Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ AKHLAK “

KEPERAWATAN ISLAMI

OLEH :

NAMA : ARVINOD FEBIAN

NIM : 841214016

PRODI : D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

TAHUN 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas Berkat, Rahmat,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ akhlak "

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan kepada junjungan Nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kami semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya
telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan
tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna


dan bemanfaat untuk kita semua.

Pontianak,14 november 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……..……………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………....2

C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………….....2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak…………………………………………………………….3

B. Landasan hukum tentang Akhlak………………………………….……….3

C. Ruang lingkup ajaran Akhlak………………………………………………..5

D. Kegunaan mempelajari akhlak Akhlak………………………………………6

E. Pembagian akhlak……………………………………………………………..8

F. Aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak…………………………………….8

G. Studi Kasus…………………………………………………….8

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan……………………………………………………………………9

B Saran…………………………………….…………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila
baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak akhlaknya,
maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak
hanya mengatur hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga
terhadap penciptaannya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari
Al-Quran. Namun, tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu.
Ini dikarnakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu
yang ada dalam Al-Quran itu sendiri . Oleh karna itu,  permasalahan ini
diangkat, yakni keterkaitan akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-
Quran dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, dalam makalah ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa saja landasan hukum tentang akhlak?
3. Apa saja ruang lingkup ajaran akhlak?
4. Apa saja kegunaan mempelajari akhlak?
5. Ada berapa pembagian akhlak?
6. Apa aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak?

ii
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak

2.      Untuk mengetahui landasan hukum tentang akhlak

3.      Untuk mengetahui ruang lingkup ajaran akhlak


4.      Untuk mengetahui kegunaan mempelajari akhlak
5.      Untuk mengetahui Pembagian akhlak
6.      Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti:
1. Perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun).
2. Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun)
Secara etimologis akhlak adalah:
1. Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau
mendefenisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu
melalui pemikiran dan pertimbangan.
2. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menyatakan bahwa
akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya
lahir perbuatan-perbuatannya dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau
sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main, atau karena sandiwara.

ii
B. Landasan hukum tentang akhlak
1. Al-quran
‫َوا ْعبُدُوا هّٰللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ اـ بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى‬
‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ۙ ِْل َو َما‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬ِ ‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َج‬
‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْـم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ رۙـًا‬ْ ‫َملَ َك‬
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-nisa: 36)

ٰۤ ُ
‫ك هُ ُم‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
َ‫ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS. Ali-Imron: 104)
2. Hadist
‫لَ ْم يَ ُكنْ َرسو ُل هَّللا صلى‬: ‫ قال‬: ‫وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما‬
‫سنُ ُك ْم َأ ْخالقا‬
َ ‫ِإنَّ ِمنْ ِخيَا ِركم َأ ْح‬ : ‫ وكان يقول‬، ‫ َوال ُمتَفَ ِّحشا‬، ‫هللا عليه وسلم فَا ِحشا‬
(‫ والترمذي‬، ‫ ومسلم‬، ‫)رواه البخاري‬ .
Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah
Rasulullah itu orang yang keji dan tidak pula orang yang berkata keji.
Dan beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian
adalah orang yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmizdi)
C. Ruang lingkup ajaran akhlak
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu
sendiri, khususnya berkaitan dengan pola hubungan.
1. Akhlak terhadap allah
Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada
Tuhan sebagai khaliq. Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada
empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
a. Karena Allah menciptakan manusia
b. Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
c. Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti udara, air dan lainnya.
d. Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan
menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan
kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya
akan membentuk pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang
sangat mendasar adalah:

a. Iman. Yaitu, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan.


Jadi, tidak hanya cukup dengan kata percaya. Namun, harus terus
meningkat menjadi sikap mempercayai tuhan dan menaruh
kepercayaan kepada-Nya.
b. Ihsan. Yaitu, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah
senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun manusia berada.
Berkaitan dengan ini dan karena menginsafi bahwa allah selalu
mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku dan
bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh
rasa tangguh jawab, tidak hanya sekedarnya saja.

ii
c. Takwa. Yaitu, sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu
mengawasi manusia. Kemudian, manusia selalu berusaha
untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah, dengan
menjauhi atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak diridhai
Allah. Taqwa inilah yang mendasari budi pekerta luhur
(akhlakul karimah).
d. Ikhlas. Yaitu, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan,
semata-mata demi memperoleh keridahaan Allah dan bebas
dari pamrih lahir dan batin.
e. Tawakkal. Yaitu, sikap senantiasa bersandar kepada Allah
dengan penuh harapan kepada-Nya dan  berkeyakinan bahwa
Dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan
jalan yang terbaik.
f. Syukur. Yaitu, sikap penuh rasa terima kasih dan
pengahargaan atas semua nikmat yang tak terbilang banyaknya
yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.
g. Sabar. Yaitu, sikap tabah menhadapi segala kepahitan hidup,
besar dan kecil, lahir dan batin dan lainnya.
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut sekali untuk
dilakukan, antara lain:
a. Silaturrahmi
b. Persaudaraan (ukhuwah)
c. Persamaan(al-musawah)
d. Adil
e. Baik sangka
f. Rendah hati
g. Tepat janji
h. Lapang dada
i. Dapat dipercaya
j. Dermawan
3. Akhlak terhadap lingkungan
Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya
dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan.
Binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bernyawa
semuanya diciptakan oleh Allah dan menjadi milik-Nya, serta
semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam
sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk
yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian dilakukan secara
fungsional, karena seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk
tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya
D. Kegunaan mempelajari akhlak
Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari
ilmu akhlak akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya,
antara lain:

ii
a. Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
b. Bersifat malu
c. Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
d. Bersifat berani
e. Bersifat adil
f. Menepati  janji
1. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
a. Sifat dengki
b. Sifat iri hati
c. Sifat angkuh (sombong)
1. Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk.
Sesorang akan selalu berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si
garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang
tercela yang dimurkai oleh Allah

2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk,
melainkan juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya
membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang
mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.
3. Kebutuhan primer dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga
sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang
baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan.
Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.
4. Kerukunan antar keluarga
Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang
baik, dengan jalan mengindahkan kode etik bertetangga
E. Pembagian akhlak
2. Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
g. Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu:
Pertama, sabar menanggung beratnya melaksanakan
kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau cobaan.
Ketiga, sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat,
sabar menanggung kemiskinan
h. Bersifat benar (istiqamah)
i. Memelihara amanah
j. Bersifat kasih sayang
k. Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
d. Sifat riya
e. Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu
sendiri
f. Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g. Mengurangkan timbangan
h. Berzina
i. Membunuh
Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai
dan saling menyayangi. Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling
benci, hasud, dan permusuhan. Laksana biji yang baik akan
menghasilkan panen yang baik

F. Aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak


1. Tingkah laku manusia
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan
atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tapi adanya
kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.

ii
Fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseoarang
itu di nilai berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukannya, seperti pelanggaran terhadap akhlakul karimah,
melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan adat istiadat.
2. Insting dan naluri
Dalam ilmu akhlak ,insting berarti akal pikiran. Akal dapat
memperkuat akidah, namun harus ditopengi ilmu ,amal, dan takwa
pada Allah.

Naluri merupakan asa tingkah laku perbuatan manusia. Naluri


dapat diartikan sebagai kemauan tak sadar yang dapat melahirkan
perbuatan mencapai tujuan tanpa berfikir kearah tujuan dan tanpa
dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Selain itu, banyak insting yang mendorong perilaku perbuatan
yang menjurus kepada akhlaqul karimah maupun akhlaqul
madzmumah, tergantung  yang mengendalikannya.
3. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu, nafsun yang artinya niat.
Nafsu ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan
dari kekuatan amanah dan syahwat yang ada pada manusia. Menurut
Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat,memili
kecenderungan yang sangat hebat sehingga dapat menggangu 
keseimbangan fisik. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan
akal, memengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat
baik yang lainnya.
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Allah
dalam diri manusia hingga ia dapat hidup,bersemangat,dan lebih
kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya saja
mengingat tabiat nafsu itu berkecenderungan untuk mencari
kesenangan, lupa diri, bermalas-malasan yang membawa kesesatan
dan tidak pernah merasa puas, maka manusia harus dapat
mengendalikannya agar tidak membawa kepada kejahatan.
Manusia yang tidak berkepribadian selalu mengikuti nafsunya
tanpa pertimbangan kemanusiaannya, yang dijadikan pedoman ialah 
kepuasannya. Nafsu yang sudah menjadi-jadi sehingga bukan lagi
manusia yang menguasainya melainkan nafsulah yang menguasai
manusia itu.

4. Adat dan kebiasaan


Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim
diikuti sejak dahulu. Adat adalah suatu pandangan hidup yang
mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif , kokoh dan benar serta
mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam
masyarakat.
Kebiasaan adalah rangkain perbuatan yang dilakukan dengan
sendirinya , tetapi masih di pengaruhi oleh akal pikiran. Pada
permulaan sangat dipengaruhi oleh pikiran. Tetapi makin lama
pengaruh pikiran itu makin berkurang  karena sering kali dilakukan.
Kebiasaan merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap,
sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan.
Lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula.
Lingkungan dapat mengubah  kepribadian seseorang. lingkungan
yang tidak baik dapat menolak adanya disiplin dan
pendidikan.kebiasaan buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih
rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif.
Seseorang yang hidupnya dikatakan modern,tetapi lingkungan
bersifat primitif bisa merubah kepada hal yang primitif.  Kebiasaan itu
bisa timbul  karena ada dala diri pribadi seseorang itu yang dibawah

ii
sejak lahir.
Kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang sukar untuk
dihilangkan, tetapi jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk
menghilangkannya,tetapi jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya
untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.

5. Kehendak dan takdir


Kehendak menurut bahasa (etimologi) ialah kemauan,
keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak yaitu fungsi jiwa untuk
dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati,
bertautan dengan pikiran perasaan,Kehendak mempunyai dua macam
perbuatan , yaitu:
a. Perbuatan yang menjadi pendorong, yakni kadang-kadang
mendorong kekuatan manusia  supaya berbuat seperti,
membaca,menulis,mengarang,dll
b. Perbuatan menjadi penolak, yaitu terkadang mencegah
perbuatan tersebut seperti, melarang berkata atau berbuat.
Kehendak bukanlah sesuatu kekuatan, tetapi merupakan
tempat penerapan seluruh kekuatan. Allah menciptakan
dengan kehendak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan
kehendak dalam diri, pada hakikatnya adalah suatu kekuatan
Allah.
Takdir yaitu ketetapan Allah, apa yang sudah ditetapkan Allah
sebelumnya  atau nasib manusia. Secara bahasa takdir ialah ketentuan
jiwa, yaitu suatu peraturan  tertentu yang telah dibuat Allah baik aspek
struktual  maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam
alam semesta yang maujud ini.
Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorang pun
yangmengetahui takdir yang telah ditentukan Allah  bagi dirinya, tidak
ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya esok.

G. Studi Kasus
1. Soal Studi Kasus
Saat ini segala jenis informasi bisa kita dapatkan dengan
mudah. Terutama di dunia maya. Namun, ada banyak sekali informasi
salah yang beredar. Dan tanpa disadari, seringkali kita ikut
mempercayai dan menyebarkannya. Apa saja bahaya dari informasi
salah (hoax) ini? Apa saja contohnya? Bagaimana seharusnya seorang
muslim bersikap dalam menerima informasi? Apa hukumnya
menyebarkan informasi yang tidak benar? Sertakan contoh yang
dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat saat menerima suatu
informasi.
2. Pembahasan studi kasus
a. Bahaya dari informasi hoax
karena berita hoax yang berseliweran ini jadi saling
tuduh menuduh. Berita hoax alias berita palsu ini di kalangan
sebagai netizen sebagai sumber sahih untuk mencari
informasi. Bisa dibayangkan jika sebuah situs yang isinya 85
persen hoax akan membodohi pembacanya setiap hari.
Dan apabila terus berkelanjutan sampai bertahun-

ii
tahun, maka selain kebodohan yang didapatkan juga
pergesekan yang semakin parah di antara kubu yang saling
kontra. Dan ini tentu saja sangat berbahaya, bagi pembaca
pendukung di antara kubu yang bercerai berai di negeri ini.
b. Contoh informasi hoax
Contoh informasi hoax yang pernah terjadi dalam
sejarah Islam adalah berita tentang tewasnya Sahabat Nabi
yang bernama Utsman bin Affan. Saat itu, di tahun keenam
Hijriyah, Nabi Muhammad SAW menerima perintah
perjalanan umrah. Nabi pun bertolak bersama sekitar 1400-an
sahabatnya dari Madinah.

Perjalanan ini bukan tanpa tantangan, berombongan di


padang pasir melewati beberapa tempat berbahaya dan
persimpangan yang biasa dijadikan lahan pembegalan besar-
besaran.
c. Sikap seorang muslim dalam menerima informasi
seorang muslim yang beriman wajib meneliti saat
menerima sebuah informasi apakah benar atau hoaks. di dalam
Surah Al Hujarat ayat 6, Allah SWT berfirman “Wahai orang-
orang yang beriman! Jika orang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu
itu”.

Ayat tersebut merupakan sebuah perintah bagi seorang


yang beriman, jika menerima informasi, maka yang
dilakukannya pertama kali adalah meneliti atau mengecek
kebenarannya.
d. Hukum menyebarkan informasi yang tidak benar.
Di dalam Al-Quran pula dijelaskan bahwa mereka yang
menyebarkan berita bohong akan mendapatkan azab yang
besar.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 11 yang
artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi
kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari
dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu baginya azab yang besar."
e. Contoh yang dilakukan rasulullah dan para sahabat saat
menerima informasi.
Menyikapi hoax berita tentang tewasnya Sahabat Nabi
yang bernama Utsman bin Affan.
ini, Nabi mengambil inisiatif untuk merapatkan
barisan. Nabi meminta janji setia kepada para
sahabatnya. Di mana inti janji setia ini sungguh sangat
memberatkan para pengikut Nabi Muhammad SAW
yang berbunyi, "Siapa saja yang datang ke Madinah
dari kota Makkah harus di kembalikan ke kota Makkah.
Siapa saja dari penduduk Madinah yang datang ke
Makkah, maka tidak boleh dikembalikan ke Madinah."
Duh, kayaknya nggak adil kan?

Meski begitu para sahabat tetap patuh, mereka setia


pada janji untuk tetap saling menguatkan, bukan saling

ii
menjatuhkan. Tetapi lihatlah saat ini, saat para ulama
sebagai para pewaris Nabi berbeda pendapat, yang kita
lihat dan dengar, tidak jarang muncul ungkapan saling
menjatuhkan. Celakanya, masing-masing yang berbeda
pendapat ini, kita melihat banyak pengikut yang
ceroboh. Mereka sibuk dan sangat bersemangat untuk
saling serang dan saling menjatuhkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi
kriteria berikut ini:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main, atau karena sandiwara.
5. Landasan hukum tentang akhlak salah satunya adalah: “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An-nisa: 36)
B. Saran
Makalah ini semoga bisa menjadi bahan rujukan, bahan diskusi,sekaligus
bahan bangan pengetahuan tentang tilawah di masa yang akan datang.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah.


2007
Alim, Muhammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2006
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
1999
Nata, Abuddin. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers.
2010
Yunus, Mahmud. “Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
1992
ii

Anda mungkin juga menyukai