Anda di halaman 1dari 2

KEKUATAN JEJARING SOSIAL DAN GAWAI (KUJANG)

SEBAGAI MEDIA PENERAPAN NILAI KEPAHLAWANAN DAN SEMANGAT `45


DI MASA KRITIS NASIONALISME PARA REMAJA

PENDAHULUAN

Kata remaja berasal dari kata bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Dalam
masa remaja sekarang, tentu tidak akan pernah lepas dari gawai dan internet. perasaan untuk terus melek terhadap
apa-apa yang sedang trending dan narsis di jejaring sosial sudah menjadi hal lumrah. Bahkan, sudah
mengesampingkan lagi masalah privasi, dan lebih mengedepankan likes. Memang dewasa ini, tidak dapat dipungkiri
bahwa internet dan gawai sudah menjadi bagian penting dan memiliki pengaruh besar terhadap semua orang,
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin pesatnya kemajuan teknologi, menjadikan gawai sebagai
kebutuhan pokok bagi generasi muda. Fenomena ini memunculkan situasi pisau bermata dua, dimana Kemajuan
teknologi menawarkan cara baru dalam berkomunikasi, bergaul dan mengakses tiap berita. Tetapi globalisasi dan
pengaruh budaya barat juga dapat mengikis rasa nasionalisme pemuda. Jika pemuda dahulu menolak dengan tegas
keberadaan hal berbau asing disekitar mereka, pemuda saat ini bertingkah sebaliknya, Pemuda Indonesia telah
menjadi budak dari gawai dan sosial media. Pada tahun 2015 telah diiidentifikasi bahwa kelompok usia 13-17 tahun
merupakan pengguna berat media sosial, dengan 87% memiliki akses ke komputer, dan 58% ke perangkat
tablet/smartphone. (kumparan;2021)

Apalagi di situasi pandemi seperti sekarang, penggunan gawai dan media sosial kian meningkat dari waktu ke
waktu. Tiap masyarakat menggunakan sosial media dengan keinginan dan motivasi tertentu, dan hal itulah yang
membuat social media sebagai platform dengan pengaruh terbesar yang dapat mengubah perilaku seseorang. Atas
dasar itulah, saya ingin memanfaatkan penggunaan social media sebagai media penerapan nilai kepahlawanan yang
lebih relevan.

ISI

melihat keadaan kita sekarang memang memang memperihatinkan, melihat para pemuda yang diharapkan
dapat menjunjung nasib bangsa kita, malah menggaungkan hal yang bukan dari bangsa sendiri. Sejarah mencatat,
sejak dibacakannya sumpah oleh Sugondo Djojopuspito ini terjadi perubahan pergerakan rakyat Indonesia dalam
usaha meraih kemerdekaannya. Jika sebelumnya pembuktian nilai kepahlawanan lebih kepada perang dalam usaha
mempertahankan daerahnya, maka setelah sumpah sakti itu, perlawanan berubah kearah kolektif dengan
mengatasnamakan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai