Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN BELAJAR 2

Kompetensi Inti (KI)

KI 1 dan KI2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan
menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
damai), santun, responsif dan proaktif, sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan

1
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4


3.3 Memahami arti penting prinsip 4.3 Menerapkan prinsip-prinsip
kesetaraan untuk menyikapi kesetaraan untuk mengatasi
perbedaan sosial demi perbedaan sosial dan mendorong
terwujudnya kehidupan sosial terwujudnya kehidupan sosial
yang damai dan demokratis yang damai dan demokratis.

Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi


(IPK) (IPK)
3.3.4 Mengemukakan perbedaan 4.3.4 Mengobservasi dasar
sosial melalui dasar pembentukan stratifikasi
pembentukan stratifikasi sosial dan sifat stratifikasi
sosial sosial dimasyarakat sekitar
3.3.5 Mengidentifikasi sifat siswa
stratifikasi sosial sebagai 4.3.5 Mendiskusikan tentang dasar
perwujudan perbedaan sosial pembentukan stratifikasi
dimasyarakat sosial dan sifat stratifikasi
3.3.6 Menguraikan fungsi dari sosial dimasyarakat sekitar
stratifikasi sosial siswa
4.3.6 Membuat laporan hasil
observasi dan diskusi
tentang dasar pembentukan
stratifikasi sosial dan sifat
stratifikasi sosial
dimasyarakat sekitar siswa

2
Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan


model Discovery Learning, peserta didik mampu mengemukakan pendapat,
mengidentifikasi dan menguraiakan tentang dasar pembentukan stratifikasi sosial, sifat
stratifikasi sosial , dan fungsi dari stratifikasi sosial di masyarakat, melalui observasi dan
diskusi. Sehingga peserta didik mampu membuat laporan hasil observasi dan diskusi
dengan penuh tanggung jawab, disiplin selama proses pembelajaran, bersikap jujur, santun,
percaya diri, memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-aktif (kreatif), serta mampu
berkomukasi dan bekerjasama dengan baik, sehingga mampu menguasai materi
pembelajaran dan penerapan materi dalam kehidupan nyata.

Peta Konsep

3
Mengamati Fakta

Perhatikan gambar di bawah ini

Bertanya

Buatlah lima pertanyaan tentang gambar di atas berkaitan dengan perbedaan, kedudukan atau
tingkatan, dan harmoni sosial.

Berdiskusi

a) Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang telah kamu buat


b) Apakah gambar di atas menunjukan stratifikasi sosial, jelaskan jawabanmu?
c) Uraikan fungsi pelapisan sosial berdasarkan gambar diatas?

Di dalam masyarakat, memang ada perbedaan atau ketidaksamaan sosial.


Ketidaksamaan sosial terdiri dari ketidaksamaan sosial horizontal dan ketidaksamaan sosial
vertikal. Ketidaksamaan sosial horizontal adalah perbedaan antarindividu atau kelompok
yang tidak menunjukan adanya tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah (disebut juga,
differensiasi sosial). Sementara itu, ketidaksamaan sosial vertikal adalah perbedaan antar
individu atau kelompok yang menunjukan adanya tingkatan lebih rendah atau lebih tinggi

4
(disebut juga, stratifikasi sosial). Dalam interaksi sosial antarindividu yang berbeda tersebut,
prinsip kesetaraan perlu diterapkan. Dengan prinsip ini, harmoni sosial dapat tercipta.
Harmoni sosial merupakan kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dan setiap
anggota masyarakat dapat menjalani secara baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya.

STRATIFIKASI SOSIAL

Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang


yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi
sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun
secara bertingkat (hierarki).
Perwujudan pelapisan didalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas sosial. Kelas
sosial terdiri atas kelas sosial tinggi (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan
kelas sosial rendah (lower class). Kelas sosial tinggi bisaanya diisi oleh para pejabat atau
penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah bisaanya meliputi kaum intelektual,
seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil dan menengah, serta pegawai negeri.
Kelas sosial rendah bisaanya merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat, seperti buruh,
petani gurem dan pedagang kecil. Pengelompokan semacam itu terdapat dalam segala bidang
kehidupan.

A. Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi
dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur,
fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda. Dalam
perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai subsistem sosial untuk
mewujudkan tujuan tertentu. Faktor-faktor penentu tersebut berbeda di setiap masyarakat.
Misalnya, dalam masyarakat pemburu faktor utamanya adalah kepandaian berburu, dalam
masyarakat agraris faktor penentunya adalah kepemilikan tanah.
Dalam perkembangan selanjutnya, stratifikasi sosial sengaja dibentuk sebagai
subsistem sosial untuk mewujudkan tujuan tertentu. Contohnya, kekuasaan dalam sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan sengaja dibuat secara hierarkis dan birokratis, sehingga

5
pembagian kekuasaannya lebih jelas dan mudah dipertanggung jawabkan. Contoh lainnya
adalah urutan kepangkatan dalam militer mulai dari tamtama, bintara, perwira pertama,
perwira menengah, hingga perwira tinggi.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat, menurut Wila Huky adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan ras dan budaya. Perbedaan ciri biologis seperti warna kulit, latar belakang
etnis dan budaya pada masyarakat tertentu dapat mengakibatkan kelas-kelas sosial
tertentu. Misalnya, kelas sosial atas dasar warna kulit di Afrika Selatan pada masa
Apartheid atau dalam masyarakat Eropa sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu, kaum
kulit putih dianggap sebagai lapisan masyarakat paling atas.
2. Pembagian tugas yang terspesialisasi.spesialisasi berkait dengan fungsi kekuasaan dan
status dalam stratifikasi sosial. Perbedaan posisi atau status anggota masyarakat
berdasarkan pembagian kerja ini terdapat di setiap masyarakat, baik dalam masyarakat
primitif maupun masyarakat maju.
3. Kelangkaan. Stratifikasi lambat laun terjadi karena alokasi hak dan kekuasaan yang
jarang atau langka. Kelangkaan ini terasa jika masyarakat mulai membedakan posisi,
alat-alat kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Kondisi yang
mengandung perbedaan hak dan kesempatan di antara para anggota masyarakat dapat
menciptakan stratifikasi sosial.

B. Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat

Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih.
1. Kekayaan
Kekayaan berkaitan erat dengan pendapatan. Masyarakat menempatkan orang-
orang kaya pada lapisan masyarakat atas. Kriteria umum yang digunakan untuk
menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah kepemilikan tanah dan
rumah, perabot mewah, mobil mewah, simpanan dalam bentuk tanah yang luas, dan
lain-lain. Sebaliknya orang yang tidak memiliki harta akan menempati lapisan
masyarakat bawah, seperti golongan buruh, petani penggarap disebut rakyat jelata.

6
2. Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menentukan
kehendaknya terhadap orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh unsur
lain, seperti kedudukan atau posisi dalam masyarakat, kekayaan, kepandaian, bahkan
kelicikan. Anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar
akan menempati lapisan sosial teratas. Sebaliknya masyarakat yang tidak mempunyai
kekuasaan akan menempati lapisan sosial yang lebih rendah.
3. Keturunan
Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum
bangsawan menempati lapisan sosial atas. Contoh konkret feodalisme dalam hal
keturunan adalah Raden pada masyarakat Jawa, Tengku pada masyarakat Aceh,
dll.hal serupa juga terdapat pada masyarakat Hindu di Bali yang membagi masyarakat
kedalam kasta brahmana, ksatria, waisya, dan sudra.
4. Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang
yang memiliki keahlian atau profesi akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar
dibandingkan orang yang tidak memiliki keahlian, berpendidikan rendah, atau buta
huruf. Contoh orang yang termasuk golongan berpendidikan antara lain guru, dokter,
hakim, dan lain-lain.
5. Status atau kedudukan
Status atau kedudukan menunjukkan hak dan kewajiban seseorang dalam
masyarakat. Misalnya, seseorang yang berstatus sebagai dokter memiliki kewajiban
menolong pasien yang sedang sakit. Dari contoh tersebut seorang dokter yang
memiliki status sosial dan berkaitan dengan kedudukan yang dimiliki oleh dokter
tersebut.
Cara- cara memperoleh status atau kedudukan adalah sebagai berikut.
a. Ascribed Status adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha.
Kedudukan tersebut sudah diperoleh sejak lahir. Contoh: gelar bangsawan yang
diperoleh seorang anak dari orang tuanya.
b.  Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan usaha atau
disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Achieved Status
biasanya berupa kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan, seperti dokter,
insinyur, guru, gubernur, ketua OSIS, dan pengacara.

7
c. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status menjadi usaha dan
status yang diperoleh secara otomatis. Status ini diperoleh melalui penghargaan
atau pemberian dari pihak lain. Assigned Status dapat berupa tanda jasa atas
perjuangan memenuhi kebutuhan atas kepentingan masyarakat. Contoh: gelar
pahlawan dan siswa teladan.

6. Peran (role)
Dalam konsep kedudukan, peran merupakan aspek yang dinamis. Peran adalah
tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status.
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka ia telah menjalankan peranannya. Contohnya seorang siswa
tidak memiliki peran untuk mengatur temannya, apabila ia tidak memiliki status
sebagai ketua kelas.

C. Sifat Stratifikasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1. Stratifikasi sosial tertutup
Stratifikasi sosial tertutup adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya
sulit melakukan mobilitas vertikal. Karenanya, stratifikasi sosial jenis ini bersifat
diskriminatif, contohnya system kasta, masyarakat rasialis, dan masyarakat feudal.

Bagan 1.1 : sifat stratifikasi sosial tertutup


Sumber : Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, 2004, hlm. 204

2. Stratifikasi Sosial Terbuka


Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota
strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun horizontal. Walaupun

8
kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah strata
slalu ada. Contoh doktor, pengusaha atau guru

Bagan 2.1 : sifat stratifikasi sosial terbuka


Sumber : Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, 2004, hlm. 204

3. Stratifikasi Sosial Campuran


merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Missal seseorang yang
memiliki kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta.

Bagan 1.3 : sifat stratifikasi sosial campuran


Sumber : Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, 2004, hlm. 204

D. Fungsi Stratifikasi Sosial

1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif


2. Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan
penghargaan
3. Kriteria system pertentangan dan persaingan
4. Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
5. Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan

9
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki system sosial
yang sama dalam masyarakat

E. Perwujudan dari Stratifikasi Sosial

Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah kelas-kelas sosial. Hal ini dapat kita lihat dari segi
ekonomi, sosial dan politik

1. Ekonomi
Pembagian kelas dalam masyarakat dari segi ekonomi akan membedakan masyarakat atas
kepemilikan harta.
1. Kelas atas terdiri dari kelompok orang-orang kaya
2. Kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
3. Kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin

Bagan 2.1 : stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi

2. Sosial
Merupakan sistem penggolongan masyarakat menurut status. Umumnya, nilai status
seseorang dalam masyarakat diukur dari prestise atau gengsi. Contohnya, orang lebih
memilih menjadi pegawai meski gajinya kecil daripada jadi tukang, walaupun gaji tukang
bangunan lebih besar dari pada gaji pegawai pemerintah. Hal ini berkaitan dengan anggapan
masyarakat bahwa pekerjaan di belakang meja lebih bergengsi dari pada pekerjaan kasar.
Pelapisan secara sosial dapat pula dilihat dari pembagian kasta di Bali. Masyarakat di
Bali dibagi menjadi empat kasta, yakni Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Ketiga kasta

10
pertama disebut triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalnya dapat
kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dan Ida Ayu digunakan oleh kasta
Brahmana.Gelar Cokorda, Dewa, dan Ngakan digunakan oleh kasta Ksatria. Gelar Bagus dan
Gusti digunakan oleh kasta Waisya. Sementara gelar Pande, Kbon, dan Pasek dipakai oleh
kasta Sudra. Gelar tersebut tidak memisahkan golongan secara ketat. Namun, pemisahan
berlaku dalam hal sopan santun pergaulan dan jodoh. Seorang dari kasta tinggi dianggap
pantang bersuamikan orang dari kasta yang lebih rendah.

3. Politik
Pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang atau kekuasaan. Makin besar
wewenang atau kekuasaan seseorang, makin tinggi lapisan sosialnya. Masyarakat yang
memiliki wewenang atau kuasa umunya ditempatkan pada lapisan masyarakat atas.
Kelompok ini mencakup para pejabat eksekutif, yudikatif dan legislative. Pembagian jenis ini
terlihat pula pada hierarki militer.

F. Sistem Stratifikasi yang Ada di Indonesia

a. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian


Pembagian kelas berdasarkan kepemilikan tanah, berikut stratifikasi masyarakat
pertanian di Pulau Jawa

Bagan 2.2 : stratifikasi pada masyarakat pertanian

Masyarakat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal),
yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan
pertanian. Bisaanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua
diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka
dapat memiliki tanah dan kaya karena keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok yang

11
kedua disebut kuli kenceng. Golongan ketiga adalah golongan petani yang hanya memiliki
tanah sedikit dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri (kuli kendo). Golongan
yang keempat (buruh tani) adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja disektor
pertanian.

b. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feodal


Pola dasar masyarakat feudal :
1. Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati
oleh rakyatnya
2. Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan lapisan
dibawahnya, yakni rakyatnya
3. Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feudal merupakan tokoh
panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup menghamba dan selalu dalam
posisi dibawah
4. Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feudal
memperlakukan bawahanya secara tidak adil dan cenderung sewenang-wenang
5. Masyarakat feudal cenderung memiliki system stratifikasi tertutup

Lapisan Sosial Pada Masyarakat Feodal Surakarta dan Yogyakarta

Bagan 2.3 : Lapisan Sosial Pada Masyarakat Feodal Surakarta dan Yogyakarta

Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Aceh

12
Bagan 2.4 : Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Aceh

Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan

Bagan 2.5 : Lapisan Sosial Masyarakat Feodal di Sulawesi Selatan

c. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda


Masyarakat Indonesia pada zaman Belanda dibagi dalam lapisan-lapisan
berdasarkan ras. Belanda menempatkan penduduk asli atau bumiputera pada strata paling
bawah yang disebut Inlander. Sikap Belanda yang sangat diskriminatif ini menakibatkan
kondisi bumiputera kian terpuruk ke dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan
kebodohan.
Belanda menerapkan politik monopoli dan juga melestarikan feodalisme. Belanda
sendiri merupakan Negara monarki yang menganut feodalisme. Kondisi ini sangat
menghambat golongan bumiputera untuk melakukan mobilitas sosial ke atas. Sebabnya,
semua jabatan tinggi, seperti gubernur jendral, residen, dan kepala polisi diduduki oleh
orang Belanda. Selain itu, jabatan bupati, wedana, dan asisten wedana dipegang oleh
bumiputera yang berasala dari golongan ningrat. Golongan ningrat pada masa itu
menjadi alat untuk mewujudkan kepentingan Belanda di Indonesia. Untuk sekolah pun,
bumiputera yang berasal dari rakyat biasa sangat sulit. Apabila mereka sekolah,
pendidikan mereka hanya terbatas sampai kelas dua setingkat SD atau hanya sekedar

13
dapat membaca dan menulis. Itu pun hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kerja rendahan dengan upah yang murah.
Dalam bidang ekonomi, Belanda juga sangat diskriminatif. Bumiputera hanya
diperbolehkan menjadi pedagang kecil. Sebaliknya, golongan Timur Asing mendapat
kesempatan mengelola ekonomi menengah, seperti menjadi pedagang grosir dan pemilik
pabrik kebutuhan pangan. Ekspor hasil perkebunan berupa the, tembakau, kopi, dan tebu
dikelola oleh orang Belanda atau orang Eropa.

Bagan 2.6 : Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda

d. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang


Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menempatkan golongan bumiputera di
atas golongan Eropa maupun golongan Timur Asing, kecuali Jepang. Hal ini disebabkan oleh
Jepang ingin yang mengambil hati rakyat Indonesia untuk membantu mereka dalam perang
Asia Timur Raya.

Bagan 2.7 : Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

14
e. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern Berdasarkan Kriteria
Profesi
Saat ini, industrialisasi modern tentu membawa dampak yang jauh lebih luas
daripada industrialisasi pada masa Kolonial Belanda. Di perkotaan, terdapat pergeseran
struktur pekerjaan dan angkatan kerja. Misalnya, sekarang muncul jenis-jenis pekerjaan
baru yang dahulu tidak ada, yaitu jasa konsultan, advokasi, dan lembaga bantuan hokum.
Angkatan jerja juga mengalami pergeseran, terutama dalam hal gender. Dahulu, tenaga
kerja sangat dimonopoli kaum laki-laki. Namun saat ini, kaum perempuan telah berperan
di segala bidang pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut, penentuan kelas sosial tidak lagi hanya ditentukan oleh
aspek ekonomi semata, tetapi juga ditentukan oleh aspek lain, seperti faktor kelangkaan
dan profesionalitas seseorang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat industri yang memang
sangat mengahrgai kreativitas yang mampu memberi nilai tambah dalam pekerjaa.
Akibatnya, orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai oleh masyarakat industri.
Sebaliknya, orang yang berpendidikan rendah ditempatkan pada strata bawah.

Bagan 2.8 : Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern Berdasarkan Kriteria
Profesi

4. Berdasarkan Kriteria Ekonomi

15
Bagan 2.9 : Stratifikasi Berdasarkan Kriteria Ekonomi

G. Konsekuensi Stratifikasi Sosial

Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu
membayar sekolah yang mahal ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan yang diberikan
masyarakatpun akan berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan mempengaruhi gaya hidup
(life style).
a. Pakaian
Kelas-kelas sosial yang berbeda mempengaruhi cara berpakaian tiap kelompok
masyarakat. Kelompok masyarakat dari kelas atas umumnya meniru gaya berpakaian para
model terkenal di dunia. Bahan-bahan yang digunakakan pun adalah bahan yang berkualitas
tinggi. Kelompok masyarakat dari kelas sosial menengah cenderung berpakaian sesuai
dengan karya-karya perancang model dari dalam negeri. Bahan-bahan yang digunakan
umumnya yang berkualitas sedang. Sementara kelompok masyarakat dari kelas bawah
umumnya menggunakan desain yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan pakaian.
Pakaian-pakaian ini umumnya dijual di pasar-pasar tradisional dengan kualitas bahan yang
rendah. Selain model pakaian, perbedaan juga dapat dilihat dari perlengkapan-perlengkapan
busana lainnya seperti merek jam tangan, merek tas, dan merek sendal atau sepatu.
b. Rumah dan Perabot
Dari segi rumah tinggal atau pemukiman, kelompok masyarakat kelas atas umumnya
membangun rumah bertipe besar dan mewah. Mereka menempati sebuah kawasan tertentu
yang dilengkapi fasilitas keamanan yang memadai.

16
Selain tipe rumah dan pemukiman, perbedaan juga dapat kita lihat dari jenis
kendaraan dan perabot rumah tangganya. Kelompok masyarakat kelas atas umumnya
memiliki mobil impor dan perabot rumah tangga yang bermacam-macam bahkan barang
impor. Mereka juga umumnya memperkerjakan orang lain untuk mengurus rumah dan anak-
anaknya, seperti baby sister. Kelompok masyarakat kelas menengah umumnya memiliki
mobil atau motor buatan dala negeri dan perabot rumah tangga yang sebagian besar buatan
dalam negeri. Mereka juga umumnya mempekerjakan satua atau dua orang lain untuk
mengurus rumah dan anak-anaknya. Sementara itu, kelompok masyarakat kelas bawah
umumnya memiliki perabot rumah tangga yang sederhana dan tidak mempekerjakan orang
lain.
c. Bahasa dan Gaya Bicara
Ketika berbicara, kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya sering
menyelipkan istilah atau kata-kata asing. Tutur kata mereka juga cenderung sopan, tidak
menyebutkan kata-kata kasar. Mereka juga sering kali terlihat berbicara menggunakan
telepon selulernya. Sebaliknya, kelompok masyarakat dari kelas bawah umumnya ketika
berbicara tidak terlalu mempertimbangkan etika. Umumnya mereka juga tidak segan-segan
mengucapkan kata-kata kasar.
d. Makanan
Selera dan jenis makanan juga dapat menjadi tanda status sosial seseorang. Kelompok
masyarakat kelas atas umumnya makan di restoran-restoran terkenal dengan menu-menu
yang berasal dari luar negeri. Kelompok kelas menengah umumnya makan di restoran-
restoran dalam negeri yang yang cukup terkenal. Kelompok kelas bawah umumnya
mengkonsumsi makanan dalam negeri hasil olahan sendiri.
e. Gelar, Pangkat, atau Jabatan
Gelar, pangkat, atau jabatan juga sering menjadi tanda kelas social sesorang.
Kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya memiliki sejumlah gelar atau
pangkat yang mengikuti penulisan namanya, baik pada kartu nama atau pada surat-surat.
f. Hobi dan Kegemaran
Pada masa liburan, kelompok masyarakat kelas atas umumnya berlibur ke tempat-
tempat rekreasi di luar negeri. Kelompok masyarakat kelas menengah umumnya berlibur ke
berbagai tempat pariwisata di dalam negeri. Sementara, masyarakat kelas bawah umumnya
berekreasi tidak jauh dari lingkungan pemukimannya.

17
Dalam hal olahraga, kelompok masyarakat kelas atas umumnya memilih olahraga
seperti golf, balap mobil dan tenis. Sementara masyarakat kelas bawah umumnya memilih
olahraga seperti bola kaki.
Di bidang music, kelompok masyarakat atas umumnya menyukai music-musik klasik
dengan composer-komposer luar negeri. Kelompok kelas menengah umumnya menyukai
jenis music jazz dan pop. Sementara kelompok masyarakat kelas bawah umumnya lebih
menyukai jenis music tradisional, seperti campusari dan dangdut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haryanta, Agung Tri, dkk. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta : PT Aksara Sinergi Media

Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. 2016. Sosiologi : Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan
Sosial Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.

Rufikasari, Candra Lia. 2016. Sosiologi : Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Kelas XI SMA/MA.
Surakarta : Mediatama

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.

Gubug, Sosiologi. 2012. Stratifikasi Sosial.


http://gubugsosiologi.blogspot.com/2012/12/stratifikasi-sosial.html

19

Anda mungkin juga menyukai