Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

Persepsi Masyarakat Terhadap Faktor Penyebab Kenakalan


Remaja Di Dusun IV Kampung Nambahdadi

(Tri Yukanti, Hermi Yanzi,Yunisca Nurmalisa)

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menjelaskan persepsi mayarakat


terhadap faktor penyebab kenakalan remaja. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 33 orang
masyarakat Dusun IV Kampung Nambahdadi yang mempunyai anak remaja.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket dan
tes pemahaman sebagai teknik pokok, sedangkan teknik penunjangnya adalah
wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab kenakalan remaja adalah


keadaan keluarga yang kurang mengawasi dan kurang membimbing anak
remajanya. Disamping itu faktor keadaan sekolah yang kurang menegakkan
disiplin dan masyarakat yang kurang perduli terhadap lingkungan sekitar
menyebabkan kenakalan remaja. Hal ini ditunjukkan dengan sebanyak 24
responden atau 72,7% masyarakat masuk dalam kategori tidak setuju. Sebanyak 7
responden atau 26,2% masyarakat masuk dalam kategori kurang setuju, dan
sebanyak 2 reponden atau 6,1% masyarakat masuk dalam kategori setuju.

Kata kunci: kenakalan remaja, masyarakat, persepsi.


Abstract

Public Perception Of Cause Factors Juvenile Delinquency


in Dusun IV Kampung Nambahdadi

(Tri Yukanti, Hermi Yanzi, Yunisca Nurmalisa)

The purpose of this study to analyze and explain the perception society against
factors causing juvenile delinquency. The research method used is a descriptive
quantitative method. Subjects in this study were 33 people of Dusun IV Kampung
Nambahdadi who have teenagers. To collect data in this research using
questionnaires and comprehension tests as basic techniques, while supporting
techniques are interviews and documentation.

The results showed that the factors causing juvenile delinquency are the family
circumstances that are less supervising and less guiding their teenage children.
Besides, the factor of school condition that less enforce the discipline and society
that is less concerned about the surrounding environment caused juvenile
delinquency. This is indicated by as many as 24 respondents or 72.7% of people
fall into the category of disagreeing. A total of 7 respondents or 26.2% of people
fall into the category of less agree, and as many as 2 respondents or 6.1% of
people fall into the category agree.

Keywords: juvenile delinquency, perception, community


PENDAHULUAN dirinya melalui interaksi yang
dilakukan, pertama kali adalah
Latar Belakang dengan lingkungan keluarga.

Masa remaja merupakan masa Peran keluarga (orang tua) sebagai


dimana seseorang mengalami pendidik yang pertama bagi anak-
kelabilan dalam berfikir yang anaknya nampak semakin terabaikan
tercermin dalam perilakunya, di masyarakat. Dengan alasan
ditunjukkan dengan melakukan berbagai kesibukan baik desakan
kenakalan-kenakalan maupun kebutuhan profosi yang sering
penyimpangan. Hal ini disebabkan menyebabkan kurangnya kedekatan
masa remaja simbol status untuk orang tua dengan anak-anaknya.
mendapatkan seperti apakah dirinya Kondisi yang demikianlah yang lama
sebenarnya. Kurangnya pembinaan kelamaan tidak disadari menjadi
dan pengawasan akan membuat penghalang hubungan orang tua
remaja berperilaku menyimpang dengan anaknya. Sementara itu kita
seperti melanggar norma-norma yang semua mengetahui hubungan
berlaku dalam masyarakat. harmonis antara keduanya akan
banyak mempengaruhi
Remaja yang melakukan pelanggaran perkembangan anak baik secara fisik
terhadap norma-norma hukum maupun psikis.
disebut dengan kenakalan, seperti
perkelahian, perusakan, penggunaan Faktor ekonomi keluarga
narkoba, pencurian dan lain-lain. menyebabkan orang tua sibuk untuk
Dengan demikian pengertian secara mencari nafkah demi memenuhi
etimologis adalah kejahatan anak. tuntutan kebutuhan dalam rumah
Dilihat dari subjek/pelakunya, maka tangga. Selain itu dewasa ini timbul
menjadi juvenile delequency yang anggapan bahwa kebutuhan pokok
berarti penjahat anak atau anak jahat. anaka-anak adalah yang bersifat
(Sudarsono, 2012: 10) jasmaniah atau biologis saja. Padahal
secara rohaniyah anak-anak
Maka sangat penting para remaja membutuhkan kasih sayang dari
mendapat bimbingan dan pembinaan kedua orang tua.
baik dari orang tua, guru, maupun
lingkungan masyarakat agar mereka Selain itu sekolah juga mempunyai
memiliki konsep diri yang positif dan peranan yang sangat penting karena
jauh dari kenakalan remaja dan sekolah merupakan tempat yang
penyimpangan. Peran orang tua signifikan bagi pengembangan
sangat besar terhadap pembentukan konsep diri siswa, sebab sekolah
konsep diri remaja, karena dalam merupakan lembaga pendidikan
keluargalah untuk pertama kalinya tempat mengembangkan diri yang
anak belajar tentang segala hal, baik bersifat intelektual maupun
berinteraksi ataupu belajar norma- emosional. Dalam hal ini guru
norma. Kasih sayang, perhatian, berperan penting dalam membimbing
kehangatan, dan keutuhan keluarga dan mendukung siswa untuk
sanagat dibutuhkan untuk membantu memiliki jiwa, tujuan dan sikap yang
membentuk konsep diri yang ideal. positif.
Remaja dapat mempersiapkan
Tidak hanya keluarga dan sekolah, remajanya. Maka penting bagi
lingkungan masyarakat juga berperan masyarakat untuk mengetahui apa
penting dalam pembentukan konsep yang menyebabkan kenakalan remaja
diri remaja. Keadaan masyarakat dan tersebut.
kondisi lingkungan dalam berbagai
corak dan bentuknya akan TINJAUAN PUSTAKA
berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung terhadap anak-anak Deskripsi Teori
remaja dimana mereka hidup
berkelompok. Perubahan-perubahan Persepsi
masyarakat yang berlangsung secara Walgito (2010: 99) “Persepsi
cepat dan ditandai dengan peristiwa- merupakan suatu proses yang
peristiwa yang menegangkan, didahului oleh proses pengindraan,
seperti: persaingan dibidang yaitu merupakan proses diterimanya
perekonomian, pegangguran, stimulus oleh individu melalui alat
keanekaragaman mass-media pada indera atau juga disebut proses
garis besarnya memiliki korelasi sensoris”. Menurut Queen dalam
relevan dengan adanya kejahatan Sarwono (2012: 93) “Persepsi adalah
pada umumnya, termasuk kenakalan proses kombinasi dari sensasi yang
anak atau remaja. diterima oleh organ dan hasil
interpretasinya (hasil olah otak)”.
Kenakalan remaja bukanlah hal yang Berdasarkan beberapa definisi
dapat dianggap sederhana, karena perspsi di atas, dapat di ringkas
apabila hal tersebut dibiarkan, maka pengertian persepsi merupakan suatu
akan menyebabkan tindakan proses yang diawali adanya stimulus
kriminal. Berdasarkan penelitian yang diterima oleh alat indera
pendahuluan ditemukan beberapa kemudian diinterpretasikan oleh otak
kasus kenakalan remaja yang terjadi sehingga menghasilkan respon
di Dusun IV Kampung Nambahdadi terhadap suatu objek atau peristiwa.
Kecamatan Terbanggi Besar seperti
pencurian dan pelecehan seksual. Hal a.Faktor-faktor yang
tersebut terjadi karena hampir 70% Mempengaruhi Persepsi
masyarakat Kampung Nambahdadi Menurut Pieter dan Lubis (2010:
bermata pencaharian sebagai petani 40) secara umum faktor–faktor
dan buruh. Dengan mata pencaharian yang mempengaruhi persepsi
petani dan buruh menyebabkan orang adalah:
tua hanya mampu memenuhi 1. Minat, artinya semakin tinggi
kebutuhan hidup secara pas-pasan minat seseorang terhadap suatu
sehingga menyebabkan remaja objek atau peristiwa, maka
melakukan tindak pencurian untuk semakin tinggi juga minatnya
memenuhi kebutuhan lainnya yang dalam mempersepsikan objek
tidak mampu dipenuhi oleh orang atau peristiwa.
tuanya. Selain itu orang tua yang 2. Kepentingan, artinya semakin
bermata pencaharian petani dan dirasakan penting terhadap
buruh dari pagi hingga menjelang suatu objek atau peristiwa
sore berada di sawah, kebun ataupun tersebut bagi diri seseorang,
ladang sehingga menyebabkan orang maka semakin peka dia
tua kurang dalam mengawasi anak
terhadap objek–objek terjadi melalui beberapa proses,
persepsinya. yaitu:
3. Kebiasaan, artinya objek atau 1. Objek menimbulkan stimulus,
peristiwa semakin sering dan stimulus mengenai alat
dirasakan seseorang, maka indera atau reseptor;
semakin terbiasa dirinya di 2. Stimulus yang diterima oleh
dalam memebentuk persepsi. alat indera diteruskan oleh
4. Konstansi, artinya adanya syaraf sensorik ke otak; dan
kecenderungan seseorang 3. Kemudian terjadilah proses di
untuk selalu melihat objek atau otak sebagai pusat kesadaran
kejadian secara konstan sehingga individu menyadari
sekalipun sebenarnya itu apa yang dilihat, didengar dan
bervariasi dalam bentuk, diraba. Proses yang terjadi di
ukuran, warna, dan dalam otak disebut proses
kecemerlangan. psikologi. Proses ini
menghasilkan sebuah respon.
Pendapat lain dikemukakan oleh Respon adalah sebagai akibat
Walgito (2010: 101) menyatakan dari persepsi yang dapat
bahwa faktor–faktor yang diambil individu dalam
mempengaruhi persepsi yaitu: berbagai macam bentuk.
1. objek yang dipersepsikan.
Sesuatu yang dilihat, dirasakan Berdasarkan uraian pendapat di
ataupun yang diraba dapat atas dapat disimpulkan bahwa
dikatakan sebagai objek. Objek proses terjadinya persepsi adalah
ini menimbulkan stimulus yang sebagai berikut:
mengenai indera atau reseptor. 1.Objek ditangkap oleh alat
Sebagian besar stimulus indera;
berasal dari luar diri seseorang. 2.Kemudian objek tersebut
2. Alat indera, syaraf, pusat dibawa ke otak oleh reseptor;
susunan syaraf. Atau reseptor dan
ini digunakan untuk menerima 3.Objek diolah oleh otak yang
stimulus. Kemudian syaraf kemudian menghasilkan reaksi
sensorik berfungsi sebagai alat atau respon terhadap objek
untuk meneruskan stimulus tersebut.
dari reseptor ke pusat syaraf
atau otak Masyarakat
3. perhatian, adalah pemusatan Menurut M.M Djojodiguno dalam
atau konsentrasi dari seluruh Abu Ahmadi (2009: 96-97)
sktivitas individu yang mengungkapkan bahwa masyarakat
ditujukan pada suatu objek adalah “suatu kebulatan dari pada
tertentu. Dengan kata lain segala perkembangan dalam hidup
untuk mengadakan sebuah bersama antara manusia dengan
pesrsepsi maka dibutuhkan manusia”. Kemudian Hasan Sadily
sebuah perhatian. dalam Abu Ahmadi (2009: 97)
berpendapat bahwa “Masyarakat
b.Proses Terjadinya Persepsi adalah suatu keadaan badan atau
Walgito (2010: 102) yang kumpulan manusia yang hidup
mengemukakan bahwa persepsi bersama”.
Berdasarkan beberapa pendapat di (2009:30) bahwa “Masyarakat
atas dapat disimpulkan pengertian adalah kelompok manusia dalam
masyarakat adalah suatu kumpulan jumlah besar yang mempunyai
manusia yang hidup bersama dalam kebiasaan, tradisi, sikap, dan
suatu wilayah, saling berinteraksi perasaan persatuan yang sama”.
satu sama lain, adanya hubungan
sosial, dan memiliki kepentingan Kenakalan Remaja
yang sama. Menurut Kartono (2011: 6) juvenile
delinquency ialah perilaku jahat
a.Ciri pokok masyarakat (dursila), atau kejahatan/kenakalan
Menurut Wahid Iqbal Mubarak anak-anak muda; merupakan gejala
(2009: 30) masyarakat sakit (patologis) secara sosial pada
mempunyai ciri pokok yaitu: anak-anak dan remaja yang
1.Saling bergantung dan disebabkan oleh satu bentuk
menempati wilayah dengan pengabaian sosial, sehingga mereka
batas tertentu itu mengembangkan bentuk tingkah
2.Adanya kesinambungan dalam laku yang menyimpang. Menurut
waktu Simanjuntak dalam Sudarsono
3.Merupakan kesatuan hidup (2010: 5) pengertian juvenile
bersama yang saling delinquency ialah suatu perbuatan itu
berinteraksi di antara sesama disebut deliquent apa bila perbuatan-
anggota dan berkesinambungan perbuatan terebut bertentangan
4.Memiliki kebiasaan-kebiasaan, dengan norma-norma yang ada
adat istiadat, norma-norma, dalam masyarakat di mana ia hidup,
hukum, serta aturan-aturan suatu perbuatan yang anti sosial di
yang mengatur semua pola mana di dalamnya terkandung unsur-
tingkah laku warga dan unsur anti normatif. Sedangkan oleh
dipatuhi oleh seluruh anggota Dari beberapa uraian di atas dapat di
kelompok simpulkan bahwa kenakalan remaja
5.Memiliki identitas atau ciri-ciri atau juvenile delinquency adalah
kepribadian yang sama, kuat suatu tindakan melanggar norma
dan mengikat seluruh yang berlaku dalam masyarakat yang
warganya, seperti berupa dilakukan oleh remaja.
bahasa, pakaian, simbol-simbol
tertentu (perumahan), benda- a.Jenis kenakalan remaja
benda tertentu. Sarlito Wirawan (2008: 200)
6.Merupakan suatu sistem hidup membagi kenakalan remaja
bersama. Sistem hidup bersama menjadi empat jenis yaitu:
menimbulkan kebudayaan 1.Kenakalan yang menimbulkan
karena mereka merasa dirinya korban fisik pada orang lain:
terkait satu dengan yang perkelahihan, pemerkosaan,
lainnya. perampokan, pembunuhan, dan
lain-lain.
Ciri-ciri masyarakat di atas telah 2.Kenakalan yang menimbulkan
nampak selaras dengan definisi korban materi: perusakan,
masyarakat sebagaimana yang pecurian, pencopetan,
dikemukakan oleh J.L Gilian dan pemerasan, dan lain-lain.
J.P Gillin dalam Mubarak
3.Kenakalan sosial yang tidak yang tidak normal; yang
menimbulkan korban di pihak mencakup broken home dan
orang lain: pelacuran, dan quasi broken home atau broken
penyalahgunaan obat. home semu. Kenakalan remaja
4.Kenakalan yang melawan status, dapat pula terjadi karena
misalnya mengikari status anak keadaan ekonomi keluarga,
pelajar dengan cara membolos, terutama menyangkut keluarga
mngikari status orang tua dengan miskin atau keluarga yang
cara mingat dari rumah dan menderita kekurangan jika
membantah perintah mereka dan dibandingkan dengan keadaan
sebagainya. ekonomi penduduk pada
umumnya. Fenomena ini sering
Adler dalam Kartono (2011: 21- terjadi pada keluarga kelas
23) menjabarkan wujud perilaku bawah yang tergolong orang
kenakalan remaja sebagai berikut: yang hanya dapat membiayai
1.Kebut-kebutan di jalanan yang hidupnya dalam batas sangat
mengganggu keamanan lalu minim yang biasa ditandai
lintas, dan membahayakan jiwa dengan
sendiri serta orang lain. 2. Keadaan sekolah
2.Perilaku ugal-ugalan, brandalan, Ajang pendidikan kedua bagi
urakan yang mengancam anak-anak setelah keluarga
ketentraman wilayah sekitar. ialah sekolah. Selama dalam
3.Perkelahian antargang, proses pembinaan,
antarkelompok, antarsekolah, penggemblengan dan
antarsuku (tawuran), sehingga pendidikan di sekolah biasanya
kadang-kadang membawa terjadi interaksi sesama anak
korban jiwa. remaja, dan antara anak-anak
4.Membolos sekolah lalu remaja dengan para pendidik.
bergelandangan sepanjang jalan, Proses interaksi tersebut dalam
atau bersembunyi di tempat- kenyataannya bukan hanya
tempat terpencil sambil memiliki aspek sosiologis yang
melakukan eksperimen positif, akan tetapi juga
bermacam-macam kedurjanaan membawa akibat lain yang
dan tindak asusila. memberi dorongan bagi anak
remaja sekolah untuk menjadi
b.Faktor penyebab kenakalan delinkwen.
remaja Kenyataan lain masih ditemui
Menurut Sudarsono (1995: 19) adanya sangsi-sangsi yang
kenakalan remaja atau juvenile sama sekali tidak menunjang
delinquency dapat disebabkan tercapainya tujuan pendidikan.
oleh beberapa sebab, yaitu: Keadaan tersebut masih
1. Keadaan keluarga diperberat lagi dengan adanya
Pada hakikatnya, kondisi ancaman yang tidak ada putus-
keluarga yang menyebabkan putusnya disertai disiplin yang
timbulnya kenakalan anak atau ketat dan kurang adanya
remaja bersifat kompleks. interaksi yang akrab antara
Kenakalan anak atau remaja pendidik dan murid serta
disebabkan keadaan keluarga kurangnya kesibukan belajar di
rumah. Kondisi negatif di sesungguhnya dari kedua orang
sekolah tersebut kerap kali tua
memberi pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap Menurut Kartono (2011: 25)
anak, sehingga dapat kejahatan remaja yang merupakan
menimbulkan kenakalan anak gejala penyimpangan dan
atau remaja. patologis secara sosial itu juga
3. Keadaan masyarakat dapat dikelompokkan dalam satu
Keadaan masyarakat dan kelas defektif secara sosial dan
kondisi lingkungan dalam mempunyai sebab-musabab yang
berbagai corak dan bentuknya majemuk; jadi sifatnya multi-
akan berpengaruh baik kausal. Berikut beberapa teori
langsung maupun tidak sebab terjadinya kenakalan
langsung terhadap anak-anak remaja:
remaja di mana mereka hidup 1. Teori biologis
berkelompok. Perubahan- Tingkah-laku sosiopatik atau
perubahan masyarakat yang deliquen pada anak-anak dan
berlangsung secara cepat dan remaja dapat muncul karena
ditandai dengan peristiwa- faktor-faktor fisiologis dan
peristiwa yang menegangkan, struktur jasmaniah seseorang,
seperti: persaingan dibidang juga dapat cacat jasmaniah
kerja keras kepala keluarga; yang dibawa sejak lahir.
bahkan dalam keadaan 2. Teori psikogenis (psikologis
mendesak seluruh anggota dan psikiatris)
keluargapun ikut mencari Teori ini menekankan sebab-
nafkah untuk mempertahankan sebab tingkah-laku deliquen
hidupnya. Kondisi keluarga anak-anak dari aspek
seperti ini biasanya memiliki psikologis atau isi
konsekuensi lebih lanjut dan kejiwaannya.
kompleks terhadap anak-anak 3. Teori sosiogenis
antara lain: hampir setiap hari Penyebab tingkah-laku
anak terlantar, biaya sekolah delinquen pada anak-anak
anak-anak tidak tercukupi. remaja ini adalah murni
Akibatnya akan kompleks pula, sosiologis atau sosial-
dalam kondisi yang serba sulit psikologis sifatnya. Misalnya
dapat mendorong anak-anak disebabkan oleh pengaruh
menjadi delinkwen. struktur sosial yang deviatif,
Dewasa ini timbul anggapan tekanan kelompok, peranan
bahwa kebutuhan pokok anak- sosial, status sosial atau oleh
anak adalah yang bersifat internalisasi simbol yang
jasmaniah atau biologis saja. keliru.
Padahal secara rohaniyah anak- 4. Teori subkultur
anak membutuhkan kasih Menurut teori subkulur ini,
sayang dari kedua orang tua. sumber juvenile delinquency
Kehidupan anak di rumah ialah: sifat-sifat suatu struktur
memerlukan perlakuan dasar sosial dengan pola budaya
yang menuntut peranan yang (subkultur) yang khas dari
lingkungan familial, tetangga
dan masyarakat yang didiami b.Variabel Terikat (Y)
oleh para remaja delinquen Variabel Terikat dalam penelitian
tersebut. ini adalah faktor
penyebabkenakalan remaja (Y).
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini Definisi Konseptual
adalah untuk menjelaskan persepsi a. Persepsi masyarakat terhadap
masyarakat terhadap faktor penyebab faktor penyebab kenakalan remaja
kenakalan remaja di Dusun IV adalah kesan masyarakat terhadap
Kampung Nambahdadi Kecamatan faktor penyebab kenakalan remaja
Terbanggi Besar Kabupaten berdasarkan informasi, data dan
Lampung Tengah. pengalamannya dalam hal melihat
dan menhadapi sikap remaja.
METODELOGI PENELITIAN b. Kenakalan remaja atau juvenile
Metode Penelelitian delinquency adalah suatu tindakan
Metode penelitian yang digunakan melanggar norma yang berlaku
oleh penulis dalam penelitian ini dalam masyarakat yang dilakukan
adalah metode penelitian Deskriptif oleh remaja.
dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Abdi dan Usman dalam Definisi Operasional
Arikunto (2009:30) “tujuan a.Persepsi masyarakat
penelitian deskriptif adalah untuk Persepsi masyarakat adalah
menggambarkan/memecahkan penilaian masyarakat terhadap
masalah secara sistematis,faktual,dan subjek sosial di mana yang
akurat mengenai fakta-fakta dan menjadi subjek penelitian ini
sifat-sifat populasi atau daerah adalah kenakalan remaja dan
tertentu”. faktor–faktor yang menyebabkan
terjadinya kenakalan remaja di
Subjek Penelitian Dusun IV Kampung Nambahdadi
Suharsimi Arikunto (2013: 188) Kecamatan Terbanggi Besar
menyatakan bahwa yang dimaksud Kabupaten Lampung Tengah.
dengan “Subjek penelitian adalah Berkaitan dengan persepsi
subjek yang dituju untuk diteliti oleh masyarakat, maka indikator yang
peneliti”. Berdasarkan penelitian akan diukur adalah: pemahaman,
pendahuluan di Dusun IV Kampung tanggapan/kesan dan harapan.
Nambahdadi Kecamatan Terbanggi b.Kenakalan remaja
Besar Kabupaten Lampung Tengah Kenakalan remaja merupakan
diketahui bahwa jumlah kepala suatu tindakan yang tidak sesuai
keluarga yang mempunyai anak dengan norma-norma yang
remaja di Dusun IV adalah 33 KK. berlaku di masyarakat yang saat
ini semakin meningkat. Penilaian
Variabel Penelitian terhadap kenakalan remaja diukur
Variabel yang digunakan dalam dari indikator-indikator penyebab
penelitian ini adalah sebagai berikut: kenakalan remaja dengan skala: 3)
a.Variabel Bebas (X) setuju, 2) kurang setuju, dan 1)
Variabel bebas dalam penelitian tidak setuju.
ini adalah persepsi masyarakat
(X).
Rencana Pengukuran Variabel dengan cara kontrol langsung
Peneliti mengukur variabel tentang terhadap teori-teori yang melahirkan
persepsi masyarakat terhadap indikator-indikator.
kenakalan remaja yaitu sebagai Langkah-langkah yang ditempuh
berikut: dalam melakukan uji reliabilitas
Persepsi masyarakat tentang faktor ialah:
penyebab kenakalan remaja diukur 1. Menguji coba angket kepada 10
dengan indikator yaitu Pemahaman, orang diluar responden
tanggapan/kesan, dan harapan 2. Diperoleh data uji coba yaitu
berskala 1-3 yaitu setuju, kurang sebagai berikut:
setuju dan tidak setuju. ∑X : 227 ∑X2: 51529
∑Y : 218 ∑Y2: 17073
Teknik Pengumpulan Data ∑XY : 17573 N : 10
Teknik pokok 3.Berdasarkan data tersebut untuk
1.Angket mengetahui reliabilitas,
Teknik pokok yang digunakan selanjutnya dikorelasikan diolah
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus
angket/kuesioner. Teknik ini product moment dan dilanjutkan
pengumpulan datanya dengan cara dengan rumus spearman brown
membuat sejumlah pertanyaan untuk mencari reliabilitas alat
secara tertulis kemudian diajukan ukur dan diperoleh koefisien
kepada responden yang telah korelasi dengan angka 0,92.
ditentukan dengan tujuan Berdasarkan hal tersebut peneliti
mendapatkan data dan informasi mengkorelasikan dengan kriteria
secara langsung. reliabilitas dan masuk dalam
2.Tes pemahaman kriteria Tinggi kemudian dapat
Tes adalah suatu cara untuk dipergunakan sebagai instrument
mengadakan penilaian yang penelitian selanjutnya.
berbentuk suatu tugas atau
serangkaian soal yang harus HASIL DAN PEMBAHASAN
dikerjakan oleh seseorang,
sehingga menghasilkan suatu nilai Persepsi masyarakat terhadap
tentang tingkah laku atau sikap. faktor penyebab kenakalan remaja
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Teknik pendukung Persepsi Masyarakat Terhadap Faktor
1.Wawancara Penyebab Kenakalan Remaja
Teknik wawancara digunakan N Inter Fr % Katego
untuk memperoleh data yang o val ek ri
objektif berkaitan dengan objek 1 Tidak
yang akan diteliti 32-40 24 72,7%
Setuju
2.Dokumentasi 2 Kurang
41-48 7 26,2%
Teknik ini dilakukan untuk Setuju
memperoleh data-data penunjang 3 49-55 2 6,1% Setuju
dari objek penelitian. 33
Jumlah 100%
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat validitas
soal angket, peneliti melakukan
Menurut Shaleh (2009: 110) Ada pun persepsi masyarakat
“Persepsi didefinisikan sebagai suatu terhadap kenakalan remaja di Dusun
proses yang menggabungkan dan IV Kampung Nambahdadi
mengorganisir data-data indera kita Kecamatan Terbanggi Besar
(penginderaan) untuk dikembangkan Kabupaten Lampung Tengah secara
sedemikian rupa sehingga kita dapat rinci akan dilakukan pembahasan
menyadari di sekeliling kita, terhadap indikator-indikator dalam
termasuk sadar akan diri kita penelitian ini yakni sebagai berikut:
sendiri.” Setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda-beda terhadap a.Pemahaman
objek rangsang yang sama. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Perbedaan persepsi antara satu Persepsi Masyarakat Terhadap
individu dengan individu lainnya Faktor Penyebab Kenakalan
terhadap suatu objek tertentu, Remaja Dengan Indikator
tergantung pada kemampuan Pemahaman
seseorang dalam menanggapi, N Inter Fr % Katego
mengorganisir, dan menafsirkan o val ek ri
informasi tersebut. 1 10-13 Tidak
Berdasarkan hasil sebaran angket 12 36,4%
Paham
penelitian yang dibagikan kepada 33 2 14-17 Kurang
responden dapat dinyatakan bahwa 17 51,5%
Paham
Persepsi Masyarakat Terhadap Faktor 3 18-20 4 12,1% Paham
Penyebab Kenakalan Remaja Jumlah 33 100%
berdasarkan ketiga indikator yakni
pemahaman, tanggapan/kesan dan pemahaman adalah sesuatu yang kita
harapan dilihat dari faktor yang pahami dan kita mengerti dengan
menyebabkan kenakalan remaja benar. Suharsimi menyatakan bahwa
yakni keadaan keluarga, keadaan pemahaman (comprehension) adalah
sekolah dan keadaan lingkungan bagaimana seseorang
masyarakat adalah tidak setuju. Hal mempertahankan, membedakan,
ini ditunjukkan dengan sebanyak 2 menduga (estimates), menerangkan,
responden atau 6,1% masyarakat memperluas, menyimpulkan,
masuk dalam kategori setuju, menggeneralisasikan, memberikan
kemudian sebanyak 7 responden atau contoh, menuliskan kembali dan
26,2% masuk dalam kategori kurang memperkirakan. Dalam hal ini
setuju dan persentase tertinggi yakni artinya masyarakat mengerti benar
mencapai 24 responden atau 72,7% faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat masuk dalam kategori kenakalan remaja.
tidak setuju. Kategori tidak setuju ini
menunjukkan bahwa, 24 masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan data
dari 33 responden tidak mengetahui penelitian yang dilakukan, maka
apa saja faktor-faktor yang diperoleh hasil bahwa persepsi
menyebabkan kenakalan remaja masyarakat terhadap kenakalan
sehingga banyak kenakalan remaja remaja di Dusun IV Kampung
yang terjadi di Dusun IV Kampung Nambahdadi masuk dalam kategori
Nambahdadi Kecamatan Terbanggi kurang paham. Hal ini ditunjukkan
Besar Kabupaten Lampung Tengah. dengan banyaknya persentase yang
diperoleh yakni 51,5% atau 17
masyarakat dari 33 responden dalam masyarakat yang didiami oleh para
kategori kurang paham. Kategori ini remaja delinquen tersebut. Sifat-sifat
menunjukkan bahwa masyarakat ini masyarakat tersebut antara lain:
kurang paham akan faktor-faktor 1.Punya populasi yang padat
yang dapat menyebabkan anak 2.Status sosial-ekonomi
remaja menjadi nakal dan peran penghuninya rendah
masyarakat dalam mencegah 3.Kondisi fisik perkampungan yang
kenakalan remaja. Hal ini disebabkan sangat buruk; dan
karena rendahnya tingkat pendidikan 4.Banyak disorganisasi familia dan
dan status sosial-ekonomi sosial bertingkat tinggi.”
masyarakat Dusun IV Kampung
Nambahdadi. Berdasarkan analisis, responden yang
termasuk dalam kategori ini ialah
Sebanyak 4 responden atau 12,1% masyarakat yang tingkat
masyarakat masuk dalam kategori pendidikannya rendah namun juga
paham. Kategori ini menunjukkan masyarakat yang tingkat sosial-
masyarakat paham pada hampir ekonomi rendah, hal ini dibuktikan
setiap item pertanyaan tentang dari data dokumen kampung
faktor-faktor yang menyebabkan nambahdadi yang diperoleh peneliti
kenakalan remaja yang meliputi bahwa mayoritas (85%) penduduk
faktor keadaan keluarga, faktor kampung nambahdadi berprofesi
keadaan sekolah dan faktor keadaan sebagai petani, baik petani pemilik
lingkungan masyarakat. Masyarakat maupun petani penggarap,
yang masuk dalam kategori ini selebihnya terdiri dari buruh pabrik
merupakan masyarakat yang dan buruh ternak, pedagang, PNS,
berpendidikan tinggi. wiraswasta, dan usaha.
Hasil penelitian selanjutnya adalah
sebanyak 12 masyarakat dari 33 b.Tanggapan/kesan
responden atau 36,4% masyarakat Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
termasuk dalam kategori tidak Persepsi Masyarakat Terhadap
paham. Kategori ini menunjukkan Faktor Penyebab Kenakalan
bahwa masyarakat ini belum paham Remaja Dengan Indikator
faktor-faktor penyebab kenakalan Tanggapan/Kesan
remaja yang meliputi faktor keadaan
N Inter Fr % Katego
keluarga, faktor keadaan sekolah dan
o val ek ri
faktor keadaan lingkungan masyrakat
1 Tidak
dan bagaimana peran masyarakat 8-11 12 36,4%
Peduli
dalam mencegah kenakalan remaja.
2 Kurang
12-15 16 48,5%
Peduli
Pembahasan diatas diperkuat dengan
3 16-18 5 15,1% Peduli
adanya teori penyebab kenakalan
remaja yaitu teori subkultur oleh Jumlah 33 100%
Kartono (2011) yakni “Penyebab
tingkah laku delinquen pada anak- Tanggapan adalah pengalaman
anak remaja ialah sifat-sifat suatu tentang obyek, peristiwa atau
struktur sosial dengan pola budaya hubungan yang diperoleh dengan
(subkultur) yang khas dari menyimpulkan informasi dan
lingkungan familial, tetangga dan menafsirkan pesan. Tanggapan
sangat erat hubungannya dengan
rangsangan sehingga apa bila mengganggu kehidupan masyarakat,
rangsangan timbul maka mungkin sebenarnya bukanlah suatu keadaan
sekali diikuti oleh tanggapan. Sikap yang berdiri sendiri, kenakalan
atau perilaku yang muncul setelah remaja akan muncul karena beberapa
rangsangan adalah sebuah bentuk sebab, baik karena salah satu atau
tanggapan, jadi dapat disimpulkan maupun bersamaan. Sebab-sebab
tanggapan adalah hasil yang berupa tersebut antara lain keadaan keluarga,
perilaku yang timbul karena adanya keadaan sekolah dan keadaan
rangsangan. Dalam hal ini informasi lingkkungan masyarakat”.
mengenai kenakalan remaja
merupakan suatu rangsangan dan Sebanyak 36,4% atau 12 masyarakat
perilaku masyarakat yang timbul dari 33 responden masuk dalam
akibat informasi tersebut merupakan kategori tidak peduli. Kategori ini
suatu tanggapan. menunjukkan bahwa responden
memperhatikan kenakalan remaja
Berdasarkan hasil perhitungan data yang terjadi namun cenderung tidak
yang diperoleh, maka diperoleh hasil perduli. Responden ini beranggapan
bahwa persepsi masyarakat terhadap bahwa kenakalan remaja itu
kenakalan remaja di Dusun IV merupakan hal yang wajar mengingat
Kampung Nambahdadi berdasarkan sekarang zaman yang sudah modern.
indikator tanggapan/kesan masuk Kemudian 5 responden atau 15,1%
dalam kategori kurang peduli. Hal ini responden masuk dalam kategori
ditunujukkan dengan banyaknya peduli. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase yang diperoleh yakni masyarakat menaggapi dengan serius
48,5% atau 16 masyarakat dari 33 kenakalan remaja yang terjadi.
responden masuk dalam kategori Masyarakat yang masuk dalam
kurang peduli. Artinya masyarakat kategori ini menyadari dan paham
bersikap masa bodoh dalam bahwa keadaan keluarga, keadaan
menanggapi kenakalan remaja yang sekolah dan keadaan lingkungan
terjadi. Ketidakpedulian masyarakat masyarakat yang buruk
ini disebabkan karena masyarakat menyebabkan kenakalan remaja yang
beranggapan bahwa keadaan terjadi di Dusun IV Kampung
keluarga, keadaan sekolah dan Nambahdadi.
keadaan lingkungan masyarakat
tidak selalu menjadi penyebab c. Harapan
kenalan remaja, remaja melakukan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
tindakan nakal itu tergantung dari Persepsi Masyarakat Terhadap
diri remaja itu sendiri, walaupun Faktor Penyebab Kenakalan
keadaan keluarga, keadaan sekolah Remaja Dengan Indikator
dan keadaan lingkungan masyarakat Harapan
buruk tapi dalam diri remaja tidak
ada keinginan untuk melakukan
tindakan nakal maka tidak akan
terjadi kenakalan remaja. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang N Inter Fr % Kategori
dikemukan oleh Sudarsono (1995) o val ek
yang menyatakan bahwa “Kenakalan 1 8-11 16 48,5 Tidak
remaja yang dirasakan sangat % Sesuai
Harapan menganggap tidak memiliki
2 Kurang tanggung jawab terhadap tingkah
33,3 laku remaja yang ada di sekitar
12-15 11 Sesuai
% lingkungan tempat tinggalnya. Selain
Harapan
3 18,2 Sesuai itu masyarakat juga beranggapan
16-18 6 bahwa anak remaja jaman sekarang
% Harapan
33 100 susah diatur, banyak maunya
Jumlah sehingga masyarakat beranggapan
%
yang terpenting kebutuhan sehari-
hari anak remajanya terpenuhi dan
Harapan adalah emosi yang asal anak senang sudah cukup.
diarahkan oleh kognisi dan Padahal kebutuhan anak tidak hanya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. sekedar kebutuhan sehari-hari saja.
Tujuan yang ingin dicapai sangat
mempengaruhi harapan. Tujuan ini KESIMPULAN DAN SARAN
dapat berupa sesuatu yang positif Kesimpulan
yang diharapkan untuk terjadi atau Berdasarkan hasil analisis ketiga
sesuatu yang negatif yang ingin indikator yakni pemahaman,
dihentikan agar tidak terjadi lagi. tanggapan/kesan dan harapan maka
Dalam hal ini harapan yang ingin dapat disimpulkan bahwa Persepsi
dicapai adalah tidak terjadinya Masyarakat Terhadap Faktor
kenakalan remaja kembali. Penyebab Kenakalan Remaja Di
Berdasarkan hasil penghitingan data Dusun IV Kampung Nambahdadi
yang diperoleh, maka diperoleh hasil Kecamatan Terbanggi Besar
bahwa persepsi masyarakat terhadap Kabupaten Lampung Tengah adalah
faktor penyebab kenakalan remaja cenderung disebabkan oleh keadaan
berdasarkan indikator harapan masuk keluarga yang kurang mengawasi
dalam kategori tidak sesuai harapan. dan kurang membimbing anak
Hal ini dilihat dari banyaknya remajanya. Disamping itu faktor
persentase yakni 48,5% atau keadaan sekolah yang kurang
sebanyak 16 responden masuk dalam menegakkan disiplin dan masyarakat
kategori tidak sesuai harapan. Ini yang kurang perduli terhadap
menunjukkan bahwa masyarakat lingkungan sekitar menyebabkan
tidak menyadari keadaan keluarga, kenakalan remaja. Hal ini
keadaan sekolah dan keadaan ditunjukkan dengan sebanyak 24
lingkungan masyarakat tempat responden atau 72,7% masyarakat
tumbuh kembangnya remaja masuk dalam kategori tidak setuju.
merupakan faktor-faktor yang Sebanyak 7 responden atau 26,2%
menyebabkan kenakalan remaja. masyarakat masuk dalam kategori
Masyarakat yang masuk dalam kurang setuju, dan sebanyak 2
kategori ini beranggapan bahwa reponden atau 6,1% masyarakat
jangankan untuk mengawasi anak masuk dalam kategori setuju bahwa
remaja tetangga, untuk mengawasi keadaan keluarga, keadaan sekolah
anak remaja sendiri saja susah karna dan keadaan masyarakat
sibuk bekerja, jadi biarkan itu menyebabkan kenakalan remaja.
menjadi urusan anak remaja tersebut
dengan orang tuanya masing-masing. Saran
Hal ini menunjukkan masyarakat
Setelah peneliti melakukan Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar
penelitian, menganalisis dan Dasar Evaluasi Pendidikan
mengambil kesimpulan, maka (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
peneliti dapat mengajukan saran Aksara.
sebagai berikut:
1.Bagi orang tua untuk lebih Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
meningkatkan dan memperbanyak Penelitian suatu Pendekatan
komunikasi dan mengawasi anak Praktik. Jakarta: Rineka
remajanya saat anak berada di Cipta.
lingkungan masyarakat.
2.Bagi masyarakat diharapkan Kartono, Kartini. 2011. Kenakalan
adanya kepedulian terhadap Remaja. Jakarta: PT Raja
lingkungan anak dengan cara Grafindo Persada.
memberikan teladan yang baik
bagi anak serta memberikan Pieter, Herri Zan dan Namora
teguran dan pengarahan seerta Lumongga Lubis. 2012.
hukuman yang tegas ketika anak Pengantar Psikologi dalam
melakukan pelanggaran. Keperawatan. Jakarta:
3.Bagi pihak sekolah diharapkan Kencana Prenada Media
mampu menjadikan sekolah Group.
sebagai rumah menyenangkan
kedua bagi siswa selain di rumah, Sarwono, Sarlito W. 2012.
agar siswa semangat untuk Pengantar Psikologi Umum.
sekolah. Selain itu sekolah juga Jakarta: PT Raja grafindo
sebaiknya menyediakan sarana
dan prasana seperti lapangan Shaleh, Abdul Rahman. 2009.
olahraga, ruang kesenian dan Psikologi Suatu Pengantar
keterampilan agar para peserta Dalam Perspektif Islam.
didik dapat mengembangkan Jakarta: Kencana.
bakat atau keterampilan mereka.
4.Karang taruna yang menaungi Sudarsono. 2010. Kenakalan
para remaja dapat mengajarkan Remaja. PT Rineka Cipta:
keterampilan khusus yang dapat Jakarta.
meningkatkan kreatifitas remaja
sehingga mereka mempunyai 1993. Etika Islam
kegiatan yang positif agar tidak Tentang Kenakalan Remaja.
melakukan tindak kenakalan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA Walgito, Bimo. 2010. Pengantar


Psikologi Umum.
Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Yogyakarta: Andi.
Dasar. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Wirawan, Sarlito. 2008. Psikologi
Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Jakarta

Anda mungkin juga menyukai