Anda di halaman 1dari 120

HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN

KEMATIAN PERINATAL

FITRIAH SYAM

10542 0020 08

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayahNya sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “ Hubungan Antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal”.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam rangka

menyelesaikan studi S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari

harapan karena kemampuan penulis yang masih tetap terbatas. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan lainnya dari pembaca demi perbaikan skripsi

ini. Penulis juga berharap bahwa tulisan ini dapat bermnfaat dan menambah ilmu pengetahuan

bagi pembaca dan bisa menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 02 Februari 2012

Penulis

SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH MAKASSAR
FEBRUARI, 2012

FITRIAH SYAM 10542 0020 08

A. ARMYN NURDIN

HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN KEMATIAN


PERINATAL
(Halaman+.......................11 lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang :Kematian perinatal adalah kematian bayi yang terjadi sejak usia
kehamilan 28 minggu sampai dengan 7 hari setelah kelahiran. Millenium
Development Goals (MDGs) menargetkan AKB ditargetkan dapat diturunkan menjadi
23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Padahasil survey Demografi dan kesehatan
Indonesis (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan persalinan lama sebesar 32%. Padaibu
yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%,
yang sebagian besar merupakan persalinan lama(42%).Untuk bayi yang meninggal
dalam satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan karena komplikasi termasuk
persalinan lama (30%).Karenanya kasus-kasus partus lama masih banyak dijumpai,
dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu
maupun anak.
Tujuan ; Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
Metode : Penelitian ini merupakan rancangan deskri ptif analitik menggunakan studi
analitik dengan pendekatan case control sudy terhadap 164 responden terdiri dari
responden dengan kelahiran mati dan responden dengan kelahiran hidup.
Hasi lpenelitian : Hasil penelitian pada uji statistic menunjukkan bahwa ada
hubungan partus lama ( p = < 0,001,OR = 4,4 ) dengan kematian perinatal.
Sedangkan Faktor risiko lain yang menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan
kematian perinatal yaitu umur ibu(OR = 0,052) dan paritas ibu (OR = 0,611).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
Saran : Selama kehamilan perlu diperhatikan antenatal care (ANC). Khususnya ibu
hamil agar memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan dengan standar
“5T” dan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan professional bila terjadi
kegawatan obstetric dan penyuluhan kepada ibu hamil tentang peningkatan upaya
pendeteksian dini terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi.
Kata Kunci :Kematian perinatal, Partus lama
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN………………..…………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

ABSTRAK……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..….

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………….1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
C. Pertanyaan Penting ……………………………………………………………...
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..
1. Tujuan Umum ………………………………………………………………
2. Tujuan Khusus ……………………………………………………………...
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Persalinan

A. Menurut Cara persalinan…………………………………………………………


B. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan………………………………...…..
C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan…………………………………………....
D. Tanda-tanda Inpartu……………………………………………………………..
E. Factor yang berperan Dalam Persalinan………………………………………...
F. Kala Persalinan………………………………………………………………….

Partus Lama
A. Definisi Partus Lama…………………………………………………………….
B. Gejala Klinik………………………………………………………………….…
C. Komplikasi…………………………………………………………………….....
D. Patofisiologi…………………………………………………………………..….
E. Penyebab Partus Lama…………………………………………………………..

Kematian Perinatal

A. Angka Kematian Perinatal…………………………………………………….....

B. Faktor Risiko Terjadinya kematian Perinatal…………………………………….

KERANGKA KONSEP……………………………………………………….........

KERANGKA PENELITIAN……………………………………………………….

BAB III KAJIAN Al – QUR‟AN…………………………………………………………...…

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian…………………………………………………………………

B. Jenis Penelitian………………………………………………………….................

C. Tempat dan Waktu Penelitian..…………………………………………......

D. Unit Penelitian……………………………………………………………...

E. Jenis Data…………………………………………………………………...

F. Populasi…………………………………………………………………......

G. Sampel……………………………………………………………………...

H. Cara penganbilan Sampel…………………………………………………..

I. Besar Sampel…………………………………………………………..........

J. Metode Pengumpulan Sampel……………………………………………....


K. Cara Pengolahan dan analisis Data………………………………..….…....

L. Pengolahan Data…………………………………………………………....

M. Definisi Operasional……………………………………………………....

N. Rancangan Analisis Data………………………………………………......

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………

B. Hasil Penelitian…………………………………………………………......

1. Analisis Univariat.........................................................................................

2. Analisis Bivariat.........................................................................................

BAB VI PEMBAHASAN………………………………………….……...............

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………….……...…...

PENUTUP…………………………………………………….………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

RIWAYAT HIDUP....................................................................................................

LAMPIRAN……………………………………………………………................
DAFTAR TABEL

1. Tabel Umur ibu

Tabel 5.1 distribusi umur ibu

2. Tabel Partus ibu

Tabel 5.2 distribusi partus ibu

3. Tabel paritas ibu

Tabel 5.3 distribusi paritas ibu

4. Tabel perinatal

Tabel 5.4 distribusi perinatal

5. Tabel hubungan antar variabel dengan kematian perinatal

Tabel 5.5 hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal

Tabel 5.6 hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal

Tabel 5.7 hubungan antara paritas ibu dengan kematian perinatal

Tabel 5.8 kesimpulan beberapa variabel.


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kematian perinatal adalah kematian bayi yang terjadi sejak usia kehamilan 28

minggu sampai dengan 7hari setelah kelahiran yang meliputi kematian janin akhir dan

kematian neonatal dini. Adapun penyebab terjadinya kematian perinatal ini dipengaruhi

oleh keadaan bayi saat lahir dan kondisi kehamilan ibu sebelum bayi tersebut dilahirkan. 9

Kematian perinatal ini merupakan salah satu penyebab tingginya Angka Kematian

Anak (AKA) di Indonesia. Angka Kematian Anak di Indonesia menurut data SDKI tahun

2007 dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19

kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 kematian/1000

kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 44 kematian/1000

kelahiran hidup. Adapun tiga faktor utama penyebab kematian pada AKA, yaitu Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) (28%), asfikisia (27%), dan infeksi (15%).Angka Kematian

Perinatal (AKP) sering terlupakan, namun berdasarkan data demografi SDKI 2007

sebuah penelitian memperkirakan Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah 35 per 1000

kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum

mencapai usia satu tahun.11Padahal target yang akan dicapai untuk menurunkan Angka

Kematian Anak (AKA) berdasarkan MDG‟s 4 untuk menurunkan kematian anak adalah

dua per tiga dari tahun 1990 sampai 2015, yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup sehingga

dapat disimpulkan bahwa Angka Kematian Anak (AKA) ini masih cukup tinggi di negara

Indonesia.19
Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang sangat

tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 55 pada tahun 1996, lalu

turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48. Ini berarti rata-rata

penurunan AKB selama kurun waktu 1998–2003 sekitar 4 poin. Namun, menurut hasil

Surkesnas/Susenas 2002-2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup

sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebesar

36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran

hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu

data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007

sebesar 27,52 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per

1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau

4,61 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2008 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638

atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Angka

Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Selatan belum mencapai target MDG‟s 4 meskipun harapan

itu sudah hampir tercapai. Oleh karena itu, untuk membantu agar Indonesia bisa mencapai target

dari MDG‟s 4 tersebut maka Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Sulawesi Selatan,

termasuk Angka Kematian Perinatal (AKP), sebaiknya lebih diturunkan lagi.

Angka kematian perinatal yang terdapat dalam kepustakaan Indonesia ialah seperti

juga angka-angka kematian maternal, diperoleh dari rumah-rumah sakit yang selain

menerima persalinan dari booked cases, juga menerima banyak kasus darurat, sehingga

tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam masyarakat. Angka tersebut di

rumah rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1.000. Hans E. Monintja, yang

mempelajari angka-angka kematian perinatal tersebut, sampai pada kesimpulan berikut :

1. Lebih separuh dari kematian perinatal ialah bayi lahir mati (still birth);
2. Angka kematian perinatal pada bayi berat-badan-lahir-rendah (low birth weight) lebih

daripada 2 kali angka kematian bayi cukup bulan;

3. Kematian dalam 24 jam pertama kira-kira 37 % dari angka kematian neonatal dini

(earlyneonatal death).9

Kematian ibu dan perinatal merupakan masalah besar khususnya di negara

berkembang. Sekitar 98-99% kematian ibu dan perinatal terjadi di negara berkembang,

sedangkan di negara maju hanya 1-2%.9

Kasus gawat darurat obstetric ialah kasus obstetric yang apabila tidak segera

ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama

kematian ibu,janin, dan bayi baru lahir. Penyebab kematian perinatal ialah: asfiksia,

trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan,dan sebab-sebab lain.2

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,

dan lebih dari 18 jam pada multi.3

Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan

lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap

anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. 3

Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia, karena seperti kita

ketahui bahwa 80% dari persalinan terutama di daerah pedesaan masih di tolong oleh

tenaga kesehatan yang tidak terampil dan terlatih dalam menangani kasus persalinan

serta dukun beranak yang dalam membantu proses persalinan tidak terampil dan tidak

memperhatikan hygiene selama proses persalinan berlangsung. karenanya kasus-kasus

partus lama masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha
menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana

mencegah terjadinya partus lama.3

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikompleks dan tentu saja

tergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik dan

penatalaksanaannya.3

Pada hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesis (SKDI) tahun 2002-2003

dilaporkan dari seluruh persalinan.64% ibu tidak mengalami komplikasi selama

persalinan, persalinan lama sebesar 32%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi

sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung

melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian besar merupakan persalinan lama(42%).

Untuk bayi yang meninggal dalam satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan

karena komplikasi terasuk persalinan lama (30%), perdarahan berlebihan 12% dan infeksi

(10%).

Pada umumnya persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan

normal seperti partus lama, distosia atau komplikasi lain disebabkan oleh banyak factor

yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang

kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta

rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan social ekonomi rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH

Belum diketahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Apakah ada hubungan antara ibu yang partus lama dengan kematian perinatal?
D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya partus lama pada ibu-ibu yang

melakukan persalinan

b. Untuk mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya partus lama

dan factor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal akibat partus

lama serta factor- factor lain yang bisa menyebabkan kematian

perinatal.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Penulis

Sebagai pengalaman dalam menyusun,melaksanakan dan menulis hasil penelitian

dalam bentuk tulisan ilmiah serta menanbah wawasan tentang hubungan antara

partus lama dengan kematian perinatal.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang bahayanya persalinan lama karena dapat

mengakibatkan banyak resiko,yang dapat menyebabkan kematian pada perinatal

agar dapat mencegah kejadian partus lama dalam persalinan.

3. Bagi institusi pendidikan


Dapat dijadikan referensi serta informasi untuk mengkaji lebih jauh

hubunganantara partus lama dengan kematian perinatal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PERSALINAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+ uri), yang dapat hidup

kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. 3

A. Menurut cara persalinan :

1. Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau

melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

B. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan :

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah

merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur

rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.

1. Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan

progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanganan otot-otot polos rahim dan akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron

menurun.

2. Teori plasenta menjadi tua


Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan

kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi

3. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot

rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

4. Teori iritasi mekanik

Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila

ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus

5. Induksi partus (induction of labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

1. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan

tujuan merangsang pleksus frankenhauser.

2. Amniotomi : pemecahan ketuban

3. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse

C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan

(preparatory stage of labor). Memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul,

terutama pada primigravida dan pada multi begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

3. Perasaan sering-sering atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terbawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari

uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisa bercampur

darah (bloody show)

D. Tanda - Tanda Inpartu

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang pecah dengan sendirinya

4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada seperti telah

dikemukakan terdahulu.

E. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah:

a. Kekuatan mendorong keluar (power)

a. His (kontraksi uterus)

b. Kontraksi otot-otot dinding perut

c. Kontraksi diafragmaDan ligamentous actiou terutama ligamentum rotundum

b. Faktor jalan lahir (passage)

Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, servik, vagina dan

dasar panggul.

c. Faktor janin (passenger)

F. Kala Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:


1. Kala I (kala Pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (bloody

show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.

2. Kala II (kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira

2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang pangggul sehingga terjadilah

tekanan pada otot-otot dasar panggul secara reflekktoris menimbulkan rasa

mengedan.Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka.Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang. Dengan his mengedan yan terpimpin, akan lahirlah kepala, di ikuti

oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ – 2 jam, pada multi ½- 1 jam.

3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan

fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x

sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam

waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir

spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati

keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :

Primi multi

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam3

PARTUS LAMA

A. Definisi Partus Lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,

dan lebih dari 18 jam pada multi.3

Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan

lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap

anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. 3

B. Gejala Klinik

1. Pada Ibu :

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,

pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis, edema vulva,edema

serviks,his hilang atau lemah.


Cincin retraksi patologis bandl sering, timbul akibat persalinan yang terhambat,

disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan

ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda rupture uteri, perdarahan dari

OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar, pemeriksaan dalam :

bagian terendah janin mudah didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks

dan vagina.

2. Pada Janin :

Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air ketuban terdapat

mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan

menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Biasanya kaput suksedaneum,

bahkan yang besar sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.

Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng

tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.

a. Kematian janin dalam kandungan (KJDK)

b. Kematian janin intraparital (KJIP)

C. Komplikasi

1. Ibu :
a. Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan

janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di

dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh

korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.

b. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ.

1) Robekan jalan lahir

2) Rupture uteri, penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya

serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada

mereka dengan riwayat seksio sesarea.

3) Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rectum.

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak

maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di

antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena

gangguan sirkulasi,maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa

hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,

vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini

terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.

2. Anak :

a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal

b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap.

c. Trauma persalinan
d. Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan

tindakan.

D. Patofisiologi

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal

pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi 20

jam, multi 14 jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi1,5 cm per jam) atau kala

pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.

Partus yang lama, apabila tidak segera di akhiri, akan menimbulkan :

a. Kelelahan ibu karena mengejan terus, sedangkan intake kalori biasanya kurang.

b. Dehidrasi dan gangguan kesimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan

kurang.

c. Infeksi rahim : terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim yang

dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.

d. Perlukaan jalan lahir : terjadi karean adanya disproporsi kepala panggul juga

manipulasi dan dorongan dari penolong.

e. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim. 8

E. Penyebab Partus Lama

Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagi persalinan yang abnormal/sulit.

Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini.1


a. Kelainan tenaga (kelainan His). His yang tidak normal dalm kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,

tidak dapat di atasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau dalam bentuk janin.

c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam bentuk ukuran atau bentuk jalan lahir bisa

menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

1. Kelainan His :

a. Inersia uteri

Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih

dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak

dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa.

Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Selama

ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali

persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas

janin baik.Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.

Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan

inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian

lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan uterus, maka inersia uteri sekunder seperti di

gambarkan dibawah jarang ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberi pengawasan baik

waktu persalinan.Dalam menghadapi inersia uteri, harus di adakan penilaian yang saksama

untuk menentukan sikap yang harus di ambil.Jangan dilakukan tindakan yg tergesa-gesa

untuk mempercepat lahirnya janin.Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi

aktif.

Diagnosis inersia uteri paling sulit ditegakkan pada masa laten. Kontraksi uterus

yang disertai dengan rasa nyeri, tidak cukup untuk menjadi dasar utama diagnosis bahwa

persalinan sudah di mulai.Untuk sampai pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa

sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan/atau

pembukaan.Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia

uteri padahal persalinan belum mulai (fase labour).

Etiologi :

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida

tua.Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri.Faktor

herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh

faktor emosi (ketakuatan dan lain-lain) mempengaruhi kelainan his, khususnya inersia uteri

ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus

seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim

yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan

penyebab inersia uteri yang murni.Akhirnya, gangguan dalam pembentukan uterus pada

masa embrional, misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan

his.Akan tetapi, pada sebagian besar kasus kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri

tidak diketahui.

Penanganan :

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang

bersangkutan harus di awasi dengan seksama.Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan
pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeclampsia. Denyut

jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.

Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhya.Karena

ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan

dengan narcosis, hendaknya ibu jangan diberi makanan biasa melainkan dalam bentuk

cairan.Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5 % dan larutan NaCl isotonic secara

intravena berganti-ganti.Untuk mengurangi rasa nyeri dapa diberikan petidin 50 mg yang

dapat di ulangi; pada permulaan kalai I dapat diberikan 10 mg morfin.Pemeriksaan dalam

perlu dilakukan, tetapi harus selslu disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung

bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu

dilakukan penilaian yang saksama tentang keaadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu

ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau masih dalam tingkat fase

labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada

disproporsi sefalofelvik biarpun ringan.Untuk menetapkan hal yang terakhir ini, jika perlu

dilakukan pelvimetri roentgenologik atau magnetic resonance imaging (MRI).Apabila

serviks sudah terbuka untuk sedikit-sedikitnya 3 cm, dapat di ambil kesimpulan bahwa

persalinan udah mulai.

Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau

belum pecah.Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan

persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.Sebaiknya

dalm 24 jamsetelah ketuban pecah sudah dapat di ambil keputusan apakah perlu dilakukan

seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.
2. Kelainan Janin :

a. Malpresentasi dan Malposisi

Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim,

bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk(presenting part) tidak berada di

anterior.

Dalam keadaan normal, peresntasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk

ubu-ubun kecil dalam posisi tranversal (saat masuk pintu atas panggul), dan posisi anterior

(setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan presentasi tersebut, kepala janin akan

masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia suboksipitobregmatikus). Hal

tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.

Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan kesulitan

persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih

besar.

Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak kepala (dengan

penunjuk ubun-ubun besar), ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk

sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu).

Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka akan dapat terjadi

persalinan yang lama atau bahkan macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin

selain presentasi belakang kepala.Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecilrelatif

terhadap panggul ibu.Pengertian persalinan lama adalah persalinan kala I fase aktif dengan

kontraksi uterus regular selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah persalinan yang

kemajuannya terhambat oleh faktor mekanis dan proses kelahiran tidak mungkin dilakukan

tanpa intervensi operatif.


b. Presentasi dahi

Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang.Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiputyang berada di antara ubun-ubun besar dan

pangakal hidung.Bila menetap, janin dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh

karena besarnya diameter oksipitomental yang harus melalui panggul.Janin dengan ukuran

kecil dan punggungnya berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas

mungkin masih dapat dilahirkan pervaginam.

Kejadian presentasi dahi ini meningkat bila di dapatkan adanya

polihidramnion(0,4%00, berat badan lahir <1500 g (0,9%), prematuritas (0,16 %), dan

postmaturitas (0,1%)

Diagnosis : presentasi dahi dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal

dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi

tidak dapat meraba dagu atau mulut janin. Apabila mulut dan dagu janin dapat teraba, maka

diagnosisnya adalah presentasi muka.Sebanyak 24 % presentasi dahi tidak terdiagnosis

sebelum kala II.Pada palpasi abdomen dapat teraba oksiput dan dagu janin di atas simfisis

dengan mudah.

Mekanisme persalinan : pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk

kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap

presentasi dahi. Oleh karena itu, apabila tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan

persalinan dapat dilakukan.Perubahan presentasi dapat terjadi terutama pada janin kecil

atau janin mati yang sudah mengalami maserasi. Pada janin dengan ukuran

normal,terutama apabila selaput ketuban sudah pecah, biasanya tidak terjadi perubahan

presentasi. Mekanisme persalinan pada presentasi dahi menyerupai mekanisme persalinan


pada presentasi muka.Oleh karenanya, janin kecil mungkin dapat dilahirkan vaginal bila

punggungnya berada di posterior.

Apabila presntasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan terjadi molase

yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk caput

succedaneum di daerah dahi. Persalinan dapat berlangsung hanya bisa molase tersebut

membuat kepala bisa masuk panggul. Saat lahir melalui pintu bawah panggul, kepala akan

fleksi sehingga lahirlah dahi, sisnsiput, dan oksiput. Proses selanjutnya terjadi ekstensi

sehingga lahirlah wajah.

Penanganan : sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan

secara bedah sesar untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkat kan

mortalitas perinatal. Jika dibandingkan dengan presentasi belakang kepala, persalinan

vaginal pada presentasi dahi akanmeningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), rupture uteri (17

kali), tranfusi darah (3 kali), infeksi pasca persalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2

kali).

Apabila presentasi dahi didiagnosis pada persalinan awal dengan selaput ketuban

yang utuh, observasi ketat dapat dilakukan.Observasi ini dimaksudkan untuk menunggu

kemungkinan perubahan presentasi secara spontan.Pemberian stimulasi oksitosin pada

kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak boleh

dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau dicurigai adanya disproporsi kepala

panggul.Presentasi dahi yang menetap atau dengan selaput ketuban yang sudah pecah

sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan

bantuan ekstraksi vakum, forceps, atau simpisotomi karena hanya akan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas.


c. Presentasi muka

Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput

mendekat kearah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya.

Faktor predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi dahi adalah malformasi

janin (0,9%), berat badan lahir <1500 g (0,71%), polihidramnion (0,63%), postmaturitas

(0,18 %), dan multiparitas (0,16%). Berbeda dengan presentasi dahi, janin dengan

presentasi muka masih dapat dilahirkan vaginal apabila posisi dagunya di anterior.

Diagnosis : presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat

diraba mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu.Pada

palpasi abdomen kadang kadang dapat diraba tonjolan kepala janin di dekat punggung

janian.Pada waktu persalinan, seringkali muka menjadi edema, sehingga didiagnosis dapat

keliru sebagai presentasi bokong.Pada keadaan tersebut perabaan pada mulut mirip dengan

perabaan pada anus.Sebanyak 49 % kasus presentasi muka tidak terdiagnosis sebelum kala

II.

Mekanisme persalinan : mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan

persalinan presentasi belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala

mengalami penurunan,rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi eksternal. Sebelum masuk

panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih

presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan

kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk

pintu atas panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.

Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal ini adalah

membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu
kearah anterior. Apabila dagu berputar kea rah posterior, maka kepala akan tertahan oleh

sacrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.

Pada janin yang sangat kecil atau sudah terjadi maserasi, bahu dan kepala dapat secara

bersamaan masuk kedalam panggul, sehingga meskipun dagu diposterior kepala tetap dapat

mengalami penurunan.Keadaan demikian tidak bisa terjadi pada janin seukuran cukup

bulan. Perputaran dagu kearah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah

panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva.

Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada di bawah simfisis.Sesuai dengan

arah sumbu panggul, gerakan selanjutnnya adalah fleksi kepala sehingga berturut-turut

lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput. Setelah kepala lahir, karena gaya beratnya akan

terjadi ekstensi kepala sehingga oksiput menekan kearah anus. Proses selanjutnya adalah

terjadi putaran eksternal pada kepala menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.

Penanganan : posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi akibat janin

presentasi muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidak ada gawat janin dan persalinan

berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih dahulu

hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah pembukaan lengkap dagu berada di

anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan dengan presentasi belakang

kepala.Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih

posterior, di dapatkan tanda-tanda disproporsi, atau atas indikasi obstetric lainnya.

Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada

tanda-tanda disproporsi.Melakukan perubahan posisi dagu secara manual kearah anterior

atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala sebaiknya tidak

dilakukan karena lebih banyak menimbulkan bahaya.Melahirkan bayi presentasi muka


menggunakan ekstraksi vakum tidak diperkenankan.Pada janin yang meninggal, kegagalan

melahirkan vaginal secara spontan dapat di atasi dengan kraniotomi atau bedah sesar.

d. Presentasi majemuk

Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada

presentasi kepala maupun bokong.Kepala memasuki panggul bersamaan dengan kaki dan/

atau tangan.Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala bokong memasuki panggul

bersamaan dengan tangan.Dalam pengertian presentasi majemuk tidak termasuk presentasi

bokong-kaki, presentasi bahu, atau prolaps tali pusat.Apabila bagian terendah janin tidak

menutupi dengan sempurna pintu atas panggul, maka presentasi majemuk dapat terjadi.

Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi majemuk adalah prematuritas,

multiparitas, panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban dengan

bagian terendah janin yang masih tinggi.

Jenis presentasi majemuk yang sering terjadi adalah kombinasi kepala dengan

tangan atau lengan.Kaki yang menyertai kepala atau tangan yang menyertai bokong jarang

terjadi.Prolaps tali pusat dapat terjadi sebagai komplikasi presentasi majemuk dengan

kejadian 13-23 %.

Diagnosis : kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dipikirkan apabila

terjadi kelambatan kemajaun persalinan pada persalinan fase aktif, bagian terendah janin

(kepala atau bokong) tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecah ketuban.

Diagnosis presentasi majemuk dibuat melalui periksa dalam vagina.Apabila pada

presentasi kepala teraba juga tangan/lengan dan/atau kaki atau apabila pada presentasi

bokong teraba juga tangan /lengan, maka diagnosis presentasi majemuk dapat
ditegakkan.Kesulitan menegakkan diagnosis tersebut oleh karena seringkali terjadi koreksi

spontan terutama pada derajat ringan prolaps ekstremitas.

Mekanisme persalinan : kelahiran spontan pada persalinan dengan presentasi

majemuk hanya dapat terjadi apabila janinnya sangat kecil (sedemikian sehingga panggul

dapat dilalui bagian terendah janin bersamaan dengan ekstremitas yang menyertainya), atau

apabila janinnya mati yang sudah mengalami maserasi. Mekanisme persalinan dapat terjadi

sebagaimana mekanisme persalinan presentasi kepala atau bokong apaabila terjadi reposisi

baik secara spontan maupun melalui upaya.

Penanganan : presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali

pusat atau tidak. Adanya prolaps tali pusat menimbulkan keadaan emergensi bagi janin,

dan penanganan dengan melakukan bedah sesar ditujukan untuk mengatasi akibat prolaps

tali pusat tersebut daripada presentasi majemuknya.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan

adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali pusat, pembukaan serviks, keadaan

selaput ketuban, kondisi dan ukuran janin, serta ada tidaknya kehamilan

kembar.Bergantung pada keadaan-keadaan tersebut persalinan dapat berlangsung vaginal

ataupun abdominal.

Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka dilakukan pengamatan kemajuan

persalinan dengan seksama. Pada kasus-kasus presentasi majemuk dengan kemajuan

persalinan yang baik (pada fase aktif pembukaan serviks minimal 1 cm/jam, atau pada kala

2 terjadi penurunan kepala), umumnyaakan terjadi reposisi spontan

Setelah pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka ekstremitas

yang prolaps akan tertinggal dan tidakk memasuki panggul. Selanjutnya pertolongan

persalinan dilakukan sebagaimana biasanya.


Pada keadaan terjadinya kemajuan persalinan lambat atau macet (biasanya pada

pembukaan serviks praktis lengkap), dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang prolaps.

Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendaj janin (kepala atau bokong)

dilonggarkan dulu denga cara membuat ibu dalam posisi dada-lutut(knee-chest position).

Apabila ketuban masih utuh dilakukan amniotomi terlebih dahulu. Dorong ekstremitas

yang prolaps kearah cranial, tahan hingga timbul his yang akan menekan kepala atau

bokong memasuki panggul. Seiring dengan turunnya bagian terendah janin, jari penolong

dikeluarkan perlahan-lahan.Keberhasilan upaya ini ditunjukkan dengan tidak teraba lagi

ekstremitas yang prolaps. Apabila tindakan reposisi tersebut gagal, maka akan dilakukan

bedah sesar untuk melahirkannya.

e. Presentasi bokong

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya

bokong, kaki atau kombinasi keduanya.Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan

tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥37 minggu), presentasi bokong merupakan

malpresentasiuu yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,

kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah

menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya

presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa risiko selain prematuritas, yaitu

abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,

kehamilam multiple, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi

bokong sebelumnya.

Diagnosis : presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi

abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal
bila umur kehamilannya ≥ 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan

pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan / atau pemeriksaan

ultrasonografi.

Mekanisme persalinan : kepala adalah janin yang terbesar dan kurang elastic. Pda

presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relative

mudah dilahirkan.Tidak demikian halnya pada presentasi bokong.Hal inilah yang

mmenjadikan persalinan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman

tentang mekanisme persalinannya akan membantu dalam memberikan upya pertolongan

persalinan yang berhasil.

Bokong akan memasuki panggul dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik.

Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih cepat disbanding pinggul

belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah

panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang

mendorong kebawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa

sacrum kea rah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisidiameter bitrokanter dipintu

bawah panggul menjadi anteroposterior.

Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam.

Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu.

Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga

mendorong pinggul bawah menekan perineum.Dengan demikian, lahirlah bokong dengan

posisi diameter bitrokanter aneroposterior, diikuti putran paksi luar. Putaran paksi luar akan

membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran


bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan

(manual aid).

Penanganan :Melahirkan bayi presentasi bokong, pada persalian kala Iperlu

digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini adanya kelambatan kemajuan

persalinan.Dalam hal terjadia kelambatan kemajuan persalinan, stimulasi sebaiknya tidak

dilakukan.Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau kegawatan pada janin

perlu dilakukan dengan seksama.Meskipun pengeluaran mekonium sering dijimpai pada

presentasi bokong, mekonium yang keluar sebelum janin memasuki panggul dapat

merupakan indikasi terjadinya kegawatan janin.Pembukaan serviks harus udah benar-benar

lengkap sebelu memimpin ibu untuk mengejan.Sebelum pembukaan lengkap ibu juga

diminta untuk tidak mengejan guna mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang

lebih kecil lahir sebelum pembukaan lengkap.

Terdapat beberapa teknik untuk membantu kelahiran presentasi bokong, tetapi

belum ada penelitian uji coba tentang teknik yamg memberikan luaran terbaik.Prinsip

untuk melahirkan bayi presentasi bokong secara vaginal adalah tidak tergesa-gesa, tidak

melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar punggung janin dalam posisi anterior.Siapkan

peralatan resusitasi bayi dan petugas yang siap melakukannya. Menjelang pembukaan

lengkap, kosongkan kandung kencing menggunakan kateter elastic. Ketika pembukaan

sudah lengkap dan perineum mulai teregang, letakkan ibu dalam posisi litotomi. 1

f. Pertumbuhan janin yang berlebihan :3

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang

lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gr adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 rg

adalah 0,4 %
Diagnosis : menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini

dapat diperkirakan dengan cara :

a. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan adanya

diabetes mellitus.

b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema dan

sebagainya).

c. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan

untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi.

Prognosis : pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gr umumnya

tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar

dari 4500-5000 gr atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang

lebar (bayi kingkong). Apabila disproporsi sefalo feto-pelvis ini dibiarkan maka terjadi

kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.

Penanganan : pada disproporsi sefalo dan feto-pelvis yang sudah diketahui

dianjurkan seksio sesarea. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan

episiotomy yang cukup lebar dan janin di usahakan lahir;atau bahu diperkecil dengan

melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.

Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomonya

konsulkan pada bagian bedah.Apabila janin meninggalkan lakukan embriotomi.

3. Kelainan Jalan Lahir:

Bentuk panggul yang sempit yaitu ukurannya1-2 cm kurang dari ukuran yang

normal.
Kesempitan panggul bisa pada INLET (pintu atas panggul= p.a.p), MIDPELVIS

(ruang tengah panggul = r.t.p), OUTLET (p.b.p atau dasar panggul), atau kombinasi dari

INLET,MIDPELVIS, atau OUTLET.

KEMATIAN PERINATAL

Kematian perinatal adalah kematian bayi sejak berumur 28 minggu dalam uterus,

kematian baru lahir dan sampai kematian yang berumur 7 hari di luar kandungan.

Jumlah atau tinggi rendahnya kematian perinatal dapat dipergunakan untuk melakukan

penilaian kemampuan suatu Negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya

dalam bidang obstetric.9

A. Angka Kematian Perinatal

Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 dan

kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. 1 AKP

perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamil dan bayinya serta

standar pelayanan yang diberikan. Angka ini juga merupakan salah satu indikator terbaik dari

status sosial ekonomi masyarakat, daerah, dan negara.

Angka ini rendah bila standar kehidupan meningkat sehingga pengamatannya secara

berkala dapat memperlihatkan kemajuan di masyarakat.Masyarakat dengan AKP yang tinggi

juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan kondisi hidup yang buruk dan

kurang memadainya pelayanan kesehatan yang diberikan. 14


B. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal

Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi

penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan kematian bayi

eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah

kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan

oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat

konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post neonatal

adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi dan budaya mempengaruhi

kelangsungan hidup anak melalui berbagai faktor.Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

faktor ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi, trauma, dan upaya pencegahan dari individu

itu sendiri.Faktor ibu adalah termasuk umur ibu, paritas, dan jarak kehamilan.Faktor

lingkungan yaitu berhubungan dengan media penyebaran penyebab penyakit seperti udara,

air, makanan, kulit, tanah, serangga, dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein

dan kekurangan vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu,

yaitu imunisasi dan pengobatan.15

Masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan perinatal

dimana proses kehamilan dan persalinan memegang faktor yang amat penting. Faktor risiko

adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya

terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan ibu

dan bayinya.
a. Umur Ibu

Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap optimal

untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan dibawah atau diatas usia

tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. 15

Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan

sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan

persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik

hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan

kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan

tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun, tubuh ibu

sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan.Ibu yang berusia > 35

tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma uteri,

persalinan lama, dan penyakit-penyakit lainnya. Selain risiko tinggi untuk terjadinya

kehamilan atau malformasi juga semakin besar (2 kali lebih besar dibanding usia 20-40

tahun).13,16

Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organ-organ

dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim.

Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna secara

keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia hamil

yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut

rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah matang dan sudah mampu

merawat bayi dan dirinya.


b. Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3

kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2)

Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan grande

multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling optimal adalah

kehamilan kedua sampai keempat.Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat

mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan yang paling aman adalah persalinan kedua

dan ketiga.13

Kehamilan dan persalinan anak pertama, risiko meningkat terutama disebabkan

karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan

lahir baru pertama kali akan dicoba dilalui oleh janin.

Grande multipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan

lebih dari lima. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan

letak, perdarahan antepartum, perdarahan post partum, dan lain-lain. Kehamilan dan

persalinan anak kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan

berulang-ulang akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan, misalnya

asam folat, Fe, iodium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D, kelelahan pada tubuh ibu

dan alat kandungan.13,15

Selain itu, pada grande multipara terjadi kemunduran daya lentur (elastisitas)

jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan oleh kehamilan membatasi kemampuan

berkerut untuk menghentikan perdarahan sesudah persalinan dan nifas. Disamping itu

banyak pula dijumpai tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin yang disebut
dengan merits uteri. Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus dengan jarak

kehamilan yang singkat.

c. Jarak Antar Kelahiran

Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan

< 2 tahun atau > 4 tahun.Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara

dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat

kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat. Jarak

kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih

dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan

pertumbuhan janin yang kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan.

Sebaliknya jika jarak kehamilan antara dua kehamilan > 4 tahun, disamping usia ibu yang

sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan

persalinan pertama.13,16

d. Umur Kehamilan (Maturitas)

Maturitas adalah kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi normal

terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.

Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas:

1) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36

minggu, janin dapat hidup tetapi prematur.

2) Normal (partus matures) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu (antara

259 hari dan 280 hari), janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.

3) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau

lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilan > 40 minggu.
Penelitan yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa

kematian perinatal yang tertinggi terjadi pada umur kehamila 32-36 minggu. Sedangkan

penelitian di RS Dr. Kariadi Semarang mendapatkan bahwa jumlah kelahiran mati

terbesar pada umur kehamilan 28-38 minggu.13

e. Riwayat Kesehatan Ibu

Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungkan oleh kesehatan ibu. Bila ibu

mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka

kesehatan dan kehidupan janin pun terancam.16

Wanita dengan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan anemia merupakan

faktor yang memperbesar terjadinya kelahiran mati.

Diabetes mellitus pada ibu dapat mengakibatkan bayi mempunyai berat badan

melebihi usia kehamilan (makrosomia), karena kadar gula darah dalam tubuh ibu sangat

tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan cepat

melebihi usia kehamilan. Diabetes mellitus pada bayi juga dapat mengakibatkan

hipoglikemia (kekurangan gula darah), karena ketiaka di dalam tubuh ibu, janin

menyesuaikan jumlah insulin dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin

yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dalam tubuh bayi (kadar

insulin yang berlebihan) sehingga bayi dapat mengalami hipoglikemia, hipokalsemia, dan

immaturitas. 13

Hipertensi pada ibu dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dalam

kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini

disebabkan karena hipertensi pada ibu akan menyebabkan terjadinya perkapuran di dalam
plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta. Dengan

adanya perkapuran pada plasenta, makan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang. 13

f. Anemia Ibu

Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam sel-sel

darah merah, yaitu kurang dari 11 gr%. Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti

perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir, dan kuku

pucat serta penglihatan berkunang-kunang.13

Wanita yang berat badannya 55 kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk

pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan janin 290

miligram dan untuk plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat

melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama Sembilan bulan

kehamilan adalah 1.000 miligram.13

g. Pendidikan Ibu

Ibu yang berpendidikan rendah (kurang dari SMP) mempunyai risiko sebesar 2,2

kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

Latar belakang pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih pelayanan

kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan peningkatan berat

badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kondisi perinatal. 17

h. Kondisi Kehamilan

Bayi dari ibu yang pada saat hamilnya mengalami keluhan mempunyai risiko 2,4

kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang pada saat hamilnya

tidak mengalami keluhan. Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat dicegah minimal

dapat diminimalisir walau 15-20% kehamilan normal bisa berubah menjadi komplikasi
pada saat persalinan. Salah satu cara yang efektif untuk memantau adanya komplikasi

adalah deteksi dini kehamilan berisiko tinggi, dengan cara melakukan pemeriksaan yang

teratur dan berkualitas. Di puskesmas deteksi dini risiko tinggi kehamilan ini sudah

menjadi program, walau masih dengan cara sederhana yaitu masih dalam tahap seleksi

awal, secara biomedis, namun manfaatnya masih bisa dirasakan. Karena pada dasarnya

semua kehamilan adalah berisiko tinggi maka deteksi dini atau kewaspadaan tinggi ini

hendaknya dilakukan pada semua kehamilan, tidak hanya kehamilan berisiko saja. 17

i. Riwayat Kehamilan

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus

prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia/eklampsia, Ketuban Pecah

Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor (mioma

atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan

risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai

karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan

melahirkan.13,18

j. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan hendaknya di mulai seawal mungkin yaitu segera setelah

tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Tujuannya jika tidak ada kelainan pada

kehamilan cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan. 13

Pelayanan antenatal (Antenatal Care (ANC)) mempunyai pengaruh yang lebih

besar dibandingkan dengan factor-faktor lain seperti umur dan paritas. Dengan

melakukan pemeriksaan kehamilan akan mempunyai kematian perinatal lebih rendah

daripada ibu dengan umur atau paritas yang optimal. 13


k. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin

Morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) perinatal mempunyai kaitan

sangat erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara

umum, penyebab morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia,

infeksi, trauma lahir, dan cacat bawaan.13

l. Penyakit Infeksi

Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak langsung

dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya:13

1) Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga

amnion.

2) Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak

memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya

kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion.

Pada ibu yang menderita gonore, kuman menulari janin pada saat janin melalui

jalan lahir.
KERANGKA KONSEP

Faktor Ibu :

- Partus Lama

Kematian

Perinatal
Fakrtor lain :

- Umur Ibu
- Paritas Ibu

KERANGKA PENELITIAN

Perinatal Meninggal

Ibu Hamil yang Partus


Lama
Perinatal Hidup

A. HIPOTESIS

Hipotesis komparatif

H nol:

Ibu yang melahirkan yang mengalami partus lama memiliki risiko yang sama untuk

terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan partus

normal
H alternatif :

Ibu yang melahirkan yang mengalami partus lama memiliki risiko yang berbeda untuk

terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan partus

normal

Hipotesis korelatif

H nol:

Tidak terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal.

Ha:

Terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal.


BAB III

KAJIAN ISLAM

EMBRIOLOGI DALAM AL QUR’AN

Ada beberapa manfaat alas an mengapa kajian tentang embriologi menjadi penting.

Pertama, kajian ini bermanfaat untuk menambah kualitas iman kita.Karena keimanan akan terus
bertambah dengan adanya ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Sebaliknya, keimanan akan
berkurang disebabkan ketidak tahuan dan kemaksiatan.

Kedua, karena kita diperintahkan oleh agama untuk mempelajari embriologi.

Allah berfirman sebagai berikut :





“katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaan.”(QS Al-Ankabut [29]:20).



“Manusia seharusnya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar,yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” (QS Al-Thariq [86]: 5-7)

Ketiga, karena pengetahuan tentang janin merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling efektif
untuk menambah keyakinan terhadap hari kebangkitan dan hari perhitungan amal.

Perhatikan dua ayat tersebut di atas,(QS Al ankabut [29]:20) mengungkapkan awal penciptaan
dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa Dia mampu untuk mengembalikan kehidupan ini.
Sementara itu, pada ayat “manusia seharusnya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia
diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”(QS Al-
Thariq[86]:5-7).

Allah SWT menggunakan terminology awal penciptaan sebagai bukti bahwa Dia akan
mengembalikan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT kemudian berfirman sebagai berikut :





“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani)?

Lalu, tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dia membuat perumpamaan bagi Kami.Dia
lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, „siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang
telah hancur luluh? “Katakanlah ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali
yang pertama. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”(QS Yasin [36]:77-79)

Zat yang berkuasa untuk memulai suatu penciptaan, pasti bisa mengembalikan ciptaan-Nya
seperti semula (ketika ciptaan itu rusak atau musnah).Bahkan, mengembalikan itu lebih mudah
bagi-Nya. Segala sesuatu adalah mudah bagi Allah SWT, ini terlihat pada firman Allah SWT
berikut ini :





“ Dialah yang menciptakan (manusia) dai permulaan kemudian mengembalikan


(menghidupkan)-Nya kembali. Dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya” (QS Al-
Rum[30];27)
Keempat, karena mencintai Al Qur‟an dan Sunnah. Setiap ilmu yang benar dan bermanfaat dapat
dikorelasikan dengan Al Qur‟an dan sunnah.

Mengkaji Al Qur‟an dan sunnah akan menuai banyak pahala. Seorang muslim secara syariat
dituntut untuk berperan aktif dalam mengkaji Alqur‟an dan Sunnah, juga mengurai khazanah-
khazanah yang terkandung di dalamnya serta mempraktikkannya dalam kehidupan.

Kelima, sekarang ini memang era ilmu eksakta, ilmu agama, dan ilmu bahasa. Dulu kita mungkin
kewalahan ketika berdebat dengan kalangan non-muslim seputar kemukjizatan yang kasat mata
di dalam diri Rasulullah SAW. Namun sekarang kita akan mampu menjawab pertanyaan mereka
secara ilmiah.

Pembahasan ini dapat menjadi pengantar untuk mengimankan sebagian dari mereka. Bagi kaum
muslimin, pembahasan ini akan menambah keimanan dan memantapkan akidah di hati mereka.

Alam Janin pada Masa Kenabian

Sebelum kita masuk pada pembahasan tentang kemukjizatan Embriologi di dalam Alqur”an dan
Sunnah, pertama kali kita harus tetapkan bahwa pada masa Rasullullah SAW dan masa-masa
berikutnya, belum ada disiplin ilmu humaniora yang mengupas bermacam informasi ilmiah ini,
terutama berkenaan dengan embriologi dan ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Alqur‟an dan
Sunnah. Tiada lain, kita hanya bisa pasrah menerima wahyu yang mengandung mukjizat ini dari
Allah SWT.

Imam Al-Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari meriwayatkan, Sufyan bin Al-Mundzir mendengar
Jabir menuturkan bahwa menurut orang Yahudi, jika seorang istri digauli dari arah belakang,
maka anaknya akan juling. Lalu turunlah firman Allah SWT berikut :




“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam. Lalu datangilah tanah
tempat bercocok tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki” (QS Al-Baqarah[2]:223).

Sampai pada titik ini terlihat bahwa orang Yahudi tidak memahami latar belakang pembentukan
janin.

Perspektif mereka di atas tidak menggambarkan sama sekali adanya hubungan pembentukan
janin dengan seluk-beluk embrilogi. Pendapat tersebut juga tidak ada kaitannya dengan
perubahan sifat janin atau terjadinya pemutar balikan bentuk janin.

Alam Janin Dalam Sejarah Manusia

Asumsi-asumsi yang keliru tentang embriologi telah banyak beredar dikalangan orang awam dan
para ilmuwan lebih dari 1300 tahun setelah masa Rasulullah SAW. Ketika itu, mereka
memahami bahwa perkembangan janin di dasarkan pada dua teori :

Pertama, teori janin sebelum memiliki bentuk (preformation theory).Maksudnya bahwa janin
mengalami perkembangan bentuk di dalam rahim ibunya, mulai dari kecil terus membesar
hingga tumbuh dengan sempurna.

Kedua, teori janin memiliki bentuk tersendiri.Dalam teori ini, janin tumbuh dengan kemiripan
salah satu dari kedua orang tuanya, tidak dua-duanya.

Kelompok kedua ini terbagi menjadi dua aliran. Aliran I mengatakan bahwa janin yang tumbuh
akan mirip ibunya, bukan bapaknya.

Ayahnya hanya berperan sebagai penyebab pada awal pertumbuhannya saja. Pendapat aliran I
pun terbagi lagi menjadi tiga sub-aliran.

Sub-Aliran (1)

Pendapat sub-aliran (1) adalah pertumbuhan janin berasal dari darah menstruasi.Prinsip ini telah
di anut oleh banyak orang sebelum dan sesudah Islam cukup lama.Anehnya, sebagian
cendekiawan Muslim yang tidak memiliki kapasitas yang cukup dalam bidang tafsir dan hadits
juga terpengaruh dengan asumsi di atas.Mereka ikut-ikutan mengamini pendapat
tersebut.Padahal, para ahli yang lebih kompeten serta mendalami Al Qur‟an dan Sunnah menolak
mentah-mentah pendapat tersebut.

Ibn Hajar berkata: “banyak kalangan ahli berpendapat bahwa sperma pria tidak memiliki
pengaruh apapun terhadap pertumbuhan janin, kecuali hanya pada bagian awal saja. Menurut
mereka, pertumbuhan janin dipengaruhi oleh darah menstruasi. Padahal hadits-hadits terkait
dengan ini telah membantah asumsi tersebut”

Sub-Aliran (2)

Sub- aliran (2) menyebut bahwa janin itu merupakan bentuk yang terpisah dari rahim.

Yang pertama mengungkapkan hal ini adalah Willian Harvey(1651). Ia meneliti rahim seekor
rusa yang tengah hamil. Di dalamnya ia menemukan sebuah janin yang menggantung pada
rahim. Ia lalu menyimpulkan bahwa janin adalah suatu makhluk yang terpisah dari rahim.

Sub-Aliran (3)

Menurut sub-aliran (3), janin berkembang sesuai bentuknya di dalam sel telur wanita. Kemudian
ia membesar dengan bantuan sperma pria. Pendapat ini dikemukakan oleh ilmuwan bernama
Nicholas Malebranche(1675).

Aliran II yang berasal dari kalangan ilmuwan barat meyakini bahwa prialah satu-satunya sumber
pembentukan janin.Kemudian janin itu berkembang dan besar didalam rahim wanita.

Pendapat inidi adopsi oleh dua orang ilmuwan yakni Herman dan Leeuuenhoch.

Kesimpulan tersebut di dasarkan pada penelitian kedua ilmuwan tersebut terhadap kelompok
hewan bersperma (spermatozoa).Mereka menggambarkan adanya anak di kepala pada kelompok
hewan bersperma yang di teliti.

Ilustrasi mereka tentang itu menjadi sebuah lelucon bagi para cendekiawan dan masyarakat
umum pada masa sekarang.
Sel Reproduksi

Kita nanti akan mengetahui dari mana datangnya sel-sel reproduksi yang akan dijadikan Allah
SWT sebagai penyebab terbentuknya sebuah janin. Kita perhatikan ibu dan bapak, awalnya ibu
dan bapak kita merupakan janin yang tumbuh di dalam rahim sang nenek. Pada tahapan janin,
sebagian sel-sel tersebut bergerak sejenak dari kantong berisi cairan agar dapat menetap di salah
satu bagian tulang belakang janin.

Hal ini berlangsung di tempat bertemunya tulang belakang dengan tulang rusuk.Sebuah tempat
yang disibukkan oleh semua sel saat itu.

Kemudian sel tersebut bergerak hingga menetap di dua bagian, yaitu panggul (pelvis) pada
wanita dan kantong buah pelir pada pria.Pada tahpan akhir ini, sel tersebut membawa tempat-
tempatnya untuk darah, getah bening, dan nutrisi saraf.

Setiap indung telur (ovarium) dan biji pelir (testis) memperoleh darah dari cabang pembuluh
darah aorta.Darah ini keluar berlawanan arah dengan tulang belakang lumbar yang kedua.Setiap
ovarium dan testis juga memperoleh nutrisi saraf dari tali panggul yang berlawanan arah dengan
tulang belakang dada yang kesepuluh.

Jaraknya dekat dengan tempat ini.Olek karena itu, setiap ovarium dan testis selalu berhubungan
dengan tempat yang pertama.

Sumber yang paling akurat mengatakan bahwa masing-masing dari ovarium dan testis ini keluar
dari antara tulang belakang dan tulang rusuk. Jika demikian faktanya, maka tepat sekali apa yang
difirmankan Allah SWT sebagai berikut :



“Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada”
(QS Al-Thariq[86]:6-7)

Allah SWT menginformasikan asl penciptaan tersebut dalam sebuah isyarat yang mendalam dan
mencengangkan”
Air Sperma

Pada awal siklus menstruasi seorang wanita, sebagian sel telur dalam indung telur mulai tumbuh
berkembang.Tumbuhnya baru sempurna hanya sekali pada kira-kira keempat belas dari siklus di
atas.

Pada saat itu, dinding indung telur mendekat pada posisi di tengah gelembung. Bagian yang
menempel pada dinding akan pecah. Akhirnya, sel telur keluar di hiasi dengan mahkota yang
indah (corona radiate).Sebelumnya cairan gelembung melekat erat agar menyerupai
hamparan.Ini untuk sampai pada pembuluh telur rahim yang bergerak juga untuk menerimanya.

Ketika satu sel telur keluar untuk menunggu pembuahan (fertilisasi), maka dari pria keluar
sekaligus sekitar 100-200 juta spermatozoa yang berenang di sel- sel usus.Kemudian sperma-
sperma itu bergerak cepat dalam ukuran banyak. Saking panjangnya, sehingga jika diperkirakan
dengan tinggi manusia dalam mengikuti perlombaan lari 100 meter, maka ia akan berhasil
menempuh jarak tersebut dalam tempo setengah dari waktu yang ditentukan.

Sekitar 400 sperma dari jutaan sperma ini berhasil menyatu kepada sel telur.Biasanya sperma
dan sel telur ini bertemu pada sepertiga diluar pembuluh telur rahim.

Dengan proses yang sangat rumit, enzim-enzim tertentu dapat terpisah. Hal ini untuk membantu
spermatozoa dalam menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi sel telur.

Awal Penciptaan

Hanya satu spermatozoa saja yang berhasil menembus sekat-sekat penghalang yang mengitari sel
telur.Ia masuk ke dalam sitoplasma (cytoplasm) sel telur yang berjalan cepat dengan
memisahkan enzim-enzim lainnya yang dapat menghalangi spermatozoa lainnya dalam
menembus sel telur. Oleh karena itu, ada tiga prinsip pokok yang dapat disimpulkan disini.

Pertama, terciptanya makhluk pada mulanya adalah hasil dari bersatunya dua unsure yaitu pria
dan wanita secara bersamaan.

Kebenarannya Al Qur‟an ini luput dari pengetahuan para ilmuwan barat.Hingga abad kedelapan
belas, mereka masih serampangan dalam menghubungkan asal mula janin.Ada yang
amenghubungkannya hanya ke bapak saja. Padahal, Allah SWT telah berfirman sebagai berikut:


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadika dia
mendengar dan melihat” (QS Al-Insan[76]:2).

Kata nuthfah (setetes sperma) dalam Al qur‟an dan Sunnah terkadang bersifat mutlak. Ini seperti
pada firman-Nya berikut :



“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya” (QS Abasa [80]:19)

Ayat ini menginformasikan bahwa makhluk itu berasal dari sperma pria dan sperma wanita. Ayat
tersebut di atas mengatakan bahwa terjadinya makhluk itu berasal dari sperma yang bercampur
SWT berfirman:hlllA



“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur
(amsyaz)” (QS Al Insan[76]:2).

Allah SWT menggunakan kata amsyaz yang bersinonim dengan kata akhlath, yang berarti
„sperma yang bercampur‟.Redaksi ayat inimemiliki arti figurative (majaz).

Allah SWT menyandingkan kata nuthfah yang berbentuk mufrad (tunggal) dengan kataamsyaz(
yang berbentuk jamak), yang berarti „campur‟.

Hal ini untuk menunjukkan bahwa sel yang satu (baca: sperma atau nuthfah) adalah hasil
campuran dari banyak sumber, dari pria dan wanita.
Rasulullah SAW memperkuat pengertian ini dalam hadistnya. Ketika itu,seorang Yahudi
bertanya, “Muhammad, dari apakah manusia diciptakan? “Rasulullah SAW menjawab, “Hai
Yahudi!Manusia diciptakan dari sperma pria dan sperma wanita”(HR Ahmad).

Kedua, tidak semua sel telur (ovum) atau sperma pria yang keluar menuju rahim wanita, dapat
mendorong terjadinya janin.Karena ovum yang keluar dari indung telur (ovarium) wanita
dikelilingi oleh selaput.Sel-sel lainnya yang berbentuk mahkota juga dikelilingi oleh selaput. Sel-
sel tersebut berenang dalam sel yang berbentuk seperti agar-agar menuju pembuluh telur rahim.
Pria saat itu menyemprotkan sekitar 200 juta spermatozoa.Dari jumlah tersebut, yang masuk
kepada indung telur dan membentuk janin hanya satu.

Spermatozoa sejumlah itu berenang di dalam sel-sel yang memisahkan dari kelenjar-kelenjar
seperti prostat dan tembolok sperma.

Semua bentuk spermatozoa tidak bisa digambarkan, karenabentuk sel-sel tersebut lebih banyak
dari 1%.

Salah satu mukjizat yang mencengangkan dalam hal ini adalah sabda Rasulullah SAW “sesuatu
yang berasal dari setiap air (sperma) akan menjadi anak” (HR Muslim)

Hadis yang mengandung nilai mukjizat ini merupakan suatu kesimpulan dari hasil penelitian
ribuan ilmuwan dal kurun waktu yang lama.

Mereka menjelaskan adanya kadar yang cukup dari sperma pria atau sperma wanita yang
berperan serta dalam membentuk janin.

Ketiga, janin tidak di temukan dalam bentuknya. Kemudian ia membesar. Namun ia diciptakan
secara bertahap. Ini sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:



“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal, Dia sesungguhnya telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian” (QS Nuh[71]:13-14)




“ Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Lalu bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS Al
Zumar[39]:6)

Ketiga prinsip yang penting ini menghancurkan semua persepsi dan asumsi-asumsi keliru sejak
masa Aristoteles hingga abad kedelapan belas.

Falq (makhluk)

Campuran air sperma bergerak di dalam pembuluh telur rahim hingga rongga rahim.Kira-kira
pada hari kelima.Di dalam rentang waktu tersebut, pergerakan sperma ini langsung terbagi
menjadi beberapa bagian yang berurutan.Masing-masing bagian memerlukan waktu permulaan
antara 12 sampai 24 jam.

Tujuannya supaya campuran sperma tersebut berubah menjadi dua sel kemudian (secara
berurutan ) menjadi empat sel, delapan sel dan kemudian sampai pada 16 sel. Inilah fase
permulaan kelenjar morula yang masuk pada rongga rahim. Fase ini akan terus terbagi menjadi
beberapa bagian.

Siklus ini unik.Janin terbentuk menjadi beberapa bagian sel (makhluk) dan tidak terpisah oleh
organism-organisme yang bersel satu seperti bakteri.

Secara klasifikasi, organism ini menambah populasi.Sementara itu, organism-organisme yang


bersel banyak, terdiri dari jutaan klasifikasi yang berurutan secara terus menerus. Dari proses
yang panjang itu, akhirnya terbentuklah seorang makhluk yang disebut manusia. Ini tidaklah
mengherankan, sebab Al Qur‟an telah melansir kesimpulan ilmiah ini dalam firman Allah SWT
berikut :


Katakanlah : “ Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai makhluk” (QS Al Falaq[113]:1)

Kata Al Falaq di sini berpola ism maf‟ul (nomina partisipel pasif) yang berarti „makhluk‟.

Jadi, setiap organism (makhluk hidup) pada hakikatnya adalah mafluq.

Ladang

Ketika kelenjar tersebut sampai pada rongga rahim, maka didalamnya tampak sebuah rongga
beralih pada sesuatu yang bernama kantung bersel (blastula).Sel-sel itu terdiri dari dua lapisan.

Pertama, lapisan dalam (inner cell mass), yaitu lapisan yang didalamnya akan terntuk sebuah
janin.

Kedua, lapisan luar (outer cell mass), yaitu lapisan yang ikut berperan dalam menanggung
kelenjar janin.Lapisan-lapisan ini mirip dengan bibit tumbuhan.Bibit tersebut ditemukan di
wilayah bagian dalm dan dikelilingi oleh sel-sel luar.Pada akhir minggu pertama setelah
pembuahan, sel-sel tersebut sampai pada tempatnya yang sesuai.Tujuannya agar tertanam di
dalam dinding rahim.

Embrio manusia sama dengan bibit tanaman. Tanah butuh untuk diratakan dan dibabat dibagian
lapisan permukaannya, sebelum benih ditanam.Sama halnya dengan selaput lender rahim pada
siklus bulanan.

Tujuannya agar lapisan permukaan hilang dan lapisan yang baru dapat berkembang.

Dengan begitu, lapisan tersebut memiliki kondisi yang paling baik pada saat pencelupan benih.
Ini memberikan informasi bagi kita tentang kemukjizatan Al qur‟an. Sebab, Al qur‟an
menggunakan kata harts (ladang) yang biasa digunakan untuk tanaman, ketika mengungkap
pertumbuhan janin manusia. Allah SWT berfirman berikut:


“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam. Lalu, datangilah tanah
tempat bercocok tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki”.(QSD Al-Baqarah [2]:223)

Segumpal Darah

(minggu Kedua dan Minggu Ketiga)

Ketika “benih” manusia tertanam di dinding rahim pada minggu kedua, lapisan janin bagian
dalam terbagi menjadi dua lapisan (bilaminar). Pada saat yang sama, lapisan janin bagian luar
menempel pada dinding rahim dengan perantara tangakia penghubung (connecting stolk).
Tujuannya agar dapat memperoleh makanan dari darah ibunya.

Pada minggu ketiga, lapisan ketiga berada di antara dua lapisan.Dengan begitu, tiga lapisan telah
lengkap. Dengan izin AllahSWT, semua anggota tubuh (trilaminar) akan tumbuh. Wilayah
kepala berbeda dengan wilayah di bagian belakang.Janin dalam bentuk lintah berenang dalam
cairan yang banyak.Ia menerima makanan disana dengan posisi menempel pada dinding rahim.

Dalam keadaan seperti ini, janin menyerupai anak lintah berukuran kecil yang menempel pada
unta dalam keadaan seperti berikut:

1. Berbentuk lintah
2. Berenang ditengah cairan
3. Hubungan anak lintah dengan makhluk yang lain
4. Pemberian makanan anak lintah melalui darah makhluk yang lain.

Ini membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut :



“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS AL mukminun[23]:14)

Segumpal Daging

(Minggu Keempat Sampai Usia 40 Hari)


Mulai hari ke-24 pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6, salah satu bagian tulang belakang
janin akan tampak tonjolan-tonjolan.

Bentuk luar janin akan melengkung, karena ada proses pertumbuhan dalam tubuh
janin(somites). Hal ini berlangsung sesuai postur si ibu.Begitu juga dengan tumbuhnya
anggota tubuh janin.

Pada tahapan ini, kondisi janin yang paling baik adalah yang berbentuk segumpal daging.

Inipun disesuaikan dengan bentuk tubuh yang bengkok dan berbeda, jga disesuaikan dengan
adanya tonjolan-tonjolan yang menyerupai tempat tumbuhnya gigi pada bagian kecil daging
yang dikunyah.

Pada tahapan ini pula,panjang janin sudah mencapai sekitar 1-2 cm dalam bentuk segumpal
daging. Ini sekali lagi membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut:



“kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal Darah” (QS Al Mukminun[23]:14)

Bentuk yang Sempurna dan yang Tidak

Pada tahapan segumpal daging, kelengkapan anggota janin meliputi cikal bakal semua
anggota tubuh (alat sirkulasi, alat pernafasan, alat pencernaan, dan alat pembuangan). Cikal
bakal semua anggota tubuh bentuknya telah sempurna, tetapi detailnya secara jelas
akansempurna pada tahapan kemudian. Sebagian sel juga telah menemukan bentuk
khususnya (differentiated), tetapi sebagian sel lainnya masih belum berbentuk secara khusus.

Bentuk-bentuk selnya masih belum bisa diidentifikasi (undifferentiated). Anehnya, Alqur‟an


menjelaskan keadaan segumpal daging ini dengan istilah mukhallaqah (yang tidak sempurna
bentuknya).Yang perlu diperhatikan, Alqur‟an menggunakan kata mukhallaqah, dan tidak
menggunakan kata makhluqah.Padahal setiap sel fase ini telah diciptakan bentuknya
(makhluqah).Hanya saja sebagian lainnya masih dalam keadaan belum sempurna (ghair
mukhallaqah).
Frasa ghair mukhallaqah di sini maksudnya bahwa proses daging cikal bakal janin tersebut
tidak sempurna bentuknya karena masih belum spesifik. Sebab, ada sebagian sel yang
fungsinya belum terlihat secara khusus.

Pada fase ini pula, semua anggota tubuh janin masih dalam format primary (cikal
bakal).Bentuk janin dalam fase ini ada dia antara dua, yaitu bersifat mukhallaqah (dalam
bentuk yang sempurna) dan ghair mukhallaqah (dalam bentuk yang tidak sempurna).

Sifat yang pertama berarti pembentukan daging sesuai dengan fungsinya dalam format yang
sangat bagus.Sebagian selnya memiliki kekhasan tersendiri secara khusus.Sifat yang kedua
ditandai dengan belum sempurnya fungsi anggota tubuh.Sebagian besar selnya juga belum
memiliki format secara khusus. Allah SWT berfirman sebagai berikut :



“kemudian dari segumpal daging yang sempurna bentuknya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu” (QS Al-Hajj[22]:5)

Kumpulnya Penciptaan

Rasulullah SAW mengungkapkan cirri-ciri janin dalam fase ini dengan kalimat yang
sempurna. Beliau bersabda, “ Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di
dalam perut ibunya selam empat puluh hari. Kemudian, ia menjadi segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging.”(HR Muslim).

Bentuk janin dalam keadaan segumpal daging terjadi pada akhir minggu keenam (40-42
hari). Pada saat itu, janin memiliki identifikasi sebagai berikut:

a. Panjangnya 1cm (dalam bentuk yang sangat kecil)


b. Berbentuk melengkung dan kedua ujungnya menyatu.
c. Cikal bakal seluruh anggota tubuh tampak di bagian dalamnya.

Dengan cirri-ciri tersebut, kita dapat mengklaim bahwa pada tahapan ini pola penciptaan
janin (dengan cikal bakal anggota tubuhnya/ telah dikumpulkan. Ini persis sam dengan apa
yang telah disabdakan Rasululullah SAW diatas. Hadits sahih tersebut diriwiyatkan dengan
tiga riwayat oleh para imam hadis melalui jalur Ibnu Mas‟ud r.a.

Ketiga riwayat itu adalah yang sahih dari imam Al Bukhari, riwayat ayang sahih dari imam
Muslim, dan riwayat Abu awanah yang berkualitas daif meskipun teksnya popular.

Seandainya kita memakai riwayat Abu Awanah maka maknanya akan rusak. Berikut redaksi
pada riwayat Abu Awanah: “sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di
perut ibunya selama empat puluh hari berbentuk sperma” mengacu pada makna tersebut,
beraati janin dalam bentuk sperma terus berlanjut hingga empat puluh hari lamanya. Akan
tetapi, menurut riwayat yang shahih dari AL-Bukhari, redaksi hadis tersebut sebagai berikut:

“sesungguhnya salah seorang kalian dikumpulkan diperut ibunya selama empat pulu hari.
Kemudian, ia menjadi sperma seperti itu(dengan lama yang sama). Menjadi segumpal daging
selanjutnya Allah SWT mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk menentukan
empat hal yaitu urusan rezeki, ajal, bahagia atau celaka.

Demi Allah SWT, sesungguhnya salah seorang kalian atau seseorang beramal dengan amalan
penghuni neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka hanya sedepa atau sehasta. Namun,
kehendak Al kitab (ketentuan AllahSWT yang ditetapkan sewaktu masih berbentuk janin)
telah mendahuluinya (untuk menjadi orang yang baik).

Ia pun lalu beramal dengan amalanpenghuni surga. Selanjutnya ia pun masuk surga. Adapula
seseorang yang benar-benar telah beramal dengan amalan penghuni surga hanya sedepa atau
dua hasta.Namun, kehendak Al kitab mendahuluinya. Ia pun beramal dengan amalan ahli
neraka. Selanjutnya, ia pun masuk neraka.” (HR AL-Bukhari).

Ada tambahan yang dalam hadis ini sebagaimana tercantum dalam riwayat Muslim. Berikut
Redaksinya:

“Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari.Kemudian, dalam kurun waktu tersebut (janin) menjadi segumpal darah
seperti itu. Kemudian, dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal daging seperti itu.
Kemudian, seorang malaikat di utus untuk meniupkan roh kepadanya dan diperintahkan
untuk mencatat empat ketentuan (yang berkaitan dengannya):rezekinya, ajalnya,
amalannnya, dan apakah ia seorang yang celaka atau yang bahagia.

Demi Zat Allah SWT yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seorang kalian
sungguh beramal dengan amalan penghuni surga sehingga jarak antara dia dengan surga
hanya sedepa.Namun, kehendak Al-kitab (ketentuan Allah SWT yang ditetapkan sewaktu
manusia berbentuk janin) telah mendahuluinya.Ia pun beramal dengan amalan penghuni
neraka, sehingga ia pun masuk neraka

Sesungguhnya salah seorang kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli nreaka sehingga
jarak antara dia dengan neraka hanya sedepa.Namun, kehendak Al kitab telah
mendahuluinya. Ia pun beramal dengan amalan penghuni surga, sehingga ia pun masuk
surga.(HR Muslim)

Tambahan teks hadis dalam riwayat Muslim adalah sabda Rasullullah SAW “ dalam waktu
tersebut, ia menjadi segumpal darah” dan dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal
darah” dan dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal daging”. Tambahan “dalam
kurun waktu tersebut”maksudnya bahwa ketiga tahapan(sperma, segumpal darah, dan
segumpal daging) pada janin, terjadi secara sempurna pada empat hari pertama(usia
kehamila). Tambahan redaksi dalam riwayat Muslim adalah tambahan dari rawi yang dapat
dipercaya (zidayah tsiqah).Karenanya, berdasarkan prinsip-prinsip dalam ilmu musthalah Al
hadits, tambahan tersebut harus dicantumkan di dalam teks hadis yang dimaksud agar
maknanya menjadi sempurna.

Dengan demikian, makna lengkap hadis di atas adalah :

“ sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di perut ibunya selama empat
puluh hari. Kemudian dalam waktu empat puluh hari juga, ia menjadi segumpal darah
dengan bentuk makhluk yang sempurna. Kemudian dalam waktu empat puluh hari, ia
menjadi segumpal daging dengan bentuk makhluk yang sempurna”
Tulang Belulang

Janin pada fase segumpal daging itu selesai pada akhir minggu keenam sebagaimana telah
dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Al- Bukhari dan Muslim.
Berikut hadis dengan redaksi Muslim: „sesungguhnya salah seorang kalian dikumpulkan
ciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari.

Hal ini dikuatkan pula oleh ilmu Musthalah Al Hadis yang sama-sama menyimpulkan bahwa
segumpal daging embriologi ini, dari sisi pengumpulan, pembentukan, dan bentuk
menyerupai segumpal daging yang terus berkembang pada minggu kelima dan minggu
keenam. Penciptaan tulang pada janin dimulai pada minggu ketujuh. Selama dua minggu
sebelumnya (minggu kelima dan keenam), pembentukan tulang rawan mendominasi.

Disisni mukjizat Al qur‟an kembali terlihat. Alqur‟an menggunakan huruf ‫( ﻒ‬fa yang
berarti‟kemudian‟) ketika mengungkapkan proses yang berurutan ini.

Huruf fa (dalam sintaksis bahasa Arab) memeiliki pengertian berurutan secara teru menerus
tanpa terpisah oleh sesuatu (AL tartib ma‟a Al ta‟qib). Allah SWT berfiraman sebagai
berikut:



“kemudian (fa) Kami menciptakan segumpal daging itu tulang belulang”{.(QS Al-
Mukminun[23]14)

Penciptaan tulang janin di mulai dari unsure tulang yang ada dalam model selaput atau model
tulang rawan yang secara bertahap berubah menjadi tulang belulang. Pada saat yang sama,
proses pembentukan tulang dimulai dari unsure yang terbatas. Kemudian ia naik di
lingkaran-lingkaran yang memutar sehingga fungsi masing-masing menjadi sempurna.

Tulang di bungkus Daging

Penciptaan tulang belulang terjadi pada minggu ketujuh. Kemudian alngsung diikuti oleh
dibungkus tulang dengan daging pada minggu kedelapan.
Al qur‟an telah mengungkapkan perkembangan janin pada tahapan ini dengan redaksi yang
pendek dan singkat. Tetapi mengandung mukjizat dan makna yang sarat. Allah SWT
berfirman sebagai berikut:



“ lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”(QS Al Mukminun[23]14)

Al qur‟an memaparkan kandungan pokok ayat ini sesuai dengan kaidah bahasa arab. Hal ini
sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dalam beberapa hal:

Pertama, ayat tersebut menginformasikan bahwa tulang belulang telah selesai diciptakan
sebelum daging.Objektivitas pemahamn ini sangat mendalam.Tulang berkembang pada
minggu ketujuh.Kemudian diikuti oleh daging pada minggu kedelapan.

Kedua, ayat dia atas menunjukkan bahwa penciptaan dua unsure janin terjadi secara
berurutan tanpa jeda..hal ini ditandai dengan pemakaian huruf fa yang berarti berurutan
secara cepat (tanpa jeda).

Ketiga, “ membungkus dengan daging” (Al Kisa‟bi lahm) merupakan istilah yang sangattepat
untuk mengungkapkan keadaan antara tulang dan daging. Pada saat itu, tulang belulang
dibungkus dengan daging sebagaimana badan seseorang dibungkus dengan pakaian.Setiap
daging dan tulang tersebut terbentuk mulai dari rangka-rangka yang terdapat pada dua sisi
ciak bakal tualang belakang. Proses ini terjadi pada tahapan segumpal daging.

Kemudian sel-sel awal yang terdiri dari unsur-unsur pembentukan tulang mmenyebar. Hal ini
diikuti oleh penyebaran sel-sel awal yang terdiri dari unsure-unsur pembentukan daging.
Berikutnya daging yang membungkus tulang belulang akan membentuk tulang.

Menjadi Manusia Baru

Berikut tahapan sampai terbentuk manusiaa:


1. Awalnya, jarak kedua mata si janin saling berjauhan pada kedua sisi kepala. Letak kedua
telinganya sampai kebawah dan hidung berbentuk dua lubang yang saling berjauhan.
Mulutnya pun terbuka lebar.
2. Pada akhir minggu ketujuh dari usia kehamilan kedua mata janin pada kedua sisi kepala.
Letak kedua matanya lebih bawah dari tempat yang biasa.
3. Pada awal bulan ketiga, kepala janin mirip setengah panjang janin. Sepertiga panjangnya
terjadi pada akhir bulan kelima. Seperempat panjang kepala janin terjadi ketika kelahiran.
4. Panjang janin sekitar 7 cm pada akhir bulan ketiga. Panjang tersebut terus bertambah
sampai 50 cm pada akhir kehamilan. Mulai dari minggu kesembilan (permulaan ketiga)
hingga akhir kehamilan.

Cirri yang paling menonjol padda janin dalam tahapa ini ada dua ;

Pertama, masa pertumbuhan janin berjalan dengan cepat, baik tinggi maupun beratnya, mulai
dari segumpal daging. Pada akhir minggu ketujuh sampai menjadi seorang bayi yang telah
sempurna pertumbuhannya, panjang janin mencapai sekitar 2-3 cm dengan berat sekitar 5
gram.Ketika lahir, janin tersebut tumbuh dengan panjang sekitar 50 cm dan berat sekitar 3
kg.ini adalah pertumbuhan yang normal. Ia tumbuh cepat sekali. Pada usia-usia berikutnya,
pertumbuhan yang cepat ini tidaka akan terulang lagi. Karakteristik pertumbuhan janin ini
telah di unggkapkan oleh Alqur‟an. Allah SWT berfirman sebagai berikut :



“Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbbenttuk lain. Mahasuci Allah sebaik-baiknya Zat
Pencipta”(QS Al Mukminun[23]:14)

Pertumbuhan (nasy‟ah) yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah tumbuh dengan terus
bertambah.

Kedua, keseimmbanngan semua oragan tubuh yang berbeda-beda, bagian luar dan bagiian
dalam, serta masing-masing tempatnya.Awalnya panjang kepala janin sekitar setengah dari
pannjang tubuhnya.Kedua matanya berjauhan pada kedua sisi kepalanya.Letak kedua telinga
dibawah dan hidung berbentuk dua lubang yang terbuka dan saling berjauhan.Mulutnya
terbuka lebar.Tubuhnya mengeras seketika.

Setiapa organ tadi pun menjadi seimbang.Saat lahir, panjang kepala janin mendekati
seperempat panjang tubuhnya.Letak kedua matanya seimbang yaitu didepan muka.Tempat
kedua telinganya menjadi naik.Dua lubang hidung pun saling berdekatan.Lubang mulutnya
mengecil.Ukuran tubuhnya pun menjadi seimbang.

` oragan tubuh janin bagian dalam, dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin. Bagi pria, biji
pelirnya keluar dari punggung melalui salah satu bagian tulang belakang, sampai pada
kantung buah pelir.Bagi wanita indung telur keluar dari punggung melalui salah satu bagian
tulanng belakang, menuju salah satu bagian panggul wanita.Pada saat itu, seluruh panggul
terangkat sampai pada salah satu bagian tulang belakang.

Begittu pula organ tubuh lainnya yang tidak disebutkan secara panjang lebar. Organ-orgaan
tubuh bagian dalam inilah yang dikenal dalam Embriologi dengan nama organ pindah
(migrating organs).

Kriteria seperti ini(baca: proses penyempurnaan) telah di ungkapkan oleh Alqur‟an melalui
firman Allah SWT berikut:



“Hai manusia apa yang telah membuatmu terperdaya(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu
Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan susunan tubuhmu seimbang” (QSAl-Infithar[82]:6-7).

Disamping itu, Al qur‟an tidak hanya mengungkapkan pertumbuhan dan proses


penyempurnaan sebagai salah satu tahapan dalam perkembangan janin.
Al qur‟an juga menempatkann istilah “pertumbuhan dan proses penyempurnaan” dengan
urutan masa yang benar (Al tartib Al zamani Al sahih) sebagai tahapan terakhir dalam
penciptaan janin sebelum lahir.

Keluar dengan Mudah

Bagaimana proses janin yang tumbuh dengan sempurna didalam embriologi keluar dari
rahim ibunya? Persalinan merupakan suatu hal yang melelahkan. Lamanya usia kehamilan
menjadikan organ rahim mengendur.

Tujuannya supaya tubuh janin bisa muat di dalam rahim.Tentu saja, leher rahim dalam
keadaan tertutup. Jika terbuk, maka bayi pun akan mengalami keguguran. Namun saat
pertama kali proses persalinan, pemisahan hormone mengakibatkan reaksi terhadap tempat
keluar janin ini. Leher rahim lalu mulai mengendur, elastic dan lentur sehingga janin
tersembunyi ketika sedang dalam proses persalinan. Pada saat yang sama. Organ rahim mulai
mengerut secara berturut-turut untuk mendorong janin keluar.

Hormone-hormon yang ada menjadikan ikatan persendian panggul mengemdur. Dengan


adanya sedikit gerakan di tulang panggul, janin dapat keluar dengan leluasa, karena
mendapatkan tempat yang luas untuk keluar dengan mudah dari rahim.

Janin sendiri tidak keluar sesuai dengan bentuknya. Disekitarnya terdapat sebuah kantung
yang pennuhh dengan air (ketuban). Biasanya kantung air tersebut yang pertama kali pecah.

Tujuannya agar air itu mendorong janin keluar.Air itu juga sebagai pembasuh tempat
keluarnya janin yang terdiri dari unsur-unsur yang suci.Dengan kehendak Allah SWT air itu
dapat mencegah bayi dari penyakit.

Pada akhirnya, saat keluar janin akan bergerak dengan gerakan setengah lingkaran secara
elastic.

Kemudian ia dengan sendirinya melakukan gerakan-gerakan ringan secara berulang kali.


Janin tidak mungkin bisa keluar jika tidak melakukan gerakan seperti itu. Dengan gerakan
ringan tetapi pasti secara berulang kali dan pola yang sempurna, janin dapat keluar dari
ruang rahim yang sempit menuju tempat yang laus (baca : kehidupan dunia). Ini
membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut:



“dari setetes air mani,Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia


memudahkan jalannya”(QS Abasa [80]:19-20)
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

penelitian atau menguji kesahihan hipotesis. 7 Penelitian ini menggunakan

desain penelitian observasional.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional

dengan rancangan atau desain studi case-control,yang mengkaji hubungan

antara efek tertentu dengan faktor risiko tertentu. 7

Pada studi kasus-kontrol, studi dimulai dengan mengidentifikasi

kelompok dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa

efek (kontrol); kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang

mungkin dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan

kontrol tidak.7

C. Tempat dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Pertiwi Makassar pada ruangan Rekam Medik. Yang

dilaksanakan pada tanggal 18 – 27 januari 2012.

D. Unit Penelitian

Unit penelitian adalah Medical Record.

E. Jenis data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa rekam medik

pasien untuk melihat persalinan dan angka kematian perinatal pada

tahun 2010 - 2011

F. Populasi

Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah

sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu:7,10

a. Populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan

demografis. Populasi target dalam penelitian ini: Semua ibu yang

telah melakukan partus lama dan partus normal

b. Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi

oleh tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini:

Semua ibu yang telah melakukan persalinan dan di RSKD Ibu dan

Anak Pertiwi Makassar pada tahun 2010 – 2011.

G. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang diteliti. 7 Sampel dalam

penelitian adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi dan sudah disingkirkan dengan kriteria eksklusi sebagai

berikut:

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan terjangkau.7 Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:
a. Ibu yang telah melakukan persalinandi RSKD Ibu dan Anak

Pertiwi Makassar

b. Ibu yang mengalami partus normal dan partus lama.

2. Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria

inklusi dan harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab. 7

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Data rekam medic tidak terisi dengan lengkap

b. Bayi yang dilahirkan hidup dari ibu yang seksio sesarea.

H. Cara Pengambilan Sampel.

Penentuan individu sampel dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling. Pengambilan sampel secara porposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel

secara porposive ini antara lain sebagai berikut:

Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik

populasi, misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan

mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.

Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya,

sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian,

sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini

didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. 7


Sampel yang diambil sebagai subjek adalah yang

memenuhi kriteria diatas,dalam hal ini sampel dipilih dengan cara

non probability sampling yakni total sampling7,10.

I. Besar Sampel

Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan

tingkat kemaknaan 0.05 dan power 80% (Zα = 1.96) dan untuk

membedakan proporsi kejadian kematian perinatal pada kelompok ibu

hamil yang normal (P2) diperkirakan sebesar 20%, karena tidak didapatkan

pada kepustakaan, dan pada kelompok ibu yang partus lama(P1). P1 adalah

P2 x RR dimana RR = 2 yang merupakan risiko relatif yang ditentukan

peneliti (clincal judgement), maka dalam menentukan besar sampel

digunakan rumus uji hipotesis terhadap risiko relatif yaitu:7,10

2
Zα √2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2
n=
P1 – P2
Ket :

α = 0,05 → Zα = 1,96

β = 0,20 → Zβ =0,84

OR = 2

P1 = 0,80

P2 = ( )
= = 0,6

Q1 = 1 – P1 = 1- 0,80 = 0,20
Q2 = 1 – P2 = 1- 0,6 = 0,4

P = = = = 0,7

Q = 1 – P = 1 – 0,7 = 0,3

n = 81,27 ≈ 82.

Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel minimal

adalah sebanyak 82 orang. Untuk mengantisipasi jumlah sampel tidak

drop out maka jumlah sampel dikalikan dua menjadi 164 orang.

J. Metode Pengumpulan Sampel

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bagian unit Rekam Medik

RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Data yang diperlukan antara lain

persalinan normal, persalinan dengan komplikasi yaitu partus lama,

jumlah kematian bayi, dan penyebab kematian bayi selama proses

persalinan.

K. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang diperoleh dari

catatanRekam medik yang diolah secara manual selanjutnya bisa menggunakan

SPSS.

Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan selanjutnya data dianalisis secara univariat

dan bivariat..

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel untuk memperoleh

gambaran distribusi dari masing-masing variabel yang meliputi tentang factor

factor persalinan yang akan mempengaruhi terjadinya kematian perinatal. Selain

itu untuk melihat factor- factor lain yang mempengaruhi kematian perinatal.

Analisis bivariat

untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat

secara sendiri-sendiri. Uji statistika yang digunakan yaitu chi square digunakan

untuk data berskala nominal dengan nominal dengan menggunakan Confidence

Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji statistik Chi Square digunakan untuk

menganalisis semua variabel yang diteliti. Apabila ada sel yang kosong maka

masing-masing sel ditambah angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif

dihitung odds ratio (OR) dengan tabel 2 x 2 dan rumus sebagai berikut : Chi

Square, dengan rumus :

X2 = ∑ (O-E)2

Dimana : X = Chi Square

O = Nilai observasi (Observed Value)

E = Nilai Harapan (Expected Value)


Tabel 3.1.

Kontingensi 2 x 2 untuk Odds Ratio

Faktor risiko Kelompok studi total

Kasus Kontrol

Positif A B A+b

Negative C D C+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Odds kelompok kasus = a/(a+c) : c /(a+c)=a/c

Odds kelompok control = b/(b+d) : d /(b + d) = b/d

Odds Ratio (OR) = a/c : b/d = ad/bc

Keterangan :

a = jumlah kasus dengan risiko positif (+)

b = jumlah control dengan risiko negative ( + )

c = jumlah kasus dengan risiko positif (-)

d = jumlah control dengan risiko negative ( -)


ketentuan yang digunakan odss ratio adalah :

a. Interval kepercayaan atau confidence interval ( Cl ) sebesar 95 %

b. Nilai bermakna untuk melihat faktor risiko dengan kasus detentukan

berdasarkan batas-batas (limit ) sebagi berikut :

1. Limit 1 maka tida ada hubungan antara faktor risiko dengan kasus

2. Lower limit (<1 atau OR x CF) maka faktor resiko merupakan

salah satu penyebab terjadinya kematian perinatal.

3. Upper limit (>1 atau OR x CF ) maka faktor risiko merupakan

salah satu penyebab terjadinya kematian perinatal.

4. F =1/a + 1/b + 1/c + 1/d + 1/e X 1,96

5. C= logaritma natural (2,72)

Interpretasi OR :

1. Jika nilai OR = 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan

merupakan faktor risiko.

2. Jika nilai OR >1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti

merupakan faktor risiko.

3. Jika nilai OR <1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti

merupakan faktor protektif.

L. Pengolahan Data

Tahap – tahap pengolahan data :


1. Cleaning

Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu

sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak

terdapat data yang tidak diperlukan dalam analisis.

2. Editing

Setelah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data

dapat terjamin.

3. Coding

Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

4. Entry Data

Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisis data.

M. Definisi Operasional

Variabel Dependent :

Kematian perinatal, yaitu kematian bayi yang terjadi sejak usia kehamilan 28 minggu

sampai dengan 7 hari setelah kelahiran.

Alat ukur : rekam medik.

Cara ukur : mencatat data dan informasi dari rekam medik.


Hasil ukur : bayi yang meninggal pada usia kehamilan ibu 28 minggu – 7 hari setelah

kelahiran disebut perinatal meninggal. Sedangkan bayi yang hidup pada usia

kehamilan ibu 28 minggu – 7 hari setelah kelahiran disebut perinatal hidup.

Skala pengukuran kategorik dengan kategori perinatal meninggal dan perinatal

hidup.

Variabel Independent :

1. Umur Ibu

Umur Ibu pada penelitian ini adalah umur ibu pada saat menghadapi proses

persalinan di RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar

Kriteria Objektif :

Risiko tinggi : Bila umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun yang tercatat direkam

medik.

Risiko rendah : Bila Umur ibu antara 20-30 tahun yang tercatat direkam medik.

2. Partus lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,

dan lebih dari 18 jam pada multi.3

Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan

lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun

terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. 3

3. Paritas Ibu
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3

kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas,

(2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan

grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling

optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.Kehamilan pertama dan setelah

kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan yang paling

aman adalah persalinan kedua dan ketiga.13

N. Rancangan Analisis Data

a) Desain penelitian : case-control

b) Jenis hipotesis : komparatif

c) Variabel independent : Partus lama

d) Skala pengukuran independent : Kategorik ordinal

e) Variabel dependent : Angka kematian perinatal

f) Skala pengukuran dependent : kategorik ordinal

g) Rencana analisis yang sesuai : chi- square

h) Kelompok : 2 kelompok

i) Berpasangan/tidak berpasangan : Tidak berpasangan


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Rumah Sakit Khusus

Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi didirikan tahun 1974. Rumah Sakit ini terletak di jalan

Jenderal Sudirman No. 14 sampai saat ini luas lahan 1392 M2 dan luas bangunan

660 M2. Dilengkapi dengan alat komunikasi, pengolahan limbah, dan sarana dan

prasarana yang tersedia.

Visi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

“Unggul dalam pelayanan dan pengelolaan”

Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

1. Mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan di

rumah sakit bersalin Pertiwi prov. Sul-Sel

2. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional

3. Menerapkan pengelolaan RSKD yang berhasil guna dan berdaya guna

4. Mengembangkan jenis kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak Dalam rangka

pengembangan RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. Sul-Sel

5. Meningkatkan motivasi kerja petugas dalam memberikan pelayanan prima

menuju kemandirian

6. Mengembangkan kerjasama dengan mitra kerja dalam rangka pengembangan

RSKD. Pertiwi Prov. Sul-Sel.


Pelayanan Medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

Makassar

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang

terdiri dari pelayanan rawat jalan, klinik tumbuh kembang, unit gawat darurat,

women centre, pelayanan penunjang, pengelolaan sampah medis, pengelolaan air

limbah, pelayanan rawat inap.

Poli spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan

masalah kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, penyakit dalam, gizi

klinik kesehatan kulit dan kelamin & kosmetik medik.

Ketenagaan Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

Jumlah dokter spesialis

1. Dokter Obgyn : 2 orang

2. Dokter Anak : 3 orang

3. Dokter Kulit dan Kelamin : 1 orang

4. Dokter Anestesi (partimer) : 1 orang

5. Dokter Interna : 1 orang

Jumlah Dokter Umum : 1 orang

Jumlah Dokter Umum (magang) : 2 orang

Jumlah Dokter Gigi : 2 orang

Jumlah Tenaga Paramedis :


1. Tenaga Bidan : 17 orang

2. Tenaga Perawat : 14 orang

3. Tenaga non Perawatan : 38 orang

Pelayanan Penunjang medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak

Pertiwi Makassar

Rumah Sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti apotik,

laboratorium dan radiologi 24 jam, fisioterapi, CTG, EKG, colposcopy, ruang

senam dan message baby.

Penunjang umum Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

Makassar

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri administrasi,

pelayanan telepon 24 jam, telepon umum, IPAL (system Pengelola Air Limbah),

insenator laundry, sarana parkir yang luas, koperasi , instalasi gizi dan dapur

umum,dan musholah.

Fasilitas Rawat Inap

1. VIP : 6 ruangan yang masing tersedia kamar mandi + toilet dan difasilitasi 1

tempat tidur pasien, 1 tempat tidur panjang pasien, 1 box bayi, 1 set sofa tamu,

1 set meja makan, 1 set kaca hias, 1 kulkas, 1 lemari pakaian, 1 buah kereta

alat, kamar full AC


2. Klas I : 3 ruangan yang masing-masing tersedia kamar mandi + toilet dan

fasilitasi dengan 2 tempat tidur pasien, 2 box bayi, 2 lemari pakaian, 2 kursi

tamu, TV, AC.

3. Klas II: 3 ruangan yang masing-masing ruangan tersedia kamar mandi +

toilet serta di fasilitasi dengan 4 tempat tidur pasien, 4 box bayi,4 lemari

perlengkapan, pasien, TV,AC

4. Klas III : 1 ruangan+ kamar mandi + toilet dilengkapi dengan fasilitas 9

tempat tidur, 9 lemari perlengkapan, TV, AC

5. Klas miskin : 1 ruangan dengan fasilitas 5 tempat tidur pasien, 5 box bayi,

AC.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan anak

Pertiwi Makassar pada ruangan rekan medik. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini

adalah hubungan antara patrus lama, umur ibu, paritas ibu terhadap kematian

perinatal. Data diambil melalui buku rekam medik pada ruangan rekam medik Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak pertiwi Makassar. Sampel sebanyak 164 orang

yang telah melakukan persalinan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi

Makassar.

Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai penjelasan sebagai berikut :
Analisis Univariat

1. Karakteristik Umum

a. Umur

Pada tabel5.1 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok

umur yang terbanyak adalah pada ibu umur 20 sampai 35 tahun sebanyak135 orang

(82,3%). Sedangkan Pada ibu umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun adalah

sebanyak 29 orang (17,6%)

Tabel 5.1.Karakteristik Responden Menurut Umur

Karakteristikumur Frekuensi Persen (%)

< 20 atau > 35 29 17,6

tahun
135 82,3

20 – 35 tahun

Jumlah 164 100

Sumber :Data rekam medic RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011

b. Partus lama

Pada tabel 5.2 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan dengan

riwayat partus lama dan partus normal adalah masing-masing sebanyak 82 orang

(50%).
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Menurut Partus

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

Partus

Partus Lama 82 50

Partus Normal 82 50

Jumlah 164 100

Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011

c. Paritas

Pada tabe l5.3 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok

paritas yang terbanyak adalah pada ibu multipara sebanyak 104 orang (63,4%).

Sedangkan Pada ibu primipara adalah sebanyak 60 orang (36,5%)

Tabel 5.3.Karakteristik Responden Menurut Paritas

KarakteristikParitas Frekuensi Persen (%)

Primipara 60 36,5

Multipara 104 63,4

Jumlah 164 100


Sumber :Datarekammedik, RSKD IbudanAnak Pertiwi Makassar 2010 -2011

d. Perinatal

Pada tabel 5.4 di bawah ini menunjukkan distribusi berdasarkan kelompok perinatal

yang terbanyak adalah pada perinatal hidup sebanyak 89 orang (54,2%). Sedangkan

Pada perinatal mati adalah sebanyak 75 orang (45,7%)

Tabel 5.4.Karakteristik Responden Menurut Perinatal

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

Perinatal

Mati 75 45,7

Hidup 89 54,2

Jumlah 164 100

Sumber :Data rekammedik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011

Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara partus

lama dengan kematian perinatal. Pengujian data menggunakan program SPSS 16.0 for

windows di peroleh hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 5.5. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal.

Kondisi Bayi 95 % CI

Hidup Meninggal Total


P-

Umur N % N % N % value OR upper Lower

< 20 - >

35 11 12,4 18 24,0 29 17,7 0,052 2,239 0,982 5,106

20 – 35 78 87,6 57 76,0 135 82,3

Jumlah 89 100 75 100 164 100

Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011

Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa di dapatkan jumlah yang umur 20

sampai 35 tahun sebanyak 135 responden (82,3%), yakni melahirkan bayi hidup sebanyak 78

orang (87,6%) dan melahirkan bayi meninggal 57 (76,0%). Sedangkan responden yang

melahirkan pada umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sebanyak 29
responden (17,7%) yakni melahirkan bayi yang hidup 11 orang (12,4%) dan melahirkan bayi

meninggal 18 orang (24,0%).

Hasil uji statistic menunjukkan p value = 0.052 (p >0,05) berarti Ho di terima dan Ha

ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal.

Tabel 5.6. Hubungan Antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal.

Kondisi Bayi 95 % CI

Hidup Meninggal Total


P-

Partus N % N % N % value OR Upper Lower

Partus

Lama 30 33,7 52 69,3 82 50,0


0,001 4,446 2,301 8,593
Partus

Normal 59 66,3 23 30,7 82 50,0

Jumlah 89 100 75 100 164 100

Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan jumlah partus normal

sebanyak 82 responden (50,0%), yakni melahirkan bayi dalam kondisi hidup sebanyak 59

(66,3%) dan melahirkan bayi yang meninggal sebanyak 23 orang (30,7%). Sedangkan jumlah

partus lama sebanyak 82 responden (50,0%) yakni dalam kondisi hidup sebanyak 30 orang

(33,7%) dan dalam kondisi meninggal 52 orang (69,3%).


Hasil uji statistic menunjukkan bahwa p value = < 0,001 (p <0,05) ,berarti Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian

perinatal.

Untuk mengetahui besarnya risiko terjadinya kematian perinatal pada ibu yang

melahirkan dengan partus lama maka diketahui nilai OR= 4,446 (95% CI= 2,301- 8,593). Hal

ini berarti ibu pada kelompok partus lama mempunyai resiko 4,446 kali lebih besar mengalami

kematian perinatal di bandingkan ibu pada kelompok partus normal.

Tabel 5.7. Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kematian Perinatal.

Kondisi Bayi 95 % CI

Hidup Meninggal Total


P-

Paritas N % N % N % value OR upper Lower

Primipara 31 34,8 29 38,7 60 36,6


0,611 1,180 0,624 2,231
Multipara 58 65,2 46 61,3 104 63,4

Jumlah 89 100 75 100 164 100

Sumber: Data rekam medik, RSKD IbudanAnak Pertiwi Makassar 2010 -2011

Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa didapatkan jumlah paritas multipara

sebanyak 104 responden (63,4%), yakni melahirkan bayi hidup sebanyak 58 orang (65,2%)

dan melahirkan bayi meninggal 46 (61,3%). Sedangkan responden yang melahirkan pada

paritasprimipara sebanyak 60 responden (36,6%) yakni melahirkan bayi yang hidup 31 orang

(34,8%) dan melahirkan bayi meninggal 29 orang (38,7%).


Hasil uji statistic menunjukkan p value = 0.611(p > 0,05) berarti Ho di terima dan Ha

ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara paritas ibu dengan kematian perinatal.

Tabel 5.17. Ringkasan Hasil Analisis Bivariatfaktor yang mempengaruhi kematian

perinatal

95% CI

Hubungan p-value OR Upper Lower Kesimpulan

Umur ibu dengan kematian

perinatal 0,052 Ho diterima

Partus ibu dengan kematian

perinatal < 0,001 4,446 2,301 8,593 Ho ditolak

Paritas ibu dengan kematian

perinatal 0,611 Ho diterima


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Umur Ibu dengan kematian Perinatal

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi

yang sehat dan aman adalah umut 20-35 tahun. Kehamilan di usia < 20 tahun dan >35

tahun dapat menyebabkan kematian perinatal karena pada kehamilan diusia ≤ 20

tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil dan mentalnya belum

matang menghadapi kehamilan dan persalinan. Sedangkan pada usia ≥ 35 tahun

terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit

yang sering menimpa di usia ini.

Sesuai dengan penelitian Rahmawati (2007) bahwa kesehatan reproduksi yang

harus menghindari 4 terlalu dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia

ibu, yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia dibawah 20 tahun. Risiko yang

mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran,

preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi

belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR Sedangkan umur yang

terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada
usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi,

timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan29

Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Wiknjosastro bahwa kematian

perinatal cenderung terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun30

Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun karena usia

tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah

mampu merawat bayi dan dirinya31.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat distribusi kematian perinatal berdasarkan

umur ibu secara umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase perinatal yang

meninggal terbanyak didapatkan pada kategori 20 – 35 tahun sebanyak 76,0% dan

pada kategori <20 – >35 tahun sebanyak 24%. Sedangkan jumlah perinatal yang

hidup terbanyak didapatkan pada kategori 20 - 35 tahun sebanyak 87,6% dan pada

kategori < 20 - >35 tahun sebanyak12,4% . Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-

Square menunjukkan bahwa probabilitas (0,052) < α (0,05) berarti hipotesis nol

diterima dan hipotesis alternative ditolak artinya tidak ada hubungan umur ibu

dengan kematian perinatal di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak (RSKD)

Pertiwi tahun 2010-2011.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun

2001, yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian

neonatal dini dengam nilai p = 0,461(p > 0,05). Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

berumur kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun berisiko untuk mati pada periode

neonatal dini 1,2 kali lebih besar dari pada bayi dengan ibu yang berumur 20 – 35
tahun. Namun beberapa penelitian beberapa penelitian menemukan hubungan yang

erat antara umur ibu pada saat melahirkan dengan kematian perinatal. Perbedaaan

temuan ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran sampel yang kecil, mengingat

hubungan kedua variabel yang amat rendah20.

Diketahui bahwa umur yang ideal untuk melahirkan (usia reproduksi sehat) adalah

umur 20-35 tahun, dengan resiko yang makin meningkat bila umur ibu kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun untuk terjadinya komplikasi kehamilan seperti eklamsi,

plasenta previa, perdarahan dan gangguan pada janin. Komplikasi ini bila berkelanjutan

dan tidak tertolong akan dapat menyebabkan kematian ibu. Pada usia kurang dari 20

tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan, sehingga makanan banyak yang dipakai.

Secara fisik alat reproduksi dibawah 20 tahun juga belum terbentuk sempurna dan

pertumbuhan tulang panggul belum terbentuk lebar. Sedangkan pada usia diatas 35

tahun, biasanya seorang wanita sudah mulai dihinggapi penyakit seperti ca cervik,

kencing manis, darah tinggi dan jantung. Pada umur ini keadaan jalan lahir sudah mulai

kurang elastis dibandingkan sebelumnya sehingga mengakibatkan persalinan menjadi

sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan menurunnya kesehatan ibu untuk melahirkan

bayi karna faktor umur maupun penyakit yang dideritanya21

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina Y. Kongkoli yang

mendapatkan responden terbanyak pada kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu173

responden yang merupakan kelompok dengan risiko rendah baik, dibandingkan yang

berisiko tinggi terjadinya KJDR pada kelompok umur kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun yaitu 40 responden. Didapatkan nilai p = 0,17( > 0,05) artinya tidak

terdapat hubungan antara umur ibu dengan kematian janin, OR = 1,6 yang berarti bahwa
umur ibu hamil dengan umur ekstrem (< 20 atau > 35 tahun) berisiko 1,6 kali lebih besar

umtuk mengalami kematian janin dibandingkan mereka yang berumur 20 – 35 tahun22.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kotamadya

Bengkulu tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi

Kematian perinatal. Mendapatkan variabel umur didapatkan nilai p = 0,001 dan OR =

13,54), secara statistik terdapat hubungan antara umur dengan kematian perinatal23.

Hal ini berbeda dengan penelitian Nikodemus Barends 1, Endang Dwi Lestari2,

dan Adi Utarini3, di RSUD Abepura Jayapura didapatkan dari hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal p = 0,007 (p

<0,05),dengan nilai OR = 2,31 yang berarti ibu pada kelompok umur <20 atau >35

tahun mempunyai risiko 2,31 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu

pada kelompok umur 20-35 tahun25

Hal ini berbeda dengan penelitian Cut Sri Wahyuni tentang Hubungan Factor

Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian perinatal di Kabupaten Pidie tahun

2008 didapatkan dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara umur ibu

dengan kematian perinatal p = 0,019 (p <0,05),dengan nilai OR = 2,765 yang berarti

ibu pada kelompok umur <20 atau >35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali

mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun26

B. Hubungan antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal

Proporsi ibu pada kelompok partus lama yang mengalami kematian perinatal

yaitu responden 52 (69,3%) sedangkan kelompok partus normal yang mengalami

kematian perinatal yaitu responden 23(30,7%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan signifikan antara partus ibu dengan kematian perinatal nilai p= 0,001( p

<0,005), nilai OR= 4,446 (95%CI =2,301- 8,593), artinya ibu pada kelompok partus

lama tahun mempunyai resiko 4,4 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan

ibu pada kelompok partus normal.

Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kota Bengkulu

tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi Kematian

perinatal dimana didapatkan dari hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan antara

partus lama dengan kematian perinatal p = 0,001 dengan nilai OR = 33,75 yang

berarti ibu pada kelompok partus lama mempunyai 33,75 kali mengalami kematian

perinatal dibandingkan ibu pada kelompok partus normal 23.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun

2001, yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan kematian

neonatal dini dengam nilai (p = 0,001). Risiko kematian neonatal dini pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu dengan kompilkasi kehamilan atau persalinan ( partus lama)

adalah 4,30 kali lebih besar (95% CI ), OR = 2,48 – 7, 46 ) daripada bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang tidak mengalami komplikasi persalinan 20.

C. Hubungan antara Paritas ibu dengan Kematian Perinatal :

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir

hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko

mengalami kematian perinatal.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat distribusi kematian perinatal berdasarkan

paritas ibu secara umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase perinatal
yang meninggal terbanyak didapatkan pada kategori multipara sebanyak 61,3% dan

pada kategori primipara sebanyak 38,7% Sedangkan jumlah perinatal yang hidup

terbanyak didapatkan pada kategori multipara sebanyak 65,2% dan pada kategori

primipara sebanyak 34,8% . Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square

menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,611(p > 0,05) berarti hipotesis nol diterima

dan hipotesis alternative ditolak artinya tidak ada hubungan paritas ibu dengan

kematian perinatal di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak (RSKD) Pertiwi

tahun 2010-2011.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian

Ekawaty Lutfia Haksari dan Achmad Surjono di RS Dr Sardjito Yogyakarta tahun

2001 menunjukkan paritas ibu primipara dengan bayi mati 198 (3,6%) dan pada

multipara dengan bayi mati 225 (4,7%). Pada penelitian ini didapatkan perbedaan

yang bermakna pada kematian perinatal antara ibu primipara dan multipara.

Primipara tidak meningkatkan risiko, sedangkan ibu multipara sedikit meningkat

risiko kematian perinatal24.

Paritas jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas terbagi atas 3

kelompok; (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2)

Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan (3) Golongan grand

multipara adalah golongan ibu paritas > 6 anak9.

Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.

Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko tinggi.

Kehamilan risiko tinggi sering disertai penyulit seperti kelainan letak, perdarahan

ante partus, perdarahan post partum,dan lain-lain27.


Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan anak

keempat atau lebih. Pada kehamilan dan persalinan pertama ada kekakuan dari otot

sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur jaringan

yang sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan28.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kotamadya

Bengkulu tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi

Kematian perinatal. Mendapatkan variabel paritas didapatkan nilai p = 0,001 dan OR =

3,95), secara statistik terdapat hubungan antara paritas dengan kematian perinatal 23.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun

2001, yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kematian

neonatal dini dengan nilai p = 0,008(p < 0,05). Bayi yang dilahirkan oleh ibu paritas 1

dan ≥ 4 orang berisiko mengalami kematian neonatal dini 1,89 kali lebih besar (95%

CI OR : 1,17 – 3,06) dari pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan paritas 2- 3. Hasil

ini juga sesuai dengan penelitian di kotamadya Bengkulu dan di kabupaten Indra Giri

Hulu . Risiko kematian neonatal dini yang besar pada bayi yang dilahirkan dari ibu

dengan paritas satu disebabkan oleh kekakuan jaringan panggul serta pengetahuan

tentang perawatan kehamilan dan persalinan yang rendah. Pada ibu dengan paritas >

3, kematian neonatal dini dapat disebabkan oleh kemunduran elastisitas jaringan yang

sudah berulang kali berkontraksi pada saat persalinan sehingga membatasi

kemampuan menghentikan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat

pada saat persalinan dan membawa risiko pada kematian bayi 20.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina Y. Kongkoli yang

mendapatkan p = 0,009 (<0,05) artinya terdapat hubungan antara paritas dengan


kematian perinatal. OR = 2,16 (95% CI : 1,21 – 3, 86). Bahwa ibu dengan riwayat belum

pernah melahirkan yang dikenal dengan paritas nol atau pada primigravida dan atau

paritas lebih dari 4 kali meningkatkan risiko kematian janin dengan nilai odds Ratio(OR)

2,16 kali dibandingkan ibu paritas 1 – 4. Hal tersebut terlihat pula pada Confidence

Interval (95% = 1,21 – 3,86) dengan nilai p = 0,009(< 0,05) yang secara statistik

menunjukkan adanya hubungan bermakna paritas dengan kematian janin.22


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

a. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian

perinatal.

Diduga banyak faktor yang berperan terhadap kematian perinatal yang

didalam penelitian ini tidak terbukti.

b. Terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan kematian

perinatal.

Risiko terjadinya kematian perinatal 2,22 kali pada partus lama dibandingkan

dengan partus normal

Didukung oleh penelitian dari Efriza(2007) yang mendapatkan angka kejadian

partus lama terhadap kematian perinatal dengan p= 0,001.

c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian

perinatal.

Diduga banyak faktor yang berperan terhadap kematian perinatal yang

didalam penelitian ini tidak terbukti.


B. SARAN

Saran yang diberikan berdasarkan penelitian adalah kepada pengelola program kesehatan

ibu dan anak adalah agar lebih mengintensifkan program asuhan perawatan antenatal, dan

penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang kesehatan reproduksi serta peningkatan ketrampilan

tenaga professional penolong persalinan dalam meningkatkan cakupan pelayanan antenatal dan

pertolongan persalinan serta mekanisme rujukan dalam mengatasi gawat darurat obstetric.

Saran bagi masyarakat khususnya ibu hamil agar memeriksakan kehamilan minimal 4

kali selama kehamilan dengan standar “5T” dan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan

professional bila terjadi kegawatan obstetric. Melakukan juga penyuluhan kepada ibu hamil

melalui kelompok pengajian, dan organisasi masyarakat tentang peningkatan upaya pendeteksian

dini terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi, penundaan kehamilan untuk ibu yang berumur < 20

tahun, dan menghentikan kehamilan untuk ibu yang memiliki anak lebih dari tiga atau berusia >

35 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi terpilih.


PENUTUP

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik

moril mau pun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang tak terhingga kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta Ayahanda H. Syamsuddin dan Ibunda Hj. Halmahera

yang tidak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. dr. Machmud Gaznawie, Ph.D. Sp. PA (K) selaku Dekan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. dr.ArmynNurdin, M.sc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah

Makassar atas ilmu dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

5. Segenap Jajaran Pimpinan dan Staf RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar atas izin

penelitian, kerjasamadan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Buat saudara-saudaraku Arwan Syam, Fadriadi Syam, Sulastri Syam, Wahyudi Syam

yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam meraih cita-cita saya.

7. Buat Bakri yang selalu ada memberikan doa, memotivasi saya setiap saat dan

menjadi sumber semangatku selama kuliah sampai selesainya skripsi ini.


8. Buat teman-teman Gank motor yang menjadi sahabat saya Sitti Marwah, Sartika

Akib, Pratiwi, Safmawati, Idawati yang selalu mengajar dan mambantu saya hingga

dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk waktu yang telah diberikan.

9. Teman – teman kelompok 1“kematian ibu dan bayi”(k‟ajie, idha, ika,tiwi, bahjah,

k‟uni, mucha, ardi, ame, tiara, I am, Ita, Sofi, Hera dan Anni) terima kasih atas

dukungan dan bantuannya.

10. Terima kasih juga kepada teman-teman Angkatan Cerebrum “08” Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberi semangat, berjuang bersama dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Makassar, FEBRUARI 2012

Fitriah Syam
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu kebidanan. keempat ed. SPOG PABSM, editor. jakarta: PT

Bina Pustaka; 2009.

2. Prawirohardjo Sarwono. Buku acuan Nasional Pelayanan dan kesehatan Maternal dan

Neonatal kedua ed. SpOG pABS, editor. jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2002.

3. MPH PdRM. Sinopsis Obstetri 2ed. OG dDLS, editor. jakarta: EGC; 1998.

4. Wiludjang RL. Gambaran Penyebab Kematian Maternal Di Rumah Sakit

(Studi Di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka,

RSUD Larantuka Dan RSUD Serang,.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistim dan

Kebijakan KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Surabaya.2005:2.

5. http://datinkessulsel.wordpress.com/2010/06/12/laporan-dinkes-kab-kota-kematian-ibu-

maternal-di-sulsel-7884-per-100-000-kh di akses tanggal 24 juli 2011.

6. 2. TAHLBAH h. Peranan Gravitasi di jagad. In : Masyah SH editor. Ensiklopedia

Mukjizat Al quran dan hadis. Bekasi :PT sapta sentosa 2008.

7. Ismail,S dan Sastroasmoro,S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa

Aksara; 2011.

8. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan

tindakan, Available from: Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS_YULI

KUMAWATI.pdf

9. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC, 2007.
10. Dahlan, MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta: Salemba Medika,

2010.

11. Wijaya AM. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),

Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) dan penyebabnya di

Indonesia [Internet] 2007. Available from:

http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=92:kon

disi-angka-kematian-neonatal-akn-angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-

akbal-angka-kematian-ibu-aki-dan-penyebabnya-di-indonesia&catid=36:yang-perlu-

anda-ketahui&Itemid=28. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011.

12. Heriyanti O. hubungan antara preeklampsia berat dengan asfiksia perinatal di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2009. Diakses

pada tanggal 20 Juli 2011

13. Viktor. Analisis factor risiko pada kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara tahun

2005-2006 (Tesis). Sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 18

September 2007. Diakses pada tanggal 19 Juli 2011.

14. WHO. 2001. Dibalik Angka Pengkajian Kematian Maternal dan Komplikasi untuk

Mendapatkan Kehamilan yang Lebih Aman. http://www.ino.searo. Diakses pada tanggal

15 Juli 2011.

15. Wahyuni CS. 2009. Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian

Perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal

15 Juli 2011.

16. d. Bappenas. 2008. Program Nasional Bagi Anak Indonesia Kelompok Kesehatan.

http://www.bappenas.go.id. Diakses pada tanggal 15 Juli 2011.


17. Sulistiyowati N, Ronoatmodjo S, Tarigan LH. 2001. Kematian Perinatal Hubungannya

dengan Faktor Praktek Kesehatan Ibu Selama Kehamilan di Kota Bekasi Tahun 2001.

http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 15 Juli 2011.

18. Pincus, K. Kapita selekta pediatri edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2005.

19. Millenium development goals and health target [Internet] 2003 Nov 11 [cited 2003

Nov19-20].Availablefrom:

http://apps.who.int/gb/ebmr/PDF/E/Millenium%20development%20goals%20and%20he

alth%20targets.pdf. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011

20. Efriza . Determinan Kematian Neonatal Dini di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 2,No.3, Desember :2007

21. Sovia Elvi, 2002, Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan ibu

(Trias Klasik) di RSU Dumai, 2001).

22. Kongkoli Y. Erlina. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kematian janin Di RSIA

Fatimah Makassar Periode 2001- 2002,Edisi XVI/2008.

23. Yulina Lubis,Factor –Faktor yang mempengaruhi Kematian Perinatal Di Kotamadya

Bengkulu Tahun 2000 – 2001, perpustakaan UI, TESIS S2.

24. Ekawaty Lutfia haksari, Achmad Surjono, Risiko kematian Perinatal Pada Primipara Di

RS Daerah Tingkat II di Yogyakarta,2001

25. Nikodemus Barends, Endang Dewi lestari dan Adi Utarini, Karakteristik Individu dan

Kualitas Pelayanan Rujukan sebagai Faktor Risiko Kematian Perinatal Di RSUD

Abepura jayapura, Sains Kesehatan 18(4), Oktober 2005.


26. Cut Sri Wahyuni, Hubungan Factor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian

perinatal di Kabupaten Pidie; 2008

27. Martaadisoebrata, D, 2005, Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

28. Tipta, G.D, 2002, Makalah Bayi Resiko Tinggi Seminar Sehari pada Akademi

Kebidanan, Medan.

29. Rachmadewi, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Empat Terlalu.

Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun 1, No.1, 2007.

30. Wiknjosastro, H. 2007, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta.

31. Draper, E, 2001. Health of Infants and Children in Region: 1979-

1999.www.trentho.org.uk/produck. Diakses tanggal 10 Januari 2009.


RIWAYAT HIDUP

Nama : FITRIAH SYAM

TTL : Galesong , 28 April 1989

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Tidung Mariolo IV no. 4

Riwayat Pendidikan : SD Neg. Inpres Bayowa (1994 - 1999)

SMP Neg. 2 Galesong (1999-2004)

SMA Neg.1 Galesong Utara (2004-2007)

Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar


LAMPIRAN SPSS

TABEL UNIVARIAT
Partus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid partus lama 82 50.0 50.0 50.0

partus normal 82 50.0 50.0 100.0

Total 164 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 20 atau > 35 tahun 29 17.7 17.7 17.7

20 - 35 tahun 135 82.3 82.3 100.0

Total 164 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid primipara 60 36.6 36.6 36.6

multipara 104 63.4 63.4 100.0

Total 164 100.0 100.0

Perinatal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perinatal mati 75 45.7 45.7 45.7

perinatal hidup 89 54.3 54.3 100.0

Total 164 100.0 100.0


TABEL BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

partus * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%

partus * perinatal Crosstabulation

Perinatal

perinatal mati perinatal hidup Total

partus partus lama Count 52 30 82

Expected Count 37.5 44.5 82.0

% within perinatal 69.3% 33.7% 50.0%

partus normal Count 23 59 82

Expected Count 37.5 44.5 82.0

% within perinatal 30.7% 66.3% 50.0%

Total Count 75 89 164

Expected Count 75.0 89.0 164.0

% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 20.663 1 .000
b
Continuity Correction 19.262 1 .000

Likelihood Ratio 21.135 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.537 1 .000


b
N of Valid Cases 164

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,50.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 20.663 1 .000
b
Continuity Correction 19.262 1 .000

Likelihood Ratio 21.135 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.537 1 .000


b
N of Valid Cases 164

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for partus (partus


4.446 2.301 8.593
lama / partus normal)

For cohort perinatal =


2.261 1.540 3.318
perinatal mati

For cohort perinatal =


.508 .371 .697
perinatal hidup

N of Valid Cases 164

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%

umur * perinatal Crosstabulation

perinatal

perinatal mati perinatal hidup Total

umur < 20 atau > 35 tahun Count 18 11 29


Expected Count 13.3 15.7 29.0

% within perinatal 24.0% 12.4% 17.7%

20 - 35 tahun Count 57 78 135

Expected Count 61.7 73.3 135.0

% within perinatal 76.0% 87.6% 82.3%

Total Count 75 89 164

Expected Count 75.0 89.0 164.0

% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.789 1 .052
b
Continuity Correction 3.031 1 .082

Likelihood Ratio 3.790 1 .052

Fisher's Exact Test .065 .041

Linear-by-Linear Association 3.766 1 .052


b
N of Valid Cases 164

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,26.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for umur (< 20


atau > 35 tahun / 20 - 35 2.239 .982 5.106
tahun)

For cohort perinatal =


1.470 1.040 2.078
perinatal mati

For cohort perinatal =


.656 .403 1.069
perinatal hidup

N of Valid Cases 164


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

paritas * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%

paritas * perinatal Crosstabulation

Perinatal

perinatal mati perinatal hidup Total

paritas primipara Count 29 31 60

Expected Count 27.4 32.6 60.0

% within perinatal 38.7% 34.8% 36.6%

multipara Count 46 58 104

Expected Count 47.6 56.4 104.0

% within perinatal 61.3% 65.2% 63.4%

Total Count 75 89 164

Expected Count 75.0 89.0 164.0

% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .258 1 .611
b
Continuity Correction .119 1 .730

Likelihood Ratio .258 1 .612

Fisher's Exact Test .629 .365

Linear-by-Linear Association .256 1 .613


b
N of Valid Cases 164

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,44.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for paritas


1.180 .624 2.231
(primipara / multipara)

For cohort perinatal =


1.093 .778 1.534
perinatal mati

For cohort perinatal =


.926 .687 1.249
perinatal hidup

N of Valid Cases 164

LAMPIRAN

DATA REKAM MEDIK DARI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI TAHUN 2010- 2011

PARTUS UMUR PARITAS PERINATAL


1 1 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
2 1 1 1
2 1 2 2
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 1 1
2 2 1 2
2 1 2 2
2 1 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
2 2 2 1
2 2 2 2
2 1 1 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
1 1 2 1
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
2 1 2 2
2 2 1 1
1 2 1 1
1 1 1 2
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
1 1 2 1
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 1 1
2 2 1 2
1 2 1 2
2 1 2 2
1 1 1 1
1 2 1 1
1 2 1 2
2 2 1 2
1 1 2 1
2 1 2 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
1 2 2 1
1 2 1 1
2 2 1 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 2 1
1 2 2 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 1 1
2 1 2 2
1 1 2 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 1 2 1
2 2 1 2
1 2 2 2
1 2 2 1
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 1 1
1 2 2 1
1 2 2 2
1 1 1 1
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 1 2 1
2 1 2 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 1 2
1 2 2 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 1 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 1 2 2
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 2 2 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 1 2 2
1 2 2 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 2 1
1 2 1 2
2 2 1 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 1 2 1
1 2 2 2
2 2 2 1
1 2 2 2
2 1 1 1
1 2 1 2
2 2 1 2
1 2 2 2
KETERANGAN :

PARTUS

a. a. Partus Lama = 1
b. b. Partus Normal = 2

UMUR

c. Umur < 20 atau > 35 tahun = 1


d. Umur 20 – 35 tahun= 2

PARITAS

e. Primipara = 1
f. Multipara = 2

PERINATAL

g. Perinatal meninggal = 1
h. Perinatal hidup = 2

Anda mungkin juga menyukai