
berbagai metode yang digunakan di beberapa pesantren, maka lahir lah metode
yang bernama ILHAM.

Sejatinya metode Ilham merupakan tawaran tentang cara menghafal


praktis yang memadukan berbagai jenis kecerdasan, pendayagunaan indera
pendengaran, penglihatan, lisan dan gerakan pola saling memperhatikan dan
mencocokan untuk hasil hafalan yang optimal. Hal ini juga dapat diterapkan untuk
metode peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an, karena melalui 7
kecerdasan itu, anak dapat mengkolaborasikan kemampuan yang ada dalam diri
setiap individu.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ilham

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, di antara kelebihan


metode Ilham secara umum tidak hanya sekedar memberikan pembelajaran
mengenai cara menghafal Al-Qur’an tetapi metode ini juga hadir untuk menjawab
kebutuhan-kebutuhan yang selama dihadapi oleh para penghafal Al-Qur’an.
Yakni di antaranya mengatasi mudahnya lupa tata letak surat dan ayat, bahkan
membaca Al-Qur’an secara acak, misalnya ayat-ayat ganjilnya saja atau genapnya
saja, atau bahkan membaca secara terbalik dari ayat terakhir sampai ayat ke 1.
Selain itu pengajaran metode Ilham mampu memberikan bimbingan kepada

16
K.H. Lukmah Hakim “Metode ILHAM” Menghafal Al-Qur’an Serasa Bermain
Game, Penyunting Usin S Artyasa; --Humaniora, Bandung

28
peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
yaitu dengan maengenalkan makhorijul huruf yang baik dan benar dan menghafal
huruf hurut hijaiyah. Selain itu, kelebihan metode Ilham pada peserta didik adalah
mampu meningkatkan kemampuan pembelajaran Al-Qur’an yang efektif, mudah,
menggunakan cara yang unik dalam membaca Al-Qur’an, sehingga dapat
membuat mereka menjadi senang, nyaman dan tidak menoton.

Kekurangan pembelajaran metode Ihlam untuk peserta didik yaitu buku


pegangan atau buku jilid yang tidak dapat didapatkan oleh kalangan umum,
kecuali melalui pelatihan atau bimbingan, metode Ilham menetapkan target waktu
yang singkat. Sehingga, target pencapaian semakin cepat dan peserta didik harus
telaten dan rajin agar tidak tertinggal. Sasaran metode Ilham lebih tepat
diperuntukan bagi kelompok, walaupun metode Ilham juga bisa diterapkan bagi
perorangan/individu.

4. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Ilham dalam Pembelajaran

B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an


1. Pengertian
Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata "mampu'' yang mendapat awalan
"ke" dan akhiran "an", sehingga menjadi kata benda abstrak "kemampuan" yang
mempunyai arti kesanggupan atau kecakapan. 17 Yang dimaksud kemampuan
dalam tulisan ini adalah kesanggupan atau kecakapan yang berkaitan dengan
keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kemampuan membaca
Al-Qur’an adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan seseorang dalam
membaca Al-Qur’an secara tartil dan memahami maksud serta mengerti makna
yang terkandung dalam bacaan. 18
Dalam kemampuan membaca Al-Qur’an yang harus dicapai yaitu ilmu
tajwid dan makhorijul huruf yang baik dan benar. Sedangkan membaca adalah

17
W. J . S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h.628
18
M. Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1987), h. 1

29
melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu,
mengucapkan (do'a dsb).19 Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, bahwa cara
membaca Al-Qur’an itu tidak sama dengan membaca buku-buku yang berbahasa
Arab. Maksudnya adalah ada aturan-aturan khusus dalam membacanya. Bahkan
para ulama sepakat bahwa membaca Al-Qur’an dengan cara khusus, yaitu dengan
kaidah tajwid, hukumnya wajib bagi mereka yang akan membacanya. Kesalahan
pada bacaan, baik itu karena tidak diperhatikan panjang atau pendeknya kata,
tebal atau tipisnya huruf atau kata, mendengung atau jelasnya kata yang
diucapkan, dan lain sebagainya, tentu akan dapat mengubah makna atau maksud
yang sesungguhnya.

2. Aspek-Aspek Kemampuan Membaca Al-Qur’an


Kemampuan membaca al-Qur'an adalah kesanggupan, kecakapan dan
kekuatan seseorang dalam membaca al-Qur'an secara tartil serta memahami dan
mengetahui arti ataupun makna yang terdapat dalam bacaan, dan ketika
membacanya akan dinilai sebagai ibadah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an


a. Faktor Internal (Faktor dari dalam diri)
Yang merupakan keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor
internal meliputi 2 aspek, yakni aspek fisiologis (jasmaniah), yang mana kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengar dan indra
penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, termasuk kemampuan dalam membaca AlQur’an.
Apabila daya pendengaran dan penglihatan siswa terganggu akibatnya proses
informasi yang diperoleh siswa terhambat.20
Dan juga aspek psikologis (rohaniah), Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca Al-
Qur’an. Slameto dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya”, mengungkapkan faktor internal ditinjau dari segi psikologis,
yakni intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.21

19
W. J . S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia., h.345.
20
Syah Muhibbin,. 2006. Psikologi Belajar , Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
21
Slameto .1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

30
b. Faktor eksternal, Faktor lingkungan disekitar siswa.
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Adapun
faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an secara
umum terdiri dari dua macam, yakni lingkungan sosial, yang termasuk lingkungan
sosial yang lain adalah guru, teman bermain, kurikulum sekolah dan lingkungan
masyarakat. Selanjutnya adalah lingkungan non sosial, lingkungan sekitar siswa
yang berupa benda fisik seperti gedung sekolah, letak geografis rumah siswa, alat-
alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.22 Semua ini dipandang turut
menentukan kemampuan membaca Al-Qur’an. Misalnya rumah yang sempit dan
berantakan atau perkampungan yang terlalu padat penduduk serta tudak memiliki
sarana belajar, hal ini akan membuat siswa malas belajar dan akhirnya
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an.
Adapun beberapa indikator kemampuan yang dapat di cangkup dalam
membaca al-Qur'an sendiri meliputi :
a. Kelancaran dan tartil dalam membaca al-Qur'an
b. Kesesuaian pelafalan huruf sesuai makhrajnya
c. Ketepatan membaca Al-Qur'an sesuai tajwid.23

4. Tingkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an


Membaca Al-Qur’an adalah salah satu cara untuk memahami ajaran agama
Islam, karena didalam Islam Al-Qur’an merupakan dasar utama dalam beragama.
Dengan dapat membaca Al-Qur’an berarti telah ikut melestarikan dan menjaga
Al-Qur’an sebagai landasan agama. Al-Qur’an merupakan hal yang sangat
penting bagi umat Islam karena didalam proses beribadah kepada Allah SWT,
tidak lepas dari ayat ayat suci Al-Qur’an, tanpa mengetahui membaca Al-Qur’an,

22
Slameto .1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.

23
Abdul, Chaer. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

31
seseorang akan merasakan kesulitan karena mesti menghafalkan dari ucapan
orang yang telah tahu membaca Al- Qur’an.24
Pada dasarnya tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an siswa secara garis
besar mengalami perkembangan secara fluktuatif, baik dinamika positif maupun
degradasi negatifnya. Oleh karena itu, dinamika tingkat kemampuan membaca Al-
Qur’an siswa dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Dinamika tentang pengetahuan membaca Al- Qur’an, yang meliputi
kemampuan mengenal, memahami, dan membaca huruf.
b. Dinamika tentang sikap membaca Al-Qur’an, yang meliputi sikap ketika
membaca Al-Qur’an apakah dilakukan dengan serius atau tidak.
c. Dinamika tentang keterampilan membaca Al-Qur’an, yang meliputi
keterampilan membaca huruf, membaca penggabungan huruf, kalimat dan
kelancaran membaca Al-Qur’an. 25
Secara umum kondisi tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an anak didik
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Pengetahuan membaca Al-Qur’an, yang meliputi kemampuan mengenal,
memahami, dan membaca huruf
b. Sikap membaca Al- Qur’an, yang meliputi sikap ketika membaca Al
Qur’an apakah dilakukan dengan serius atau tidak.
c. Keterampilan membaca Al-Qur’an, yang meliputi keterampilan membaca
huruf, membaca penggabungan huruf, kalimat dan kelancaran membaca
Al-Qur’an. 26
Evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al- Qur’an anak
didik sebagai bentuk dari sarana untuk memberikan penilaian kepada para siswa
atas proses belajar yang telah ditempuh, memiliki tiga obyek yaitu ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam menerapkan evaluasi tersebut, guru
sebagai evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi

24
Wa Ode Saleha, Pengaruh Kemampuan Membaca Al−Qur’an Terhadap Minat Belajar
Al−Qur’an Hadist Di Mts Negeri 1 Kendari, (Kendari :Skripsi Stain Sultan Qaimuddin, 2012)
Hlm. 14
25
Moh Zaini, Dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an Dan Tempat
keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003) Hlm. 35
26
Ibid

32
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya
(aspek psikomotor). Ketiga aspek ini merupakan ranah kejiwaan yang sangat erat
sekali dalam berkaitan sehingga ketiganya tidak mungkin lagi untuk dipisahkan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar itu sendiri.
Sebagaimana dikatakan oleh Benjamin S. Bloom, bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu juga harus senantiasa mengacu pada tiga
jenis domain (daerah binaan atau daerah ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu : ranah berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective
domain), dan ranah ketrampilan (psikomotor domain).

a. Ranah Belajar dalam Pembelajaran Al Qur’an


Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa ranah dalam belajar ada
tiga aspek yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, maka
ketiganya masing-masing akan diuraikan Secara spesifik dalam pemaparan
berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Kognitif ini juga dapat dikonsepsikan sebagai sikap, pilihan, atau strategi yang
secara stabil menentukan cara seseorang yang khas dalam menerima, mengingat,
berpikir dan memecahkan masalah.
Sebagaimana dikatakan oleh Benjamin S. Bloom, bahwa segala yang
menyangkut masalah otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Masih
menurutnya, dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai
dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Ke-enam jenjang yang
dimaksudkannya ialah:
a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge)
Dalam praktisnya, pada jenjang ini adalah mengacu kepada
kemampuan mengenal atau mengingat materi yang disampaikan oleh
guru.27
b) Pemahaman (Comprehension)

27
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Hlm. 35

33
Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau
diingat.

c) Penerapan (Application)
Penerapan (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.
d) Analisis (Analysis)
Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
e) Sintesis (Sinthesis) Sistesis (Sinthesis) adalah kemampuan berpikir
yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. 28
f) Penilaian (Evaluation) Penilaian, penghargaan, dan evaluasi
(Evaluation) merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah
kognitif.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku,
seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan akidah akhlak,
kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran akidah akhlak di sekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran akidah akhlak yang
diterimnanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan sebagainya.

3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar

28
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Hlm. 50.

34
kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
kecenderungan- kecenderungan untuk berperilaku). Pada ranah psikomotor,
terdapat lima kategori, yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi,
pengalamiahan.29

C. Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
Dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-qur’an di Pesantren
Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka itu mempunyai faktor
pendukung yaitu:
a. Asatidz dan Asatidzah (Guru)
Faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar qiroati ini di dukung oleh kemampuan para asatidz yang sudah lulus
tashih dan juga mengikuti penataran diklat/diklat Kementerian Agama Kabupaten
Majalengka atau Wilayah Kabupaten Cirebon, disamping itu, para asatidz
mengikuti pembinaan yang diadakan oleh majlis pembinaan Kecamatan
Leuwimunding untuk meningkatkan kualitas para guru. Sebelum para asatidz
menyampaikan materi maka para asatidz terlebih dahulu mempersiapkan media
apa yang harus di gunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan melakukan
arahan oleh pengasuh pesantren. Semua itu dilakukan agar dalam proses belajar
mengajar para asatidz tidak datang dengan pikiran kosong dan proses belajar
mengajar bisa berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam visi misi
Pesantren.
b. Santriwan dan Santriwati (Siswa)
Dalam pelaksanaan membaca Al-Qur’an santri juga merupakan faktor
pendukung, tiada artinya bilamana dalam suatu proses belajar mengajar hanya
tediri dari beberapa guru tapi tidak mempunyai siswa sama sekali. Adapun siswa
yang menjadi pendukung adalah siswa yang masuk tepat pada waktunya, siswa
yang aktif, tidak bandel dan rajin.
c. Sarana dan Prasarana

29
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Hlm.
36

35
Dalam hal ini yang menjadi faktor pendukung utama adalah adanya kitab-
kitab iqra’, alat peraga dan media belajar lainnya sudah tersedia langsung di
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka meskipun belum lengkapy ,
khususnya segala sarana dan prasarana yang sudah di tetapkan dalam proses
pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Ilham. Artinya para siswa tidak perlu
membeli di luar, karena siswa sudah dapat membeli di pengurus sendiri,
disamping itu buku Ilham tidak di jual secara bebas.

2. Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an santri adalah kurangnya variasi metode yang
digunakan para asatidz, kurangnya motivasi dari orangtua terkait dengan upaya
tersebut, dan kurangnya sarana dan prasarana. Ada beberapa penyebab
penghambat proses pembelajaran Al-Qur’an baik yang berupa metode maupun
strategi, di antaranya adalah:
a. Salah satu penyebab terjadinya problematika kurangnya kemampuan
membaca Al-Qur’an di Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay
Majalengka adalah alokasi waktu yang hanya dilakukan 1 jam dari ba’da
magrib sampai menjelang isya. Masalah inilah yang dianggap sebagai
salah satu penyebab timbulnya kekurangan para santri dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran yang ada dalam materi pelajaran.
b. Banyaknya santri yang belum mengenal ilmu tajwid karena banyak di
antara santri yang kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan
oleh asatidz ketika kegiatan mengaji berlangsung, bahkan banyak santri
awam yang sama sekali belum mengenal huruf hijaiyah, maka sebelum
mengenalkan metode Ilham, harus di pelajari dulu dan di bimbing untuk
mengenal huruf-huruf hijaiyah.

36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Pesantren Hidayatul
Mubtadiin. Yang beralamatkan di Jl. Wangsa Desa Ciparay RT/RW 02/03
Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, 45473.
Penelitian ini dilaksanakan pada santri Hidayatul Mubtadiin Tahun Ajaran
2020/2021.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada

3. Kondisi Pesantren
Pesantren Hidayatul Mubtadiin merupakan sebuah lembaga atau yayasan
yang terletak di Desa Ciparay yang bisa disebut desa santri, karena terdapat
banyak pesantren tempat anak-anak mengaji di dalamnya. Tepatnya di Jl. Wangsa
Desa Ciparay RT/RW 02/03 di sebelah Selatan berbatasan dengan makam
Sacapati dan, sebelah Utara makam Gordah sebelah Timur sungai/leuwi dan
sebelah Barat jalan raya Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.
Pesantren Hidayatul Mubtadiin didirikan pada tahun 1970 yang pada awal
mula pesantren ini bernama Pesantren Al-Hidayah dan bertempat di mushola yang
sekarang diberi nama mushola Al-Husna, kemudian pada tahun 1972 pindah ke
tempat yang baru (yang masih ditempati sampai sekarang) kemudian bersamaan
dengan pindahnya pesantren digantilah nama Al-Hidayah menjadi Hidayatul
Mubtadiin oleh Nyai Fiqriyah dari Cisambeng.
Pada awal mula berdirinya pesantren ini hanya terdapat beberapa santri
saja sekita 5-10 santri yang menetap. Pada zaman dulu gedung pesantren ini
merupakan sebuah rawa dan pertama kali dibangun hanya dibuatkan 1 ruangan

37
yang sekarang ini ditempati anak mengaji sebagai ruang 1 kemudian ruang 2 dan
ruang, hingga ruang 3 dan 4, kantor dan kober/paud dibangun yang merupakan
wakaf dari swadaya masyarakat, luas keseluruhan pesantren sekitar 1.024 M.
Kemudian seiring berjalannya waktu, pesantren ini mulai terkenal dan banyak
santri yang menginap hingga ratusan santri. Dan pada tahun 2012 pesantren
Hidayatul Mubtadiin diresmikan menjadi sebuah Yayasan Pesantren.

Kepengurusan Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka sudah


berjalan namun kurang terorganisir dengan baik. Yayasan Hidayatul Mubtadiin
Ciparay Majalengka dibawah asuhan Ustadz Lili Sururi Asyifie. Kegiatan yang
dilaksanakan di pesantren ini, terdiri dari kegiatan rutin seperti sholat, mengaji Al-
Qur’an dan Juz ‘Amma Binnadzor setiap ba’da maghrib, kemudia kegiatan
mingguan seperti yasinan dan marhabanan setiap malam jum’at, kegiatan bulanan
yaitu rutinan pembacaan Rotib Al haddad dan kitab Barjanji oleh Majlis Al-Amin
setiap malam tanggal 15 Hijriyah. Kurangnya tenaga pengajar di Pesantren
Hidayatul Mubtadiin Ciparay Majalengka ini yang membuat kurangnya
kemampuan membacaAl-Qur’an pada santriwan santriwati.
Melihat keadaan yang demikian, peneliti melakukan sebuah penerapan
metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu Metode Ilham untuk meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an pada santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin
Ciparay Majalengka.
Kendala yang yang dihadapi untuk memberikan pembelajaran metode
khusus kepada santri disini adalah kurangnya keaktifkan dan minat belajar Al-
Qur’an, sehingga peneliti memilih untuk menggunakan metode Ilham karena,
diharapkan dengan metode Ilham ini dapat menepis anggapan santriwan
santriwati bahwa belajar membaca Al-Qur’an itu membosankan, bahkan dengan
metode Ilham, belajar Al-Qur’an serasa bermain game.

B. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini, yang dijadikan sebagai sumber data adalah seluruh
santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin, karena seluruh santri tidak hanya dijadukan
sebagai objek yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian saja, namun mereka juga
mengikuti kegiatan tersebut.

38
Penelitian ini menggunakan motode penelitian kualitatif. Melalui
penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang dialami
subjek dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat
dalam konteks, dengan situasi dan setting fenomena alami sesuai yang sedang
diteliti. 30 Dalam hal ini peneliti hanya ingin menetahui tentang gambaran
mengenai metode apa yang guru gunakan dalam meningkatkan kemampuan
bacaan Al-Qur’an pada santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin.

2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendriri. Peneliti menjadi human instrument yang berfungsi
menerapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber daya, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan. Peneliti sebagai instrumen perlu “divalidasi” seberapa jauh
kesiapannya dalam melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.31
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara yang diajukan kepada pencetus metode Ilham dan pengasuh pesantren,
guru serta salah satu santri di pesantren. Adapun wawancara ini berisi berisi
tentang pentingnya santri meningkatkan mutu dalam membaca Al-Qur’an dengan
terus berlatih. Di dalam wawancara ini juga berisi tentang kiat respon dan mutu
ketertarikan santri saat belajar metode Ilham. Selain itu terdapat lembar observasi
yang di dalamnya terdiri dari beberapa instrumen yang digunakan, antara lain alat
tulis, rating scale, audio record, kamera dokumentasi, yang menjadi indikator hasil
pengamatan peneliti terhadap pola kegiatan siswa di lapangan.

3. Subyek Penelitian
Adapun subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh
santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Alasan pemilihan subjek penelitian ini
melibatkan seluruh santri Hidayatul Mubtadiin ini berdasarkan rendahnya
penguasaan dan pemahaman santri Hidayatul Mubtadiin terhadap huruf huruf
hijaiyah, kurangnya respon dan keinginan santri dalam menguasai pemahaman

30
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
31
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta

39
membaca Al-Qur’an, dan rendahnya tingkat kepedulian serta kesadaran terhadap
diri sendiri.

C. Teknik Perolehan Data


Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. 32 Berdasarkan teori tersebut,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik
jika dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara, angket atau
kuisioner. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak berskala terlalu besar.33

Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk memperoleh data


kemampuan siswa dalam sikap dan prilaku sehati-hari ketika pembelajaran di
sekolah. Teknik ini digunakan untuk pengumpulan data dengan melihat dan
mengamati kondisi aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh santri dan menelaah
penggunaan metode yang disampaikan oleh ustadz dan ustadzah dalam
meningkatkan mutu dan kemampuan membaca Al-Qur’an di pesantren. Peneliti
juga akan melakukan observasi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
khususnya pada saat santri sedang mengaji Al-Qur’an. Kegiatan ini dilakukan
peneliti dengan mengamati secara langsung kemudian membuat catatan lapangan.
2. Wawancara
Dasar-Dasar Evaluasi Penelitian berpendapat bahwa wawancara adalah
suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari

32
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
33
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

40
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. 34 Mengapa dikatakan sepihak karena
dalam wawancara ini responden tidak diberikan kesempatan untuk bertanya sama
sekali. Pertanyaan hanya diajukan obyek evaluasi. Dalam penelitian ini teknik
wawancara yang digunakan yaitu dengan teknik wawancara tidak terstruktur yang
mana peneliti tidak perlu menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Peneliti melakukan wawancara dengan pencetus metode Ilham, pengasuh,
dan guru serta santri yang berada di Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Wawancara
yang dilakukan peneliti hanya pada ruang lingkup kemampuan dan keutamaan
membaca Al-Qur’andi Pesantren.

3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu dalam
bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.35 Secara
sederhana metode dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen atau foto-foto serta lampiran yang berguna sebagai informasi
dalam penelitian ini. Alat bantu yang digunakan pada saat dokumentasi adalah
kamera.

D. Teknik Pengolahan Data

Pengumpulan data adalah mencari, mencatat, dan mengumpulkan semua


secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di
lapangan yaitu pencatatan data dan berbagai bentuk data yang ada di lapangan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membuat catatan agenda harian yang
nantinya akan di kumpulkan dan di rangkum melalui reduksi data.
Data yang didapatkan dari suatu kegiatan yang dilakukan harus dianalisis,
karena untuk memastikan bahwa dengan penerapan metode Ilham di Pesantren
Hidayatul Mubtadiin dapat meningkatkan kemampuan santri dalam membaca Al-
Qur’an. Apabila data yang dikumpulkan itu kualitatif, maka harus dianalisis
secara kualitatif pula. Teknik analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap yaitu:

34
Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
VI Jakarta: PT Rineka Cipta.
35
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta

41
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
hal yang tidak perlu. Data yang diperoleh dalam data ini disajikan dnegan cara
diketik ulang, diuraikan secara lengkap dan mendalam. 36
Prosesnya yang detail dan mendalam dengan cara diuraikan secara lengkap
bertujuan untuk menyajikan suatu hasil pengamatan secara komprehensif. Untuk
mengatahui pengaruh metode Ilham terhadap mutu dan kemampuan membaca Al-
Qur’an pada santri Hidayatul Mubtadiin dengan memakai reduksi data.
2. Display Data
Menurut Amailes dan Huberman yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks dan naratif. Pada
tahap ini peneliti menyajikan data-data yang telah direduksi ke dalam laporan
secara sistematis. 37 Data disajikan dalam bentuk narasi berupa pengaruh metode
Ilham terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an pada santri Hidayatul
Mubtadiin.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan sebuah pengambilan pokok atau intisari
dari analisis yang memberikan dampak atau hasil dari sebuah penelitian.

36
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
37
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta

42
43
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

44
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-Hafizh, Pedoman Daurah Al-Qur’an Kajian Ilmu
Tajwid Disusun secara Aplikatif.

Abdul, Chaer. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-


Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2004).
Al-Qur’an dan terjemahan. Kementrian Agama Republik Indonesia. 2017

Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002)


Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi VI Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka


Cipta
Burhan. 1971. Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung :
Ganesa NV
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002)

Humaidi Tatapangarsa. Kuliah Aqidah Lengkap. ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,


1990).
K.H. Lukmah Hakim “Metode ILHAM” Menghafal Al-Qur’an Serasa Bermain
Game, Penyunting Usin S Artyasa; --Humaniora, Bandung

M. Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,


(Jakarta: Bulan Bintang, 1987).
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Ummu Qurra, 2017).

Masitoh, Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Departemen Agama RI


Cet-10, 2009).
Noer Hadi. Juz’Amma Cara Mudah Membaca dan Memahami Al-Qur’an Juz ke-
30.(Jakarta: Erlangga, 2014).

Robert M.Gagne Buku Petunjuk Kondisi Belajar dan Teori


Pembelajaran.(Jakarta: Makapedua, 1989).

Slameto .1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta :


Rineka Cipta.

Sonhadji. Al-Qur’an dan Tafsirnya. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,1990).

45
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.

…………..., 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. Bandung :


ALFABETA.

…………..., 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

…………..., 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syah Muhibbin,. 2006. Psikologi Belajar , Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
W. J . S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Wa Ode Saleha, Pengaruh Kemampuan Membaca Al−Qur’an Terhadap Minat
Belajar Al−Qur’an Hadist Di Mts Negeri 1 Kendari, (Kendari :Skripsi
Stain Sultan Qaimuddin, 2012)

46

Anda mungkin juga menyukai