BAB I
PENDAHULUAN
televisi tidak hanya di pusat, tetapi juga di daerah. Stasiun televisi di pusat atau
stasiun televisi swasta nasional, yaitu ANTV, Global TV, Indosiar, Metro TV,
MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV, Trans7, TVONE, Kompas TV, NET TV, iNews
TV, dan satu stasiun televisi lembaga penyiaran publik Televisi Republik
Indonesia (TVRI). Stasiun pusat penyiaran TVRI berada di ibu kota negara
Republik Indonesia.
juga di daerah-daerah seperti di Bali ada empat stasiun televisi swasta lokal Bali
yang berizin, yaitu Bali TV, Dewata TV, ATV, dan BMC TV, yang berdiri
setelah reformasi. Di samping itu, terdapat satu lembaga penyiaran publik jasa
penyiaran televisi, yaitu TVRI Bali, yang berdiri sebelum reformasi (KPID Bali,
2012).
menjadi “luar biasa” karena terkait dengan pemilihan tema peliputan dan teknik
setting televisi swasta. Saat itu khalayak pun seakan dibangunkan dari tidurnya
2
RCTI dan SCTV sebelum reformasi. Bukan hanya tema peliputan dan teknik
objektivitas. Pada zaman orde baru (orba) hanya ada TVRI yang boleh
SCTV (Liputan 6), sebagai stasiun televisi swasta nasional juga memproduksi
Kini stasiun televisi swasta nasional dan lokal menjadikan berita sebagai
salah satu acara unggulan untuk meningkatkan rating atau menonjolkan jati
berita daerah dan mengungkap liputan sosial, politik, dan budaya untuk
memperkuat jati dirinya sebagai media informasi bagi khalayak Bali. Dalam
pakraman dianggap oleh Bali Post mencederai Ajeg Bali, sebuah gerakan moral
Pastika berita yang tidak objektif dan kurang profesional. Tuntutan hukum
3
Gubernur Bali kepada Bali Post yang selama ini jarang terjadi menjadi menarik
perhatian khalayak. Karena Bali Post dan Bali TV berada dalam satu grup usaha
pakraman.
Berita yang di-setting merupakan rencana agenda media apa dan siapa
saat ini yang akan ditampilkan kepada publik melalui penonjolan isu-isu
tertentu. Agar dapat menonjol, maka isu-isu tersebut dikemas dan dibingkai (di-
framing) untuk menarik sisi manusiawi atau dapat menimbulkan empati yang
Pembentukan opini merupakan hal lazim yang dilakukan oleh sebuah media
atau proposisi dalam teks, tetapi mengikuti Foucault, yaitu sesuatu yang
memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep, atau efek). Publik tidak
dikontrol lewat kekuasaan yang sifatnya fisik, tetapi dikontrol, diatur, dan
sesuai dengan ideologi yang melandasinya. Ideologi Kelompok Media Bali Post
(KMB) adalah Ajeg Bali yang diluncurkan melalui kampanye pada 2002 oleh
ABG Satria Naradha (pemilik Bali Post). Ajeg Bali bermaksud melindungi dan
Bali oleh Kelompok Media Bali Post. Walaupun dalam tingkat wacana, baik
4
pejabat maupun tokoh masyarakat menjadikan Ajeg Bali sebagai kampanye dari
ruang privat sampai ke ruang publik. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat
Bali sensitif terhadap pemakaian kata Ajeg Bali. Sensitif terutama ketika
Gubernur Bali sebagai konsumen kepada Bali Post sebagai media massa yang
selama ini jarang terjadi menjadi menarik perhatian khalayak untuk disimak.
masyarakat tentang jalur hukum yang elegan. Jalur ini semestinya ditempuh
kepada pers di Indonesia pernah terjadi ketika kasus pemimpin redaksi majalah
Tempo Bambang Harimurti divonis satu tahun penjara oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas kasus pencemaran nama baik pengusaha
Tommy Winata.1 Kasus yang sama gugatan pengusaha Italia Giovani Ardizzon
1
Lihat Kasus Majalah Tempo Kriminalisasi terhadap Pers,http://m.indosiar.com/focus/kasus-majalah
tempo-kriminalsasi-terhadap pers_28759.html, diakses 8 Mei 2015.
5
terhadap harian Suara NTB. Namun, putusan Pengadilan Tinggi Mataram pada
Bali Post dan Bali TV merupakan salah satu wadah wacana yang
Bali melalui wacana. Ideologi Ajeg Bali adalah wacana tunggal yang
tentang isi media secara kritis, distribusi, dan penerimaan konten dalam wilayah
yang luas. Salah satu kerja wacana media adalah memediasi domain sosial yang
ideologi yang berbeda dimediasi dalam wacana berita (Thwaites, Davis, Mules,
2002: 213).
Berita pada industri televisi era demokrasi pers tahun 90-an memiliki
jangkauan pasar yang luas dengan konten ekonomi (iklan) dan politik di
dalamnya. Konten berita media televisi merupakan sebuah proses dari rencana
produksi (agenda setting), framing hasil dari peliputan dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, politik dan ideologi. Faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan
memiliki kekuatan ekonomi dengan mudah membeli ruang dan waktu dalam
bentuk berita dan iklan di media massa. Contoh saat kampanye Pilpres 2014
televisi secara jelas mendukung calon masing-masing dengan segala setting dan
2
Lihat Digugat WNA Harian Suara NTB Menang di Pengadilan, http://www.tempo.co /read/news/2014
/10/30/058618362, diakses 8 Mei 2015.
6
framing pemberitaan dan iklan. Di samping itu, pada tingkat lokal media
media.
carrent affairs, seperti Seputar Bali Pagi, Seputar Bali Petang, Seputar Bali,
dan Giliran Anda. Program berita Seputar Bali merupakan program yang
mendapatkan keuntungan.
Budaga juga acara lainnya ditayangkan melalui beberapa acara news dan
current affair, seperti program Seputar Bali, Seputar Bali Siang dan Giliran
Wacana Bali TV itu masih dianggap belum memenuhi kriteria jurnalistik yang
desa pakraman tidak bekerja sesuai dengan standar profesinya. Begitu juga
produk berita Bali Post diindikasikan bermasalah. Sebaliknya dipihak Bali Post
7
hubungan yang erat dengan kajian media (media studies). Hubungan yang erat
antara kajian budaya dan media terjadi terutama di media televisi. Televisi
menjadi pokok perhatian kajian media selama kurun waktu yang cukup lama.
Tidak ada media lain yang dapat menandingi televisi dalam hal volume teks
budaya pop yang diproduksi dan banyaknya penonton (Barker, 2004: 271).
Gubernur Bali Mangku Pastika juga diunggah melalui Youtube, seperti berita
Minta Maaf”.3 Di samping itu, juga wacana tanding Gubernur Bali berita
wacana. Seperti pada liputan Bali TV berita Seputar Bali terdapat informasi,
wacana, dan makna (ideologi) yang diproduksi oleh produser (pemilik modal).
3
Lihat Bubarkan Desa Pakraman Gubernur Minta Maaf – Seputar Bali - BaliTV
http://www.youtube.com/watch?v=XI7XiJknxVU, diakses 21 Juni 2013
4
Lihat Klarifikasi Gubernur Bali terkait Pembubaran Desa Pakraman,http//www.youtube.com,
diakses 1 Februari 2014.
8
produksi. Setiap produksi berita televisi pada umumnya telah memiliki sebuah
desain produksi sesuai dengan target audensi dan target market yang telah
konsep kunci, seperti ideologi dan wacana pada saat yang bersamaan. Ketika
audiens dan makna merupakan suatu fenomena tekstual cultural dan praktik-
dengan lebih baik. Fenomena tekstual dalam media televisi ini adalah berita
berupa teks (gambar) yang ditonton oleh masyarakat dan makna yang
menyertainya. Berita Bali TV merupakan teks dan gambar yang ditonton oleh
audiens dan dimaknai dengan latar belakang budaya audiens yang berbeda.
Ditegaskan kembali oleh Burton (2000: 3) bahwa televisi juga terkait dengan
adalah berita televisi yang bukan refleksi atas realitas. Berita televisi bukan
9
dan dikonstruksi untuk membangun realitas (Burton, 2011: 272). Bali TV dalam
ekonomi dan kekuasaan persoalan ideologis pada media muncul ketika apa
sosial dan budaya. Media pun dikendalikan oleh berbagai kepentingan ideologis
2005: 219).
(tidak terlihat dan halus) dan mengubah pandangan setiap orang secara tidak
sadar.
10
secara halus, tetapi secara jelas dengan mem-framing berita secara sepihak.
Berita seperti ini yang di-setting sejak awal dapat dikatakan bahwa media
budaya untuk men-decode program dengan cara tertentu (Barker, 2004: 286).
Indonesia dibentuk dengan hanya menyaksikan siaran TVRI dan orba melalui
membuka stasiun televisi, yaitu RCTI. RCTI merupakan stasiun televisi swasta
MNCTV), ANTV, Indosiar, Metro TV, TV7 (sekarang menjadi Trans7), Trans
TV, Latief TV (Lativi) sekarang menjadi TVOne, Global TV, Kompas TV, NET
Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, juga berbagai kritik melalui teks-teks
media yang bebas dan terbuka mengungkap fakta kekisruhan dan pergolakan
politik ke dalam ruang publik atau public sphere (Ibrahim, 2011: 258).
Fakta kekisruhan politik dan hukum ke ruang publik yang terjadi pada
televisi swasta nasional juga terjadi pada televisi lokal. Seperti pada televisi
lokal Dewata TV dan Bali TV memproduksi berita di bidang politik dan hukum
sebagai sumber liputan. Bali TV bagian dari Kelompok Media Bali Post
Stasiun televisi nasional dan lokal memiliki kekuatan opini publik dan
dengan hal itu, media bahkan dapat berfungsi, baik sebagai relasi maupun
lokal pertama di Bali walaupun sebelumnya sudah ada siaran TVRI Denpasar
dengan muatan berita lokal dan features. Sejak itu masyarakat Bali dapat
menyaksikan siaran Bali TV dengan muatan lokal yang mengusung budaya Bali
dengan lahirnya Bali TV meluncurkan kampanye “Ajeg Bali” pada tahun 2002.
Satria Naradha yang oleh Nordholt disebut sebagai ’pemimpin swakarsa’ suatu
12
kebudayaan Bali. “Ajeg Bali” diluncurkan pada peresmian Bali TV pada 26 Mei
2002 ketika Gubernur Bali, I Dewa Made Beratha. Melalui pidato peresmian itu
pemirsa didorong untuk mengajegkan adat dan budaya Bali. Kata “ajeg”
mengandung makna kuat, tegak, dan dalam arti tertentu, sebuah versi yang
beberapa program acara yang ditampilkan diisi dengan muatan agama lain
(Nordholt, 2010: 70). Warta berita dan Dharma Wacana (rekaman ceramah
agama yang disampaikan oleh narasumber ahli agama Hindu) merupakan acara
masyarakat Bali. Hubungan Bali TV dengan Made Mangku Pastika (Ketua Tim
sesungguhnya baik. Hubungan baik Made Mangku Pastika dengan Bali Post
Agung Ngurah Oka Ratmadi, S.H. (Bupati Badung), Ir. Tjokorda Raka
Sukawati, Haji Bambang.5 Anugerah Pers K. Nadha Nugraha ini adalah hasil
seleksi dari Bali Post terhadap dedikasi prestasi tokoh-tokoh segala lapisan
5
Lihat Sepuluh Penerima Anugerah Pers Ketut Nadha Nugraha 2004, dari Kapolda, Bupati sampai Petani,
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/1/5/b14.htm,diakses 20 Mei 2013
13
masyarakat Bali yang berperan memajukan (atau mengajegkan) Bali versi Bali
badan yang terbuat dari perunggu dan dipajang di kantor Bali TV.
banyak berita peristiwa aktual, agenda setting pemberitaan, dan berita berbayar
(advertorial). Berita agenda setting Bali TV tersebut tahun 2011 dan 2012 mulai
pakraman di Bali. Sementara Bali TV dan media lain terutama Bali Post yang
Hubungan antara Mangku Pastika dan KMB yang pada awalnya baik
ketika sebagai Kapolda Bali kemudian menjadi konflik yang serius. Masalah
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Nomor 16 Tahun 2009 yang
yang selalu mengkritisi Pastika. Menurut Gandita Rai Anom hal itu merupakan
14
wartawan Bali Post yang menjadi pegawai negeri sipil di Pemerintah Provinsi
Bali dan aktif menulis pada media massa dan media sosial.
tidak mengikuti kunjungan Gubernur Bali. Wartawan Bali Post yang bertugas
Menurut IGP Artha, pengamat media dan mantan wartawan Bali Post,
tersebut karena mendapat bahan dari wartawan TVOne Ida Bagus Mahendra”.
Kemoning-Budaga. Fakta ini dikatakan IGP Artha bahwa Bali Post tidak
pernah meliput peristiwa itu secara langsung, tetapi memperoleh bahan berita
dari orang lain”.7 Fakta inilah yang menjadi konflik karena pihak Bali Post
menyatakan meliput Gubernur Bali saat bertemu dengan Wakil Bupati Tjok
semakin kritis dan reaktif hal ini merupakan tanda masyarakat Bali pada
bahkan reaktif pada saat merasa pernyataannya dipelintir oleh media massa.
Misalnya, buku Bali dalam Kuasa Politik, dalam bab “Kritiskah Masyarakat
Putra (2008) menyatakan bahwa pada era reformasi ini, seperti halnya
masyarakat lain di Indonesia masyarakat Bali pun semakin reaktif,
vokal, dan kritis. Sikap ”koh ngomong” (enggan berbicara) yang
melekat pada zaman orba, pada era reformasi ini sudah terkikis
walaupun mungkin belum hilang sama sekali di kalangan sebagian
orang. Kalau dulu banyak yang memilih diam, enggan berbicara, kini
banyak orang yang suka berkomentar, reaktif, berlomba tampil sebagai
opinion maker, pembentuk opini masyarakat (Putra, 2008: 147).
dengan program ”Giliran Anda”, yang menyampaikan berita yang sama dengan
Gubernur Minta Maaf” wawancara dengan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali I
atau tidak membaca berita Bali Post tersebut (Wahidin, 2012: 141). Sajian
yang tidak kondusif. Hal ini dibuktikan dengan dihubunginya Gubernur Bali
keras untuk menahan diri agar situasi masyarakat Bali kondusif. Gubernur
Indonesia Pusat, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali, Ketua
Tokoh lain yang hadir, yaitu Ketua Majelis Madya Desa Pakraman
desa pakraman yang kemudian ditulis sebagai berita oleh Bali Post. Selain itu,
terungkap pula bahwa wartawan Bali Post yang bertugas saat itu, yang
mencatat dan merekam secara langsung peristiwa tersebut (Wahidin, 2012: 137-
-138). Menurut Wirata, Bali Post mendapat berita tersebut saat Gubernur
bertemu dengan Wakil Bupati Tjokorda Gede Agung dari wartawannya yang
bertugas di Klungkung.
masyarakat adat Bali; untuk itu dimohonkan segenap prajuru jajaran MMDP
18
bahwa berita Bali TV yang baik dan mengkritisi tersebut adalah berita bohong,
tetapi pihak Bali Post tidak menanggapi dan terus mengembangkan, mengkritisi
terganggu dan sesuai dengan sistem pers, pada 23 September 2011 dilayangkan
somasi, yang materinya merupakan hak jawab Gubernur Bali. Intinya pihak
yang menurut Gubernur Bali pemberitaan itu didasari atas sesuatu yang tidak
eksistensi desa pakraman di Bali. Sikap kritis Bali Post tidak merespons dengan
pemberitaan Bali Post, Gubernur Bali Made Mangku Pastika marah dan
Dalam somasi yang disusun oleh pembela hukum Ketut Ngastawa dkk,
tendensius soal pembubaran desa pakraman dengan meminta maaf selama tujuh
hari berturut-turut mulai 24 September 2011 di halaman satu di media Bali Post
dan media lainnya; (2) membayar ganti rugi Rp 100 miliar; dan (3) tidak lagi
memberitakan hal negatif bersifat bohong. Berita ini merupakan isi tuntutan
somasi Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, terhadap berita kritis Bali Post.
19
memuat berita bohong walaupun pihak Bali Post memiliki sumber kredibel
Tjok Gede Agung, Wakil Bupati Klungkung. Berita yang ditulis media massa
Bali Post tentang pembubaran desa pakraman dianggap tidak sesuai dengan
Buktiknya tidak ada media lain, baik cetak maupun stasiun televisi,
Meskipun demikian, media Bali Post tetap secara kritis dan selektif meneruskan
sebagai media publik yang kritis dianggap oleh Gubernur tidak memikirkan
dan sumber yang jelas dianggap tidak sesuai dengan fakta oleh Made Mangku
bermuatan opini yang tidak tepat, merupakan upaya untuk menciptakan kondisi
yang tidak kondusif, secara politis arahnya merusak hubungan Gubernur Bali
9
LihatSomasiGubernurBali MangkuPastika http://regional.kompas.com/read/2011/09/23/
16502551/Gubernur. Bali.Soma.Bali.Post.Rp 100. Miliar 20 Mei 2013
20
menyatakan melalui telepon di kantor Bali Post Jl. Kepundung Denpasar bahwa
berita yang disomasi Gubernur Bali merupakan hasil peliputan lapangan saat
Pihaknya meminta maaf kepada Gubernur bila pemberitaan dirasa tidak sesuai
dengan penegasan Gubernur. “Somasi ini kami teruskan ke Dewan Pers untuk
berita sehingga menjadi kasus hukum perdata. Ketiga, memahami teks televisi
10
Lihat Disomasi Gubernur, Bali Post Bantah Sebarkan Berita Bohong
http://www.tempo.co/read/news/2011/09/24/179357999/Disomasi-Gubernur-Bali-Post-
Bantah-Sebarkan-Berita-Bohong diakses 21 Juni 2013
11
Lihat GubernurBali VSBali Post: Perspektif Hukum dan Etika Pers
http://metrobali.com/2012/01/23/Gubernur-bali-vs-bali-post-perspektif- hukum-dan-etika-
pers/, diakses 20 Mei 2013
21
sebagai entitas perspektif wilayah mikro, sedangkan wilayah meso dan makro
dengan kekuatan atau kekuasaan yang bersembunyi di balik media. Oleh karena
itu, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan dan diskusi publik
yang berupa dokumentasi yang pernah ditayangkan dan diunggah dalam media
wartawan dan pimpinan redaksi media massa serta tokoh masyarakat yang ikut
Kemoning-Budaga?
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
setting, dan framing pemberitaan Bali TV. Di samping itu, juga untuk
Budaga.
Budaga.
penelitian selanjutnya.