Anda di halaman 1dari 3

Penegakan Keadilan Sosial dan Perubahan Sistem

Penegakan keadilan sosial di Indonesia merupakan salah satu bentuk pengamalan


sila kelima Pancasila. Penegakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
arti mendirikan, mengusahakan supaya tetap berdiri, atau mempertahankan
sesuatu. Apabila diartikan secara harfiah, penegakan keadilan sosial memiliki arti
upaya mempertahankan keadilan sosial. Dalam konteks penegakan keadilan sosial
sering dikaitkan dengan penegakan hukum (Usman, 2021). Padahal, penegakan
hukum belum tentu merupakan penegakan keadilan. Perwujudan keadilan sosial
mengandung makna perlindungan hak, persamaan derajat, dan kedudukan di
hadapan hukum, kesejahteraan umum, serta asas proporsionalitas antara individu,
sosial dan negara. Dalam teori keadilan sosial, penegakan keadilan memiliki
dimensi kerakyatan harus memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu pemberian
hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dan menangani kesenjangan sosial
ekonomi agar menciptakan dampak resiprokal bagi setiap orang.
Usaha dalam penegakan keadilan sosial dapat dilakukan dengan beragam cara.
Salah satunya dengan memperbaiki kondisi kesenjangan antara kaum marginal
melalui pemberdayaan oleh organisasi sosial, ekonomi dan politik. Menurut
Suseno (1987) keadilan sosial tidak hanya menyangkut upaya penegakan
keadilan-keadilan melainkan masalah kepatutan dan pemenuhan kebutuhan hidup
yang wajar bagi masyarakat. Sedangkan, menurut Weruin (1990) persoalan
keadilan sosial terletak pada legitimasi pembangunan.
Penegakan keadilan sosial sangat erat dengan pemberian atas hak. Namun, perlu
dibedakan antara hak yang dimiliki manusia sejak lahir (hak atas kemanusiaan)
dan hak yang muncul atas dasar tindakan manusia yang mengikatkan diri. Hak
atas kemanusiaan ini sering disebut dengan hak asasi manusia (HAM). Hak asasi
manusia terdiri atas hak hidup, hak untuk berkeluarga, hak memperoleh
pendidikan yang layak, hak kebebasan berpendapat dan sebagainya. Makna
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam Pancasila adalah setiap rakyat
Indonesia berhak mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
sosial, ekonomi dan kebudayaan (Siregar, 2014).
Penegakan keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila berhubungan dengan hak
atas kemanusiaan yang terdapat pada sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab. Munculnya sila kelima Pancasila dalam Pembukaan UUD
1945 juga menunjukkan urgensi masalah kedilan sosial dalam kehidupan
bernegara dan pembangunan di Indonesia (Weruin, 1990). Pada pokok pikiran
pertama yang berbunyi: “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas asas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” menegaskan bahwa
negara persatuan adalah negara yang melindungi segenap bangsa dengan
mengatasi segala paham golongan dan perorangan. Kemudian, pada pokok pikiran
kedua yang berbunyi: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat,” ditegaskan bahwa manusia di Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama.
Penegakan keadilan sosial ditinjau dalam dimensi struktural ditandai dengan
adanya kesenjangan antara kelompok yang memperoleh akses terhadap sesuatu
lebih banyak dan lebih sedikit. Penegakan keadilan berhubungan dengan upaya
pengurangan kesenjangan (Sujatmiko, 2006). Masalah kesenjangan di Indonesia
disebabkan oleh luasnya wilayah negara yang tidak diikuti oleh pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah. Ternyata penyebab terjadinya kesenjangan
sosial tidak hanya dipengaruhi oleh dimensi struktural saja. Kesenjangan sosial
dapat terjadi berdasarkan faktor pemicu sebagai berikut: kesenjangan natural,
kesenjangan kultural, dan kesenjangan struktural (Baswir, 1997). Kesenjangan
natural adalah kesenjangan yang disebabkan oleh faktor ilmiah seperti perbedaan
sumber daya. Misalnya, perbedaan sumber daya alam antara daerah di Pulau
Kalimantan dan Pulau Jawa. Kemudian, kesenjangan kultural disebabkan oleh
faktor budaya seperti kontradiksi budaya malas bekerja di desa-desa dan
percepatan kemakmuran di kota besar. Sedangkan, kesenjangan struktural
terbentuk oleh faktor buatan manusia.
Dalam rangka menegakkan keadilan sosial diperlukan sebuah sistem yang mampu
mengatasi berbagai kesenjangan tersebut. Pemerintah Indonesia telah senantiasa
berupaya untuk mengatasi kesenjangan dengan mempercepat proses
pembangunan infrastruktur di luar pulau Jawa. Pemerintah pusat juga menaikkan
alokasi anggaran bagi pembangunan daerah dan desa. Salah satu cara yang telah
ditempuh adalah dengan menyusun kebijakan redistribusi aset dan meningkatkan
akses pendidikan dan keterampilan (Kantor Staf Presiden, 2017). Selain itu,
penegakan keadilan sosial juga diimplementasikan dalam berbagai program yang
diusung oleh Kementrian Sosial.

Daftar Pustaka
Baswir, Revrisond. 1997. Peran Koperasi dalam Mewujudkan Perekonomian
yang Berkeadilan Sosial. Jurnal JEP 2(2):179-184.
Kantor Staf Presiden. 2017. Pemerataan Ekonomi Upaya Wujudkan Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. (Online).
https://www.ksp.go.id/pemerataan-ekonomi-upaya-wujudkan-keadilan-sosial-
bagi-seluruh-rakyat-indonesia.html. Diakses pada 26 September 2021.
Siregar, Christian. 2014. Pancasila, Keadilan Sosial dan Persatuan Indonesia.
Jurnal Humaniora 5(1): 107-112.
Sujatmiko, I. G. (2006). Keadilan Sosial dalam Masyarakat Indonesia. Dalam
Irfan Nasution dan Ronny Agustinus (Eds.), Restorasi Pancasila. Bogor: Brighten
Press.
Suseno, Magnis Franz. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Usman, Anwar. 2021. Ketua MK: Penegakan Hukum Berbeda dengan Penegakan
Keadilan. (Online). https://www.mkri.id/index.php?
page=web.Berita&id=17221&menu=2. Diakses pada 25 September 2021.
Weruin, Urbanus Ura. 1990. Keadilan Sosial dan Demokrasi. Jurnal Era Hukum
12(3):73-85.

Anda mungkin juga menyukai