Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Dilema Tentang Bank Sperma

Disusun Oleh :
1. Dini (211540108)
2. Hasya Indria Putri (211540114)
3. Ira Amelianti (211540116)
4. Neranda Ogata (211540127)
5. Salwa Raisha (211540130)
6. Silvia Monica (211540132)
7. Umi Khoironi (211540137)
8. Windiya Januarita Imelda (211540138)

Dosen Pengampu : Liana Devi Oktavia M.Keb

TINGKAT 1
PRODI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Etikolegal ini.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Makalah tentang “Dilema tentang Bank Sperma” disusun guna memenuhi


tugas dari Ibu Liana Devi Oktavia M.Keb, pada Mata Kuliah Etikolegal di
Poltekkes kemenkes Pangkalpinang. Selain itu, penyusun juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai Dilema tentang
Bank Sperma.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah


Etikolegal ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................1
2. Identifikasi Masalah..................................................................................2
3. Rumusan Masalah.....................................................................................2
4. Maksud dan Tujuan..................................................................................2
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
1. Pengertian Bank Sperma..........................................................................3
2. Sejarah Bank Sperma...............................................................................4
3. Hukum Bank Sperma Menurut Islam....................................................4
4. Undang-Undang yang Mengatur tentang Bank Sperma.......................5
5. Pro dan Kontra Bank Sperma.................................................................6
BAB III................................................................................................................8
PENUTUP...........................................................................................................8
1. Kesimpulan................................................................................................8
2. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kemunculan bank sperma dengan berbagai efeknya menjadi diskursus yang
secara ketat dibicarakan oleh agama dan sains, serta belum ada titik temu. Agama dengan
kekuatan teks sebagai kekuatan justifikasi pada sains. Konflik antara agama dan sains
terkait bank sperma terjadi karena tidak jelasnya batas-batas diantara keduanya.
Keberadaan bank sperma pada dasarnya menjadi kebutuhan bagi mereka yang
berkebutuhan khusus, misalnya untuk menyambung generasi, dengan catatan dalam
kondisi tertentu, sebagaimana tujuannya untuk menjaga manusia dari kemusnahan.
Keberadaan bank sperma sebagai bentuk representasi kemajuan bioteknologi tidak
seharusnya dibenturkan dengan nilai-nilai agama, karena keberadaan bank sperma
sendiri tidak bebas dari nilai, maka agama dan sains bisa bekerjasama untuk membawa
manusia pada konsepsi kehidupan yang lebih baik dimana keberadaan pengetahuan
dikuatkan dengan moralitas agama. Relasi yang harmonis ini akan bisa terwujud selama
sains dan agama mampu menjaga ego masing-masing untuk tidak saling
menjatuhkan,malah sebaliknya keduanya harus saling tegur sapa.

Salah satu persoalan etis banyak dibicarakan adalah berkaitan dengan bank
sperma yang menjadi wacana yang hangat di kalangan saintis dan agamawan.Hal ini
dikarenakan adanya kesenjangan antara keduanya, di satu sisi kalangan agamawan yang
mewakili budaya literer yang menjustifikasi hitam-putih, dan mengklaim berbicara atas
nama kebenaran.Disisi yang lain, saintis dengan pijakan rasional-empiris telah berhasil
mengubah wajah dunia hingga seperti saat ini.Persinggungan kedua budaya agamawan
dan saintis ini tidak pernah menemukan titik temu, sebab keduanya saling klaim yang
berhak menentukan kehidupan(Bagir 2005). Kemunculan bank sperma merupakan salah
satu dampak kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran, sehingga orang dapat hanya
membelinya untuk mempunyai anak dengan cara inseminasi buatan (bayi tabung) yang
diambil dari para pedonor dengan menafikan adanya hubungan perkawinan atau tidak,
hal ini akan menjadi kerancuan pada status dan nasab anak tersebut.Dalam terminologi
fikih tidak mengenal wacana bank sperma dan inseminasi buatan, karena epistemologi

1
hukum Islam bersifat bayan (al-hadlarahan-nash) yang memegang teguh teks keagamaan
tanpa mau melihat realitas objektif yang dinamis.

2. Identifikasi Masalah
1. Pengertian Bank Sperma
2. Sejarah Bank Sperma
3. Hukum Bank Sperma Menurut Islam
4. Undang-Undang yang Mengatur Bank Sperma
5. Pro dan Kontra Bank Sperma

3. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Bank Sperma?
2. Bagaimana Sejarah Bank Sperma?
3. Apa saja Hukum Bank Sperma Menurut Islam?
4. Apa saja Undang-Undang yang Mengatur Bank Sperma?
5. Apa saja Pro dan Kontra dari Bank Sperma?

4. Maksud dan Tujuan


Untuk menambah wawasan tentang bank sperma dan mengetahui lebih jauh tentang
sejarah, hukum serta Undang-Undang dari Bank Sperma.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bank Sperma


Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu dibekukan
dandisimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas
sperma.Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking. Cryiobanking adalah suatu
teknik penyimpanan sel cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada
dasarnya,semua sel dalam tubuh manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik
dan alat tertentu sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu. Dengan
adanya cryobanking ini, sperma dapat disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan lebih
dari 6 bulan (dengan tes berkala terhadap HIV dan penyakit menular seksual lainnya
selama penyimpanan).

Teknik yang paling sering digunakan dan terbukti berhasil saat ini adalah metode
Controlled Rate Freezing, dengan menggunakan gliserol dan egg yolk sebagai
cryoprotectant untuk mempertahankan integritas membran sel selama proses pendinginan
dan pencairan. Teknik cryobanking terhadap sperma manusia telah memungkinkan
adanya keberadaan donor sperma, terutama untuk pasangan-pasangan infertil. Tentu saja,
sperma yang akan didonorkan perlu menjalani serangkaian pemeriksaan, baik dari segi
kualitas sperma maupun dari segi pendonor seperti adanya kelainan-kelainan genetik.

Selain digunakan untuk sperma-sperma yang berasal dari donor, bank sperma
juga dapat dipergunakan oleh para suami yang produksi spermanya sedikit atau bahkan
akan terganggu. Hal ini dimungkinkan karena derajat cryosurvival dari sperma yang
disimpan tidak ditentukan oleh kualitas sperma melainkan lebih pada proses
penyimpanannya.Telah disebutkan diatas, bank sperma dapat dipergunakan oleh mereka
yang produksi spermanya akan terganggu. Maksudnya adalah pada mereka yang akan
menjalani vasektomi atau tindakan medis lain yang dapat menurunkan fungsi reproduksi
seseorang. Dengan bank sperma, semen dapat dibekukan dan disimpan sebelum
vasektomi untuk mempertahankan fertilitas sperma.

Anwar, M. (2014). Bank Sperma Perspektif Hukum Islam (Doctoral dissertation,


UIN Alauddin Makassar).

3
2. Sejarah Bank Sperma
Bank sperma atau kadang yang sering disebut bank ayah, mulai tumbuh pada
awal tahun 1980, berkembang setelah banyak laki-laki yang menjarangkan anaknya atau
melakukan vasektomi, namun menyimpan spermanya di dalam bank sebagai cadangan
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memiliki anak laki.Bank sperma diawali dari
penemuan seorang pendeta katholik, Spallanzani, tahun 1780 tentang inseminasi buatan
(permanian buatan). Penelitian ini berhasil membuahi seekor anjing betina ke dalam
rahim anjing betina tanpa disetubuhi anjing jantan namun dengan menyuntikkan sprema
ke dalam rahim anjing betina. Sementara itu inseminasi buatan terhadap manusia
dilakukan oleh Hunter, seorang sarjana. Selanjutnya inseminasi buatan melebar luas di
daratan Eropa setalah di praktekkan tiap-tiap bangsa. Di Amerika Serikat dan Eropa,
inseminasi buatan dilakukan untuk menolong orang yang mandul. Sementara di Rusia
bertujuan untuk mengembangkan manusia secara cepat, sebagai akibat persiapan
mengalami kelangkaan manusia akibat perang atom.

Kemajuan teknologi yang semakin maju, inseminasi buatan prosesnya juga


mengalami kemajuan. Sperma yang diambil tidak langsung disuntikkan ke rahim tapi
disimpan dulu di bank sperma agar bertahan lama dan bisa dibutuhkan sewaktu-waktu.
Latar belakang munculnya bank sperma antara lain adalah sebagai berikut :

A. Keinginan memperoleh atau menolong untuk memperoleh keturunan pada seorang


pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak (mandul).
B. Memperoleh generasi jenius atau orang super.
C. Mengembangbiakkan manusia secara cepat untuk menghindarkan kepunahan
manusia.
D. Untuk memilih jenis anak yang ideal sesuai yang dikehendaki.
E. Mengembangkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang kedokteran.

3. Hukum Bank Sperma Menurut Islam


Halal bagi seorang pria bergaul dengan istrinya yang sah dan begitu juga
sebaliknya, sehingga dalam hal penggunaan bank sperma guna mendapatkan keturunan
bisa diperbolehkan jika sperma tersebut dari suaminya yang sah, sedangkan dalam hal
Insiminasi buatan yang didapatkan dari bank sperma selain sperma suaminya hukumnya
adalah haram, hal ini dikarenakan sperma yang didapatkan dari hasil orang lain sama

4
halnya dengan zina sehingga status anak tersebut adalah anak zina dan hal ini berdampak
pada hukum kewarisan, perwalian anak tersebut. Hukum kewarisan anak hasil insiminasi
buatan yang didapatkan dari Bank Sperma, bernasab kepada ibunya dikarenakan
insiminasi buatan tersebut disamakan dengan anak hasil zina yang menggunakan sperma
orang lain dalam rahim wanita tersebut, sehingga dalam hal perwalian anak hasil dari
insiminasi juga tidak berhak mendapatkan perwalian dari ayahnya melainkan dengan
cara wali hakim, hal ini disebabkan ayah tersebut bukanlah orang tua biologisnya,
sehingga Islam memandang dalam hal menggunakan Bank Sperma bukanlah sebagai
jalan keluar mendapatkan keturunan.

Kemudian ada satu permasalahan lagi yang memerlukan pemecahan, yaitu


sperma seorang suami yang disimpan pada Bank Sperma dan sesudah suaminya
meninggal, isterinya ingin mempunyai anak lagi. Jika dilihat sepintas tidak ada
pelanggaran hukum, karena sperma tersebut berasal dari suaminya, akan tetapi hal
tersebut akan menimbulkan fitnah bagi wanita itu,alangkah baiknya wanita bersetatus
janda tersbut tidak menggunakannya agar terhindar dari fitnah dan hal ini selaras dengan
kaidah hukum Islam.

4. Undang-Undang yang Mengatur tentang Bank Sperma


Menurut UU No. 36 Tahun 2009 kedudukan status dan hak bagi anak hasil
inseminasi buatan bila benih berasal dari variasi donor, didapatkan kesimpulan bahwa:

A. Pada dasarnya Inseminasi Buatan merupakan suatu penemuan manusia di bidang sains
yakni teknologi reproduksi dan dapat dijadikan solusi bagi pasangan suami istri yang
mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan bahkan mengalami kemandulan
(Infertilitas). Pelaksanaan Inseminasi Buatan di Indonesia hanya diperbolehkan
dengan mengambil sperma/mani laki-laki atau ovum/sel telur perempuan, lalu
dimasukkan dalam suatu alat atau rahim perempuan dalam waktu beberapa hari
lamanya melalui suatu proses dan fase pembuahan. Di Indonesia pelaksanaan
Inseminasi Buatan melalui cara Surrogate Mother (Ibu Pengganti) tidak diperbolehkan
dan diharamkan menurut Norma Hukum dan Agama.
B. Hak mewarisi anak hasil proses bayi inseminasi buatan yang menggunakan sperma
suami, kedudukan status hukum anak jenis ini dikatakan sebagai anak sah dan dapat
disamakan dengan anak kandung yang berhak untuk mendapatkan warisan orang tua

5
kandungnya apabila orang tuanya (pewaris) telah meninggal dunia (Pasal 830 KUH
Perdata).
C. Hak mewarisi anak hasil proses bayi inseminasi buatan yang menggunakan sperma
donor yaitu status anak itu menjadi anak yang sah apabila melalui pengakuan berhak
mendapat warisan dari orang tua yang mengakuinya (Pasal 280 KUH Perdata)
sedangkan anak zina tidak memiliki hak waris dari orang tua yuridisnya ia hanya
berhak mendapatkan nafkah seperlunya (Pasal 867 ayat (1) KUH Perdata). Hak
mewarisi anak dari hasil proses bayi Inseminasi Buatan yang menggunakan Surrogate
Mother (Ibu Pengganti) yaitu, dimana status anak tersebut dianggap sebagai anak sah
dan mendapatkan hak waris dari orang tua biologis yang menitipkannya (Pasal 830
KUH Perdata).

Berdasarkan Keabsahan Anak Hasil Inseminasi Pendonor Perspektif Hukum Di


Perdata yaitu hukum Negara hanya mengatur secara tegas mengenai anak sah,
pengesahan anak luar kawin, dan pengakuan terhadap anak luar kawin. Pasal 250 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menyatakan anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
sebagai akibat dari perkawinan yang sah. Adapun inseminasi buatan dengan sperma dan
ovum berasal dari orang lain (donor), maka hukumnya dilarang oleh agama Islam dan
anak hasil inseminasi tersebut sama dengan anak zina (Pasal 43 dan 44 Undang-undang
No. 1 Tahun 1974, serta KHI Pasal 100, 101 dan 102).

5. Pro dan Kontra Bank Sperma


Kementerian kesehatan menyambut baik fatwa haram MUI tentang bank sperma.
namun yang akan menjadi masalah jika bank sperma dilegalkan karena khawatir ada
penyalahgunaan. selain itu, dampak dari penggunaan bank sperma juga dikhawatirkan
dapat menyebabkan kekacauan dalam pembagian harta warisan karena bukan keturunan
langsung dan dasar hukum untuk memperkuat alasan dilakukannya bank sperma ini tidak
ada. Dalam hal munculnya bank sperma ada juga yang berpendapat hal ini, Terdapat dua
hukum yang perlu difahami di sini, pertama, hukum kewujudan bank sperma itu sendiri
dan kedua, hukum menggunakan khidmat bank tersebut yakni mendapatkan sperma
lelaki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan bagi mewujudkan satu kehamilan
dengan cara enseminasi buatan. Pertama dari segi hukum kewujudan bank sperma itu

6
sendiri, maka hal ini tidaklah dengan sendirinya menjadi satu keharaman, selama mana
bank tersebut mematuhi Hukum Syara’ dari segi operasinya.

Ini karena dari segi hukum, boleh saja mana-mana suami menyimpan air mani
mereka di dalam bank sperma hanya untuk isterinya apabila keadaan memerlukan,
Namun begitu, sperma itu mestilah dihapuskan apabila si suami telah meninggal. Sperma
tersebut juga mesti dihapuskan jika telah berlaku perceraian (talaq ba’in) di antara suami
isteri. Di dalam kedua-dua kes ini (kematian suami dan talaq ba’in), jika (bekas) isteri
tetap melakukan proses memasukkan sel yang telah disimpan itu ke dalam rahimnya,
maka dia (termasuk doktor yang mengetahui dan membantu) telah melakukan keharaman
dan wajib dikenakan ta’zir. kedua menggunakan khidmat bank sperma tersebut yakni
mendapatkan sperma lelaki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan bagi
mewujudkan satu kehamilan dengan cara enseminasi buatan hal ini juga sama seperti
pendapat yang tela dijelaskan diatas yang dibolehkan hanya percampuran antara sperma
suaminya sendiri dengan ovum isterinya sendiri.

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Permasalahan yang telah dibahas diatas merupakan fenomena yang ada dalam
masalah kehidupan sekarang, munculnya bank sperma antara lain karena untuk
mewujudkan keturunan bagi para suami istri yang mandul atau tidak punya
anak.mengingat dan menimbang beberapa penjelasan di atas kehadiran bank sperma
tidak dibenarkan dalam hukum islam karena banyak madhorotnya (bahayanya).
Ketidakbolehan pada langkah yang pertama yang dilakukan bank sperma dalam
mengambil sperma dari para pendonor dengan cara onani. Kedua, percampuran sperma
dan ovum antara seroang laki dan perempan (bukan suami istri) dengan persetubuhan
atau percamuran dengan inseminasi buatan dihukumi zina. Ketiga demi menjaga
hubungan nasab agar tidak ada percampuran nasab karena akan mempersulit dalam
hukum waris.

2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. kami juga berharap makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38954991/hukum_bank_sperma

https://www.academia.edu/8819401/BANK_SPERMA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/21406

http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimhum/article/view/369/0

https://imamrusly.wordpress.com/2012/04/20/bank-sperma-menurut-
hukum-islam/

Anda mungkin juga menyukai