Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

UNIVERSALITAS AJARAN ISLAM DAN PRINSIP ISLAM


BERKEMAJUAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU :
Amirullah,S.Pd.I.M.A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


Sofya Silmi Marety ( 2101025141 )
Indah Rachmadanis ( 2101025305 )
Khalil Lurrahman ( 2101025161 )
Siti Rahmi ( 2101025325 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF, DR.HAMKA


2021

1
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................3

BAB I . PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG...............................................................4
2. RUMUSAN MASALAH..........................................................5
3. TUJUAN PENULISAN............................................................5
4. MANFAAT PENULISAN........................................................5

BAB II. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ISLAM AGAMA BERKEMAJUAN.....................6


2. TANTANGAN ZAMAN DAN KELUWESAN ISLAM.................8
3. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM.............................................9
4. PRINSIP ILMU BERKEMAJUAN.................................................11
5. INDIKATOR MUSLIM BERKEMAJUAN....................................14

BAB III . PENUTUPAN


A. KESIMPULAN......................................................................16
B. SARAN...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenan beliaulah bias menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktunya. Semua itu hanya karena berkat serta utama Tuhan dalam kehidupan
kami. Dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang bagaimana sejarah
agama islam serta bagaimana perkembangan universalitas ajaran islam dan prinsip
islam berkemajuan sampai saat sekarang ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah ini .baik itu teman-teman ,dosen dan semua nya
yang telah membantu yang kami tidak bisa sebut satu per satu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini
belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya, Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.

Bekasi, 01 Oktober 2021

KELOMPOK 7

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam adalam agama universal, yang meliputi semua ospek kehidupan


manusia. Namun sekurangnya ada 3 aspek penting yang menjadi dasar dari
semu aspek yang lainnya. Yaitu ; Akidah, Syari’ah, dan Akhlak. Ketiga nya
membentuk nilai-nilai dan norma dalam kehidupan manusia.

Nilai di dalam agama islam pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-
prinsip hidup , ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia
menjalankan kehidupannya di dunia ini. Nilai-nilai islam yang tegas, pasti
dan tetap tidak berubah karena keadaan, tempat,dan waktu ,adalah nilai yang
bersumber kepada agama.

Agama islam mempunyai kedudukan yang amat sangat penting dalam


kehidupan manusia. Agama Islam hendaknya dipahami sekaligus dibangun
diatas pandangan komitmen kebersamaan yang menitikberatkan kepada nilai
spritualitas dan aktualitas. Peran agama islam itu berkualitas dengan
perkembangan kehidupan. Agama merupakan pengikat kehidupan manusia
yang diwariskan secara turun menurun.

Ajaran-ajaran Islam yang dibawakan oleh Rasul terakhir bersifat universal


dan komprehensif. Dikatakan universal karena nilai-nilai Islam dapat
diajarkan dimanapun , kepada siapapun dan meliputi seluruh aspek individu
maupun social. Lebih dari itu, ajaran-ajaran Islam berupa nilai-nilai yang
menjadikannya bukan sekedar agama bagi umat Islam tapi juga way of life

4
1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa Konsep Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?


2. Bagaimana Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan
Muhammadiyah?

1.3 Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui Konsep Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah

B. Mengetahui Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah

1. 4 Manfaat Penulisan

A. Secara teoritis. Memberikan tambahan pengalaman dan khasanah keilmuan


tentang Konsep dan Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan
Muhammadiyah

B. Secara praktis. Dari hasil tambahan pengetahuan tentang Konsep dan


Implementasi Islam Berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah ini dapat
diterapkan dengan langkah-langkah praktis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Muhammadiyah Tentang Islam Berkemajuan

Islam menetapkan keseimbangan tersempurna dan akhlak. Akhlak diartikan


sebagai filosofi yang berkaitan dengan pribadi manusia serta perangai dan tingkah
lakunya. Tetapi, sangat disayangkan di zaman sekarang,banyak orang-orang yang
akhlak nya tidak sesuai syari’at yang dianjurkan oleh agama Islam itu sendiri
terutama para remaja. Merosotnya nilai-nilai Islam tidak hanya melanda remaja-
remaja yang berada di kota-kota besar saja. Tetapi juga sudah merebak sampai ke
pelosok desa. Perkembangan global di segala bidang kehidupan selain
menjanjikan kemajuan tetapi di suatu pihak mengindifisikan kemunduran akhlak
di pihak lain.

Disamping itu era informasi yang berkembang pesat pada saat ini dengan dampak
positif dan negatifnya telah menyebabkan terjadinya pergeseran nilai di kalangan
remaja. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK ) seringkali tidak
seimbang dengan pemahaman nilai-nilai islam, sehingga memunculkan gejala
baru berupa krisis akhlak terutama terjadi dikalangan remaja.

Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed dalam sebuah Pengantar buku Islam Berkemajuan
mengatakan bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang menjadi
karakter Muhammadiyah, yaitu: (1) tauhid murni yang merupakan doktrin
sentral ajaran Islam; (2) memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara
mendalam; (3) melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif; (4)
berorientasi kekinian dan masa depan; (5) bersikap toleran, moderat dan
suka bekerjasama (Kyai Syuja, 20092)

1. http://westalqornicenter.blogspot.com/2014/11/islam-berkemajuan.html
2. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta, Majelis Pimpinan Pemuda
Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya

6
B. Implementasi Berkemajuan di Lingkungan Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nabi Munkar dan
Tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Muhammadiyah berasas
Islam. Dengan karakter tersebut Muhammadiyah menegaskan dirinya sebagai
Gerakan Islam yang telah melaksanakan misi dakwah dan tajdid. Sedangkan
maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarkan.

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sejak awal berkomitmen dan berkiprah


untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Karena
nya Muhammadiyah sejak kelahirannya memiliki watak yang berkemajuan.

Pandangan Islam yang berkemajuan secara factual melekat dengan kelahiran dan
langkah-langkah Muhammadiyah dalam perjalanan sejarahnya. Dalam tulisan
Solichin salam ( 1962: 15 ) apa yang dilakukan Kyai Dahlan dan Muhammadiyah
generasi awal telah melawan kekolotan (konservatisme), taklid (formatisme), dan
mengerjakan apa saja apa yang dipusaknya dari nenek moyangnya meskipun itu
sudah terang bukan dari ajaran islam (tradisionalisme). Secara umum kondisi umat
Islam ketika Muhammadiyah lahir dicirikan oleh hal- hal berikut : (a) Umat Islam
tidak memegang teguh tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah,dan khufarat, yang mengakibatkan
umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat ,
demikian pula agama islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi; (b)
Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat; (c) Kegagalan dari
sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memproduksi kader-kader
islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntunan zaman, (d) Umat Islam
kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir
secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradiolisme; (e)
Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama
Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia
yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat;

7
2.2 Tantangan Zaman dan Keluwesaan Islam

Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan zaman masyarakat di era


globalisasi yang diwarnai oleh berbagai upaya manusia untuk merekayasa ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pada gilirannya mengakibatkan adanya berbagai
pergeseran nilai dalam semua aspek kehidupan. Perkembangan ilmu dan teknologi
yang semakin pesat dan mengakibatkan adanya banyak perkembangan bahkan
perubahan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, tentu tidak dapat diabaikan begitu
saja. Hal ini diperlukan adanya respon bagi kaum muslimin agar perubahan-
perubahan tersebut tidak menjadi boomerang terutama apabila dikaitkan dengan
tuntunan hukum Islam yang merupakan way of life bagi umat Islam itu sendiri.

Islam agama yang diyakini sempurna oleh pemeluknya diyakini sebagai agama
yang sempurna. Karena tidak, hanya mengatur persoalan-persoalan. Baik
hubungan individu dengan Negara dan lain sebagainya

8
3. 3 Karakteristik Ajaran Islam

Karakteristik tiap ajaran agama-agama memiliki perbedaan masing-masing sesuai


dengan pemikiran dan pemahaman terhadap al-Kitab yang dipelajari sebagai
dasarnya dalam beragama. Islam pun mempunyai karakteristik sendiri, berbeda
dengan agama lain di dunia. Studi tentang karakteristik ajaran Islam tidaklah
mudah, Karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas. Mengenai
karakteristik ajaran Islam yang berhubungan dengan bidang-bidang yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bidang Kebudayaan. Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Politik, dan Sebagainya. Karakteristik tersebut dapat kita lihat
dalam sumber ajaran al-Qur’an dan Hadits. Kedua sumber ini memberi
Karakteristik tersendiri dalam bidang-bidang tersebut yang berguna bagi
kehidupan umat manusia sepanjang massa.

Ajaran islam memiliki konsepsi yang khas dan dapat dikenali dengan
berbagai bidang ke ilmuannya. Perbedaan Karakteristik dalam islam menunjukkan
keragaman yang luas , akan tetapi umat Islam mempunyai konsepsi jiwa persatuan
umat “rahmatan lil alamin “ . Islam sebagai agama yang memiliki banyak
dimensi, yaitu mulai dimensi keimanan, akal pikiran,ekonomi, ilmu pengetahuan
dan teknologi sampai kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi dimensi-
dimensi lainnya. Untuk di pahami

Dalam ajaran Islam sendiri mengandung arti yang berbedabeda pula. Untuk
meninjau ajaran Islam dapat dikemukakan, sebagai berikut:
1. Taat dan menyerahkan diri. Orang yang memeluk Islam adalah orang yang
menyerahkan diri kepada Allah SWT., dan menurut segala yang telah ditentukany

2. Sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat, teteram dan bahagia. Setiap
Muslim akan sejahtera, tenteram, selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di
akherat dengan tuntunan ajaran Rabbul „alamin.

9
3. Mengaku, menyerahkan, dan menyelamatkan. Ini berarti bahwa orang yang
memeluk Islam itu adalah orang yang mengaku dengan sadar adanya Allah SWT.,
kemudian ia menyerahkan diri pada kekuasaan-Nya dengan menurut segala titah
dan firman-Nya sehingga ia selamat di dunia dan akherat.
4. Cinta damai dan sejahtera. Islam adalah agama yang membawa kepada
kedamaian dan perdamaian. Orang yang memeluk Islam adalah orang yang
menganut ajaran perdamaian dalam segala tingkah laku dan perbuatan. Asy‟arie,
menyatakan bahwa Islam adalah penyerahan total hanya kepada Allah SWT.
semata, dan karena penyertaannya yang tulus itu, maka seseorang akan
mendapatkan keselamatan, kebebasan, dan kedamaian. Dalam tingkat kepasrahan
total itulah, energi ilahi akan terserap ke dalam dirinya, dan ia akan mendapat
kebebasan, keselamatan, dan kedamaian yang sesungguhnya. Kepasrahan yang
tulus kepada Allah SWT. adalah sumber energi

i
 Penulis adalah Dosen STIS Al-Ittihad Bima, Alumnus Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang Program Studi Pendidikan Agama Islam. E_mail:
nasrhul19@gmail. Com

3 Pengertian Islam menurut al-Qur‟an, meliputi: as-silm (Q.S. al-Anfal, 8: 61);


aslama (Q.S. an-Nisa‟, 4: 125); mustaslim (Q.S. ash-Shaffat, 37: 26); salim
(Q.S.
asySyu'ara‟, 26: 89); salam (Q.S. Maryam, 19: 47). A. W. Munawwir,
Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka
Progressif, 1984).

file:///C:/Users/USER/Downloads/1-Article%20Text-4-1-10-20191124.pdf

10
3.4 PRINSIP ILMU BERKEMAJUAN

1. Pengakuan akan kesatuan organik antara pengetahuan dan aksi atau praksis,
adanya relasi komplementer antara teori dan praksis. Praksis membutuhkan teori
sebagai usaha awal untuk memetakan medan aksi bagi Muhammadiyah, untuk
menjelaskan terma-terma kunci bagi sebuah persoalan, menentukan prioritas-
prioritas bagi pengambilan keputusan. Sebaliknya pula pengetahuan , atau teori,
berkembang seiring dengan pengalaman eksistensial yang dihadapi
Muhammadiyah saat bergulat dengan realitas social. Ada aksi dan refleksi yang
bergulir secara terus menerus yang seharusnya inhern dalam gerakan
Muhammadiyah. Dalam bahasa yang lebih sempurna adanya persenyawaan antara
ilmu dan amal , tetapi dalam artian yang luas. Setiap refleksi yang dilakukan
Muhmmadiyah terhadap realitas sosial, menuntut tanggung jawab untuk
mengubahnya menjadi tatanan yang labih baik dan adil.

2. Pengetahuan bukanlah refleksi semata terhadap realitas. Tetapi pengetahuan


adalah hasil konstruksi manusia. Prinsip ini sangat signifikan pada saat
Muhammadiyah berhadapan dengan wacana-wacana, diskursus-diskursus yang
berkembang. Wacana tidaklah netral begitu pula dengan diskursus-diskursus
pengetahuan, tetapi mereka adalah sesuatu yang sangat rentan akan intervensi
kekuasaan. Hal ini juga membuat Muhammadiyah lebih arif dalam menghadapi
perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal atau persoalan, sebab setiap tawaran
wacana atau pendapat atau pengetahuan akan sesuatu hal, tidak ada yang
merupakan refleksi transparan atau apa adanya akan realitas, setiap wacana atau
pengetahuan merupakan usaha memandang sesatu dari perspektif tertentu.

3. Optimisme terhadap masa depan yang lebih baik dibanding masa kini dan masa
lalu yang penuh dengan dominasi dan ketidak adilan. Masa depan memiliki
potensi-potensi kebaikan yang harus diaktualisaikan melalui aksi-aksi politik dan
sosial. Muhammadiyah harus menjadi agen dan pendorong perubahan sosial demi
merengkuh masa depan yang lebih baik.

11
4. Persoalan sosial bukanlah persoalan individu an-sich, tetapi lebih banyak
disebabkan oleh sebab-sebab struktural. Artinya peranan institusi sosial yang
besar semisal politik, ekonomi, politik,bahasa, ras serta gender memiliki andil
politik yang lebih besar. Muhammadiyah semestinya melakukan analisis secara
kritis terhadap struktur-struktur sosial tersebut agar bisa mengungkap akar
rasional dan global, segala bentuk problem, dan penindasn yang terjadi.

5. Struktur sosial yang dominatif, dipelihara atau dilanggengkan atau direproduksi


melalui kesadaran palsu, reifikasi , ideologi tertutup, al-Turats yang jumud atau
habitus tertentu. Sturuktur sosial yang dominatif direproduksi melalui
pengetahuan, wacana-wacana, teks-teks ataupun diskursus-diskursus yang
mengelilingi kita. Sehingga yang didominasi berpikir bahwa satu-satunya jalan
adalah menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Muhammadiyah
seharus percaya terhadap subjektivitas manusia dan potensi kreatifnya sebagai
agen atau khalifah dalam mematahkan dominasi.

6. Perubahan sosial dimulai dari hal-hal yang kecil, dari rumah, dari interaksi kita
dengan pasangan, dengan anak-anak, saudara-sudara, dari hal-hal sepele semisal
selera belanja kita, selera tontonan TV kita dan sebagainya. Hal ini untuk
mendukung voluntorisme secara kritis dan menghindari determinisme mekanis.
Perubahan sosial yang diawali dari hal-hal kecil menjadi signifikan sebab
dominasi dan hegemoni merasuk hingga ke hal-hal subtil semacam pembagian
kerja, relasi seksualitas, gaya hidup dan hal-hal remeh lainnya.

7. Adanya hubungan yang dialektis antara agen dan struktur sosial. Walaupun
struktur sosial dapat mengkondisikan perilaku sosial kita, tetapi pengetahuan
mengenai struktur sosial dapat menjadi potensi kreatif dalam mematahkan
dominasi.

12
8. Dengan mengakui hubungan yang kompleks dan dialektis antara kehidupan
sehari-hari dengan struktur sosial skala besar, Muhammadiyah meyakini bahwa
jalan untuk mecapai tujuan akhir yakni “Masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya” tidaklah linear dan merupakan proses tiada henti. “Masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya” merupakan utopia yang dibangun oleh Muhammaiyah,
setiap langkah yang dilakukan menuju utopia tersebut, akan direfleksikan ulang
secara kritis agar lahir langkah yang lebih baik dan efektif. Usaha menuju utopia
juga tidak boleh sama sekali membuka peluang sedikit pun mengorbankan hak-
hak, kebebasan mendasar ,fitrah ataupun hidup manusia. Muhammadiyah harus
meyakini bahwa setiap manusia adalah khalifah, bertanggung jawab atas
kebebasannya sendiri dan tidak melakukan penindasan ataupun penaklukan
bagaimanapun bentuknya terhadap sesama atas nama tujuan, utopia atau
kebebasan jangka panjang- kebebasan adalah kondisi yang optimal yang paling
fitrah dimana manusia mampu mengaktualisasikan secara maksimal segala bentuk
potensi kemanusiaannya menuju kemuliaan ilahiah. Muhammadiyah dalam
menuntun umat dan menjadi tauladan bagi umat manusia, tidak membenarkan
adanya kediktatoran elit terhadap orang banyak, ini juga terlihat jelas dalam
sejarah Muhammad SAW dimana beliau tidak pernah menjadi Nabi dengan
tangan besi.

13
3. 5 INDIKATOR MUSLIM BERKEMAJUAN

Terdapat daftar indikator Islam Berkemajuan menurut Amin Abdullah,


terdapat empat poin; nilai tauhid, visi peradaban, strategi keilmuan, dan
pembaharuan aplikasi manhaj

Terkait nilai tauhid, Amin Abdullah mengatakan;


“Nilai tauhid itu tidak hanya mengekang, tapi liberation. Di dalam tauhid itu, ada
nilai-nilai yang berat dijalankan. Yaitu bagaiamana mengombinasikan antara ar-
ru’yah al-ilahiyyah (nalar teologis), ar-ru’yah al-falsafiyyah (nalar filosofis), dan
al-qiyam al-asasiyyah (nalar etis). Jangan cukup puas dengan teologis, karena itu
akan menjadi partikularistik-sektarian. Itu yang jadi masalah kita sekarang, maka
harus mengintegrasi semuanya. Majelis Tarjih sudah sering menyebut al-qiyam
al-asasiyyah, itu bagus sekali. Dulu nggak pernah menyebut itu sama sekali.
Sering kali, kita jatuh pada theology without philosophy and without ethics. Itu
menjadi penyakit internasional umat Islam, yaitu (lower order of thinking) bukan
(higher order of thinking)” kata Amin. Menurutnya, pendidikan kita itu jatuh pada
al-‘aql al-ijro’i yaitu nalar prosedural (hanya cukup Al-Qur’an, sunah, ijma’,
qiyas) dan juga al-aql al-ifta’i (nalar fatwa). Jika memang jatuh pada lubang itu,
kata Amin, maka kita akan jauh dari nilai al-karomah al-insaniyyah, al-‘adalah, al-
musawaah, dan as-syura. Padahal itu semua ada di dalam Al-Qur’an. Jadi
menurutnya, sekarang kita itu kita kurang tawazun (adil) antara ahl al-hadis dan
muktazilah. Maka jatuhnya nanti menjadi al-‘aql as-siyasi (kekuasaan; seperti
adanya polarisasi cebong-kampret) karena nalar teologis tidak bisa kawin dengan
nalar filosofis dan tidak bisa akrab dengan nalar etis. Terkait visi peradaban, Amin
Abdullah mengatakan bahwa ar-ru’yah al-hadharah (visi peradaban) harus selalu
dinamis, dialektis, dan tidak statis. Selalu berubah-ubah karena tantangan zaman
juga berubah-ubah

14
Mengenai srategi keilmuan, Amin Abdullah mengatakan; “Perlunya multi-
disiplin, inter-disiplin, dan trandisiplin, itulah kunci Islam Berkemajuan. Kalau
anda hanya berpikir mono-disiplin/linieritas “wassalam”, anda ditinggalkan oleh
zaman. Islam wasathiyyah salah satu tugasnya ialah harus menuntaskan problem
muwathonah, equal citizenship dan kesetaraan gender” tukasnya. “Intinya adalah
bagaimana multidisiplin, transdisiplin, dan inter-disiplin, harus masuk ke dalam
komponen meneliti fatwa-fatwa keagamaan, opini, pandangan, bahkan yel-yel”
tambahnya. Setelah melewati 3 checklist di atas baru diuji kesahihan di depan
publik..

“Intinya adalah bagaimana multidisiplin, transdisiplin, dan inter-disiplin,


harus masuk ke dalam komponen meneliti fatwa-fatwa keagamaan, opini,
pandangan, bahkan yel-yel” tambahnya..

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari beberapa mengenai karakteristik ajaran Islam yang secara dominan ditandai
oleh pendekatan normatif, historis, dan filosofis tersebut dilihat bahwa ajaran
Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan amat ideal. Islam juga telah
tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan pelbagai cabangnya.
Karakteristik ajaran Islam memuat berbagai bidang, seperti bidang agama,
mu‟amalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu
pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan hidup,
kesehatan, pekerjaan, serta islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Untuk itu, umat
Islam harus mampu mengakomodir hal penting yang bernilai kemanusiaan
dalam beberapa bidang pengetahuannya yang berlandaskan pada ajaran Islam.
Dalam hubungan sosial “hablul minnas” yang berada dalam bingkai “kesatuan
dan keragaman” umat beragama, Islam mengajurkan untuk mampu hidup
bersanding dalam kehidupannya dengan menunjukkan sikap solidaritas dan
cintadamai yang tinggi di dalam lingkungan sosial, masyarakat dan bangsa.
Karena itu Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka,
kebersamaan, egaliter, kerja keras yang

B. SARAN
bermutu, demokratis, adil, seimbang antara hubungan dunia dan akherat, berharta,
memiliki kepekaan terhadap masala-masalah sosial kemasyarakatan.
Mengutamakan pencegahan dari pada penyembuhan dalam bidang kesehatan
dengan cara memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat
tinggal, lingkungan, dan sebagai nya

16
DAFTAR PUSTAKA

Mukti Ali 1958 Interprestasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta


Majelis Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya
Dr. Haeder Nashr 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan,Yogyakarta, Surya
Sarana Grafika
Kyai Syuja’ 2009. Islam Berkemajuan

1. http://westalqornicenter.blogspot.com/2014/11/islam-berkemajuan.htm l
2. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta, Majelis Pimpinan
Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya

i
 Penulis adalah Dosen STIS Al-Ittihad Bima, Alumnus Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang Program Studi Pendidikan Agama Islam. E_mail:
nasrhul19@gmail. Com

3 Pengertian Islam menurut al-Qur‟an, meliputi: as-silm (Q.S. al-Anfal, 8: 61);


aslama (Q.S. an-Nisa‟, 4: 125); mustaslim (Q.S. ash-Shaffat, 37: 26); salim (Q.S.
asySyu'ara‟, 26: 89); salam (Q.S. Maryam, 19: 47). A. W. Munawwir, Kamus
Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif,
1984).

Munawwir, A. W. 1984. Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:


Penerbit Pustaka Progressif. at-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. 2004. Ekonomi
Islam: Prinsip, Dasar, dan Tujuan, terj. M. Irfan Syofwani. Yogyakarta: Magistra
Insania Press. Nata, Abudin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada. Sudrajat, Ajat dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: UNY
Press. S. Turner, Bryan. 2012. Religion and Social Theory, terj. Inyiak Ridwan
Munir. Yogyakarta: IRCiSoD. Legenhausen, M. 2010. Pluralitas dan Pluralisme
Agama: Keniscayaan Pluralisme Agama sebagai Fakta Sejarah dan Kerancuan
Konsep Pluralisme Agama. Jakarta: Shadra Press.

17

Anda mungkin juga menyukai