Anda di halaman 1dari 32

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339163507

Policy Paper: Alternatif Layanan Pendidikan bagi Orang Asli Papua (OAP) di
Provinsi Papua Barat

Research · December 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.30980.88965

CITATIONS READS

0 1,081

4 authors, including:

Anggi Afriansyah Andhika Ajie Baskoro


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
15 PUBLICATIONS   7 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ari Purwanto Sarwo Prasojo


National Research and Innovation Agency
26 PUBLICATIONS   26 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Artikel jurnal View project

research report View project

All content following this page was uploaded by Ari Purwanto Sarwo Prasojo on 11 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN
KEDEPUTIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Gedung Widya Graha Lantai 10, LIPI


Jalan Gatot Subroto No. 10, Jakarta POLICY
PAPER
Telp/Faks: (021) 5221687
Email: puslitkependudukan@mail.lipi.go.id
Website: kependudukan.lipi.go.id

Dok: SD YPK Imanuel 10 Kebar

ALTERNATIF LAYANAN
PENDIDIKAN BAGI ORANG
ASLI PAPUA (OAP) DI
Tim Peneli�:
PROVINSI PAPUA BARAT Anggi Afriansyah
Dini Dwi Kusumaningrum
Andhika Ajie Baskoro
TAHUN 2019 Ari Purwanto Sarwo Prasojo

PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN


KEDEPUTIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Policy Paper
Alternatif Layanan Pendidikan untuk Orang Asli
Papua (OAP) di Provinsi Papua Barat

Disusun oleh:
Tim Penelitian Prioritas Nasional 2019-Papua

Tim Peneliti/Penulis:
Anggi Afriansyah
Dini Dwi Kusumaningrum
Andhika Ajie Baskoro
Ari Purwanto Sarwo Prasojo

Pusat Penelitian Kependudukan


Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jakarta, 2019
Policy Paper
Alternatif Layanan Pendidikan untuk Orang Asli Papua (OAP)
di Provinsi Papua Barat

Tim Peneliti/Penulis:
Anggi Afriansyah
Dini Dwi Kusumaningrum
Andhika Ajie Baskoro
Ari Purwanto Sarwo Prasojo

Desain Sampul & Tata Letak:


Dini Dwi Kusumaningrum
Ari Purwanto Sarwo Prasojo

Diterbitkan oleh:

Pusat Penelitian Kependudukan


Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gedung Widya Graha Lantai 7
Jalan Gatot Subroto No. 10, Jakarta Selatan, 12710
Telp: (021) 5221687, Fax: (021) 5221687
Email: puslitkependudukan@mail.lipi.go.id
Website: kependudukan.lipi.go.id

i + 25 hlm; 21 x 29,7 cm Desember 2019


ISBN: 978-623-90973-2-5

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... i


RINGKASAN EKSEKUTIF ..............................................................................................................................1
PENGANTAR .....................................................................................................................................................2
KONDISI FAKTUAL PENDIDIKAN DI PAPUA BARAT ........................................................................5
ANALISIS KOMPLEKSITAS PERSOALAN PENDIDIKAN DI PAPUA BARAT ........................... 10
REKOMENDASI ............................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 22
LAMPIRAN ...................................................................................................................................................... 24

i|Hal.
RINGKASAN EKSEKUTIF

Pendidikan merupakan hak asasi dan wajib dipenuhi oleh negara.


Ketertinggalan di bidang pendidikan menjadi salah satu kontribusi besar
bagi kegagalan pembangunan. Policy Paper ini berisi tentang identifikasi
persoalan pendidikan di Provinsi Papua Barat dan memberikan sejumlah
rekomendasi kebijakan bagi beberapa pihak untuk penyelesaiannya. Pihak-
pihak yang menjadi sasaran dari Policy Paper ini adalah: Kementerian
PPN/Bappenas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua Barat. Terdapat dua masalah mendasar yang membuat
percepatan pembangunan pendidikan di Tanah Papua tidak dapat
terlaksana secara optimal. Pertama, persoalan struktural yang terkait
dengan regulasi, tata kelola kelembagaan, anggaran, dan program-program
pendidikan yang belum responsif terhadap kondisi geografis, demografi,
sosial, dan budaya Orang Asli Papua (OAP). Kedua, tantangan sosial kultural
meliputi identitas budaya yang beragam; pemenuhan hak yang terkendala
oleh situasi geografis; keterbatasan anak-anak untuk belajar; dan
pendidikan bagi OAP yang tidak relevan karena tidak membangun imajinasi,
berbasis kearifan lokal, dan pengembangan diri. Terhadap kondisi tersebut
direkomendasikan desain pendidikan dan peta jalan yang responsif terhadap
kondisi geografis, demografi, sosial, dan budaya OAP untuk memperbaiki
kualitas pendidikan di Tanah Papua.

1|Hal.
PENGANTAR Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat,
Pendidikan merupakan hak yang paling Peraturan Presiden Republik Indonesia
fundamental bagi setiap anak. Dalam Nomor 65 Tahun 2011 Tentang
konteks pencapaian Sustainable Percepatan Pembangunan Provinsi
Developments Goals (SDGs), pendidikan Papua dan Provinsi Papua Barat, dan
bermutu menjadi salah satu poin penting Instruksi Presiden Republik Indonesia
yang menjadi amanat yang patut Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
dipenuhi untuk memastikan Percepatan Pembangunan Kesejahteraan
terlaksananya pendidikan yang inklusif di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
dan berkualitas setara, serta mendukung Barat.
kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua, adalah hak bagi setiap anak Pembangunan pendidikan yang
(www.sdg2030indonesia.org). Hal berkualitas menjadi bagian yang sangat
tersebut sejalan dengan amanat penting bagi penduduk di Papua Barat,
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terutama bagi Orang Asli Papua (OAP).
(UUD 1945) untuk mencerdaskan anak Pada tahun 2010 (hanya satu-satunya
bangsa. Sementara itu, Undang-Undang sumber data yang ada), struktur
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem demografi OAP berada pada struktur
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa penduduk muda. Proporsi pada
pendidikan diselenggarakan secara kelompok usia sekolah (7-18 tahun)
demokratis dan berkeadilan serta tidak masih sangat tinggi (14,1 persen).
diskriminatif, dengan menjunjung tinggi Kemudian, dari total penduduk muda
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai tersebut, kelompok usia sekolah SD
kultural, dan kemajemukan bangsa. merupakan proporsi terbesar (54,4
persen). Meskipun data tersebut sudah
Beragam intervensi kebijakan di bidang hampir dua dekade yang lalu, tetapi pada
pendidikan yang dilakukan oleh saat penelitian dilakukan, besarnya
pemerintah belum secara optimal jumlah anak usia SD sangat masih
mengubah wajah pendidikan di Tanah nampak signifikan.
Papua. Selain UU Otsus, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk Kemudian, jika merujuk pada proporsi
mempercepat pembangunan di Papua penduduk secara keseluruhan, penduduk
maupun Papua Barat termasuk dalam usia 7-24 tahun yang masih bersekolah
bidang pendidikan, antara lain melalui sebesar 74,59 persen (BPS, 2018). Dari
Instruksi Presiden Republik Indonesia jumlah tersebut, kelompok umur 7-12
Nomor 5 Tahun 2007 Tentang tahun (setara SD/MTS) terdapat 97,27

2|Hal.
persen, kelompok umur 13-15 tahun Papua Barat berada pada kedua terendah
(setara SMP/MTs) sebesar 96,92 persen, dari sepuluh provinsi. Rata-rata Lama
kelompok umur 16-18 tahun (setara Sekolah (RLS) di Papua Barat adalah 9,67
SMA/MA/SMK) sebesar 80,60 persen, tahun, yang berarti rata-rata penduduk
dan kelompok umur 19-24 tahun (setara Provinsi Papua Barat mampu
Perguruan Tinggi) sebesar 31,92 persen. menyelesaikan pendidikan sampai kelas
Dari data tersebut, pendidikan yang sembilan SMP. Namun demikian, capaian
berkualitas menjadi hak yang sangat RLS Provinsi Papua Barat tersebut
mendasar untuk diberikan kepada melebihi capaian RLS Nasional (8,17).
seluruh penduduk di Provinsi Papua Sementara itu, Harapan Lama Sekolah
Barat terutama bagi OAP. Masih banyak (HLS) Papua Barat adalah 12,47 tahun
anak-anak yang berada di usia sekolah yang artinya baru sampai kelas 12 SMA,
dan berhak tidak jauh
mendapatkan Secara kualitas pendidikan di Papua Barat berbeda dengan
pendidikan yang memendam beragam permasalahan yang capaian HLS
baik sebagai bekal begitu kompleks, sehingga membutuhkan Nasional (12,91)
mereka untuk perhatian yang lebih intensif dan (BPS, 2018).
menghadapi masa menyeluruh dari pemerintah dan berbagai Selain itu, dari sisi
depan. Kondisi pihak yang peduli pendidikan angkatan kerja,
tersebut sebanyak 42
mengindikasikan penyediaan layanan persen merupakan lulusan sekolah
pendidikan bagi OAP perlu menjadi menengah pertama (SMP) ke bawah, 33
prioritas agar mereka tidak semakin persen lulusan Sekolah Menengah (SMA
tertinggal. dan SMK), dan 17,9 persen lulusan D3-
Universitas (BPS, 2018).
Dari segi Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), salah satu indikator yang menjadi Secara kuantitatif, data statistik tersebut
rujukan keberhasilan daerah dalam memang tidak terlalu memperlihatkan
membangun Sumber Daya Manusia persoalan pendidikan di Papua Barat.
(SDM)1, posisi Provinsi Papua Barat Namun jika ditilik lebih mendalam, Tanah
(62,99) berada pada posisi kedua Papua secara keseluruhan masih
terbawah setelah Provinsi Papua (59,09). mengalami begitu banyak persoalan
Demikian pula pada regional Sulawesi, pendidikan. Secara kualitas pendidikan di
Maluku, dan Papua (Sulampua), posisi Papua Barat memendam beragam

1
komponen untuk masing-masing dimensi: pendidikan (0,623),
Peranan dimensi dilihat melalui analisis komponen utama (PCA) pengeluaran (0,601) dan kesehatan (0,501).
terhadap indikator-indikator penyusun IPM. Didapatkan bobot

3|Hal.
permasalahan yang begitu kompleks, mereka kesulitan untuk beradaptasi
sehingga membutuhkan perhatian yang dalam dunia yang lebih kompleks. Jika
lebih intensif dan menyeluruh dari tidak diatasi dengan baik, anak-anak
pemerintah dan berbagai pihak yang Papua akan semakin jauh tertinggal dan
peduli pendidikan. Beberapa persoalan termarjinalkan.
klasik seperti sinergi yang masih belum
optimal antara pemerintah pusat Berdasarkan permasalahan tersebut,
maupun daerah, kebijakan pendidikan Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan
yang belum memperhatikan aspek Sosial dan Kemanusiaan—Lembaga Ilmu
geografis, sosial, budaya, dan demografi Pengetahuan Indonesia (IPSK-LIPI)
OAP, pembangunan infrastruktur melalui Pusat Penelitian Kependudukan
pendidikan yang kurang memperhatikan dan Pusat Penelitian Politik melakukan
kebutuhan OAP, monitoring dan evaluasi penelitian yang bertujuan untuk
berjenjang mulai dari pemerintah daerah merumuskan alternatif pola pelayanan
sampai ke sekolah yang sangat terbatas, pendidikan yang sesuai dengan kondisi
minimnya jumlah guru dan tingginya geografis, demografi, sosial dan budaya
ketidakhadiran guru, serta kurikulum OAP. Kajian dilakukan di Kabupaten
yang belum memperhatikan konteks Tambrauw, Kabupaten Sorong, dan
geografis, sosial, budaya dan demografi Kabupaten Manokwari. Kabupaten
perlu diperhatikan secara serius Tambrauw mewakili wilayah Provinsi
(Widjojo, dkk, 2010; Anderson, 2015; Papua Barat yang mayoritas
TAF & LIPI, 2018). Persoalan tersebut penduduknya adalah OAP dengan
sudah bertahun-tahun membebani layanan pendidikan yang masih sangat
pendidikan di Tanah Papua. terbatas. Sementara, Kabupaten Sorong
mewakili wilayah dengan konfigurasi
Kondisi tersebut menyebabkan penduduk OAP dan pendatang, serta
pelayanan pendidikan bagi OAP belum Kabupaten Manokwari sebagai ibukota
berjalan optimal dan pada akhirnya Provinsi Papua Barat.
merugikan anak-anak. Akibatnya, di
berbagai pelosok kampung misalnya, Metode pengumpulan data dilakukan
sangat mudah ditemukan anak-anak di melalui wawancara, diskusi terpumpun
berbagai jenjang pendidikan (SD, SMP, (focus group discussion atau FGD), dan
SMA) belum menguasai keterampilan workshop. Wawancara dengan Kepala
dasar seperti menulis, membaca, dan sekolah, guru, dan siswa sekolah-sekolah
berhitung dengan baik. Posisi tersebut negeri dan swasta; Gereja; kepala
berakibat sangat fatal pada kampung; Kepala Dewan Adat Papua
perkembangan anak-anak, dan membuat Wilayah III Doberay; Ketua Lembaga

4|Hal.
Masyarakat Adat; akademisi perguruan KONDISI FAKTUAL PENDIDIKAN
tinggi; NGO’s, tokoh agama; orangtua DI PAPUA BARAT
(masyarakat), dan siswa. Wawancara
juga dilakukan kepada pemangku Data statistik menunjukkan beberapa
kepentingan di tingkat provinsi dan kondisi pendidikan di Papua Barat secara
kabupaten/kota diantaranya: Badan umum masih belum baik. Merujuk pada
Perencanaan Pembangunan Daerah data statistik kondisi tahun 2010 dan
(Bappeda), dan Dinas Pendidikan. 2018 rata-rata IPM Kabupaten/Kota
Workshop dilakukan di Jakarta dengan berada di bawah IPM Papua Barat. Pada
melibatkan berbagai narasumber baik tahun 2010 hanya Kota Sorong,
dari Kementerian Pendidikan dan Kabupaten Fakfak, dan Kabupaten
Kebudayaan, Bappenas, NGO’s, Yayasan Kaimana yang ada di atas IPM provinsi.
Pendidikan yang bergerak di Tanah Sementara pada tahun 2018 hanya Kota
Papua, akademisi, serta pemerhati Papua. Sorong, Kabupaten Manokwari,
Kabupaten Sorong, dan Kabupaten
Kaimana yang ada di atas IPM provinsi
(Gambar 1).

Gambar 1. IPM 2010 dan 2018 Kab/Kota di Papua Barat

Sumber: BPS (2019). Catatan: IPM metode baru untuk IPM tahun 2018 dan metode lama
untuk IPM tahun 2010; IPM kedua tahun tidak untuk dibandingkan karena perbedaan
penghitungan; garis putus-putus menunjukkan IPM untuk Papua Barat

5|Hal.
Gambar 2. Pola Hubungan Persentase OAP dan IPM Papua Barat Tahun 2010

Sumber: BPS (2019); Publikasi Pendataan Penduduk Asli Papua, Bappeda Papua Barat dan
BPS (2010), diolah. Catatan: IPM metode lama tahun 2010; garis putus-putus menunjukkan
nilai indikator di tingkat Provinsi

Data statistik juga menunjukkan adanya capaian melek huruf (lihat lampiran
kecenderungan pola hubungan yang gambar 1).
negatif antara persentase OAP dengan
capaian IPM di Kab/Kota. Daerah-daerah Kemudian adanya kecenderungan pola
yang memiliki persentase OAP yang hubungan yang searah antara persentase
tinggi cenderung memiliki OAP dengan persentase
capaian IPM yang lebih Daerah-daerah yang pendidikan tertinggi SD ke
rendah (Gambar 1). memiliki persentase OAP bawah. Sebagian besar
yang tinggi cenderung daerah dengan persentase
memiliki capaian IPM yang OAP yang tinggi cenderung
Selain itu, adanya lebih rendah berada di atas angka
kecenderungan pola provinsi, kecuali Kab.
hubungan yang negatif antara persentase Maybrat yang merupakan daerah dengan
OAP dengan Rata-Rata Lama Sekolah OAP tinggi namun persentase penduduk
(RLS). Sebagian besar daerah dengan 5 tahun ke atas dengan Pendidikan
persentase OAP yang tinggi memiliki nilai tertinggi SD ke bawah masih berada di
indikator rata-RLS di bawah capaian bawah angka provinsi (lihat lampiran
provinsi. Hal serupa juga berlaku untuk gambar 2).

6|Hal.
Dari segi APS kecenderungan pola negatif pemerintah belum efektif
sedikit tampak untuk partisipasi usia 7- diimplementasikan. Meskipun dari segi
12 tahun. Hal ini diduga bahwa usia yang kuantitatif, capaian pendidikan memang
seharusnya sudah mulai masuk di bangku terlihat ada peningkatan. Alokasi
pendidikan dasar namun belum mulai anggaran untuk pendidikan pun
sekolah untuk daerah-daerah dengan mengalami peningkatan dari tahun ke
persentase OAP tinggi (lihat lampiran tahun. Namun, selain pemberian dana
gambar 3). Sementara itu, untuk tingkat pemerintah perlu mengoptimalkan
partisipasi sekolah pada jenjang proses pendampingan pengelolaan dana
pendidikan dasar relatif tidak ada pendidikan dan juga prosesnya sampai ke
perbedaan antara wilayah dengan kampung-kampung. Pembangunan
persentase OAP rendah dan tinggi (pola pendidikan harus dilakukan secara
horizontal). Untuk menyeluruh. Di beberapa
Pendidikan menyeluruh
pendidikan menengah tempat di perbatasan
yang melibatkan sekolah,
(SMP) masih tampak antara Kabupaten
keluarga, dan masyarakat
adanya kecenderungan Tambrauw dengan
belum dipraktikan dalam
pola negatif. Kabupaten Sorong dan
realitas pendidikan di
Kabupaten Manokwari
Hal yang menarik adalah Papua Barat.
dengan Kabupaten Sorong
untuk jenjang SMA, Kab. beberapa sekolah tidak dapat digunakan
Maybrat dan Tambrauw yang merupakan karena persoalan sengketa yang belum
kabupaten dengan persentase OAP selesai.
terbesar justru bukan yang paling rendah
dari segi partisipasi sekolahnya. Hal ini Pemerintah pusat berhasil menambah
ada dua kemungkinan sebab: (1). kondisi ruas jalan, membangun gedung sekolah
tersebut memang kondisi capaian dan sarana lainnya, tetapi belum berhasil
penduduk OAP, (2). Partisipasi sekolah membangun pendidikan yang sesuai
didominasi oleh mereka yang bukan OAP, dengan kondisi geografis, demografi,
pendudukan yang bukan OAP yang lebih sosial, dan budaya OAP. Pendekatan
sedikit tetapi mayoritas dapat kebijakan pendidikan di sekolah-sekolah
melanjutkan ke jenjang Pendidikan belum responsif atau peka terhadap
menengah atas (lihat lampiran gambar lokalitas. Kurikulum kontekstual sebagai
4). amanat Inpres No. 9 Tahun 2017 belum
diimplementasikan di ruang-ruang
Secara kualitatif dari temuan di lapangan pendidikan di Papua Barat.
sangat nampak bahwa berbagai
kebijakan pendidikan yang dilakukan

7|Hal.
Kurikulum nasional sulit untuk melibatkan sekolah, keluarga, dan
dioperasionalkan oleh para guru ketika masyarakat belum dipraktikan dalam
mereka mengajar di kelas. Apalagi, guru realitas pendidikan di Papua Barat.
belum mendapatkan pelatihan Sementara ini, bobot pendidikan
Kurikulum 2013 secara memadai. Guru dibebankan sepenuhnya kepada sekolah.
kesulitan untuk membangun
pembelajaran yang berbasis kebutuhan Pendekatan pendidikan yang berbeda
geografis, demografi, sosial dan budaya begitu mendesak untuk
OAP. Materi ajar yang diberikan tidak diimplementasikan. Berbagai pihak yang
relevan dengan kebutuhan OAP. mengabdi di Tanah Papua selalu
Diperkuat oleh tingginya ketidakhadiran mengungkap istilah pendidikan dengan
guru, anak-anak semakin malas pergi ke hati atau pendidikan yang berbasis pada
sekolah. Sekolah tidak mampu menarik upaya memanusiakan manusia2. Memiliki
anak-anak untuk belajar sepenuh hati visi kemanusian dalam pendidikan
dan memiliki imajinasi untuk menjadi sangat penting dalam
membangun Papua masa depan (Eng Go, memajukan pendidikan di Papua Barat.
2019). Anak-anak kemudian distigma
malas, padahal pelajaran yang dihadirkan Pembangunan infrastruktur pendidikan
di depan kelas sulit dipahami oleh perlu diimbangi dengan kelengkapan
mereka karena tidak berbasis kondisi tenaga pengajar. Keterbatasan tenaga
geografis, demografi, sosial, dan budaya pendidik sangat mudah ditemui di
OAP. Teori dan materi yang disajikan berbagai sekolah. Ketidakhadiran guru
lebih banyak terkait dengan pengetahuan masih menjadi persoalan utama di
yang diproduksi bagi masyarakat banyak sekolah terutama di kampung-
perkotaan tidak berbasis lokus wilayah. kampung. Di Kabupaten Tambrauw,
misalnya, tingkat kehadiran guru
Masalah terkait relasi lelaki dengan sangatlah minim. Kelas-kelas kosong
perempuan, minuman keras, tindak tanpa guru sangat mudah ditemui di
kekerasan baik di keluarga ataupun di berbagai sekolah di kampung-kampung.
masyarakat, kondisi kesehatan, dan Guru yang harus mengajar 2-3 kelas
pendidikan keluarga menjadi tantangan masih sangat mudah ditemukan. Bahkan
dalam membangun pendidikan di Tanah masih ada guru yang tidak hadir sampai
Papua. Pendidikan menyeluruh yang tiga bulan. Para guru, karena terbatasnya

2
Wawancara dengan Pendeta D pada tanggal 20 Maret 2019, Wawancara RI (salah satu Kepala SD) pada 7 Agustus 2019,
Wawancara dengan Pensiunan Guru SD di Tambrauw pada Wawancara dengan SH (Kepala SMP) pada tanggal 10Agustus
tanggal 30 Maret 2019, Wawancara dengan Agustinus Lewerissa 2019, dan wawancara dengan Kepala SD FEF pada tanggal 12
(Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw) pada 25 Juni Agustus 2019, wawancara dengan staf pengajar di Sekolah Anak
2019, Wawancara RB salah satu kepala sekolah pada 30 Juni 2019, Indonesia Sentul 5 September 2019.

8|Hal.
fasilitas yang menunjang kehidupan maupun Dinas Pendidikan yang sangat
mereka, memilih tinggal di kota dan minim.
datang ke sekolah hanya ketika ujian
sekolah. Akses transportasi yang lebih Guru-guru yang mampu bertahan dalam
terbuka dan mudah, selain membuka situasi yang kompleks tersebut sangatlah
akses juga menjadi salah satu penyebab langka. Para guru yang mengerahkan
mudahnya para guru pergi ke kota. Hal segala daya upayanya untuk
tersebut adalah paradoks pembangunan. mencerdaskan anak-anak Papua. Guru-
guru tersebut bekerja keras untuk
Guru-guru yang tinggal dan mengajar di memahami dan bergaul dengan
sekolah adalah mereka yang memiliki masyarakat. Mereka tidak hanya bekerja
komitmen dalam memajukan pendidikan. di sekolah tetapi juga menjadi guru bagi
Banyak juga guru-guru masyarakat. Para guru
berstatus kontrak yang Masyarakat sangat tersebut memanfaatkan
lebih konsisten melakukan mengapresiasi kehadiran apa saja yang ada di sekitar
pendidikan di sekolah. guru-guru yang sekolah untuk mendidik
Sedikitnya guru yang berkomitmen mengabdi di anak-anak-anak.
bertahan di sekolah daerahnya
menyebabkan Beberapa praktik baik
pembelajaran tidak optimal. Para guru ditemukan di lapangan. Di salah satu SMP
tersebut harus mengajar di beberapa di Senopi guru-guru dari luar daerah
kelas. Sementara itu, guru-guru yang (termasuk orang Papua dari daerah lain)
memiliki komitmen mengajar lebih fokus dirawat dan diperhatikan kebutuhannya
mengganti kelas-kosong. oleh kepala sekolah. Mereka menempati
rumah di dalam komplek sekolah dan
Ketidakhadiran guru tersebut terjadi diperhatikan kebutuhan kesehariannya.
karena beberapa faktor. Pertama, Guru-guru tersebut juga diberi
pembangunan sekolah dan rumah tinggal kesempatan untuk bercocok tanam untuk
guru tidak diimbangi dengan kebutuhan keseharian. Guru-guru
kelengkapan fasilitas penunjang dasar tersebut akhirnya betah dan
seperti ketersediaan air bersih, listrik, bersemangat mengabdi. Masyarakat
internet, dan keamanan. Kedua, guru- sangat mengapresiasi kehadiran guru-
guru yang dihadirkan tidak memiliki guru yang berkomitmen mengabdi di
pemahaman yang memadai mengenai daerahnya. Di banyak kampung kepala
kondisi geografis, demografi, sosial dan kampung dan masyarakat bahu
budaya lokasi penugasan. Ketiga, membahu menyediakan rumah bagi para
pengawasan dari pihak pengawas guru yang mengabdi di sekolah. Para guru

9|Hal.
tersebut diberikan ruang untuk berkebun ANALISIS KOMPLEKSITAS
atau berdagang agar dapat bertahan PERSOALAN PENDIDIKAN DI
mengajar di sekolah.
PAPUA BARAT
Praktik baik yang nampak di beberapa
Terdapat dua problem mendasar yang
kampung adalah pemanfaatan dana
membuat percepatan pembangunan
kampung untuk peningkatan partisipasi
pendidikan di Tanah Papua tidak dapat
anak bersekolah. Beberapa kampung
terlaksana secara optimal. Pertama,
mengalokasikan beasiswa bagi anak-
terkait problem struktural. Problem
anak OAP untuk melanjutkan pendidikan
struktural terkait tata kelola dan
di level sekolah dasar sampai sekolah
penganggaran untuk pembangunan
menengah. Di level pendidikan tinggi
pendidikan; kebijakan pendidikan yang
Pemerintah Kabupaten mengalolasikan
belum memperhatikan kondisi geografis,
dananya untuk membuka peluang anak-
sosial, budaya, dan demografi belum
anak mengenyam pendidikan tinggi.
adanya desain pendidikan yang resposif
Meskipun demikian tidak semua anak
terhadap kondisi geografis, sosial, budaya
Papua memiliki kesempatan untuk
dan demografi OAP; belum optimalnya
mengenyam pendidikan tinggi. Pada
rencana aksi pembangunan pendidikan
beberapa kasus yang ditemukan, anak-
dalam beragam program yang terukur
anak dari kelompok elit (anak kepala
output dan outcomenya; monitoring,
distrik, kepala kampung, kepala sekolah,
pendampingan, dan evaluasi belum
PNS) yang memiliki kesempatan lebih
terlaksana secara optimal; dan belum
dalam mengakses pendidikan. Dalam
adanya kesepakatan paradigma
konteks tersebut, pendidikan lebih
pembangunan pendidikan antara
cenderung menjadi arena reproduksi
pemerintah pusat dan daerah.
sosial dibanding menjadi bagian dari
transformasi. Kedua, terkait dengan tantangan sosial
kultural yang terkait dengan identitas
Berbagai regulasi dan budaya yang beragam; pemenuhan hak
penganggaran yang yang terkendala oleh situasi geografis;
memperhatikan keterbatasan anak-anak untuk belajar
kekhususan dan dan mengembangkan diri; dan
keberagaman di Tanah pendidikan bagi OAP tidak relevan
Papua sudah mulai karena tidak membangun imajinasi,
diupayakan oleh berbasis kearifan lokal, dan
Pemerintah Pusat pengembangan diri. Dalam kondisi
tersebut peran pemerintah sangat sentral

10 | H a l .
dan signifikan dalam melakukan dialog (UNCEN, UNIPA, SMERU, BPS, UNICEF,
dan pendekatan budaya untuk 2012; RCA, 2015).
mendapatkan aspirasi OAP mengenai
pendidikan; rekognisi dan penghargaan Berbagai regulasi dan penganggaran yang
terhadap aspirasi masyarakat mengenai memperhatikan kekhususan dan
keberagaman di Tanah Papua sudah
kebutuhan pembangunan di bidang
mulai diupayakan oleh Pemerintah Pusat.
pendidikan; dan membangun ekosistem Paska Undang-undang Otonomi Khusus
pendidikan yang melibatkan seluruh No. 21 Tahun 2001 (UU Otsus),
pemangku kebijakan dan masyarakat pemerintah sudah mengeluarkan
sehingga pengelolaan pendidikan berbagai kebijakan untuk mempercepat
menjadi tanggung jawab bersama. pembangunan di Papua maupun Papua
Barat termasuk dalam bidang
1. Persoalan Struktural pendidikan, antara lain melalui Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Upaya perbaikan dilaksanakan oleh Tahun 2007 Tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua Dan
pemerintah baik dari segi regulasi,
Provinsi Papua Barat, Peraturan Presiden
kelembagaan, anggaran, maupun Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
program pendidikan di Papua Barat. 2011 Tentang Percepatan Pembangunan
Kebijakan-kebijakan tersebut berusaha Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,
memberi ruang terhadap kekhususan dan Instruksi Presiden Republik
dan keberagaman yang ada di Tanah Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Papua. Namun, dari segi operasionalisasi Percepatan Pembangunan Kesejahteraan
di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
masih sangat sulit dilaksanakan.
Barat.
Implementasi kebijakan pendidikan di
Tanah Papua memang tidak sederhana Pada Inpres 5/2007 perlakuan khusus
dan sangat kompleks. Layanan (affirmative action) bagi pengembangan
pendidikan yang berkualitas yang kualitas sumber daya manusia putra-
memperhatikan kondisi geografis, putri Papua menjadi salah satu fokus.
demografi, sosial, dan budaya OAP belum Setelah dirilis, sinkronisasi dan
diimplementasikan secara memadai. harmonisasi program pusat dan daerah
Nampak pada tingginya ketidakhadiran dalam proses perencanaan
guru, sulitnya akses ke sekolah, pembangunan tidak dapat berjalan
kurikulum yang tidak sesuai dengan karena tidak dilandasai oleh Rencana
kondisi masyarakat, kualitas Induk dan Rencana Aksi Percepatan
pembelajaran yang tidak memadai, Pembangunan Provinsi Papua dan Papua
ataupun manajemen sekolah yang buruk Barat yang disusun sebelumnya. Rencana
percepatan kurang tercermin pada

11 | H a l .
program kemeterian/lembaga yang Terlaksananya program pembangunan
menimbulkan kurangnya apresiasi pendidikan di Papua dan Papua Barat
pemerintah daerah (Bappenas, 2010). tetap bergantung pada komitmen K/L
tersebut. Perpanjangan rentang kendali
Pemerintah kemudian merilis Inpres No. UP4B ke daerah juga menyisakan
65 Tahun 2011 tentang percepatan persoalan tumpang tindihnya tugas
pembangunan Papua dan Papua Barat. lembaga dengan pemerintah provinsi. Di
Dalam konteks pendidikan, upaya samping itu, perubahan kapasitas atau
pembangunan pendidikan secara transfer pengetahuan belum sepenuhnya
integratif berupaya dilakukan agar dapat dilakukan (Bappenas, 2017).
berbagai kebijakan maupun program
dapat terealisasikan sesuai dengan target Selanjutnya, Inpres No. 9/2017 tentang
yang dituju. Dibentuklah Unit Percepatan percepatan pembangunan Papua dan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Pembangunan dilakukan
Provinsi Papua Barat (UP4B) yang dengan basis budaya dan fokus pada OAP,
menggunakan pendekatan dialog,
memiliki fungsi koordinasi dalam
pendampingan, pemberdayaan
pembangunan di Papua dan Papua Barat. masyarakat lokal, serta penguatan
kemitraan. Fokus di bidang pendidikan
Pada rentang tahun tersebut beberapa antara lain mempercepat peningkatan
program yang berhasil dilakukan antara akses dan kualitas pendidikan melalui
lain: (1) meningkatkan jumlah dan strategi: sekolah berpola asrama,
perluasan sebaran guru SM3T dari 347 pendidikan vokasi, pemberantasan tuna
guru di enam kabupaten pada tahun aksara, kurikulum kontekstual Papua,
tambahan guru dan pendirian KPG,
2012, menjadi 877 guru di tahun 2013,
pendampingan guru & dosen, dan
dan 863 guru di tahun 2014 yang perluasan kesempatan murid OAP.
ditempatkan di daerah terisolasi, (2)
pelaksanaan program afirmasi untuk Beberapa capaian antara lain: dibangun
TNI/POLRI, (3) afirmasi pendidikan sekolah berasrama di Sorong untuk
tinggi (ADIK), dan (4) afirmasi Papua Barat pada tahun 2018,
pendidikan menengah (ADEM). menerapkan kurikulum kontekstual
Kewenangan UP4B terbatas pada proses Papua dengan lokus projek di Manokwari
pengawalan agenda percepatan untuk Papua Barat, penerima beasiswa
pembangunan Papua dan Papua Barat. ADEM mencapai 1014 murid pada tahun
UP4B tidak berwenang untuk 2019, dan sejumlah 309 penerima
menyatukan program-program yang ada beasiswa ADEM untuk tahun 2019, serta
di Kementerian/Lembaga (K/L). terdapat 2134 guru di Papua Barat yang
mendapat tunjangan khusus untuk

12 | H a l .
mendukung ketersediaan guru pada pertumbuhan di bawah rata-rata nasional
tahun 2019 (Bappenas, 2019). (Kementerian Keuangan, 2019). Dari segi
anggaran, sejak tahun 2012, Dana Otsus
Pada tahun 2019 Kementerian untuk Papua Barat tidak meningkat
Pendidikan dan Kebudayaan membentuk secara fluktuatif, bahkan ada penuruan
Tim Percepatan Pembangunan pada tahun 2016. Secara lengkap Dana
Pendidikan melalui Kepmendikbud No. Otsus pada tahun 2012 sebesar 1,6 T,
342/P/2019 yang beranggotakan tahun 2013 sebesar 1,9 T, tahun 2014
pemerintah pusat dan pemerintah sebesar 2,1 T, tahun 2015 sebesar 2,1 T,
daerah. Tim percepatan dibentuk dengan tahun 2016 sebesar 1,2 T, tahun 2017
tujuan mempercepat peningkatan akses sebesar 2,4 T, tahun 2018 sebesar 2,41 T,
dan kualitas layanan pendidikan dengan dan tahun 2019 sebesar 2,5 T (Bappenas,
penguatan koordinasi antara pemerintah 2019).
pusat dan daerah.
Pemerintah pusat, seperti yang
Perkembangan kebijakan tersebut disampaikan melalui beragam Inpres
menjadi bagian penting bagi pendekatan juga memiliki beberapa program afirmasi
kebijakan pembangunan pendidikan untuk meningkatkan aksesibilitas OAP
yang lebih berpihak pada OAP. Namun dalam mendapatkan pendidikan.
demikian, dari banyaknya kebijakan dan Beasiswa afirmasi pendidikan menengah
tim yang telah dibentuk sebagai upaya (ADEM) dan beasiswa afirmasi
percepatan, belum ada kerangka besar pendidikan tinggi (ADIK) bagi anak-anak
dari desain pendidikan yang berbasis Papua. Sejak 2013 hingga 2017 sebanyak
pada kondisi geografis, sosial, budaya dan 1.693 anak-anak di Papua mengikuti
demografi OAP baik dalam jangka program tersebut. Sedangkan untuk
pendek, menengah, maupun panjang. jenjang pendidikan tinggi terdapat
Rencana aksi yang telah dibuat sebagai beasiswa afirmasi pendidikan tinggi
turunan dari instruksi presiden belum (ADIK) (belmawa.ristekdikti.go.id/).
memuat target-target pengembangan Namun demikian, meskipun beragam
sumber daya manusia di Papua Barat. upaya perbaikan dari segi regulasi,
anggaran, maupun program pendidikan
Dana Otsus diharapkan dapat berperan
di Papua Barat coba, namun ternyata hal
sebagai pendorong percepatan
tersebut belum mampu memberikan
peningkatan kesejahteraan masyarakat
peningkatan kualitas pendidikan secara
dan pembangunan di daerah Otsus.
signifikan.
Meskipun dalam perkembangannya,
beberapa indikator masih menunjukkan

13 | H a l .
Ada berberapa persoalan yang utama dalam pembuatan kebijakan
menyebabkan upaya pemerintah tidak pendidikan adalah kepentingan OAP
mencapai target dan membuahkan hasil sehingga pemenuhan pada kebutuhan
yang optimal. Pertama, belum ada pendidikan yang khusus dan
kesepakatan dalam hal paradigma memperhatikan kondisi lokal menjadi
pembangunan pendidikan antara pusat sangat penting. Pendampingan yang
dan daerah. Pelaksanaan pembangunan intensif dari pemerintah pusat dari segi
pendidikan di Tanah Papua tidak melalui regulasi, pendanaan atau implementasi
proses dialog antara program menjadi sangat
pemerintah pusat dan Pembangunan pendidikan penting bagi kesuksesan
pemerintah daerah. di Tanah Papua tidak dapat pembangun pendidikan.
Kebijakan pendidikan di dibangun melalui
Tanah Papua kurang pendidikan legal formal Sinergisitas antara
memerhatikan kondisi semata. Basis utama dalam pemerintah pusat dan
geografis, demogarafi, pembuatan kebijakan daerah menjadi sangat
sosial, dan budaya OAP. pendidikan adalah penting. Perlu
Meskipun Inpres No. kepentingan OAP sehingga kebersamaan yang erat
9/2017 sudah pemenuhan pada untuk terus gotong royong
mengamanatkan kebutuhan pendidikan yang dalam membangun
implementasi kurikulum khusus dan memperhatikan pendidikan di Papua Barat.
kontekstual pada kondisi lokal menjadi mengenai pendidikan yang
praktiknya hal tersebut sangat penting humanis perlu dibangun
belum terlaksana. Kedua, bersama oleh pemerintah
anggaran pendidikan sebesar 30 persen pusat, pemerintah daerah, lembaga
sebagai amanat UU Otsus dalam keagamaan, lembaga swadaya
implementasinya tidak diimbangi dengan masyarakat, tokoh adat, dan masyarakat
pendampingan, monitoring dan evaluasi yang memiliki kepedulian dalam
yang optimal. Ketiga, belum ada desain membangun pendidikan di Tanah Papua.
pendidikan yang berbasis pada kondisi Pendekatan pendidikan yang
geografis, demografi, sosial dan budaya menyeluruh tersebut didasarkan pada
OAP. Target, luaran, dampak, serta kepedulian dan semangat welas asih
rencana aksi pendidikan harus masuk di membangun anak-anak bangsa.
dalam desain pendidikan.

Pembangunan pendidikan di Tanah


Papua tidak dapat dibangun melalui
pendidikan legal formal semata. Basis

14 | H a l .
Sekolah berasrama dapat menjadi salah sekolah berpola asrama maupun mencari
satu medium strategis untuk untuk siswa.
meningkatkan capaian pendidikan di
Provinsi Papua Barat baik dari segi Sekolah berpola asrama dapat dimulai
kuantitas maupun kualitas. Apalagi sejak pendidikan dasar. Kerjasama antara
sekolah berasrama pernah hadir dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah
ruang hidup masyarakat Papua melalui dengan berbagai Yayasan Keagamaan
gereja yang diinisiasi oleh tokoh agama. yang memiliki jejak historis dalam
Peran para misionaris sangat penting membangun pendidikan di Papua
dalam mengenalkan pendidikan dan maupun yayasan pendidikan yang
mendirikan sekolah di memiliki kepedulian di bidang
Tanah Papua, Visi mengenai pendidikan yang pendidikan menjadi
terutama di daerah- humanis perlu dibangun bersama sangat penting.
daerah pedalaman oleh pemerintah pusat, pemerintah Catatan dari sekolah
(Aritonang & daerah, lembaga keagamaan, berpola asrama adalah
Steenbrink, 2008). lembaga swadaya masyarakat, biaya dan tenaga yang
tokoh adat, dan masyarakat yang dikeluarkan sangatlah
Ada beberapa hal yang memiliki kepedulian dalam besar. Sokongan dana
dapat diunggulkan membangun pendidikan di Tanah dan pendampingan
dari sekolah berpola Papua. penuh menjadi sangat
asrama. Pertama, penting. Tanpa itu,
anak-anak mendapat pendidikan sekolah berpola asrama akan gagal
komperhensif selama dua puluh empat diimplementasikan dan justru
jam di bawah pengawasan pengasuh yang menyebabkan persoalan baru.
kompeten, dipenuhi kebutuhan gizi dan
kesehatannya. Kedua, menjadi ruang Untuk mengatasi persoalan pendanaan,
perjumpaan antar kelompok suku yang dana kampung dapat menjadi salah satu
berbeda dan memungkinkan anak-anak alternatif yang dimanfaatkan untuk
saling mengenal dan belajar. Ketiga, pendidikan OAP. Praktik baik di mana
kepala kampung mau diajak untuk
meminimalisir pembangunan sekolah di
mengalokasikan anggarannya untuk
wilayah terpencil. Anggaran tersebut
meningkatkan kapasitas masyarakat
untuk membangun asrama di sekolah
melalui pendidikan di temui di beberapa
negeri dan swasta dan pembiayaan
kampung. Penduduk yang memiliki anak
operasional sekolah berasrama. Kepala usia sekolah dapat mengajukan proposal
distrik, kepala kampung, tokoh agama, ke kepala kampung untuk membiayai
tokoh adat dilibatkan secara aktif untuk pendidikannya. Namun, yang harus
mengawal program pendidikan di diperhatikan, keeratan antara keluarga

15 | H a l .
menjadikan pengoptimalan dana pemenuhan layanan pendidikan di Tanah
kampung hanya dapat dinikmati oleh Papua. Dari segi kurikulum yang
penduduk yang masih memiliki keeratan diajarkan di sekolah misalnya, tidak
hubungan keluarga juga ditemui. memperhatikan konteks lokal wilayah
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Papua, sesuai dengan peluang pasar kerja
Tertinggal dan di Papua, dan tidak relevan
Transmigrasi diharapkan Peran pemerintah sangat
dengan kehidupan siswa
memberikan keleluasaan sentral dan signifikan
(Mollet, 2007).
pengelolaan dana desa dalam melakukan dialog
(kampung) bagi dan pendekatan budaya Pendekatan berbasis
pengembangan sumber untuk mendapatkan kondisi geografis, sosial,
daya manusia OAP, yang aspirasi OAP mengenai budaya, dan demografi
tidak sebatas pada pendidikan; rekognisi dan
peningkatan kapasitas dibutuhkan agar melalui
penghargaan terhadap ruang pendidikan agar
masyarakat tetapi juga
aspirasi masyarakat mampu melahirkan OAP
memberi ruang agar dana
mengenai kebutuhan yang mampu
tersebut dapat digunakan
sebagai dana pendidikan. pembangunan di bidang menggerakan mesin
Pemerintah secara intensif pendidikan; dan birokrasi, ekonomi, politik,
perlu memberikan membangun ekosistem sosial, dan budaya
pendampingan bagi pendidikan yang sehingga OAP akan
masyarakat sehingga dana melibatkan seluruh menjadi tuan di tanahnya
tersebut dapat pemangku kebijakan dan sendiri. Model pendidikan
dimanfaatkan sebaik- masyarakat sehingga tersebut berupaya untuk
baiknya untuk kebutuhan pengelolaan pendidikan membangun kemampuan
pendidikan. menjadi tanggung jawab penyelesaian masalah
bersama. yang terkait dengan situasi
2. Tantangan Sosial dan
Kultural yang ada di Papua. Selama
ini, kurikulum pembelajaran tidak
Selain persoalan struktural, beberapa hal disusun untuk membangun keterampilan
terkait identitas budaya yang beragam; bertahan hidup dan mengatasi persoalan
pemenuhan hak yang terkendala oleh keseharian. Pada titik ini relevansi
situasi geografis; keterbatasan anak-anak dengan pendidikan adat atau tradisional
untuk belajar dan mengembangkan diri; yang sudah digagas oleh para sesepuh
dan relevansi pendidikan dan imajinasi adat menjadi sangat penting.
anak-anak Papua Barat tentang
pendidikan dan pekerjaan merupakan Di sisi lain, di lokasi di mana OAP sudah
tantangan sosial-kultural bagi bersinggungan dengan para pendatang,

16 | H a l .
bangunan pendidikan perlu juga yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
menyiapkan anak-anak Papua untuk Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
dapat bertahan hidup ketika mereka Kabupaten/Kota sudah masif dilakukan
berhadapan atau terkoneksi dengan dan perlu dilanjutkan. Namun
dunia luar. Pengetahuan dan pembangunan tersebut harus
keterampilan yang relevan dengan memerhatikan kebutuhan OAP.
kondisi geografis, sosial, budaya, dan
demografi yang anak-anak dapat Pembangunan pendidikan yang tidak
disekolah menjadi bagian penting untuk memerhatikan kebutuhan masyarakat
menunjang masa depan anak-anak lokal hanya membuat anak-anak Papua
Papua. Model dan pendekatan semakin tertinggal. Di beberapa lokasi
pendidikan ini sangat penting agar anak- gedung-gedung sekolah yang sudah
anak mendapatkan relevansi pentingnya dibangun pemerintah tidak dapat
belajar di sekolah. dimanfaatkan oleh
Ketidakhadiran guru yang tinggi
Wilayah perkotaan sangat berdampak pada pengelolaan masyarakat. Bahkan
dan perdesaan pun pembelajaran di sekolah. di beberapa lokasi
sangat berbeda Ketidakhadiran guru berdampak pada gedung tersebut
dalam pelaksanaan kemampuan anak di sekolah tidak beroperasi.
pendidikan. Di Pembangunan
wilayah yang didominasi oleh OAP berbagai infrastruktur pendidikan
pendidikan harus lebih didesain pada seperti gedung sekolah, laboratorium IPA
upaya mereka untuk mampu dan komputer, perpustakaan, dan
memanfaatkan sumber daya alam yang perumahan guru tidak dapat berfungsi
ada di sekitarnya optimal karena belum diimbangi dengan
pemenuhan infrastruktur penunjang
Di wilayah perkotaan di mana penduduk seperti kelengkapan buku-buku, akses
migran sudah banyak dan secara kapital listrik dan internet serta air bersih.
ekonomi kuat tentu saja sangat
memengaruhi pendidikan. Pertautan OAP Kurikulum yang diterapkan di Provinsi
dengan penduduk migran di satu sisi Papua Barat yang memerhatikan wilayah
akan membuat mereka terbuka dengan adat, geografis, dan ekonomi lokal OAP
dunia luar, tetapi juga membuka ruang- menjadi sangat penting. Pemerintah
ruang persaingan. Pada posisi ini pusat perlu mendampingi pemerintah
pendidikan perlu menguatkan posisi provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
tawar OAP dalam berelasi dengan untuk menyusun kurikulum yang
berbagai penduduk migran. responsif terhadap kondisi di Provinsi
Pembangunan infrastruktur pendidikan Papua Barat. Pelibatan lembaga

17 | H a l .
keagamaan, lembaga swadaya bagi calon guru di wilayah Indonesia
masyarakat, dan berbagai komunitas Timur perlu disesuaikan dengan kondisi
yang selama ini bergerak untuk geografis dan sosial budaya masyarakat
mendampingi masyarakat menjadi yang akan menjadi lokasi pengabdian
sangat penting. Pusat Kurikulum dan calon guru.
Pembelajaran Kementerian Pendidikan
Kebudayaan diharapkan membuat Guru tidak hanya dituntut memiliki
berbagai instrumen kurikulum yang kepekaan terhadap kondisi sosial budaya
ramah terhadap lokalitas. siswa dan orang tua siswa, namun juga
dituntut agar mampu membangun relasi
Pengawasan Dinas Pendidikan baik di yang konstruktif baik antara guru dengan
Kabupaten/Kota dan Provinsi harus siswa maupun antara guru dengan orang
ditingkatkan. Laporan-laporan dari tua siswa. Dari temuan lapangan,
masyarakat perlu ditindaklanjuti dan beberapa guru (terutama yang bukan
direspon secara serius. Guru-guru PNS berasal dari Papua) merasa kesulitan
yang melalaikan kewajibannya harus untuk membangun koneksi dengan para
diberi sanksi tegas. Guru-guru kontrak siswa karena seringkali siswa
yang memiliki kredibilitas dan komitmen menggunakan bahasa daerah mereka di
dalam mendidik di sekolah perlu dalam kelas. Bahasa Indonesia langsung
mendapat apresiasi. digunakan untuk pelajaran di sekolah,
padahal ada beragam kosa kata dalam
Dinas Pendidikan baik di provinsi dan di Bahasa Indonesia yang belum
kabupaten harus memiliki peta kondisi sepenuhnya dipahami oleh anak-anak
guru di daerahnya. Dinas Pendidikan terutama di jenjang awal pendidikan
harus melibatkan berbagai elemen yang dasar di sekolah. Pendekatan
ada di masyarakat (selain pengawas pembelajaran menggunakan bahasa ibu
sekolah) seperti kepala kampung, kepala di awal jenjang pendidikan dasar
distrik, ataupun orangtua untuk misalnya dapat menjadi jembatan bagi
mengawasi kehadiran guru. Dinas kemudahan anak-anak Papua memahami
Pendidikan juga harus menjadi contoh beragam konten pembelajaran.
dalam memberikan pelayanan
pendidikan dan mau menerima keluhan Kementerian Pendidikan dan
dari masyarakat. Pemahaman kurikulum Kebudayaan dapat bekerjasama dengan
yang responsif terhadap kondisi yayasan keagamaan dan pendidikan
geografis, sosial, budaya, dan demografi seperti YPPK, YPK, Advent, YAPIS
perlu diberikan bagi calon guru di ataupun lembaga lainnya untuk
berbagai jenjang pendidikan. Pendidikan menyiapkan kader guru yang siap

18 | H a l .
mengabdi di berbagai lokasi di Tanah distrik, kepala kampung, tokoh adat,
Papua. Seleksi guru bagi guru yang akan tokoh pemuda, dan aparat keamaan agar
ditempatkan di berbagai kabupaten/kota mereka merasa terjamin keamanannya.
di Papua Barat harus memiliki Guru-guru yang ditempatkan di wilayah
kekhususan. Pertama, tidak harus pedalaman harus dipastikan memiliki
memiliki kualifikasi akademik S1. Kedua, tempat yang akan ditinggali selama
bersedia ditempatkan di berbagai mereka mengajar di sekolah.
kampung di wilayah kabupaten/kota di
Papua Barat. Ketiga, responsif terhadap
kondisi geografis, sosial, budaya dan REKOMENDASI
demografi OAP (memiliki daya tahan
untuk hidup di wilayah pedalaman, dekat Berdasarkan permasalahan sebagaimana
dengan masyarakat dan anak). dikemukakan di atas, beberapa
rekomendasi yang dapat diusulkan
Badan Kepegawaian Negara (BKN) adalah sebagai berikut:
maupun Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) perlu memiliki kriteria khusus 1. Perlunya penyusunan Desain
bagi guru-guru yang akan diseleksi untuk Pendidikan untuk Tanah Papua yang
menempati posisi di berbagai sekolah di responsif terhadap kondisi geografis,
wilayah Papua Barat. Direktorat Jenderal demografi, sosial, dan budaya yang
Guru dan Tenaga Kependidikan perlu disusun oleh Kementerian Pendidikan
menyusun indikator kompetensi bagi dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui
guru yang akan ditempatkan di Tanah dialog sektoral melibatkan;
Papua. BAPPENAS; Kementerian Dalam
Negeri; Pemerintah Provinsi;
Aspek keamanan dan kenyamanan Pemerintah Kabupaten dan Kota;
menjadi sangat penting bagi guru agar Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten,
mereka mampu menjalankan tugas dan dan Kota; Dewan Perwakilan Rakyat
fungsi mendidik secara optimal. Papua dan Majelis Rakyat Papua;
Pemerintah daerah harus mampu Tokoh Masyarakat Adat dan Agama,
menjamin kondisi keamanan dan dan NGO yang bergerak di Nasional
keselamatan bagi guru-guru (baik dari dan Lokal;
luar Papua Barat maupun OAP) ketika
mengabdi di sekolah. Guru-guru yang 2. Desain pendidikan disusun untuk
ditempatkan di daerah-daerah, terutama jangka panjang (20-25 tahun). Desain
pedalaman, harus didampingi ketika awal pendidikan disusun mulai dari
penempatan. Dikenalkan dengan kepala perencanaan, implementasi,

19 | H a l .
pendampingan, dan evaluasi. Desain pendidikan untuk memastikan
Pendidikan Tanah Papua kemudian kegiatan pendidikan di berbagai
diterjemahkan dalam peta jalan lembaga pendidikan (formal,
pendidikan perlima tahun disesuaikan nonformal, dan informal) berjalan
dengan priortias pembangunan secara efektif. Pedampingan
daerah setiap tahunnya; terhadap berbagai program
pendidikan dilakukan secara
3. Peta jalan pembangunan pendidikan kolaboratif dengan melibatkan
meliputi: berbagai elemen baik tokoh
masyarakat, agama, dan adat serta
3.1. Peta Jalan Kelembagaan: NGO’s yang bergerak di bidang
pendidikan;
a. Penyusunan Perdasus/Perdasi
yang secara khusus mengatur d. Pemerintah pusat harus
pelaksanaan pendidikan di Papua membangun kebijakan
Barat sesuai dengan amanah UU pendidikan yang memperhatikan
Otsus Papua No. 21 Tahun 2001 kekhususan dan responsif
dan UU No. 35 Tahun 2008. Ketika terhadap geografis, demografi
ada tumpang tindih antara sosial, dan budaya OAP dalam
undang-undang sektoral bidang implementasi kebijakan sektoral.
pendidikan dan UU Otsus maka Dalam konteks ini seluruh elemen
yang diprioritaskan adalah UU yang terkait dengan pelayanan
Otsus. pendidikan seperti kebijakan,
b. Pemerintah Provinsi dan pembangunan gedung sekolah,
Pemerintah Kabupaten/Kota kurikulum, buku teks, dan lain
perlu memastikan alokasi sebagainya harus memperhatikan
anggaran 30 persen untuk konteks geografis, demografi,
pendidikan melalui APBD Provinsi sosial, budaya Papua Barat yang
dan Kabupaten dapat sangat khusus dan beragam;
dilaksanakan secara optimal
sesuai amanah UU Otsus; e. Pemerintah pusat maupun daerah
perlu memfokuskan perhatian
c. Pendampingan yang berkala dari pada peningkatan akses dan mutu
pemerintah pusat, pemerintah bagi seluruh tingkat pendidikan
provinsi, dan pemerintah utamanya di pendidikan dasar dan
Kabupaten/Kota terhadap menengah di Tanah Papua. Fokus
implementasi berbagai program pada pendidikan dasar menjadi

20 | H a l .
sangat penting karena menjadi kondisi geografis, demografi,
fundamen awal dalam sosial dan budaya OAP. Tim
membangun sumber daya percepatan membangun
manusia di Papua Barat. pendidikan baik dari aspek
kelembagaan maupun substansi;
3.2. Peta Jalan Pengembangan
Pendidikan Tanah Papua yang c. Mengefektifkan kerjasama dengan
Responsif terhadap Geografis, berbagai lembaga non pemerintah
Demografi, Sosial, dan Budaya seperti Yayasan Pendidikan
OAP swasta, praktisi pendidikan
komunitas, atau LSM bidang
a. Kerjasama lintas sektoral antara pendidikan dan pemberdayaan
Pemerintah Pusat, Pemerintah masyarakat untuk membangun
Provinsi, Pemerintah kolaborasi dalam pelaksanaan
Kabupaten/Kota, dunia usaha, dan percepatan pembangunan
masyarakat sipil (NGO) sangat pendidikan di Tanah Papua. Peran
menunjang keberhasilan lembaga non pemerintah (pihak
pembangunan pendidikan. ketiga) sangat penting untuk
Pembangunan pendidikan di membantu menanggulangi
Papua Barat adalah kekurangan jumlah guru,
tanggungjawab bersama. memastikan guru hadir mengajar
Percepatan pembangunan di dalam kelas, pengayaan model
pendidikan di Papua Barat sangat pendidikan dan budaya baru
bergantung pada sinergi dan pendidikan, dan efektivitas
kerjasama lintas sektor; layanan dalam jangka pendek;
b. Mengoptimalkan peran Tim d. Mengintensifkan program
Percepatan Pembangunan relawan pendidikan yang sudah
Pendidikan Papua dan Papua dilakukan pemerintah, yayasan,
Barat. Tim tersebut menjadi atau Lembaga swadaya
penggerak yang mengkoordinasi Masyarakat seperti Program
Pemerintah SM3T, Guru Garis Depan yang
Provinsi/kabupaten/kota, tokoh diinisiasi pemerintah; Indonesia
adat dan agama, pemuda, dan Mengajar, Sokola Institute dsb;
Yayasan yang bergerak di bidang
pendidikan untuk membangun e. Penambahan kuota guru dan
paradigma pembangunan meningkatkan status guru honor
pendidikan yang sesuai dengan menjadi guru tetap untuk mengisi

21 | H a l .
kekurangan tenaga pendidik. Badan Pusat Statistik. (2018). Potret
Dalam jangka panjang dan Pendidikan Indonesia: Statistik
menengah revitalisasi dan aktivasi Pendidikan 2018. Jakarta: BPS.
Kolese Pendidikan Guru (KPG) Badan Pusat Statistik (2018). Indeks
untuk penyiapan guru dengan Pembangunan Papua Barat 2017.
pembekalan sosial budaya melalui Jakarta: BPS.
kerjasama Kemendikbud, Bappenas RI. 2010. Laporan Akhir Inpres
pemerintah daerah, dan pihak- 5/2007 Percepatan Papua dan
pihak yang peduli terhadap Papua Barat Tahun 2010. Jakarta:
Direktorat Kawasan Khusus Daerah
pendidikan di Tanah Papua;
Tertinggal, Kementerian
Perencanaan Pembangunan
f. Penguatan pelaksaan pendidikan Nasional/Bappenas.
melalui pola sekolah berasrama.
Eng Go. 2019. Model Pendidikan
Pengelolaannya dapat Kontekstual Papua: Membangun
dikerjasamakan dengan berbagai Kesejahteraan OAP dakan Konteks
organisasi non pemerintah yang Globalisasi. Paparan Presentasi pada
memiliki kepedulian terhadap Workshop Pendidikan di LIPI 7
pendidikan di Tanah Papua November 2019.
seperti Yayasan Keagamaan dan Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Dana
Yayasan Sosial yang sudah Tambahan Otsus (DTI) (Paparan
memiliki model-model Power Point Bappenas). Jakarta:
Kementerian PPN/Bappenas.
pengembangan sekolah
berasrama (contohnya: Sekolah Kementerian Keuangan. Sosialisasi Ta
Pola Asrama di bawah naungan 2019 Transfer Ke Daerah dan Dana
Desa. Paparan Kementerian
YPPK, Sekolah Anak Indonesia
Keuangan tanggal 22 November
(SAI) dan Yayasan Pesat). 2018. Sumber:
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/
wp-
DAFTAR PUSTAKA content/uploads/2018/07/Kemen
keu-Sosialisasi-TKDD-Non-Dana-
Perimbangan.pdf.
Anderson, Bobby. 2015. Papua’s
Insecurity: State Failure in Mollet, Julius Ary. 2007. Educational
Indonesian Periphery. Hawai’i: East- investment in conflict areas of
West Center. Indonesia: The case of West Papua
Province. International Education
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink,
Journal, 2007, 8(2), 155-166. ISSN
Karel A. 2008. History of Christianity
1443-1475 © 2007 Shannon
in Indonesia. Leiden: Brill.
Research Press. http://iej.com.au.

22 | H a l .
UNCEN; UNIPA; SMERU; BPS & UNICEF. Kesejahteraan Di Provinsi Papua
2012. “We Like Being Taught”: A Dan Provinsi Papua Barat.
Study On Teacher Absenteeism In
Papua And West Papua. Papua: Laporan:
Provinsi Papua Barat dan Provinsi
Papua.
Laporan Unit Percepatan Pembangunan
The Asia Foundation (TAF) dan Lembaga Papua dan Papua Barat, 2014.
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pembangunan Tanah Papua Damai dan
2018. Jalan Untuk Komunitas: Sejahtera, 2017.
Membangun Infrastruktur
Konektivitas Jalan Untuk Laporan Beasiswa Afirmasi Pendidikan
Penghidupan Orang Asli Papua Dan Tinggi Orang Asli Papua (ADIK
Lingkungan Hidup (Ringkasan OAP), 2017.
Eksekutif). Jakarta: TAF & LIPI. Laporan Instruksi Presiden No.9 Tahun
Widjojo, Muridan S. (ed). Papua Road 2017 tentang Percepatan
Map: Negotiating the Past, Pembangunan Papua dan Papua
Improving the Present and Securing Barat, 2019.
the Future. Jakarta: LIPI, Yayasan
TIFA, dan Buku Obor.

Aturan Hukum:

Undang-Undang No. 21 Tahun 2001


tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2007 Tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua Dan Provinsi Papua Barat.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2011 Tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua Dan Provinsi Papua Barat.
Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Percepatan Pembangunan

23 | H a l .
LAMPIRAN

Gambar 1. Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf

Sumber: BPS (2019); Publikasi Pendataan Penduduk Asli Papua, Bappeda Papua Barat dan BPS (2010),
diolah. Catatan: RLS dan AMH diambil dari komponen IPM 2010 metode lama; garis putus-putus
menunjukkan nilai indikator di tingkat Provinsi

Gambar 2. Pendidikan tertinggi SD ke bawah

Sumber: Hasil SP 2010, BPS (2019); Publikasi Pendataan Penduduk Asli Papua, Bappeda Papua Barat dan
BPS (2010), diolah. Catatan: Garis putus-putus menunjukkan nilai indikator di tingkat Provinsi

24 | H a l .
Gambar 3. Angka Partispasi Sekolah

Sumber: Hasil SP 2010, BPS (2019); Publikasi Pendataan Penduduk Asli Papua, Bappeda Papua Barat dan
BPS (2010), diolah. Catatan: Garis putus-putus menunjukkan nilai indikator di tingkat Provinsi

Gambar 4. Angka Partisipasi Kasar (APK) & Angka Partisipasi Murni (APM)

Sumber: Hasil SP 2010, BPS (2019); Publikasi Pendataan Penduduk Asli Papua, Bappeda Papua Barata dan
BPS (2010), diolah. Catatan: Garis putus-putus menunjukkan nilai indikator di tingkat provinsi

25 | H a l .
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai