Anda di halaman 1dari 33

LATAR BELAKANG

• Dalam kondisi tertentu, RDT-Ag dapat digunakan sebagai salah satu metode
pemeriksaan COVID-19 untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining.
• Penyediaan RDT-Ag untuk pelacakan kontak dan penegakan diagnosis di fasyankes milik
pemerintah, dan skrining dalam keadaan tertentu (kejadian yang dapat mengakibatkan
meluasnya penularan virus COVID-19 secara massif seperti mobilitas masyarakat saat
libur panjang) menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
• Penyediaan RDT-Ag untuk skrining dan lainnya dilaksanakan secara mandiri.
• Penegakan diagnosis COVID-19 utamanya menggunakan nucleic acid amplification test
(NAAT). Dalam hal keterbatasan akses terhadap NAAT serta kecepatan pemeriksaan
NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus yang cukup signifikan
sesuai self assessment yang dilakukan oleh dinkes kabupaten/kota atau dinkes provinsi
untuk DKI Jakarta, penegakan diagnosis COVID-19 dapat menggunakan RDT-Ag sebagai
alternatif.
Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) dalam
pemeriksaan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
memperhatikan:
a. kriteria pemilihan; f. keselamatan hayati (biosafety);
b. kriteria penggunaan; g. pencatatan dan pelaporan;
c. alur pemeriksaan; h. penjaminan mutu pemeriksaan; dan
d. fasilitas pemeriksaan dan petug i. pengelolaan limbah pemeriksaan.
as pemeriksa;
e. pengelolaan spesimen;
Kriteria Pemilihan RDT -Ag

Produk RDT-Ag yang digunakan adalah yang memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan (dapat
dilihat melalui http://infoalkes.kemkes.go.id/) DAN memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

a. memenuhi rekomendasi Emergency Used Listing (EUL) WHO;


b. memenuhi rekomendasi Emergency Used Authorization (EUA) US-FDA;
c. memenuhi rekomendasi European Medicine Agency (EMA); atau
d. produk RDT-Ag lain dengan sensitivitas ≥80% dan spesifisitas ≥97% yang dievaluasi pada fase
akut, berdasarkan hasil evaluasi Balitbangkes dan lembaga independen yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan. Setiap produk RDT-Ag harus dievaluasi setiap 3 bulan oleh Balitbangkes
dan lembaga independen yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Kriteria Penggunaan RDT -Ag
Kecepatanpemeriksaan
(Dihitung sejak sampel diterima laboratorium sampai hasil keluar)

Waktu tunggu <24jam Waktu tunggu 24-48jam Waktu tunggu >48jam

KriteriaA KriteriaB KriteriaB

Pelacakan kontak dan pen


Akses terhadap Waktu pengiriman Pelacakan kontak, penegakan Pelacakan kontak, penegakan
egakan diagnosis: NAAT. S
NAAT <24jam diagnosis, dan skrining: RDT-Ag diagnosis, dan skrining: RDT-Ag
krining: RDT-Agkonfirmasi
konfirmasi denganNAAT. konfirmasi denganNAAT.
dengan NAAT.
(Dihitung sejak pengam
bilan sampel sampai sa Kriteria B KriteriaB KriteriaC
mpel diterima laborator
ium) Waktu pengiriman Pelacakan kontak, penegakan Pelacakan kontak, penegakan
Pelacakan kontak, penegakan
>24jam diagnosis, dan skrining:RDT-Ag diagnosis, dan skrining:RDT-Ag
diagnosis, dan skrining:RDT-Ag.
konfirmasi denganNAAT. konfirmasi denganNAAT.
* Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang me
miliki risiko penularan tinggi.
* Prioritas pem eriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, m asyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang m emiliki risiko penularan tinggi.
Pertim bangan DPJP diberikan untuk m elakukan pemeriksaan selanjutnya setelah pemeriksaan kedua
* Prioritas pemeriksaan NAAT: probable, suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang me
miliki risiko penularan tinggi.
Fasilitas Pemeriksaan dan
Petugas Pemeriksa RDT-Ag

▪ Pengambilanspesimendan pemeriksaanRDTAg dapat dilakukan di fasyankes atau tempat


terbuka, antara lain di bandara, stasiun, terminal denganmelakukan penilaian risiko
mempertimbangkan sirkulasi yang baik dan memperhatikan keamanan lingkungan sekitar
▪ Pengambilanspesimendanpemeriksaanharus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
▪ Pengolahanlimbahmenjadi tanggungjawab pelaksana fasilitas pemeriksaan
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

TUJUAN:
Terselenggaranya upaya percepatan pencegahan dan pengendalian COVID- 19 melalui
penguatan pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi kasus COVID-19.

RUANG LINGKUP:
meliputi beberapa pokok bahasan yaitu:
➢ Definisi operasional;
➢ Target dan indikator pencapaian, alur dan ketentuan pelaksanaan
pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi; dan
➢ Koordinasi pelaksanaan pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi
DEFINISI OPERASIONAL

KASUS SUSPEK

KASUS PROBABLE

KASUS TERKONFIRMASI

DISCARDED

KONTAK ERAT
DEFINISI OPERASIONAL (1)

KASUS SUSPEK
A. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
1) Demam akut dan batuk; atau
B. Seseorang yang memiliki riwayat kontak
2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, le
dengan kasus probable/konfirmasi COVID-
mas, sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorok
19/kluster COVID-19 dan memenuhi kriteria
an, pilek/hidung tersumbat, sesak napas,
klinis pada huruf A.
anoreksia/ mual/muntah, diare, atau
penurunan kesadaran; atau
C. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid
3) Pasien dengan ISPA (Infeksi Saluran
Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) positif
Pernapasan Akut) berat dengan riwayat
sesuai dengan penggunaan RDT-Ag pada
demam/demam (> 38°C) dan batuk yang
kriteria wilayah A dan B, dan tidak memiliki
terjadi dalam 10 hari terakhir, serta
gejala serta bukan merupakan kontak erat
membutuhkan perawatan rumah sakit; atau
(Penggunaan RDT-Ag mengikuti ketentuan
4) Anosmia (kehilangan penciuman) akut tanpa
yang berlaku).
penyebab lain yang teridentifikasi; atau
5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi.
DEFINISI OPERASIONAL (2)

KASUS PROBABLE KASUS TERKONFIRMASI

Orang yang memenuhi salah satu kriteria


Kasus suspek yang meninggal dengan berikut:
gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan a. Seseorang dengan pemeriksaan
memiliki salah satu kriteria sebagai berikut: laboratorium NAAT positif.
b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau
a. Tidak dilakukan pemeriksaan kontak erat dan hasil pemeriksaan
laboratorium Nucleic Acid Amplification RDT-Ag positif di wilayah sesuai
Test (NAAT) atau RDT-Ag; atau penggunaan RDT- Ag pada kriteria
b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/ wilayah B dan C.
RDT-Ag tidak memenuhi kriteria kasus c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan
konfirmasi maupun bukan COVID-19 RDT-Ag positif sesuai dengan
(discarded). penggunaan RDT-Ag pada kriteria
wilayah C.
DEFINISI OPERASIONAL (3)

DISCARDED

➢ Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium NAAT 2 kali negatif.
➢ Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag negatif diikuti NAAT 1 kali negatif sesuai penggunaan
RDT-Ag pada kriteria B.
➢ Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat DAN hasil pemeriksaan
laboratorium RDT-Ag 2 kali negatif sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria C.
➢ Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil
pemeriksaan RDT-Ag positif diikuti NAAT 1x negatif sesuai penggunaan RDT-Ag
pada kriteria A dan B.
➢ Orang tidak bergejala (asimtomatik) DAN bukan kontak erat DAN hasil
pemeriksaan RDT-Ag negatif.
DEFINISI OPERASIONAL (4)

KONTAK ERAT

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau dengan kasus terkon
firmasi COVID-19 dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
➢ Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter
selama 15 menit atau lebih;
➢ Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dll);
➢ Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar; ATAU
➢ Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
Bagaimana Menentukan Kontak Erat?
A. KASUS KONFIRMASI BERGEJALA, dihitung sejak 2 hari sebelum bergejala hingga kasus melakukan isolasi.

B. KASUS KONFIRMASI TIDAK BERGEJALA, dihitung sejak 2 hari sebelum pemeriksaan dengan hasil positif hingga
kasus melakukan isolasi.
DERAJAT GEJALA COVID-19

Tanpa Gejala Ringan Sedang

Berat Kritis
PENGERTIAN

PEMERIKSAAN PELACAKAN KARANTINA ISOLASI

Kegiatan yang Kegiatan yang Upaya memisahkan Upaya memisahkan


dilakukan untuk dilakukan untuk seseorang yang seseorang yang sakit
penegakan diagnosis mencari dan terpapar COVID-19 yang membutuhkan
dari kasus COVID-19 memantau kontak erat (baik dari riwayat perawatan COVID-19
melalui uji dari kasus konfirmasi kontak atau riwayat atau seseorang
laboratorium. atau kasus probable. bepergian ke wilayah terkonfirmasi COVID-
yang telah terjadi 19, dari orang yang
transmisi komunitas) sehat yang bertujuan
meskipun belum untuk mengurangi
menunjukkan gejala risiko penularan.
apapun atau sedang
dalam masa inkubasi
yang bertujuan untuk
mengurangi risiko
penularan
TARGET & INDIKATOR PENCAPAIAN

• Dalam waktu 24 jam, kasus konfirmasi harus segera memulai isolasi dan diwawancarai untuk
mengidentifikasi kontak erat.
• Dalam waktu 48 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus diwawancarai dan memulai karantina.
• Dalam waktu 72 jam sejak kasus terkonfirmasi, kontak erat harus dilakukan pemeriksaan dengan NAAT/
RDT-Ag.
TARGET & INDIKATOR PENCAPAIAN
(Pemeriksaan)

Minimal 1/1000 Jumlah orang yang dites per 1000 penduduk per
penduduk / minggu minggu di setiap Kabupaten/Kota

Maksimal 5% / minggu Proporsi tes positif per minggu

Maksimal 24 jam Waktu Pengiriman sampel

Maksimal 48 jam Waktu tunggu hasil pemeriksaan NAAT


TARGET & INDIKATOR PENCAPAIAN
(Pelacakan)

Proporsi kasus konfirmasi yang diwawancarai dalam 24


Minimal 80% jam setelah kasus terkonfirmasi untuk mengidentifikasi
kontak erat

Rata-rata kontak erat yang teridentifikasi untuk setiap


Minimal 15 orang kasus konfirmasi

Proporsi kontak erat yang dites dalam 72 jam sejak kasus


Minimal 80% terkonfirmasi.
TARGET & INDIKATOR PENCAPAIAN
(Isolasi)

Minimal 80%
Proporsi kontak erat yang memulai karantina dalam 48 jam
setelah kasus terkonfirmasi

Minimal 80%
Proporsi kontak erat yang menyelesaikan masa karantina
sesuai ketentuan

Minimal 80%
Proporsi kasus terkonfirmasi yang diisolasi dalam 24 jam
setelah terkonfirmasi

Minimal 80%
Proporsi kasus terkonfirmasi yang menyelesaikan masa
isolasi sesuai ketentuan
ALUR
PEMERIKSAAN, PELACAKAN, KARANTINA DAN ISOLASI
• Dengan meningkatnya kapasitas pemeriksaan (baik NAAT
maupun RDT-Ag), hasil pemeriksaan dapat digunakan
untuk memperpendek masa karantina dan isolasi.

• Setelah diidentifikasi, kontak erat (baik yang bergejala


maupun tidak) wajib diperiksa NAAT/RDT-Ag. Pada kontak
erat yang asimtomatik/ bergejala ringan, dilakukan entry
test saat memasuki karantina pada hari pertama yang
dilanjutkan dengan exit test pada hari kelima.

• Jika hasilnya tetap negatif dan selama karantina tidak


muncul gejala, maka karantina dinyatakan selesai.

• Kontak erat tetap diwajibkan melapor jika muncul gejala


atau gejala lebih parah sampai 14 hari terhitung sejak
tanggal dimulai karantina.
KETENTUAN
PEMERIKSAAN DAN PELACAKAN
• Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria wilayah akses dan kecepatan pemeriksaan NAAT.
Laju pemeriksaan harus ditingkatkan lebih dari 1 orang/1000 penduduk/minggu jika positivity
rate masih tinggi.

• Prioritas Pemeriksaan Deteksi:


1. kasus suspek
2. kontak erat
3. tenaga kesehatan, dan
4. masyarakat yang tinggal di fasilitas tertutup yang memiliki risiko penularan tinggi
(tempat dengan kondisi jarak yang berdekatan seperti asrama, panti, lapas, rutan, dan
tempat pengungsian).

• Puskesmas dan jejaringnya melakukan pelacakan (tracing) terhadap kontak erat dari kasus
konfirmasi positif COVID-19. Dalam melaksanakan pelacakan, Puskesmas dan jejaringnya
dapat melibatkan tracer dari tenaga kesehatan maupun non-kesehatan (kader, TNI dan POLRI
atau komponen masyarakat lainnya yang telah memperoleh OJT dari Puskesmas).
KETENTUAN KARANTINA/ISOLASI
Karantina/Isolasi Mandiri
Dapat dilakukan masing-masing jika memenuhi syarat
klinis dan syarat rumah.
Jika tidak memenuhi syarat rumah:
- Kontak erat/suspek yang tidak memerlukan
perawatan RS → karantina shelter karantina desa/kel
- Kasus konfirmasi → isolasi shelter isolasi desa/kel.

Karantina/Isolasi Terpusat
Karantina terpusat → kontak erat/kasus suspek yang
tidak memerlukan perawatan RS termasuk kasus
dengan penyakit penyerta yang terkontrol dan yang
tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah.

Isolasi terpusat → kasus suspek yang memerlukan


perawatan RS/kasus konfirmasi COVID-19 tanpa gejala
dan gejala ringan yang tidak memenuhi syarat klinis
dan syarat rumah.
KRITERIA SELESAI ISOLASI/SEMBUH

Kriteria selesai isolasi dan sembuh pada kasus terkonfirmasi COVID-19


menggunakan gejala sebagai patokan utama:

1. Pada kasus terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik),


isolasi dilakukan selama sekurang-kurangnya 10 hari sejak
pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
2. Pada kasus terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama
10 hari sejak muncul gejala ditambah dengan sekurang-kurangnya 3
hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Sehingga,
untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari atau
kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari.
ALUR KOORDINASI
PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN PASIEN ISOLASI
PEMANTAUAN
SELAMA KARANTINA, ISOLASI, PASCA PERAWATAN

• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi mandiri


akan dilakukan oleh petugas puskesmas dan tracer di bawah koordinasi
Puskesmas.
• Jika selama pemantauan terjadi perburukan gejala, maka kasus dirujuk
ke rumah sakit.
• Pemantauan kondisi pasien selama masa karantina dan isolasi terpusat
dilakukan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dan Puskemas setempat.
• Pemantauan dapat dilakukan secara luring maupun secara daring.
• Seluruh proses pemantauan selama melakukan karantina dan isolasi
mandiri maupun terpusat serta perawatan RS wajib dicatat di formulir
pemantauan harian karantina dan isolasi pada aplikasi digital Silacak.
RANGKUMAN MANAJEMEN KESMAS
KOORDINASI

Tingkat Pusat
• Dirjen P2P/Kesmas/Yankes dan Kabadan
Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Koordinasi dilakukan
dalam hal
Tingkat Prov/Kab/Kota pemeriksaan,
• Gubernur dan Walikota serta Kadinkes pelacakan,
Prov/Kab/Kota
karantina dan
isolasi
Tingkat Puskesmas/Kec/Desa
• Kepala Puskesmas dan
Camat/Lurah/Kepala Desa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai